C. Langkah-langkah untuk Mendapatkan Nilai Willingness to Pay
2) Uji Wald
6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB
Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar tempat wisata. Banjir Kanal Barat (BKB) yang merupakan suatu kanal pengendali banjir Jakarta mempunyai sisi lain yang berpotensi sebagai tempat wisata air. Daerah BKB yang berpotensi dijadikan tempat wisata air berada disepanjang Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Daerah tersebut merupakan daerah strategis yang dilewati banyak orang, karena merupakan salah satu pusat perkantoran.
Pemanfaatan terhadap potensi BKB sebagai tempat wisata air memiliki hasil sampingan positif, yang disebut eksternalitas positif. Eksternalitas positif yang dirasakan masyarakat sekitar terusan BKB adalah peningkatan tingkat pendapatan serta peningkatan kenyamanan. Terlihat dari hasil survei, seluruh responden (100 orang) merasakan adanya manfaat apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air.
Eksternalitas positif ditinjau dari dampak yang dirasakan responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Sebanyak 43 persen responden (43 orang) menyatakan bahwa dampak yang akan mereka rasakan adalah peningkatan tingkat pendapatan karena dengan adanya tempat wisata air, maka terbukanya lahan pekerjaan bagi mereka, sedangkan 27 persennya (27 orang) menyatakan adanya peningkatan kenyamanan bila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Distribusi eksternalitas positif yang dirasakan
56 responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Eksternalitas Positif yang Dirasakan Respoden
Persepsi terhadap perubahan pemandangan daerah sekitar BKB yang lebih indah apabila dijadikan sebagai tempat wisata air dirasakan oleh 56 persen responden (56 orang), sedangkan 27 persen responden (27 orang) menyatakan persepsi terhadap perubahan tata kota daerah sekitar BKB yang lebih indah apabila dijadikan sebagai tempat wisata air. Distribusi persepsi perubahan yang dirasakan responden dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Persepsi Perubahan yang Dirasakan Responden
Perubahan kualitas udara yang dirasakan sebagian besar responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air adalah udara yang sejuk, segar saat bernafas, serta tidak berdebu, sedangkan 13 persen responden (13 orang) menyatakan perubahan kualitas udara yang sejuk, segar saat bernafas, dan berdebu apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Sisanya lagi sebesar dua persen responden (dua orang) menyatakan perubahan kualitas
57 udara yang segar saat bernafas, tidak berdebu, dan tidak sejuk. Mereka mengharapkan dengan adanya tempat wisata air, maka dapat ditanam berbagai macam pohon yang dapat membuat udara menjadi lebih sejuk. Persentase perubahan kualitas udara yang dirasakan responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Perubahan Kualitas Udara Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air
Sebanyak 63 persen responden (63 orang) merasakan perubahan tata kota yang lebih indah apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Sebanyak 34 persen (34 orang) lainnya merasakan perubahan tata kota yang sangat indah apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air, dan hanya tiga persen yang menyatakan biasa saja. Distribusi perubahan tata kota yang dirasakan responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Perubahan Tata Kota Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air
58 Sebanyak 79 persen responden (79 orang) merasakan perubahan kualitas air menjadi tidak kotor, tidak keruh, dan tidak berbau apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Mereka berharap kualitas air BKB menjadi seperti dulu saat mereka masih dapat berenang dan mencari ikan di terusan BKB tersebut, sedangkan 21 persen responden (21 orang) menyatakan kualitas air BKB akan tetap keruh walaupun menjadi tidak kotor dan tidak berbau. Persentase perubahan kualitas air apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Perubahan Kualitas Air Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air
Sebagian besar responden juga merasakan adanya perubahan pemandangan apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Responden yang menyatakan pemandangan akan menjadi lebih indah, menarik, dan mengesankan ada sebanyak 88 persen (88 orang). Responden yang menyatakan indah dan mengesankan serta indah dan menarik, masing-masing sebanyak tujuh persen (tujuh orang) dan lima persen (lima orang). Sebaran responden yang menyatakan perubahan pemandangan apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 10.
59 Gambar 10. Perubahan Pemandangan Apabila BKB dijadikan
Sebagai Tempat Wisata Air
6.2 Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Responden
Mayoritas responden menyatakan bersedia membayar untuk eksternalitas positif BKB sebagai potensi wisata air. Sebanyak 79 persen responden (79 orang) yang menyatakan bersedia. Sisanya sebesar 21 persen (21 orang) menyatakan tidak bersedia membayar. Persentase kesediaan membayar responden dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Persentase Kesediaan Membayar Responden
Persentase alasan sebagian responden yang tidak bersedia membayar dapat dilihat pada Gambar 12. Sebanyak sembilan orang dari 21 orang (43 persen) yang menyatakan tidak bersedia membayar karena menganggap biaya retribusinya terlalu tinggi, sedangkan sisanya sebanyak delapan orang dari 21 orang (38 persen) menyatakan tidak mempunyai kemampuan secara finansial, serta sebesar 19 persen atau empat orang dari 21 orang menyatakan tidak bersedia membayar karena tidak tertarik terhadap wisata air.
60 Gambar 12. Alasan Responden Tidak Bersedia Membayar
Peluang kesediaan membayar responden dapat dianalisis dengan menggunakan model regresi logistik. Hasil regresi logit dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Nilai Observasi dan Harapan Terhadap Peluang Kesediaan Responden
Observasi
Harapan Kesediaan
Tidak Bersedia Bersedia Total Koreksi (persen) Frekuensi (orang) Persentase (%) Frekuensi (orang) Persentase (%) Kesediaan Tidak Bersedia 12 57.1 9 42.9 21 57.1 Bersedia 4 5.1 75 94.9 79 94.9 Total 16 16.0 84 84.0 100 -
Nilai Keseluruhan Terkoreksi 87.0
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Pengujian analisis logit dilakukan dengan menggunakan metode enter yang menghasilkan Nilai Keseluruhan Terkoreksi sebesar 87 persen, maka model regresi yang dihasilkan cukup layak. Berdasarkan Tabel 19, diduga terdapat lima responden yang menjawab ragu-ragu dalam menentukan pilihan. Hasil regresi logit dapat dilihat pada Tabel 20.
61 Tabel 20. Hasil Estimasi Model Regresi Logit Terhadap Besarnya
Peluang Kesediaan Membayar Responden Variabel B Std. Error Sig Exp B
(Constant) -1.248 2.127 .557 .287 PNDK 1.186 .342 .001 3.274* PNDP .210 .464 .651 1.233* JTK -.593 .216 .006 .553 JTT -.495 .265 .062 .610 FREK .141 .192 .463 1.151* KU 1.318 .857 .124 3.734* TK -.319 .742 .667 .727 KA 1.387 1.117 .214 4.002* PMD -1.047 1.008 .299 .351 Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Keterangan: *Berpengaruh pada tingkat Odds Ratio
Hasil Hosmer and Lemeshow Test memperlihatkan bahwa data empiris sesuai atau cocok dengan model, dilihat dari nilai-p (0,905) lebih besar dari alpha 0,15. Berdasarkan Tabel 12, model regresi logit yang dihasilkan adalah:
Li = -1,248 + 1,186 PNDK + 0,210 PNDP + 0,141 FREK + 1,318 KU + 1,387 KA
Nilai koefisien variabel pendidikan, pendapatan, frekuensi kunjungan, persepsi kualitas udara, serta persepsi kualitas air bertanda positif (+) berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan responden, serta semakin baik persepsi tentang kualitas udara, dan persepsi tentang kualitas air responden, maka estimasi logit yang dihasilkan akibat wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta semakin besar. Hal ini dikarenakan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kesadaran lebih untuk menjaga lingkungan. Nilai Exp B pada variabel ini bernilai 3,274 artinya peluang kesediaan membayar responden
62 dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi 3,274 kali lebih besar dibandingakan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Variabel pendapatan memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin besar tingkat pendapatan responden, maka estimasi logit yang dihasilkan responden semakin besar. Nilai Exp B variabel ini bernilai 1,233 yang artinya peluang kesediaan membayar responden dengan pendapatan yang lebih tinggi 1,233 kali lebih besar daripada responden yang memiiki pendapatan lebih rendah.
Variabel fekuensi kunjungan memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) artinya semakin sering frekuensi kunjungan responden ke daerah terusan BKB Jakarta sepanjang Halimun sampai Karet, maka estimasi logit yang dihasilkan responden semakin besar. Nilai Exp B variabel ini sebesar 1,151 berarti peluang kesediaan membayar responden yang frekuensi kunjungannya lebih sering 1,151 kali lebih besar daripada responden yang frekuensi kunjungannya lebih jarang.
Variabel persepsi kualitas udara memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin baik penilaian responden terhadap perubahan kualitas udara yang dihasilkan, maka estimasi logit responden juga meningkat. Nilai Exp B sebesar 3,734 artinya peluang kesediaan membayar responden yang merasakan perubahan kualitas udara lebih baik 3,734 kali lebih besar daripada responden yang kurang merasakan perubahan kualitas udara.
Variabel persepsi kualitas air memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya semakin baik persepsi responden terhadap kualitas air yang
63 dihasilkan dari adanya wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta, maka estimasi logit akan semakin besar. Nilai Exp B variabel ini sebesar 4,002 artinya peluang kesediaan membayar responden yang merasakan perubahan kualitas air menjadi lebih baik dari adanya potensi wisata air BKB Jakarta 4,002 kali lebih besar daripada responden yang kurang merasakan perubahan kualitas air.
6.3 Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Potensi Wisata Air