• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI RISIKO PRODUKSI

6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi

6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi

dialokasikan untuk menghangatkan tubuhnya dengan dilihat adanya tumbuh bulu kasar pada tubuh ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja salah satu variabel yang penting dalam semua bidang usaha, karena dengan adanya tenaga kerja maka semua kegiatan budidaya akan dapat terselesaikan dengan baik. Pada hipotesis sebelumnya tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki koefisien bertanda positif sehingga perpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Namun berdasarkan pendugaan parameter menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan dengan melihat probability kurang dari satu persen. Akan tetapi, jika dilihat dari nilai koefisien variabel, variabel ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya karena koefisien tersebut bertanda negatif. Dengan demikian, jika ditambahkan satu persen variabel tersebut maka bukan meningkatkan, melainkan mengurangi produktivitas ayam broiler.

Variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karena pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak tersebut adalah warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki keterampilan serta pengetahuan terhadap ayam broiler. Sementara dalam budidaya ayam broiler dibutuhkan ketekunan serta pengetahuan dalam ayam broiler sehingga terjadi masalah pada ayam dapat segera ditangani dan tidak terlambat dalam menanganinya. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja ini jika ditambahkan akan berdampak pada penurunan produktivitas.

6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi

Faktor-faktor produksi tidak hanya dapat mempengaruhi produktivitas ayam broiler, melainkan juga dapat memberikan dampak terhadap munculnya atau dapat mengurangi terjadinya risiko produksi terhadap produktivitas ayam broiler. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk melihat pengaruh variance produksi adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas dan tenaga kerja. Semua variabel tersebut dianalisis faktor-faktor apa saja yang yang mempengaruhi variance produksi. faktor-faktor produksi yang dijadikan sebagai pengurang atau menimbulkan risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 19.

68 Tabel 19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam

Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011

Variance Equation

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

Konstanta 0.001 0.011 0.127 0.898

Error kuadrat (ε2t-1) 0.059 0.304 0.195 0.844

Variance error (ζ2t-1) 0.545 1.069 0.510 0.610

Jumlah DOC (X1) 0.000 0.002 0.123 0.901

Pakan (X2) -0.000 0.002 -0.062 0.950

Protect Enro (X3) 4.41E-05 0.000 0.052 0.958

Neocamp (X4) -3.53E-05 0.000 -0.040 0.968

Doxerin Plus (X5) -4.97E-05 0.000 -0.062 0.950

Vaksin (X6) -0.000 0.002 -0.059 0.952

Pemanas (X7) -0.000 0.008 -0.036 0.970

Tenaga KerjaX8 0.000 0.000 1.914 0.055

1. Jumlah DOC (X1)

Pada sebelumnya hipotesis sebelumnya jumlah DOC menyatakan bahwa jika koefisien besar nol sehingga semakin positif maka variance yang ditimbulkan juga akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter produksi variance menyatakan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko produktivitas yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai P-value yang dihasilkan sebesar 90 persen dan diatas taraf nyata 20 persen. sedangkan berdasarkan koefisien parameternya menunjukkan tanda positif. Hal ini berarti, semakin banyak jumlah DOC di pelihara maka risiko yang ditimbulkan akan semakin tinggi.

Tingginya variasi disebabkan oleh tidak sesuainya luas kandang dengan jumlah DOC, sehingga jika terus ditambah akan menyebabkan ayam akan mati atau mudah terserang penyakit dan menyebabkan semakin tingginya risiko produksi usaha ayam broiler tersebut. Oleh karena itu variabel jumlah DOC ini merupakan variabel yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk mengurangi tingkat risiko maka jumlah DOC harus sesuai dengan luas kandang, pada kondisi normal 1 m2 kandang harusnya berkapasitas 5-8 ekor ayam. Selain itu juga yang menjadi faktor penduga mengapa tidak signifikan adalah karena peternak plasma dalam pengambilan jenis DOC tidak satu perusahaan supplier.

69 2. Pakan (X2)

Hipotesis sebelumnya menyatakan bahwa koefisien variabel pakan bertanda positif maka akan meningkatkan variasi dari hasil produktivitas ayam broiler. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel pakan memiliki nilai

P-value sebesar 0,95 atau 95 persen lebih besar dari taraf nyata 20 persen. sehingga

variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi ayam broiler. sedangkan berdasarkan koefisien variabel memperlihat tanda negatif, hal ini menunjukkan bahwa jika pakan digunakan semakin banyak, maka variance produksinya akan semakin menurun. Sehingga pakan merupakan salah satu variabel yang menjadi pengurang risiko. Dengan semakin menambah pakan maka bobot ayam akan semakin meningkat sehingga produktivitas ayam juga akan semakin meningkat.

Ayam broiler pada umumnya harus diperhatikan kondisi pakannya. Untuk mendapatkan hasil bobot ayam yang baik maka peternak harus terus memantau keadaan pakan dikandang apakah masih tersedia atau tidak, jika pakan tidak sempat tidak tersedia selama satu jam maka kondisi ayam akan terhambat pertumbuhannya sehingga tidak mendapatkan hasil yang baik. Faktor penduga mengapa variabel ini tidak signifikan adalah dalam pemberian jenis pakan. Pakan ayam ada tiga jenis yaitu pada umur 1-15 hari menggunakan jenis pakan starter, umur 16-25 menggunakan pakan growing, dan umur 26 sampai panen menggunakan jenis pakan finishing. Sementara pada kondisi dilapangan peternak terkadang tidak mengikuti anjuran yang telah ditetapkan sehingga pakan tersebut tidak berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi.

3. Protect Enro (X3)

Pendugaan parameter variabel Protect Enro memiliki nilai P-value sebesar 0,958 atau 95 persen lebih besar daripada taraf nyata 20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi yang dihasilkan. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien variabel memiliki tanda positif. Hal tersebut menandakan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka variance produksi yang diterima oleh peternak akan semakin tinggi. Tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini adalah karena peternak pada umumnya tidak memperhatikan takaran dalam

70 menggunakan Protect Enro. Ukuran yang digunakan oleh peternaknya adalah rata-rata menggunakan 0,5 liter untuk semua skala usaha ayam broiler. Untuk mengurangi tingginya risiko yang dihasilkan dengan menggunakan variabel ini sesuai takaran dan berdasarkan skala yang pada umumnya. Takaran normal untuk 1gram/1liter air yang dicampur dengan air minum selama gejala terlihat pada ayam broiler.

4. Neocamp (X4)

Neocamp adalah variabel yang berjenis obat yang dapat mengendalikan

penyakit yang berasal dari bakteri, pemakaiannya adalah 1gram/1liter air. Pada hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa memiliki nilai koefisien variabel bernilai positif, sehingga semakin banyak Neocamp digunakan maka akan meningkatkan variance produksi. Berdasarkan pendugaan parameter

variance produksi, Neocamp ini memiliki nilai P-value sebesar 0,968 atau 96

persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisiennya, variabel ini memiliki nilai bertanda negatif, hal tersebut menyatakan bahwa dengan menambahkan variabel Neocamp maka akan menurunkan variance produksi. Sehingga variabel ini termasuk kedalam variabel yang mengurangi variance produksi.

5. Doxerin Plus (X5)

Doxerin Plus termasuk salah satu jenis obat yang digunakan oleh para

peternak ayam broiler yang berfungsi sebagai mengobati crd complex, fowl

cholera, snot/ coryza, dan penyakit pernafasan lainnya. Takaran yang digunakan

dalam menggunakannya adalah 1gram/2liter air. Variabel ini selalu digunakan para peternak untuk menghindari terjangkitnya penyakit pada ayam mereka. Hipotesis sebelumnya variabel ini menyatakan bahwa koefisien variabel memiliki nilai positif, sehingga jika dilakukan semakin banyak menggunakan Doxerin Plus maka akan meningkatkan variance.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter bahwa variabel ini memiliki nilai P-value sebesar 0,95 atau 95 persen yang berada diatas nilai taraf nyata 20 persen. Sehingga dapat diartikan bahwa variabel Doxerin Plus tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini berbanding lurus dengan nilai

71 koefisien variabel yang bertanda negatif, tanda negatif tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak variabel ini digunakan maka akan menurunkan variance produksi. Peternak plasma ayam broiler DUF rata-rata tidak menggunakan takaran/dosis yang tepat dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Sehingga variabel tersebut tidak dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi variance produksi. Jika para peternak menggunakan takaran yang sesuai sehingga penggunaan tersebut bermanfaat yaitu dapat mengurangi variance.

6. Vaksin (X6)

Variabel vaksin merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan dalam kekebalan tubuh sehingga ayam broiler tetap sehat, namun jika pemakaiannya tidak tepat maka akan tidak berdampak baik pada pertumbuhan ayam broiler. pada penggunaan vaksin, para peternak sudah menerapkan takaran yang sesuai sehingga vaksin tepat guna dan tidak menimbulkan efek samping. Penggunaan vaksin bertujuan untuk menguatkan kekebalan tubuh ayam broiler agar tidak mudah terserang penyakit. Dosis yang digunakan adalah 1 vial vaksin untuk 1000 ekor ayam.

Pada hipotesis sebelumnya, variabel ini memiliki koefisien variabel yang bernilai positif, sehingga jika pemakaian vaksin semakin banyak maka variance produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Hal ini dapat dilihat pada nilai P-value sebesar 0,9522 atau 95 persen yang berada diatas taraf nyata 20 persen, sehingga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variance produksi.

Berdasarkan kondisi lapangan dapat diduga yang menjadikan variabel vaksin tidak signifikan adalah faktor dalam waktu pemberian vaksi yang kurang tepat dan penyimpakan vaksin sehingga dapat mengurangi fungsi dari vaksin itu sendiri. Berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan bernilai negative, hal itu berarti semakin besar penggunaan variabel tersebut maka akan menurunkan

variance produksi ayam broiler, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis

sebelumnya. Nilai koefisien parameternya adalah sebesar -0,000132, sehingga variabel tersebut termasuk kedalam variabel yang dapat mengurangi variance produksi.

72 7. Pemanas (X7)

Pemanas adalah faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas ayam broiler. sehingga hipotesis awalnya jika semakin banyak penggunaan variabel pemanas maka akan meningkatkan variance produksi, dan jika dilihat dari hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan P-value bernilai 0,9707 atau 97 persen. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata 20 persen, yang berarti bahwa variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap

variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, faktor penduga yang

menyebabkan variabel ini tidak signifikan adalah adanya perbedaan para peternak plasma dalam menggunakan alat pemanasnya, ada yang menggunakan batubara, kayu bakar, maupun gas. Sehingga mempengaruhi tingkat variasinya dan menyebabkan tidak berpengaruh nyata.

Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter bertanda negatif yaitu sebesar -0,000306. Hal ini berarti, semakin banyak variabel pemanas dan sekam digunakan maka akan semakin menurunkan variance produksi. Pernyataan ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan jika penggunaan variabel ini maka akan menambah variance produksi. Para peternak dalam penggunaan variabel ini telah sesuai dengan ukuran dan berdasarkan skala usahanya, sehingga tidak menimbulkan risiko melainkan menjadi pengurang

variance produksi ayam broiler.

8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja adalah faktor yang pasti ada dalam setiap usaha. Tenaga kerja yang digunakan dalam bidang peternakan ayam broiler ini berasal dari masyarakat disekitar peternakan ayam. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel ini menunjukkan hasil P-value sebesar 0,0555 atau sebesar 5,5 persen. Nilai tersebut diatas taraf nyata 20 persen sehingga berpengaruh signifikan terhadap variance produksi. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien parameter menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar 0,000581. Hal itu berarti, jika tenaga kerja ditambahkan penggunaannya maka akan dapat meningkat variance produksi ayam broiler. Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Penggunaan input tenaga kerja memiliki variance yang tinggi karena tenaga kerja yang di pekerjakan rata-rata tidak memiliki keahlian dibidang peternakan

73 sehingga dalam mengurus ayam tidak disiplin. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam bidang usaha seperti terkadang ada pekerja yang menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain, hal tersebut dapat merugikan peternak karena pastinya pakan ayam akan berkurang. Oleh karena itu jika dilakukan penambahan tenaga kerja tidak mengurangi variance produksi melainkan meningkatkan variance. Sehingga variabel tenaga kerja adalah variabel yang termasuk kedalam variabel yang menimbulkan variance produksi.

Berdasarkan hasil pendugaan semua parameter baik itu yang produksi rata-rata maupun yang variance produksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada produksi rata-rata, variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas yang dibawah satu persen adalah variabel jumlah DOC, pakan, pemanas, serta penggunaan tenaga kerja. Sedangkan Doxerin Plus merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas pada taraf nyata dibawah 20 persen. variabel lainnya seperti Protect Enro, Neocamp, vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Ketiga variabel tersebut memiliki taraf nyata sebesar dibawah 93 persen, dibawah 40 persen, dan dibawah 43 persen.

Untuk pendugaan parameter variance produksi dapat disimpulkan bahwa dari delapan variabel, semuanya tidak berpengaruh signifikan terhadap variance produksi selain tenaga kerja. Ketujuh variabel tersebut memiliki probability diatas 20 persen, sedangkan probability tenaga kerja sebesar dibawah 10 persen. Faktor-faktor produksi ada yang menjadi pengurang variance produksi ada juga yang menimbulkan variance produksi. Faktor-faktor produksi yang dapat menimbulkan

variance adalah variabel jumlah DOC, Protect Enro, dan tenaga kerja. Sedangkan

yang mengurangi variance produksi adalah pakan, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas . Penjelasan diatas menunjukkan bahwa ada persamaan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti et al, (2007). Hasil penelitiannya tentang risiko produksi kentang yang menunjukkan bahwa tenaga kerja adalah variabel yang dapat menimbulkan variance produksi serta Obat-obatan merupakan variabel yang menjadi pengurang variance produksi.

74 6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi

1) Sumber-Sumber Risiko Produksi

Produksi adalah proses pengolahan input atau faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Pada saat proses produksi berlangsung sampai pada menghasilkan output maka semua itu tidak terlepas dari risiko. Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang merugi. Risiko produksi terjadi karena adanya sumber-sumber risiko. Sedangkan semua risiko tersebut harus diminimalkan agar kemungkinan terjadinya kerugian juga kecil. Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, dilakukan rekomendasi dalam risiko produksi. Rekomendasi penanganan risiko yang dilakukan dengan tindakan preventif yaitu dengan cara pencegahan risiko tersebut terjadi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan membuat atau memperbaiki fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk budidaya ayam broiler dan memperbaiki sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sumber-sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler pada perusahaan DUF adalah diduga berasal dari sumber hama penyakit dan cuaca.

2) Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi

Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya masyarakat yang ada disekitar usaha, rata-rata tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. Sehingga dalam proses produksi berjalan, pegawai kurang memperhatikan kondisi ayam, padahal ayam broiler membutuhkan ketekunan, disiplin, dan pengetahuan tentang ayam agar ayam selalu terkontrol dengan baik. Selain itu juga adanya tenaga kerja yang tidak jujur dalam menjalankan usaha, seperti dengan menjual pakan secara diam-diam kepada orang lain untung mendapatkan kerja sampingan. Keadaan tersebut akan membuat ayam kekurangan pakan dan pertumbuhan ayam akan menjadi tidak normal. Sehingga tenaga kerja merupakan sumber terjadinya risiko. Namun untuk mengurangi terjadinya risiko maka dalam perekrutan tenaga kerja memilih tenaga kerja yang dapat dipercaya serta memiliki pengetahuan tentang ayam, dan disiplin. Jika kriteria tersebut terpenuhi maka kondisi ayam akan semakin terkontrol setiap waktu baik itu pemberian pakan, minum, dan kondisi ayam. Apabila tenaga kerja tidak memahami pengetahuan

75 tentang ayam, maka terlebih dahulu diberikan penyuluhan agar pegawai mengetahui apa yang seharusnya dia kerjakan.

Iklim atau cuaca merupakan salah satu faktor sebagai sumber terjadinya risiko. Cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan kondisi kesehatan berkurang. Pada saat musim hujan maka ayam harus lebih diperhatikan perawatannya, yaitu dengan memperhatikan kondisi kandang agar kandang tetap kering tidak lembab karena air hujan. Jika kondisi kandang lembab maka akan merangsang timbulkan bibit penyakit mucul seperti bakteri Fowl Chorela, Salmonelosis,Coryza, Colli

Bacillosis. Selain itu juga menimbulkan jamur serta virus lainnya yang dapat

menimbulkan hama dan penyakit. Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisi kandang tetap baik adalah dengan merenovasi kandang yang dianggap sudah tidak layak lagi agar kandang tetap steril.

Pada saat musim hujan, pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara menutup dinding tirai kandang, hal tersebut dilakukan agar kondisi didalam kandang suhunya tidak turun, memberikan terpal diatas kandang agar suhunya tetap normal, selain itu juga menghidupkan alat pemanas yang berasal dari kayu bakar atau dari batu bara. Hal itu dilakukan agar ayam tetap menjaga suhu tubuhnya. Jika kondisi sekam terlihat basah, maka sekam tersebut ditambal dengan sekam yang baru agar tidak lembab, atau jika sekam tersebut sudah terlalu basah, maka sekam diganti dengan yang baru. Sekam juga digunakan agar ayam tetap terasa hangat dan menjaga kondisi ayam pada saat berjalan agar tidak kakinya masuk ke lubang lantai.

Untuk menjaga kondisi ayam broiler tetap sehat maka perlu dilakukan vaksinasi terlebih dahulu agar kebal terhadap penyakit. Selain itu juga memberikan pengobatan yang tepat waktu dan tepat ukuran, pengobatan dilakukan setelah ayam terlihat sudah terserang penyakit. Obat yang digunakan juga harus tepat sasaran, pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Jika ayam sudah terkena penyakit maka ayam tersebut dipisahkan dengan ayam yang sehat, hal tersebut dilakukan agar penyakit tidak terjangkit ke ayam yang lainnya sehingga penyakit dapat dikontrol serta lebih mudah penanganannya. Selain menjaga kondisi fisik kandang, luasan kandang juga perlu diperhatikan antara kapasitas usaha budidaya ayam broiler dengan kapasitas

76 kandang. Hal tersebut dilakukan agar ayam tidak terlalu padat dan mendapat ruang sehingga tidak menghambat pertumbuhan ayam. Berdasarkan pembahasan

variance produksi terdapat 7 variabel yang tidak signifikan terhadap variance

produksi dan hanya variabel tenaga kerja yang signifikan terhadap variance produksi. Rekomendasi Strategi penanganan variance produksi adalah sebagai berikut :

1. Jumlah DOC (X1)

Pada produksi rata-rata, dapat dilihat bahwa variabel ini merupakan variabel yang signifikan terhadap produktivitas, namun jika dilihat pada koefisiennya menandakan bahwa jika variabel ini ditambahkan justru akan mengurangi produksi. Sehingga rekomendasinya adalah dengan memperhatikan kapasitas kandang dengan skala usaha yang dijalankan agar peningkatan jumlah DOC juga meningkatkan produktivitas ayam broiler.

2. Pakan (X2)

Variabel pakan merupakan variabel yang signifikan terhadap produksi rata-rata serta memiliki hubungan yang positif yaitu jika ditambahkan maka variabel pakan maka produktivitasnya juga akan meningkat. Namun pada

variance produksi variabel ini tidak signifikan namun jika dilihat dari

koefisiennya variabel ini dapat mengurangi risiko produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam waktu pemberian pakan harus sesuai dengan jenis pakan yang disusaikan dengan umur ayam agar pakan tersebut berfungsi secara maksimal dalam pertumbuhan.

3. Protect Enro (X3)

Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun variance produksi. Serta berdasarkan koefisiennya bernilai positif sehingga rekomendasi untuk variabel ini adalah dengan menggunakan variabel Protect Enro sesuai dengan takarannya, karena berdasarkan kondisi lapangan, peternak menyamakan penggunaan variabel tersebut terhadap semua skala usaha, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berguna.

77 4. Neocamp (X4)

Variabel ini tidak signifikan terhadap produktivitas maupun terhadap

variance produksi, jika dilihat dari koefisiennya keduanya berguna untuk

meningkatkan produktivitas maupun mengurangi risiko produksi. Namun variabel tersebut tidak signifikan, sehingga jika ditambah atau dikurangi tidak mempengaruhi produktivitas maupun variance produksi. Rekomendasi untuk variabel ini juga agar para peternak plasma menggunakan dosis sesuai dengan takarannya, sehingga fungsi dari variabel tersebut bermanfaat.

5. Doxerin Plus (X5)

Variabel ini pada produksi rata-rata signifikan terhadap produktivitas sedangkan berdasarkan variance produksi tidak signifikan. Sedangkan dilihat pada koefisiennya memiliki nilai positf untuk produksi rata-rata dan nilai negative untuk variance produksi. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dalam pemberian variabel ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena berdasarkan kondisi lapangan peternak menggunakan variabel ini tidak menggunakan dosis yang tepat serta tidak menyamakan pemakaian pada skala kecil maupun besar, sehingga fungsi dari variabel ini tidak berjalan dengan baik. 6. Vaksin (X6)

Vaksin merupakan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi maupun variance produksi. Sehingga jika dilakukan penambahan atau pengurangan dalam penggunaannya tidak mempengaruhi produksi rata-rata maupun variance produksi. Rekomendasi yang diberikan adalah waktu penggunaan vaksin maupun penyimpanan vaksin harus diperhatikan sehingga vaksin dapat bermanfaat jika digunakan.

7. Pemanas (X7)

Pemanas merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi rata-rata sehingga jika penggunaan variabel ini ditambahkan maka akan meningkatkan produktivitas. Sedangkan jika dilihat variance produksi ini tidak berpengaruh nyata dan berdasarkan koefisiennya, variabel ini memiliki fungsi untuk mengurangi variance produksi. Berdasarkan kondisi lapang, rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan pemanas kayu bakar, karena kayu bakar memiliki panas yang merata dibandingkan dengan batubara, dan gas.

78 8. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi rata-rata dan variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai peluang yang kurang dari taraf nyata 20 persen. Sedangkan dilihat dari nilai koefisien yang memiliki arti jika variabel ini ditambahkan maka akan mengurangi produktivitas dan akan menimbulkan/meningkatkan variance produksi.

Dokumen terkait