• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN EVALUAS

ANALISA DAN EVALUASI

Untuk keperluan analisa dan evaluasi pada bab III, maka penulis mempergunakan data-data hasil perhitungan ratio-ratio keuangan yang telah dihitung pada bab II.

A. Ratio Likuiditas

Ratio ini dianalisis untuk mengetahui tingkat kemampuan Perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid pada saat kewajiban finansial ditagih.

Tabel – 5 Ratio Likuiditas Akhir Tahun 2006 dan 2007 No. Ratio-Ratio Likuiditas Tahun 2006 Tahun 2007 1 Current Ratio 15,5 % 23,2 % 2 Accid Ratio 15,5 % 23,2% 3 Cash Ratio 2,7 % 19 %

Sumber: Data diolah Penulis

1. Current Ratio

Pada Tahun 2006 Current Ratio sebesar 15,5 % ini berarti setiap Rp 1,00 hutang lancar atau Current Liabilities dijamin oleh 15,5 % aktiva lancar. Pada tahun 2007 Current ratio sebesar 23,2 % ini berarti setiap Rp 1,00 hutang lancar atau Current Liabilities dijamin oleh 23,2 % aktiva lancar atau mengalami

kenaikan sebesar Rp 7,7 dari tahun 2006.Bila dilihat dari tahun 2006 ke tahun 2007 Current Ratio Perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Current Rasio yang baik yaitu 100%(1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

2. Accid/ Quick Ratio

Pada Tahun 2006 Quick Ratio menunjukkan sebesar 15,5 %, ini berarti setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp 15,5 aktiva lancar yang likuid.Pada Tahun 2007 Quick Ratio menunjukkan sebesar 23,2 %, ini berarti setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp 23,2 aktiva lancar yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp 7,7 dari tahun sebelumnya. Accid /Quick Ratio Perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena yang baik yaitu 100%(1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

3. Cash Ratio

Cash Ratio Pada Tahun 2007 meningkat dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 16,3 % dari keadaan ini terlihat saldo kas mengalami kenaikan. Namun bagi sebuah perusahaan jasa periklanan gejala ini tidak mempengaruhi begitu besar kondisi keuangan, karena rekening Bank merupakan penempatan dana yang dapat ditarik setiap saat jika diperluka, yang berarti mempunyai tingkat kecairan yang tinggi, sehingga idealnya rekening Bank dapat dimasukkan dalam perhitungan cash ratio. Cash Ratio Perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Cash Ratio yang baik yaitu 100% (1:1),

sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

B. Ratio Solvabilitas

Setelah menganalisis ratio Likuiditas, maka sekarang perlu dianalisis tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan pada saat ini dilikuidasi.

Tabel – 6 Ratio Solvabilitas Akhir Tahun 2006 dan 2007 No. Ratio-Ratio Solvabilitas Tahun 2006 Tahun 2007

1 Debt to Assets Ratio 12,1 % 8,13 %

2 Debt to Equity Ratio 15,7 % 10,7%

Sumber: Data diolah Penulis

1. Debt to Assets Ratio

Pada Tahun 2006 Debt to Assets Ratio turun sekitar 4 % yaitu dari 12,1 % menjadi 8,13 %. Dari keadaan ratio ini bahwa pada tahun 2007 jumlah pinjaman yang dipergunakan oleh Perusahaan dalam operasionalnya mengalami penurunan. Atau dengan kata lain jaminan dari aktiva yang dimiliki perusahaan pada tahun 2006 sampai dengan 2007 tersebut semakin besar terhadap keseluruhan hutang. Dari keadaan ratio ini maka biaya pembelanjaan perusahaan semakin kecil, maka semakin kecil jaminan aktiva yang dijadikan jaminan terhadap hutang. Debt to Assets Ratio Perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Debt to Assets Ratio yang baik yaitu 100%(1:1),

sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

2. Debt to Equity Ratio

Pada Tahun 2006 Debt to Equity Ratio mengalami penurunan sebesar 5 % yaitu dari 15,7 % menjadi 10,7 %. Angka yang berfluktuasi ini menunjukkan bahwa besarnya operasional perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman mengalami gelombang turun yaitu sebesar 5 %. Atau dengan kata lain bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan bagi keseluruhan hutang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 ratio mengalami penurunan yang berarti semakin kecil operasional perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk memperkecil pinjaman yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Menurunnya ratio ini pada tahun 2007 terjadi karena adanya penurunan beberapa komponen pada sisi kewajiban. Dengan melihat hasil ratio solvabilitas selama periode 2006 sampai dengan tahun 2007 berarti pemakaian pinjaman lebih kecil daripada modal sendiri didalam operasional. Debt to Assets Ratio untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Debt to Assets Ratio yang baik yaitu 100 %(1:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

C. Rasio Aktivitas

Tabel – 7 Ratio Aktivitas

Akhir Tahun 2006 dan 2007 No. Ratio-Ratio Aktivitas Tahun 2006 Tahun 2007

1 Total Assets Turnover 2,14 Kali 2,49 Kali

2 Receivable Turnover 179,9 Kali 213.7 Kali

3 Avarage Collection Period 2,0 Hari !,68 Hari

Sumber: Data diolah Penulis

1. Total Assets Turnover

Pada Tahun 2006 ratio perputaran total aktiva menunjukkan 2,14 kali. Hal ini berarti setiap Rp 100,- total aktiva perusahaan dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 214,- atau dapat juga dikatakan dana yang tertanam dalam aktiva tetap berputar rata-rata 214 kali setahun untuk menjadi pendapatan. Pada tahun 2007 perputaran ratio total aktiva menunjukkan 2,49 kali. Hal ini berarti setiap Rp 100,- total aktiva perusahaan dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 249,- atau mengalami kenaikan 0,35 kali atau sebesar Rp 35,- dari tahun 2006.kenaikan ini dihasilkan dari kenaikan pendapatan sebesar 84,1 % sedangkan pada total aktiva sebamyak 97 % lebih besar dibandingkan dengan kenaikan pendapatan. Kenaikan total aktiva ini disebabkan kenaikan yang terjadi baik pada aktiva lancar maupun pada aktiva tetap. Total Assets Turnover Perusahaan untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Total Assets Turnover yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

2. Receivable Turnover

Pada Tahun 2006 perputaran piutang sebesar 179,9 kali dan pada tahun 2007 perputaran meningkat sebar 33,8 kali yaitu menjadi 213,7 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pengembalian modal semakin cepat, artinya terjadi peningkatan investasi pada periode ini. Receivable Turnover untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Receivable Turnover yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

3. Avarage Collection Period.

Dalam hal ini Avarage Collection Period pada tahun 2006 adalah 2 hari sedangkan untuk tahun 2007 adalah 1,68 hari. Pada 2 periode terakhir ini tingakt pengembalian piutang tidak terlalu berbeda, artinya kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutang semakin baik karena lama hari untuk mengumpulkan piutang semakin cepat. Avarage Collection Period untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Avarage Collection Period yang baik yaitu minimal 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

Ratio Profitabilitas

Tabel – 8 Ratio Profitabilitas Akhir Tahun 2006 dan 2007 No. Ratio-Ratio Profitabilitas Tahun 2006 Tahun 2007

1. Gross Profit Margin 26,9 % 39,7%

2. Operating Profit Margin 96,2 % 36,4%

3. Net Profit Margin 2,8 % 2,5 %

4. Return On Investment (ROI) 6,1 % 6,36 %

5. Return On Equity (ROE) 7,9 % 8,4 %

Sumber: Data diolah Penulis

1. Gross Profit Margin

Pada Tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 12, 8 % dari tahun 2006. hal ini menandakan bahwasanya perusahaan pada tahun 2007 talah dapat menekan biaya operasional dan memperbesar jumlah pendapatan perusahaan. Gross Profit Margin untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Gross Profit Margin yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

2. Operating Profit Margin

Operating Profit Margin Tahun 2007 menurun dari 96,2 % menjadi 36,4 %.hal ini menandakan bahwasanya pada tahun 2006 perusahaan dapat menekan besarnya biaya dalam operasionalnya dibandingkan dengan tahun 2007 yang mengalami penurunan sebesar 59,8 %, artinya semakin tinggi ratio ini maka

semakin tinggi laba operasional yang diperoleh perusahaandari pendapatan. Operating Profit Margin untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Operating Profit Margin yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

3. Net Profit Margin

Net Profit Margin Pada Tahun 2006 sebesar 2,8 % sedangkan pada tahun 2006 sebesar 2,5 %.dalam hal ini Net Profit Margin tahun 2007 menurun sebesar 0,3 %.artinya perusahaan mengalami penurunan pendapatan laba bersih sebelum pajaknya. Net Profit Margin untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Net Profit Margin yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

4. Return On Investment ( ROI)

Pada Tahun 2006 Return On Investment (ROI) sebesar 6,1 %.ini berarti setiap Rp 100,- investasi yang ditanamkan dalam perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 60,1,-.pada tahun 2007 Return On Investment (ROI) sebesar 6,36% atau terjadi peningkatan sebesar Rp 26,- dari tahun 2006, penyebabnya adalah kenaikan laba operasi bersih perusahaan/ pendapatan bersih usaha. Return On Investment ( ROI) untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Return On Investment ( ROI)

yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

5. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Pada tahun 2006 Return On Equity (ROE) perusahaan adalah 7,9 % dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,5 % dari 8,4 %.artinya bahwa ratio pada tahun 2006 sebesar 7,9 % menunjukkan tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 7,9 %.begitu juga dengan tahun 2007 ratio sebesar 8,4 % menunjukkan tingkat return yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 8,4 %. Return On Equity (ROE) untuk tahun yang dianalisis belum memenuhi syarat untuk Perusahaan Jasa karena Return On Equity (ROE) yang baik yaitu 200%(2:1), sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebih agar perusahaan tersebut menjadi likuid.

Dokumen terkait