• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini dibahas tentang analisa dan evaluasi dari setiap data yang diperoleh sebelumnya meliputi sistem perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 gaji pegawai yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam serta pengaruhnya terhadap penerimaan Negara.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis berdasarkan analisa dari setiap data yang diperoleh penulis pada saat melakukan riset pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

GAMBARAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Umun Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Jenderal pajak adalah sebuah Direktorat Jenderal dibawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang perpajakan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pajak menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan dibidang perpajakan. 2. Pelaksanaan kebijakan dibidang perpajakan.

3. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur dibidang perpajakan. 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perpajakan.

Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

1. Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah.

2. Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang sitaan gula pelunasan piutang pajak Negara.

3. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan.

4. Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 diubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desenber 1985 melalui Undang- Undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB). Demikian juga unit kantor didaerah yang semula bernama inspeksi ipeda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi Kantor Dinas Luar Pajak Bumi dan Bangunan.

Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas didaerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Ispektorat Daerah ini kemudian menjadi kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak seperti yang ada sekarang ini.

Setelah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak terbentuk, dibentuklah beberapa unit kerja berdasarkan pembagian wilayah diseluruh Sumatera Utara terbagi atas wilayah Sumatera Utara I dan wilayah Sumatera Utara II. Wilayah Sumatera Utara I terdiri dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, Kantor Pelayanan Pajak Binjai, dan unit kerja yang bergerak khusus dibidang pemeriksaan terhadap wajib pajak yaitu Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB).

Seiring dengan perubahan kinerja dilingkungn Direktorat Jenderal Pajak untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak melalui sistem modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal Karipka dan KPPBB digabungkan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan Pajak Madya. Unit kerja wilayah Sumatera Utara I adalah:

Tabel 2.1

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang bernaung di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

No Nama Kantor Kode Alamat Kantor No. Telp No. Fax 1 KPP Pratama Medan Belawan 112 Jl. KL. Yos Sudarso KM. 8,2 Tanjung Mulia 6642764 6642763 6643695 6642764 2 KPP Pratama Medan Barat 111

Jl. Asrama No. 7-A 8467967 8467439

3 KPP Pratama

Medan Petisah 124

Jl. Asrama No. 7-A 8467568 8467616 8467744 4 KPP Pratama Medan Polonia 121 Jl. P.Diponegoro No. 30 A GKN II 4529353 4529343 5 KPP Pratama Medan Kota 122 Jl.P.Diponegoro No. 30 A GKN I Lt. IV 4529379 4529403 6 KPP Pratama Medan Timur 113 Jl. P.Diponegoro No. 30 A GKN II 4536897 4512635 7 KPP Pratana Lubuk Pakam 125 Jl. P.Diponegoro No. 42-44 7951148 7955509 7956226 8 KPP Pratama Binjai 119 Jl. Jambi No. 1 Rambung Barat,Binjai Selatan 8820407 8820406 8829724

B. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak

1. Visi Direktorat Jenderal Pajak

“Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien , dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.

2. Misi Direktorat Jenderal Pajak

“Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan undang-undang perpajakn yang mampu mewujutkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien”.

C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pajak

Selain itu, struktur organisasi jga merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan kerja dan wilayah setiap karyawan.

Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :

1. Memudahkan pelaksanaan kerja

2. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan 3. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian

5. Mempermudah kerja sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan rencana.

D. Sejarah Lahirnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi Vertikal Direktora Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor. KPP Pratama akan melayani PPh, PPN, PBB, dan BPHTB. Selain itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama, merupakan bagian dari program reformasi birkrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Terbentuknya KPP pratama ini secara otomatis Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPBB) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) tidak ada lagi. Langkah ini diambil sebagai bagian dari usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak untuk memberikan Pelayanan yang lebih baik, terpadu, dan personal dalam pelaksaan good governance.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam didirikan pada tahun 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah kabupaten deli serdang yang terdiri dari 22 kecamatan. Sebelumnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan bagian wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak. Dengan berdirinya KPP Pratama Lubuk Pakam diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan bagi wajib pajak yang berdomisili atau berlokasi di Kabupaten Deli Serdang.

Penentuan lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan salah satu faktor terpenting dalam mmberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl. P. Diponegoro No. 42-44. Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kedekatan dengan Kantor Pemerintah lainnya, seperti Kantor Polisi Deli Serdang Kantor Bank, ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang sipimpin oleh masing-masing seorang Kepala Seksi. Agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur orgaisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

Adapun Wilayah-wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yaitu :

1. Sunggal 12. Labuhan Deli

2. Pancur Batu 13. Deli Tua

3. Beringin 14. Lubuk Pakam

6. Bangun Purba 17. Kutalimbaru

7. Batang Kuis 18. Namorambe

8. Tanjung Morawa 19. Pagar Merbau

9. Hamparan Perak 20. Patumbak

10. Sibolangit 21. Sibiru-biru

11. Pantai Labu 22. STM Hilir

E. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil akan memegang jabatan tertentu dimana, masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan system hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integritas secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertical maupun horizontal.

Pada prinsipnya struktur organisasi yang digunakan tergantung pada ukuran besarnya dan jenis organisasi serta banyaknya jumlah staff dala organisasi serta tingginya tingkat kerumitan dalam operasional organisasi.

F. Tugas dan Fungsi Setiap Seksi di KPP Pratama Lubuk Pakam

Tugas dab fungsi masing-masing akan diuraikan setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasiona pelayanan perpajakan. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor 14/PJ/2008, Tanggal 13 Maret 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masig-masing seksi adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian , yaitu tata usaha dah kepegawaian, keuangan, dan bagian rumah tangga.

1.1. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

1.2. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPP Pratam Lubuk Pakam.

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang tugasnya mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan/atau Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB), pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,penyuluhan perpajakan, pelaksanan rigistrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objeb dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rokonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsiaonal terdiri dari supervisor, Ketua Tim, Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok Fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang dintunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fugsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

G. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah , Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan,

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,

4. Penyuluhan perpajakan,

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, 6. Pelaksanaan ekstensifikasi,

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak, 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak,

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, 10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan,

11.Pelaksanaan intensifikasi,

12.Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, 13.Pembetulan ketetapan pajak.

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN 21

A. Dasar- Dasar dalam Perpajakan 1. Defenisi Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat soemitro, SH didalam buku Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990), pajak didefenisikan sebagai iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2008; 2)

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1), pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yag terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

2.1 Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan lain-lain.

2.2 Fungsi Regularend (pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. PPnBM dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah.semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang merah.

b. Tatif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi (membayar pajak)yang tinggi pula,sehingga terjadi pemerataan pendapatan. Tarif pajak ekspor sebesar

0%, dimaksudkan agar para pengusaha terdorong mengeksor hasil produksinya dipasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.

c. PPh dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti semen, rokok, baja dan lain-lain, dimaksudkan agar terjadi penekanan produksi terhadap industry tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi (membahayakan kesehata).

d. Pembebasan PPh atas sisa hasil usaha koperasi, dimaksudkan untuk mendorong perkembangan Koperasi di Indonesia.

e. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.

3. Jenis Pajak

3.1 Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendirioleh WP dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain. Pajak harus menjadi beban WP yang bersangkutan.

Contoh : PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

Contoh : PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implicit (dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa).

Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung atau pajak tidak langsung dalam arti ekonomis, yaitu dengan cara melihat ketiga unsure yang terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakannya.

Ketiga unsur tersebut terdiri atas : Penanggung Jawab Pajak, adalah orang yang secara formal yuridis diharuskan melunasi pajak, Penanggung Pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul terlebih dahulu beban pajaknya, Pemikul Pajak, adalah orang yang menurut Undang-Undang harus dibebani pajak.

Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya tersebut Pajak Langsung, sedangkan jika ketiga unsur tersebut terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya disebut Pajak Tidak Langsung.

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi WP atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya (Wajib Pajak).

Contoh : Dalam PPh terdapat Subjek Pajak (WP) Orang Pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi WP (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi WP tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (WP) maupun tempat tinggal.

Contoh : PPN dan PPnBM serta PBB.

3.3 Menurut Golongannya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri dari atas Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. (Mardiasmo, 2008; 5)

4. Asas Pemungutan Pajak 4.1 Asas Domisili

Asas domisili yaitu Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri.

4.2 Asas Sumber

Asas Sumber yaitu Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

4.3 Asas Kebangsaan

Asas Kebangsaan yaitu pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. (Mardiasmo, 2008; 7)

5. Sistem Pemungutan Pajak

5.1 Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang member

kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan jumlah besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam system ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur perpajakan).

5.2 Self Assessment System

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan WP. WP dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami Undang-Undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.

Oleh karena itu, WP diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri pajak yang terutang, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, membayar sendiri jumlah pajak yang terutang, melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, dan mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.

5.3 With Holding System

With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak) yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. (Mardiasmo, 2008; 7-8)

6. Subjek Pajak

Subjek Pajak adalah orang pribadi, warisan atau badan, termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), baik yang berada didalam negeri maupun berada diluar negeri yang mempunyai atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Subjek Pajak dapat dibedakan menurut kedudukan atau keberadaannya,yaitu :

6.1 Subjek Pajak Dalam Negeri

Subjek Pajak Dalam Negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan didalam wilayah Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik melalui BUT ataupun

Dokumen terkait