EKSTERNALITAS POSITIF BANJIR KANAL BARAT JAKARTA SEBAGAI POTENSI WISATA AIR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
2.1 Wisata Air
2.2.1 Eksternalitas Positif
Eksternalitas positif merupakan bagian dari eksternalitas. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Dengan kata lain, eksternalitas positif merupakan eksternalitas yang bersifat menguntungkan.
H1 H MSC = MPC +MEC MPC MEC MSB Jumlah Produksi e d Q1 Q2 0 Rp
19 Pada kasus eksternalitas positif, produsen dalam melaksanakan aktivitasnya tidak menghiraukan eksternalitas positif yang diakibatkan oleh usahanya terhadap orang lain, atau menganggap MEB = 0, sehingga akan menyebabkan kecenderungan dalam menentukan tingkat produksi yang terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena produsen menentukan tingkat produksi pada MPC = MPB sedangkan bagi seluruh masyarakat tingkat produksi yang efisien terjadi pada tingkat produksi dimana MSB = MPB + MEB, MSC = MPC + MEC. Digunakan asumsi MEC = 0, maka terlihat bahwa MSB > MPB sedangkan MSC + MPC. Selama MSB > MSC maka produksi seharusnya ditingkatkan sampai MSB = MSC. Berdasarkan kurva Gambar 2, maka terlihat dengan adanya eksternalitas positif menyebabkan kurva MSC berada di bawah kurva MPC.
Gambar 2. Kurva Eksternalitas Positif Sumber: Mangkoesoebroto (1993) MPB Harga H0 0 Q0 Q1 Jumlah Produksi MSC MPC H1
20 2.3 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan Contingent
Valuation Method (CVM)
Barang dan jasa lingkungan tergolong kedalam barang non market value. Berbagai macam metode dapat digunakan untuk mengukur nilai dari suatu barang dan jasa lingkungan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari barang dan jasa lingkungan adalah dengan Contingent Valuation Method (CVM).
Metode yang dibangun oleh Davis pada tahun 1963 ini merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan semua komoditas yang tidak diperjualbelikan di pasar dapat diestimasi nilai ekonominya, termasuk nilai ekonomi dari barang lingkungan. Metode CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan kepada masyarakat atas kesediaan untuk membayar (WTP) akibat manfaat tambahan yang diperoleh dari suatu perubahan lingkungan dan atau seberapa besar kesediaan masyarakat untuk menerima (WTA) kompensasi akibat penurunan kualitas barang lingkungan (Hanley dan Spash, 1993).
Tujuan CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati, jika pasar dari barang-barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Asumsi dasar yang belaku di CVM adalah bahwa individu-individu memahami benar pilihan masing-masing dan cukup mengenal kondisi lingkungan yang dinilai. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuesioner dan responden) harus mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal secara baik barang yang ditanyakan dan alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung.
21 Tahapan-tahapan untuk mengetahui nilai WTP (Hanley dan Spash, 1993), adalah:
1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypothectical Market) 2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP/WTA (Obtaining Bids) 3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP dan/atau Nilai Tengah WTA
(Calculating Average WTP and/or Mean WTA)
4) Memperkirakan Kurva Permintaan (Estimating Demand Curve) 5) Menjumlahkan Data (Agregating Data)
6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) 2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa hasil kajian yang mendekati kemiripan penelitian mengenai eksternalitas positif Banjir Kanal Barat Jakarta sebagai potensi wisata air dan dapat dijadikan rujukan penelitian. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bahroin Idris Tampubolon. Tampubolon (2011) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif
Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor)”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengkuantifikasikan besarnya nilai kesediaan menerima dana kompensasi oleh masyarakat akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batuan gamping. Besarnya nilai WTA masyarakat diketahui dengan menggunakan perhitungan Willingness to Accept. Hasil yang ditunjukkan oleh penelitian tersebut bahwa nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp 447.975.000,00 per bulan.
22 Penelitian yang dilakukan oleh Dian Diniyati dan Budiman Achmad
di tahun 2007 yang berjudul “Analisis Manfaat Ekonomi Ekowisata Sekitar
Danau Toba” bertujuan untuk mengetahui respon pengunjung terhadap
kegiatan ekowisata terpilih disekitar Danau Toba dan perkiraan manfaat ekonomi. Pendugaan nilai ekonomi ekowisata dilakukan dengan metode survey dan metode kontingensi, yaitu kesediaan wisatawan membayar (WTP) jika ingin menikmati obyek wisata dan kesediaan wisatawan dibayar (WTA) jika hak untuk menikmati obyek wisata dilarang. Hasil perhitungan yang didapat menujukkan nilai total WTA wisatawan lebih besar daripada nilai total WTP wisatawan terhadap obyek wisata disekitar Danau Toba.
Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Tanjung Pinang
melakukan penelitian pada tahun 2010 yang berjudul “Kajian Pengembangan
Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif Bagi Masyarakat Di
Kabupaten Bintan”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan WTP dan
WTA untuk menilai potensi ekonomi dari hasil pengkajian potensi ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan. Hasil yang didapat menunjukkan potensi ekowisata yang dapat dikembangkan sekitar 62 obyek dan kegiatan ekowisata serta potensi ekonomi sebesar Rp 109.741.621.510,00. Penelitian-penelitian terdahulu ini bisa dirangkum ke dalam Tabel 9.
23 Tabel 9. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa kesamaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada metode untuk penentuan besarnya nilai ekonomi yang ditimbulkan dari eksternalitas positif potensi wisata air BKB Jakarta yaitu Contingen Valuation Method (CVM) namun terdapat juga beberapa perbedaan. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah: lokasi tempat penelitian, tujuan, dan jenis kegiatan yang melatarbelakangi timbulnya eksternalitas positif. Lokasi tempat penelitian ini adalah sepanjang daerah jalur hijau terusan BKB Jakarta
Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Bahroin Idris Tampubolon (2011) Analisis Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor) Alat analisis yang digunakan adalah WTA dengan metode Contingen Valuation Method (CVM)
Nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp 447.975.000,00 per bulan Budiman Achmad (2007) Analisis Manfaat Ekonomi Ekowisata Sekitar Danau Toba
Alat analisis yang digunakan adalah WTP dan WTA dengan metode survei dan kontingensi
Nilai total WTA wisatawan lebih besar daripada nilai total WTP wisatawan terhadap obyek wisata disekitar Danau Toba Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PPSPL) (2010) Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif Bagi Masyarakat Di Kabupaten Bintan Alat analisis yang digunakan adalah pendekatan WTP dan WTA Potensi ekowisata yang dapat dikembangkan sekitar 62 obyek dan kegiatan ekowisata serta potensi ekonominya sebesar Rp 109.741.621.510,00 Sumber: Penulis(2012)
24 Halimun sampai daerah Karet yang berpotensi sebagai tempat wisata air. Jenis kegiatan dalam penelitian ini adalah wisata air yang menjadi potensi keberadaan BKB Jakarta sehingga dapat menimbulkan eksternalitas positif.
25 III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu: Konsep WTP, Konsep Model Regresi Logistik, dan Konsep Model Regresi Linier Berganda.
3.1.1 Konsep Willingness to Pay
Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar merupakan salah satu bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan WTP melihat seberapa jauh kemampuan individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan, dimana WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash, 1993).
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penghitungan WTP untuk menghitung peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan adalah: 1) Melalui suatu survey dalam menentukan tingkat kesediaan masyarakat
untuk membayar dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik 2) Menghitung biaya yang bersedia dibayarkan oleh individu untuk
mengurangi dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan
3) Menghitung pengurangan atau penambahan nilai atau harga dari suatu barang akibat semakin menurun atau meningkatnya kualitas lingkungan
26 A. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Pay (WTP) Masyarakat
Beberapa asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Pay (WTP) dari setiap responden adalah:
1) Responden merupakan anggota masyarakat yang ditemui disekitar lokasi penelitian ataupun yang tinggal dekat dengan lokasi penelitian dan bersedia membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik
2) Nilai WTP yang diberikan responden merupakan nilai maksimum yang bersedia dibayarkan jika potensi BKB sebagai wisata air benar-benar dilaksanakan
3) Pemerintah Daerah ataupun swasta memberikan perhatian terhadap potensi wisata air BKB Jakarta
4) Responden dipilih secara acak dari masyarakat yang ditemui disekitar lokasi penelitian ataupun yang tinggal dekat dengan lokasi penelitian. B. Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Pay (Elicitation Method)
Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTP/WTA responden (Hanley dan Spash, 1993) adalah:
1) Bidding Game (Metode tawar menawar)
Metode yang digunakan dengan mempertanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati 2) Open-ended Question (Metode pertanyaan terbuka)
Menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima
27 akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini memiliki kelebihan yaitu responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini terletak pada kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya selain itu seringkali ditemukan responden yang kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman mengenai pertanyaan yang ada dalam kuesioner 3) Closed-ended Question (Metode pertanyaan tertutup)
Metode pertanyaan tidak jauh berbeda dengan Open-ended Question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTA/WTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih, sehingga responden tinggal memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka
4) Payment Card (Metode kartu pembayaran)
Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal/minimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini dikembangkan untuk membatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Mengembangkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi
28 dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Penggunaan metode ini dibutuhkan pengetahuan statistik yang baik.
Selain metode tersebut, terdapat pula metode bertanya Contingent Rangking. Metode ini tidak menanyakan langsung berapa nilai yang ingin dibayarkan atau diterima, tetapi responden diberi pilihan rangking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dengan nilai moneter yang berbeda. Responden diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai kepada yang tidak disukai. Metode ini menggunakan skala ordinal sehingga diperlukan pengetahuan statistik yang sangat baik dan jumlah sampel yang besar.
C. Langkah-langkah untuk Mendapatkan Nilai Willingness to Pay
Responden
Nilai WTP responden dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM memiliki enam tahapan (Hanley dan Spash, 1993), yaitu:
1) Membangun Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dapat membangun alasan mengapa responden seharusnya membayar terhadap suatu jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang. Pasar hipotetik harus menggambarkan penjelasan secara mendetail, nyata, dan informatif terhadap jasa lingkungan yang dipertanyakan sehingga responden dapat memberikan hasil yang akurat. 2) Memperoleh Nilai Penawaran Terhadap WTP
Setelah kuesioner selesai dibuat, maka tahap berikutnya adalah memperoleh nilai penawaran terhadap WTP. Tahapan ini dapat dilakukan melalui berbagai macam teknik wawancara, seperti: tatap muka, surat atau
29 perantara telepon mengenai besarnya maksimum WTP yang bersedia dibayarkan. Kemungkinan terjadinya bias saat melakukan teknik-teknik wawancara tersebut bisa saja terjadi.
3) Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP (Estimating Mean WTP)
Dugaan nilai rata-rata WTP dapat dihitung setelah mendapatkan nilai penawaran. Bila rentang nilai penawaran yang didapat terlalu jauh, maka dapat dilakukan perhitungan nilai tengah. Nilai tengah penawaran tidak dipengaruhi oleh rentang yang cukup besar dan biasanya selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata. Jika perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka nilai yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang sebenarnya.
4) Menduga Kurva Permintaan WTP
Kurva Permintaan WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan fungsi WTP. Fungsi WTP terdiri dari jumlah responden yang bersedia membayar dan besarnya nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh responden.
5) Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan.
6) Mengevaluasi Penggunaan CVM
Evaluasi penggunaan CVM merupakan suatu penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTP dengan nilai R-squares (R2) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP.
30 3.1.2 Model Regresi Logistik
Menurut Hosmer dan Lemeshow dalam Merryna (2009) model analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi yang mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah respon (Y) dengan model matematis tertentu. Jika peubah respon berupa numerik, maka analisis regresi yang digunakan adalah model analisis regresi logistik. Sedangkan peubah penjelas pada model regresi logistik dapat berupa peubah kategorik maupun numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon.
Peubah kategorik bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak suka. Data yang dapat dianalisis dengan menggunakan regresi logistik adalah data yang relatif umum dan terdiri atas dichotomus classification. Analisis permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori respon dilakukan melalui transformasi logit. Persamaan dari transformasi logit tersebut adalah:
Dimana: Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori dari peubah respon untuk individu ke – i. Loge logaritma dengan basis bilangan ke e. Gambar 3 memperlihatkan proses transformasi logit (Juanda, 2009).
P(i) Logit (Pi)
Transformasi Logit
Predictor (χ) Predictor (χ)
Gambar 3. Gambaran Transformasi Logit, dengan Peubah χ Berskala Interval
31 Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu dengan slope dari parameter. Slope diinterpretasikan sebagai perubahan logit (p) akibat perubahan satu unit peubah bebas (χ). Keuntungan dalam penggunaan regresi logistik adalah terdapatnya odds ratio. Odd adalah peluang kejadian tidak sukses dari peubah respon. Ratio mengindikasikan seberapa mungkin dalam kaitannya dengan nilai odd munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lain.
3.1.3 Model Regresi Linier Berganda
Model regresi linier berganda merupakan model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas. Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Sifat-sifat OLS adalah (Gujarati, 2003): 1) penaksiran OLS tidak bias, 2) penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, 3) konsisten, 4) efisien, dan 5) linier. Menurut Gujarati (2003) analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah:
1. E (ui) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1,2,....,n. Artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari ui tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol.
2. Cov (ui,uj) = 0, i ≠ j. artinya covarian (ui,uj) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain.
32 3. Var (ui) = 2, untuk setiap i, dimana i = 1,2,....,n. Artinya setiap galat memiliki
varian yang sama (asumsi homoskedastisitas).
4. Cov (ui, X1i) = cov (ui, X2i) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang
pasti antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling bebas.
Secara umum, fungsi regresi berganda dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009):
Y = β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki +
ε
i ...(1)Jika semua pengamatan X1i bernilai 1, maka model diatas menjadi
Y = β1 + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki +
ε
i...(2)Keterangan:
Y = Peubah tak bebas
i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N (populasi) / n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk
β1 = Intersep
β2,3,.n = Parameter penduga Xi i = Pengaruh sisa (error term) 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia yang dilewati oleh 13 sungai. Sungai-sungai tersebut sebagian besar memiliki permasalahan yang kompleks sehingga seringkali menimbulkan masalah. Secara umum Banjir Kanal Barat (BKB) yang memiliki potensi ekowisata dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. Potensi ekowisata BKB yang bisa dimanfaatkan berupa wisata air. Munculnya eksternalitas positif dari potensi
33 keberadaan BKB sebagai tempat wisata air dapat diestimasi berapa besar nilainya secara perhitungan ekonomi. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 4.
34 Keterangan: --- = Batasan penelitian = Aliran
Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Operasional Permasalahan Sungai di Jakarta: Banjir, Kotor dan Tersedimentasi,
serta Tidak Terpelihara
Eksternalitas Negatif
Solusi Mengatasi Permasalahan Banjir,
Sedimentasi, Tidak Terpelihara
Banjir Kanal Barat
Eksternalitas Positif Wisata Air Peluang Kesediaan Membayar Eksternalitas Positif Potensi BKB Estimasi Nilai WTP Rekomendasi Untuk Terbangunnya Wisata Air
Banjir Kanal Barat Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Regresi Logistik Contingen Valuation Method Faktor Mempengaruhi Nilai WTP Analisis Regresi Linier Berganda
35 IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai Maret 2012. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), karena pada kawasan tersebut terlihat adanya potensi wisata air yang dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Data dikumpulkan untuk penelitian ini dalam satu waktu tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian atau responden. Sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh dari responden (Wardiyanta, 2006).
Beberapa hal yang dibutuhkan dalam pengumpulan data primer, meliputi: karakteristik responden, eksternalitas positif yang dirasakan responden dari adanya potensi wisata air BKB Jakarta, mengenai kesediaan atau ketidaksediaan membayar, serta seberapa besar nilai yang bersedia di bayarkan.
Data sekunder meliputi data lokasi banjir di lima wilayah kota Jakarta, data curah hujan stasiun BMKG dan pos hujan, data luasan Banjir Kanal yang
36 ada di Jakarta, serta data lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder tersebut diperoleh dari studi pustaka maupun literatur yang terkait dengan topik penelitian.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Metode convenience sampling merupakan metode pengambilan responden yang kebetulan ditemui, memenuhi kriteria dan bersedia diwawancara (Nasution,2003). Jumlah responden yang diambil sebanyak 100 orang.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan program Excel 2007 dan SPSS 16 For Windows. Matriks metode analisis yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data dan Metode Analisis Jumlah Sampel Data 1 Mengidentifikasi - Kuesioner Analisis
eksternalitas positif - Responden = 100 deskriptif dari potensi keberadaan orang kualitatif BKB Jakarta
2 Mengkaji peluang - Kuesioner Analisis
kesediaan membayar - Responden = 100 logistik dengan
masyarakat orang SPSS 16.0
3 Mengestimasi nilai WTP - Kuesioner
responden terhadap - Responden CVM potensi wisata air BKB (yang menjawab Ya)
Jakarta
4 Mengidentifikasi - Kuesioner Analisis regresi faktor-faktor yang - Responden berganda dengan mempengaruhi besarnya (yang menjawab Ya) SPSS 16.0
nilai WTP Sumber: Penulis (2012)
37 4.4.1 Analisis Dampak Eksternalitas Positif Potensi Keberadaan BKB
Analisis dampak eksternalitas positif dari potensi keberadaan BKB dilihat dengan melakukan tinjauan secara langsung ke daerah BKB yang memiliki potensi wisata air sehingga dapat menimbulkan suatu eksternalitas positif bagi masyarakat dan menanyakan kepada responden perubahan apa saja yang mereka rasakan. Identifikasi ini meliputi ada atau tidak adanya manfaat atas potensi wisata air BKB Jakarta, pandangan responden terhadap kualitas lingkungan, dan dampak yang timbul akibat potensi wisata air BKB. Dampak eksternalitas positif ini diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
4.4.2 Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Responden
Analisis peluang kesediaan membayar responden meliputi bersedia atau tidak bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai observasi dan harapan. Hasil identifikasi ini dapat menduga ketepatan antara nilai harapan dan observasi dari data yang diperoleh. Nilai tersebut didapat melalui perhitungan dengan menggunakan metode regresi logistik. Bentuk model logit yang digunakan adalah:
Li = Ln [Pi/(1-Pi)] = β0 + β1PNDKi + β2PNDPi + β3JTKi + β4JTTi + β5FKi +
β6KUi+ β7TKi+ β8KAi+ β9PMDi + i dimana:
Li = peluang responden bersedia membayar akibat eksternalitas positif
dari potensi wisata air BKB (bernilai 1 untuk “bersedia”, bernilai 0 untuk “tidak bersedia”)
β0 = intersep
β1..β9 = koefisien dari regresi
PNDK = lamanya menempuh pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp)
38 JTT = jarak tempat tinggal (meter)
FK = frekuensi kunjungan (kali) KU = kualitas udara (persepsi) TK = tata kota (persepsi) KA = kualitas air (persepsi) PMD = pemandangan (persepsi)
i = kesalahan pengganggu (disturbance’s error)
Variabel pendidikan diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar responden, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kesadaran akan pentingnya menjaga lingkugan, sehingga peluang kesediaan membayar akan semakin besar. Variabel pendapatan juga diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar responden, semakin besar pendapatan, maka peluang kesediaan membayar akan semakin besar.
Variabel jumlah tanggungan keluarga dan variabel jarak tempat tinggal diduga akan mempengaruhi peluang kesediaan membayar responden.