• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler

Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

IMAN SATRA NUGRAHA H34096045

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

iii

RINGKASAN

IMAN SATRA NUGRAHA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA).

Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jenis unggas lainnya. Ayam broiler dapat dipanen kisaran 28-32 hari. Ayam broiler memiliki peluang yang sangat luas untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan populasi tersebut didukung dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun serta adanya kandungan gizi yang terkandung pada daging ayam broiler cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Ayam broiler memiliki penyebaran dari Sabang hingga Marauke, namun jumlah yang paling besar berada di pulau Jawa. Jawa Barat merupakan penyumbang terbanyak dalam memproduksi ayam broiler. Peternakan ayam broiler pada umumnya tidak melakukan usaha secara mandiri, karena peternak yang ada di Indonesia kebanyakan masih bersifat tradisional sehingga masih membutuhkan bantuan pihak lain. Kerja sama ini salah satu untuk mengurangi kerugian yang ditanggung oleh peternak ayam tersebut. Salah satunya adalah Peternakan ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Dramaga tidak berdiri sendiri, melainkan melakukan kerjasama dengan perusahaan inti yang menyediakan semua faktor-faktor produksi. Peternak hanya mempersiapkan kandang , alat pemanas, sekam, serta peralatan lainnya seperti tempat pakan dan minum. Hal tersebut membuat beban peternak semakin berkurang, karena tidak lagi memikirkan faktor-faktor produksi serta pemasaran produknya, walaupun peternak melakukan kerjasama dengan perusahaan inti, peternak tidak terlepas dari risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah produktivitas masih berfluktuasi pada setiap peternak, selain itu juga adanya tingkat kematian yang bervariasi.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1). Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi Produksi Rata-rata dan variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ? dan 2). Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF ?. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF dan 2). Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan observasi kepada peternak ayam broiler serta penyuluh di perusahaan inti. Data sekunder berasal dari internet, buku, penelitian terdahulu dan perpustakaan. Data yang digunakan

(3)

iv adalah data panel yaitu gabungan antara data time series dan cross section. Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk penanganan risiko dan sumber risiko produksi, sedangkan kuantitatif digunakan untuk melihat faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan pengaruhnya terhadap variance produksi. Pengolahan data digunakan dengan program minitab 14 dan eviews 6.

Peternak yang digunakan sebagai responden sebanyak 30 responden yang

representative dan satu responden terdiri dari dua periode. Skala usaha satu

peternak dengan peternak lainnya juga beraneka ragam, mulai dari 1.500-9.000 ekor ayam. Berdasarkan permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan faktor-faktor produksi sebagai parameter. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam pengolahan data adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp,

Doxerin Plus, vaksin, pemanas serta tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut

digunakan berdasarkan pertimbangan pada kondisi lapangan yaitu semua peternak menggunakan jenis variabel produksi tersebut.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa secara umum semua variabel memiliki pengaruh signifikan terdapat produktivitas dan variance produksi. Untuk melihat pengaruh dari semua input terhadap produktivitas dan

variance produksi digunakan dari nilai F. Nilai F hitung harus lebih besar

dibandingkan dengan nilai F tabel, jika nilai F-hitung > F-tabel maka tolak H0. Penolakan H0 tersebut menunjukkan bahwa secara umum semua variabel produksi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap perubahan produktivitas dan

variacen produksi. Selain dapat dilihat nilai F, penolakan H0 dapat dilihat dari nila P-value. Nilai P-value harus lebih kecil dengan taraf nyata yang digunakan. Taraf nyata yang digunakan sebagai acuan batas kewajaran adalah 20 persen. Hasil pendugaan parameter dapat disimpulkan secara bersama semua variabel yang digunakan berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitung > F-tabel yaitu F-hitung sebesar 241 sedangkan F-tabel sebesar 2,18, atau dapat dilihat dari nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata lima persen.

Untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel terhadap produksi rata-rata dan variance produksi dapat dilihat dari uji t. Kriteria variabel berpengaruh terhadap produksi dan variance produksi dapat dilihat pada nilai

P-value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan sebagai acuan yaitu 20 persen.

Berdasarkan uji t dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dibawah taraf nyara satu persen adalah jumlah DOC, pakan, pemanas serta tenaga kerja. Variabel yang signifikan pada taraf nyata dibawah dua persen adalah Doxerin Plus, dan yang tidak berpengaruh signifikan adalah Protect Enro, Neocamp dan vaksin. Variabel tersebut berada pada taraf nyata dibawah 93, 39 dan 43 persen.

Untuk hasil pendugaan parameter variance produksi, faktor-faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap variance produksi hanya tenaga kerja dengan taraf nyata dibawah enam persen. Sedangkan variabel yang lainnya seperti jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin serta pemanas tidak berpengaruh nyata terhadap variance produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai P-value diatas 61 persen. Namun, jika dilihat dari tanda koefisien variabelnya ada yang bertanda positif dan bertanda negatif. Jika koefisien variabel bertanda positif maka variabel tersebut termasuk variabel yang menimbulkan

(4)

v

variance produksi. Dengan demikian variabel tersebut digunakan lebih banyak

maka variance yang dihasilkan akan semakin tinggi. Sedangkan jika koefisien variabel bertanda negatif maka variabel tersebut termasuk faktor produksi yang dapat mengurangi variance produksi. Hal ini berarti jika variabel tersebut semakin banyak digunakan maka variance yang dihasilkan akan semakin menurun.

Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan variance produksi adalah jumlah DOC, Protect Enro dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin serta pemanas. Sumber risiko produksi yang dialami oleh para peternak ayam broiler yang ada di Kabupaten Dramaga adalah sumber daya manusia atau pegawai dan cuaca/iklim yang tidak menentu. Untuk mengurangi risiko produksi tersebut dilakukan penanganan risiko dengan cara pencegahan risiko yaitu dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusianya dengan cara memberikan penyuluhan serta dengan membuat atau memperbaiki fasilitas agar cuaca yang tidak menentu dapat diatasi dengan fasilitas yang memadai.

(5)

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler

Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

IMAN SATRA NUGRAHA H34096045

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(6)

vi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

(Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramga

Unggas Farm Kabupaten Bogor)

IMAN SATRA NUGRAHA H34096045

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(7)

vii Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko

Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)

Nama : Iman Satra Nugraha

NIM : H34096045

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM. NIP. 19690410 1995 1220 1

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(8)

viii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma pada CV DUF Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Iman Satra Nugraha H34096045

(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Teluk Pulai Dalam, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatra Utara pada tanggal 24 September 1988. Penulis anak ke lima dari lima bersaudara yang berasal dari hasil pernikahan Bapak Syahlan dan Ibu Tarwini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres No.115457 Teluk Pulai Dalam pada tahun 2000 dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Plus Al-Azhar Medan pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Al-Azhar Medan.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan keperguruan tinggi melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Diploma Program Studi Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 juga penulis melanjutkan ketingkat Sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamduliilahihirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah –Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang ditulis dengan topik risiko dan fakor produksi ayam broiler yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler Pada CV Dramaga Unggas Farm Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini mengkaji faktor-faktor yang digunakan dalam menjalankan usaha ayam pedaging, seperti pakan, obat-obatan, vitamin, vaksin, tenaga kerja, sekam, pemanas, luas kandang, serta jumlah DOC. Input-input tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan dan dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi produksi ayam pedaging tersebut. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan yang baik terhadap faktor-faktor produksi ayam broiler agar menghasilkan produksi yang baik dan risiko produksinya juga menjadi rendah.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi pertimbangan bagi pihak pengambilan keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi sehingga mendapatkan produksi yang maksimal dan dapat menghidari risiko yang mungkin akan terjadi selam proses produksi.

Bogor, September 2011 Iman Satra Nugraha

(11)

xi

UCAPAN TERIMAKASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama atas masukan, arahan dan saran sehingga penulisan skripsi ini lebih mudah dimengerti pembaca. 3. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen komi pendidikan atas saran dan masukkan

terhadap format penulisan dan penggunaan kata-kata sehingga skripsi ini lebih baik.

4. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada seminar proposal yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini.

5. Dr. Rita Nurmalina, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dalam hal perkuliahan.

6. Ayahanda Syahlan dan Ibunda Tarwini tercinta, serta kakak tersayang (Rosita Harmaini, Heri Syafitri, Nova Febriansyah, Tia), dan abang (Kholik, Amru, dan Yazali), serta keponakan tersayang (Upi, Fifa, Yaya, dan Runah) atas doa, dorongan moril, materi, kesabaran, pengertian, motivasi, dan kasih sayangnya.

7. Pak Asep, Pak Rofi, Neng Gina dan Mbak Dewi yang telah memberikan bantuan dalam pengumpulan data responden selama penelitian.

8. Fitri Puspitasari yang telah memberikan motivasi serta dukungan selama penelitian sampai penulisan skripsi selesai.

9. Fahmi Abidin, Vela Rostwentivaivi Sinaga, Citra Kirana, Debina, Tiwi dan Amri sebagai teman kelompok yang memberikan informasi, saran, kritikan selama penulisan skripsi ini selesai.

10. Iqbal, Rahmat Wahyudin, Dian Saputra, Evin Eka Saputra, Bg Amli, Bg Hot, Bg Oki, Tika Ayu dan Kiki sebagai kawan seperantauan yang memberikan dukungan serta motivasi.

(12)

xii 11. Rahma, Nanda, Roselina, Junita dan Eva Christy sebagai teman yang

memberikan dukungan serta seperantauan.

12. Staf pegawai ekstensi agribisnis yang sabar melayani keperluan penulis mulai dari awal kuliah sampai dengan penelitian selesai.

13. Teman-teman jurusan agribisnis angkatan VII yang memberikan saran serta kritikan demi perbaikan penulisan skripsi.

14. Para peternak ayam broiler yang menjadi responden dalam penelitian ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga penelitian ini dapat selesai.

15. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semuga Allah SWT membalas dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

Bogor, September 2011 Iman Satra Nugraha

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 8 1.3. Tujuan ... 11 1.4. Manfaat Penelitian ... 11 1.5. Ruang Lingkup... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler... 13

2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler ... 16

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1. Konsep Risiko ... 21

3.1.2. Jenis Risiko ... 22

3.1.3. Teori Produksi... 23

3.1.4. Model Just and Pope ... 27

3.1.5 Sumber-Sumber Risiko ... 28

3.1.6. Manajemen Risiko ... 29

3.2. Kerangka Operasional ... 31

IV. METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2. Data dan Instrumentasi ... 34

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.4. Metode Pengolahan Data ... 35

4.4.1. Analisis Risiko Produksi Just dan Pope ... 35

4.4.2. Model ARCH-GARCH ... 38

4.5. Pengujian Hipotesis ... 40

4.6. Hipotesis ... 42

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 44

5.1. Kondisi Geografi... 44

5.2. Kondisi Demografi ... 44

5.3 Karakteristik Responden ... 47

5.3.1. Umur Responden ... 47

5.3.2. Tingkat Pendidikan ... 48

5.3.3. Pengalaman Pembudidaya Ayam Broiler ... 48

5.3.4. Luas Kandang dan Status Kepemilikan Lahan ... 49

(14)

xiv

5.4. Proses Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Dramagav ... 52

5.4.1. Pra Produksi ... 52

5.4.2. Produksi Ayam Broiler... 53

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI ... 57

6.1. Analisis Faktor-Faktor Risiko Produksi ... 57

6.1.1. Analisis Faktor-Faktor Pada Fungsi Produksi Rata-Rata ... 60

6.1.2. Analisis Faktor-Faktor pada Fungsi Variance Produksi... 67

6.2. Sumber dan Rekomendasi Penanganan Risiko Produksi ... 74

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

7.1. Kesimpulan ... 79

7.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 83

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009 ... 1

2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2011 (ekor) ... 3

3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor) .. 4

4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2011 ... 4

5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 5

6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan ... 20

7. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Kelompok Umur Pada Tahun 2009 ... 45

8. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pada Tahun 2009 ... 46

9. Distribusi Penduduk Dramaga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2009 ... 46

10. Jumlah Responden Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Umur di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ... 47

11. Tingkat Pendidikan Responden pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ... 48

12. Sebaran Responden Berdasarkan Lamanya Peternak Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ... 49

13. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Kandang di Peternak Ayam Broiler Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ... 50

14. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ... 51

15. Pengujian Mulitikolinieritas Terhadap Antar Variabel ... 58

16. Ringkasan Hasil Uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey. ... 58

17. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produksi dan Variance Produksi Ayam Broiler Pada Kabupaten Bogor Tahun 2011... 59

18. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011.... 61

19. Hasil Pendugaan Produksi Rata-Rata Terhadap Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam di Kabupaten Bogor Tahun 2011... 68

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF

yang Panen di Bulan Mei dan Juni 2011 ... 8

2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di Kabupaten Darmaga 2011 ... …. 10

3. Jenis-Jenis Risiko ... 22

4. Tahapan Proses Produksi ... 25

5. Strategi Pencegahan Risiko ... 30

6. Strategi Pengurangan Risiko ... 30

7. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Ayam Broiler ... 33

8. Skala Usaha Pada Responden Ayam Broiler di Kecamatan Dramaga Tahun 2011 ... 51

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Populasi Ayam Broiler Per Provinsi Tahun 2004-2007 (ekor) ... 83

2. Produksi Daging Nasional Per Provinsi Ayam Ras Pedaging Tahun 2004 - 2008 (Ton)... 85

3. Populasi Ayam Pedaging di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ... 86

4. Perkembangan Produksi Daging Ternak dan Kontribusinya di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ... 87

5. Faktor-Faktor Produksi dan Jumlah Pemakaian Faktor Produksi ... 88

6. Hasil Olahan ARCH-GARCH (1,1) ... 94

7. Nama Responden Serta Identitas Usaha ... 95

8. Penyebaran Lokasi Responden ... 96

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu perkekebunan, perikanan, tanaman pangan dan holtikultura. Sektor tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam kontribusi terhadap perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi pertanian dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB), dari hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan Rp 2000 adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Adapun peranan sektor pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen, sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen. Struktur PDB dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2009

Lapangan Usaha 2008 2009 2009 2010

Triw I Triw II Triw I

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Perikanan 14,5 15,3 15,6 13,7 16,0

Pertambangan dan Penggalian 10,9 10,5 10,0 11,3 11,2

Industri Pengolahan 27,9 26,4 27,0 26,4 25,4

Listrik, air bersih dan gas 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Konstruksi 8,5 9,9 9,6 10,3 10

Perdagangan, Hotel dan restoran 14 13,4 13,3 13,9 13,9 Komunikasi dan pengangkutan 6,3 6,3 6,4 6,3 6,2

Keuangan dan real estet 7,4 7,2 7,5 7,1 7,2

Jasa-jasa 9,7 10,2 9,8 10,2 9,3

PDB 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi pada sektor pertanian sangat berpengaruh dalam meningkatkan PDB kedua setelah industri pengolahan. Peningkatan ini akan berdampak positif terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat Indonesia banyak diserap tenaga kerjanya pada sektor pertanian dibandingkan

(19)

2 pada sektor industri. Sektor pertanian tersebut meliputi perikanan, kehutanan, serta peternakan.

Salah satu sektor pertanian yang setiap tahunnya relatif mengalami pertumbuhan adalah pada subsektor peternakan. Sumbangan subsektor peternakan dalam PDB sebesar Rp 34.530,7 milyar atau 1,60 persen pada tahun 2007 dan masih menyumbang 1,60 persen pemasukan negara pada tahun 2008 (Dinas Peternakan 2010). Hal tersebut membuktikan bahwa subsektor peternakan memiliki peran tersendiri dalam menyumbangkan PDB serta memiliki peran dalam pembangunan pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Selain itu, dengan meningkatnya bidang peternakan maka akan lebih banyak lagi menyerap tenaga kerja, sehingga menurunkan tingkat penggangguran yang ada di Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) menyatakan bahwa komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Dengan demikian, prospek yang sudah bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.

Prospek pasar dan pengembangan agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia baik pada subsistem hulu, subsistem budidaya, maupun subsistem hilir sangat terbuka lebar. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir senantiasa mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 1997-1999 saat terjadinya krisis ekonomi populasi ayam sempat mengalami guncangan cukup besar yang mengakibatkan komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan populasi ayam mengalami penurunan hingga 50 persen. Pada awal tahun 2000 usaha ternak ayam ras pedaging mulai bangkit kembali karena kondisi perekonomian beranjak stabil. Pengusaha ayam broiler mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Selain itu juga, ayam broiler merupakan jenis unggas yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada jumlah populasi ternak unggas Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

(20)

3 Tabel 2. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2005-2009 (ekor)

Jenis Unggas Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 249.963 Ayam Ras Peterlur 84.790 100.202 111.489 107.955 111.418 Ayam Ras Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052 1.026.379 Itik 32.405 32.481 35.867 39.840 40.680

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa angka yang ada pada ayam ras pedaging setiap tahunnya relatif mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 populasi unggas mengalami penurunan yang disebabkan meningkatnya harga-harga input seperti harga-harga pakan yang meningkat. Karena harga-harga pakan terjadi peningkatan maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga secara global akan berdampak pada tingkat usaha sehingga jumlah populasi ayam pada saat itu mengalami penurunan. Tahun 2007-2009, jumlah populasi unggas khususnya ayam ras pedaging mengalami peningkatan secara signifikan. Tingkat populasi unggas khususnya ayam broiler hampir merata di setiap provinsi yang ada di Indonesia, namun ada beberapa provinsi yang memiliki tingkat populasi yang lebih signifikan. Hal tersebut dikarenakan adanya kesesuaian kondisi geografis dalam pembudidayaan serta tingkat permintaan di suatu wilayah tersebut. Untuk melihat populasi di setiap provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jawa Barat merupakan salah satu sentral terbesar dalam jumlah populasi di bidang peternakan yang salah satunya pada jenis perunggasan. Hal ini didukung oleh kondisi alam yang menyakinkan serta merupakan tempat strategis dalam mendistribusikan ke wilayah-wilayah lainnya. Populasi perunggasan di Indonesia pada umumnya terus mengalami peningkatan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya tingkat pertumbuhan perunggasan yang terjadi di wilayah Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

(21)

4 Tabel 3. Populasi Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 (ekor)

Jenis Unggas Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Ayam Buras 30,779,120 30,989,812 29,319,161 27,789,274 27,761,015 Ayam Ras Petelur 9,720,685 10,169,284 10,351,105 11,462,744 10,303,478 Ayam Ras Pedaging 328,015,536 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596 Itik 4,880,019 5,305,485 5,296,757 6,534,753 7,962,095 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008

Tabel 3 menunjukan pertumbuhan perunggasan di wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2004 sampai dengan 2008. Data tersebut menunjukan ayam ras pedaging memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan jenis unggas lainnya, serta memiliki populasinya yang konsisten dibandingkan dengan jenis unggas lainnya. Hal ini disebabkan oleh ayam broiler merupakan ayam yang memiliki pertumbuhan yang cepat serta dapat menghasilkan lebih besar dibandingkan jenis unggas lainnya sehingga peternak lebih gemar mengusahakan peternak ayam broiler. Pada data ayam ras pedaging memiliki pertumbuhan yang positif yaitu terus meningkat kecuali pada tahun 2006. Pada umumnya tahun 2006 merupakan tahun kondisi perekonomian Indonesia tidak stabil sehingga berdampak pada tingkat usaha secara keseluruhan. Populasi ayam broiler akan berdampak pada tingkat produksi daging ayam broiler. Pada umumnya produksi daging mengalami peningkatan yang positif pada setiap provinsinya yang ada di Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Adanya peningkatan produksi ayam broiler pada setiap provinsinya maka akan berdampak terhadap produksi nasional. Berikut adalah jumlah produksi ayam broiler di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2005-2009

No. Tahun Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%)

1 2005 779.100 -

2 2006 861,300 1,74

3 2007 942.800 1,73

4 2008 1.018.700 1,61

5 2009 1.101.800 1,76

(22)

5 Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa jumlah produksi ayam pedaging atau ayam broiler setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan bahwa komoditi ayam dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai penambah nilai gizi yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Oleh karena itu, jumlah produksinya setiap tahun terus mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan setiap tahunnya relatif stabil, namun pada tahun 2009 merupakan tingkat pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Hal itu tersebut karena masyarakat semakin sadar akan pentingnya mengkonsumsi daging guna memenuhi kebutuhan gizi. Berikut dapat dilihat tingkat konsumsi konsumen terhadap daging ayam broiler pada Tabel 5.

Tabel 5. Konsumsi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2003-2007

No. Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%)

1 2003 1.368.200 -

2 2004 1.425.300 2,01

3 2005 1.573.000 4,93

4 2006 1.486.100 -2,00

5 2007 1.564.200 2,56

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2008

Table 5 menunjukkan tingkat konsumsi terhadap produksi ayam broiler terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Peningkatan tertinggi pada tahun 2005 sebesar 4,93 persen sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan hal sebesar 2,00 persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi ekonomi dalam negeri tidak stabil sehingga menurunkan tingkat daya beli masyakat dan akan mempengaruhi tingkat konsumsi secara nasional. Pada tahun 2007 konsumsi terhadap ayam broiler mengalami peningkatan kembali karena kondisi sudah stabil dan meningkatkan pendapatan serta adanya daya beli masyakat terhadap barang juga meningkat.

Berdasarkan uraian Tabel 3 dan lampiran 1 yaitu tingkat populasi peternakan ayam broiler dari tingkat provinsi sampai pada tingkat nasional, tingkat produksi nasional maupun di wilayah Jawa Barat, tingkat konsumsi ayam broiler secara nasional pada umumnya usaha tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak tersebut mampu mengelola usaha ternaknya dengan

(23)

6 baik, yaitu pengelolaan dalam bidang manajemen maupun teknis dilapangan. Dalam bidang manajemen maka perusahaan harus mampu memanaje disektor produksi, sumber daya manusia, keuangan serta pemasarannya dengan baik. Sedangkan dalam bidang teknis maka peternak harus mengetahui secara detail tentang budaya ayam broiler.

Selain manajemen yang baik, diperlukan juga sistem infrastruktur yang baik. Jika infrastruktur memadai maka dalam proses pendistribusian produk dalam memasarkan serta mengirim input atau bahan baku sapronak (Sarana Produksi Peternakan) tepat pada waktunya sehingga tidak mengurangi nilai dari suatu produk tersebut. Infrastruktur yang diperlukan dalam menunjang kelancaran usaha peternakan adalah kemudahan akses terhadap jalan, sumber air, jaringan listrik, dan lain sabagainya. Infrastruktur ini juga salah satu faktor yang diperhitungkan dalam usaha peternakan ayam broiler.

Pada dasarnya semua usaha tidak terlepas dengan kendala-kendala dalam menjalankan usahanya, salah satunya adalah usaha peternakan ayam broiler. Kendala tersebut berasal dari baik itu teknis maupun non teknis. Kendala yang sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler ini adalah non teknis, yaitu tingginya tingkat risiko yang dihadapi, risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini adalah risiko harga, baik itu harga-harga input seperti Day Old Chick (DOC), pakan dan obat-obatan, maupun harga jual output. Risiko yang lainnya adalah risiko produksi berupa teknis (yang dipengaruhi oleh iklim dan cuaca) serta risiko sosial atau lingkungan sekitar.

Risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler ini dapat dilihat dari indikator yaitu adanya fluktuatif harga input seperti harga DOC, pakan dan obat-obatan, yang merupakan variabel-variabel utama untuk berlangsungnya proses produksi, serta harga jual output. Selain itu juga adanya fluktuasi terhadap tingkat konversi pakan dengan bobot ayam serta tingkat kematian ayam (Survival Rate) dalam setiap periode atau peternak sangat bervariasi.

Pengelolaan usaha ternak ayam broiler dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi, maka harus disertai dengan pengetahuan peternak untuk dapat meminimalkan risiko tersebut. Sehingga peternak dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Manajemen risiko merupakan salah satu alat bantu dalam proses

(24)

7 pengambilan keputusan untuk mengurangi risiko yang dihadapi dan harus diterapkan secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pengelolaan risiko dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan bermitra dengan perusahaan inti. Perusahaan inti semakin lama semakin berkembang seiring dengan semakin bertambah banyaknya peternak ayam broiler. Daerah Darmaga terdapat berbagai macam jenis inti plasma salah satunya adalah Dramaga Ungga Farm (DUF). DUF merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler yang bertindak sebagai inti. Perusahaan inti ini memberikan beberapa kemudahan kepada peternak dalam menjalankan usaha ayam broiler. Dengan adanya kemudahan tersebut dapat mengurangi risiko yang akan ditanggung oleh peternak. Peternak ayam broiler pada umumnya berada pada skala kecil sehingga jika menjalankan usaha sering terkendala dalam hal permodalan. Dengan adanya perusahaan inti maka usaha dapat dijalankan karena mendapat bantuan seperti kemudahan dalam membeli pakan, DOC, vitamin, vaksin, obat-obatan, peralatan kandang, perlengkatan serta pasca panen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa usaha ternak ayam broiler memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan karena ada permintaan yang terus berkembang setiap tahunnya, akan tetapi disamping perkembangan tersebut terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak ayam broiler dalam proses produksinya, yaitu adanya risiko produksi yang dihadapi peternak. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi dan manajemen risiko dalam peternakan ayam broiler. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja yang sangat mempengaruhi produksi dan seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut menimbulkan risiko, kemudian dilakukan penanganan risiko produksi tersebut agar risiko yang ditimbulkan menjadi kecil. Kajian ini diharapkan peternak dapat mengambil keputusan yang tepat, sehingga peternak ayam broiler dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

(25)

8 1.2. Perumusan Masalah

Ayam broiler merupakan komoditas peternakan yang paling berkembang setiap tahunnya, baik dari tingkat populasi maupun produksi daging ayam broiler itu sendiri. Jawa Barat merupakan salah satu penyumbang produksi ayam broiler terbesar dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, serta Kota Bogor merupakan salah satu penyumbang ayam broiler khususnya daerah Dramaga. Untuk melihat jumlah produksi ayam broiler berdasarkan Kabupaten yang ada di Bogor dapat dilihat pada Lampiran 3.

Peternak ayam broiler yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian adalah peternak ayam broiler yang bekerjasama dengan CV Dramaga Unggas Farm (DUF), walaupun peternak tersebut bekerjasama dengan perusahaan inti namun peternak tersebut tidak dapat menghindari risiko produksi yang terjadi. Indikator adanya risiko produksi dapat dilihat pada tingkat kematian ayam pada peternak plasma DUF sangat bervariasi dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Standar tingkat kematian yang ditetapkan adalah 3-4 persen. Variasi tingkat kematian yang terjadi pada peternak plasma di DUF dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tingkat Kematian Ayam Broiler Pada Peternak Plasma DUF yang Panen di Bulan Mei dan Juni 2011

0 4 8 12 16 20 24 28 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 M o r tal itas (% ) Standar Mortalitas

(26)

9 Gambar 1 menunjukkan adanya variasi tingkat kematian ayam yang terjadi pada peternak broiler. Adanya perbedaan antara standar mortalitas yang ditetapkan oleh peternak berdasarkan Dinas Peternakan Bogor dengan tingkat mortalitas aktual yang dihasilkan oleh peternak plasma DUF digunakan sebagai indikasi adanya risiko produksi. Gambar 1 terlihat pada responden ke-11 memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peternak lainnya. Tingginya mortalitas tersebut dikarenakan penyakit yang menyerang seluruh ternak ayam. Variasi tingkat mortalitas juga disebabkan oleh adanya perlakuan yang tidak teratur atau disiplin terhadap perubahan cuaca yang terjadi. dengan adanya risiko produksi maka akan mempengaruhi hasil produksi yang diharapkan. Risiko produksi juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang tepat. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti luasan kandang, DOC, pakan, sekam, pemanas DOC, tenaga kerja, air, vitamin, obat-obatan dan vaksin. Jika penggunaan input yang tidak tepat waktu dan takaran maka akan mempengaruhi risiko produksi. Selain itu, risiko produksi juga dapat terjadi dari sumber risiko. Sumber risiko tersebut adalah seperti adanya perubahan cuaca yang tidak menentu, sumber daya manusia yang tidak terampil, serta hama yang menimpa peternak ayam broiler. Jika keadaan cuaca lembab maka diperlukan penanganan kandang yang baik. Hal tersebut dilakukan agar sirkulasi udara tetap terjaga dan kandang tetap dalam keadaan kering, karena jika keadaan kandang kering atau tidak lembab maka hama tidak cepat berkembang biak dan ayam juga tidak mudah terserang penyakit.

Selain dari tingkat kematian, indikasi adanya terdapatnya risiko produksi adalah melihat adanya fluktuasi produktivitas. Produktivitas yang dihasilkan pada setiap peternak plasma pada CV DUF bervariasi antara satu peternak dengan peternak lainnya. Tingkat fluktuasi yang terjadi pada produktivitas ayam broiler yang ada di peternakan dapat dilihat pada gambar 2.

(27)

10 Gambar 2. Produktivitas Ayam Broiler Pada Peternakan Ayam Broiler di

Kabupaten Darmaga 2011

Gambar 2 menunjukkan bahwa produktivitas yang dihasilkan pada masing-masing peternak memiliki hasil bervariasi terhadap produktivitas aktual yang terjadi. Produktivitas standar berdasarkan ketentuan perusahaan inti berlaku adalah 14 kg/m2 , dimana bobot satu ekor ayam yang standard adalah 1,75 kg dan 1 m2 layak ditempati oleh 8 ekor ayam broiler untuk mendapatkan hasil ayam yang baik, sehingga ayam tidak berdesakan. Pada peternak ke-29 terdapat tingkat produktivitas yang sangat rendah yaitu sekitar 6 kg/m2. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh terhambatnya laju pertumbuhan setiap harinya. Terhambatnya pertumbuhan disebabkan oleh banyak faktor seperti penggunaan input produksi. Selain penggunaan input produksi, perubahan cuaca yang tidak menentu dan terjangkit oleh hama penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan produktivitas ayam broiler.

Berdasarkan uraian di atas maka risiko-risiko tersebut harus dikelola dengan baik agar risiko produksi dapat diminimalkan, sehingga diharapkan adanya kelangsungan usaha ternak ayam broiler. Sehingga yang menjadi perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

0 5 10 15 20 25 30 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 P r o d u k ti v itas (K g/ m 2)

Peternak Ayam Broiler

Standar Produktivitas

(28)

11 1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi rata-rata dan

variance produksi ayam broiler pada peternak plasma DUF ?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rata-rata dan

variance produksi peternak ayam broiler pada peternak plasma DUF ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas dan

variance produksi ayam broiler yang dihasilkan para peternak plasma DUF

2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi ayam broiler yang digunakan terhadap risiko produksi ayam broiler yang dihasilkan peternak plasama DUF di Kecamatan Dramaga.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan nantinya akan bermafaat bagi beberapa elemen, yaitu antara lain :

1. Untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang sangat berpengaruh terhadap produksi ayam broiler.

2. Sebagai bahan infomasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya dengan harapan penelitian yang akan datang dapat menyempurnakan dan bisa menganalisis lebih dalam lagi khususnya yang berkaitan dengan penulisan ilmiah tentang risiko dalam peternakan ayam broiler.

3. Sebagai sarana bagi penulis untuk menuangkan ilmu yang telah didapat pada perkuliahan yang berkaitan dengan penelitian, dan memberikan pengetahuan kepada penulis tentang peternakan ayam broiler. Harapannya adalah agar penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan ayam broiler di masa yang akan datang.

4. Bagi pembaca karangan ilmiah ini bermanfaat untuk menambah lagi wawasan tentang ayam broiler serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi pada saat menjalankan usaha ayam broiler tersebut.

5. Bagi pembuat kebijakan agar sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak ayam broiler.

(29)

12 1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup, adapun keterbatasannya adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai pendugaan parameter.

2. Menjelaskan secara diskriptif tentang sumber risiko karena sumber-sumber risiko tersebut tidak memiliki nilai sehingga tidak dapat di modelkan. 3. Penanganan risiko yang dilakukan hanya pencegahan karena masih peternak

rakyat yang belum memiliki badan hukum serta manajemen yang baik. 4. Responden dipilih yang dapat mewakili peternak lainnya.

(30)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 4-5 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

Ayam broiler mulai dirintis pada tahun 50-an, pada tahun 1950-1961 merupakan tahap perintisan ayam broiler di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler ini merupakan usaha yang paling berfluktuatif, mulai dari harga input seperti harga DOC maupun pakan ternak tersebut sampai kepada harga jual produknya yaitu daging ayam. Selain itu juga dalam proses pembudidayaannya membutuhkan perhatian yang khusus agar ayam tersebut terlindungi dari hama dan penyakit. Biasanya ayam broiler lebih membutuhkan perlakuan khusus pada saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan karena pada saat musim penghujan tiba kondisi kandang juga akan dapat berubah jika tidak diperhatikan seperti kandang menjadi lembab yang dikarenakan suhu didalam kandang menurun. Sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kestabilan suhu di kandang. Seiring waktu berjalan ayam broiler semakin berkembang setiap tahunnya, hal tersebut diiringi dengan semakin banyaknya produsen input seperti pakan ternak, DOC, serta input lainnya yang menawarkan produk. Dengan semakin banyaknya peternak ayam broiler maka harga juga mulai bersaing terhadap peternak. Pada awal perkembangan ayam broiler tersebut harga dipeternak kecil berbeda dengan harga yang ditetapkan peternak besar, sehingga peternak kecil mengalami ketidakstabilan harga ayam dan biaya input yang dikeluaran juga terlalu tingga karena peternak kecil membeli input dengan harga satuan.

(31)

14 Dengan keadaan demikian maka pemerintah ikut serta dalam menjaga kestabilan usaha peternakan ayam broiler dengan cara membuat kebijakan yang dapat membantu meringankan dalam memproduksi usaha peternakan tersebut. Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam, yang jiwanya menganut pemerataan kesempatan usaha dengan keseragaman skala usaha. Secara keseluruhan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam menurut Keppres No. 50 Tahun 1981 sungguh melegakan para penganut pemerataan kesempatan usaha dengan keseragaman maksimal skala usaha. Sehingga konflik antara peternak kecil dan peternak besar dapat teratasi karena mereka sudah memiliki wilayahnya masing-masing.

Setelah Keputusan Presiden dibentuk tidak lama kemudian untuk menyempurnakan pembinaan peternak langsung ke lapangannya maka dilakukan dengan sistem Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Dengan kedatangan PIR ini diharapkan akan mendukung semakin membaiknya kondisi peternakan ayam broiler di Indonesia karena mendapatkan penyuluhan langsung tentang usaha peternakan ayam broiler. Pendampingan para penyuluh ini sangan membantu peternak ayam tersebut. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler rata-rata berskala kecil sehingga masih membutuhkan pengarahan tentang usaha peternakan ini. Keberadaan PIR ini juga sangat membantu peternak ayam sebagai plasma dalam bentuk penyediaan faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, vaksinasi dan vitamin.

Plasma mendapatkan faktor produksi tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan jika peternak membelinya dengan harga eceran kepada grosir. Pemakaian faktor produksi tersebut dilakukan selama proses produksi berlangsung sampai masa panen tiba sedangkan pembayaran faktor produksi tersebut dapat dilakukan pada saat panen dipotong dari hasil panen yang telah didapat. Kegiatan tersebut lebih membantu dibandingkan dengan peternak ayam broiler mandiri, peternak mandiri merupakan peternak yang berdiri sendiri tanpa bantuan dari instansi atau lembaga lain. Semua kegiatan yang dilakukan dengan kebijakan peternak itu sendiri. Mulai kegiatan penyediaan faktor produksi sampai kepada proses pendistribusian dagingnya dilakukan dengan sendiri.

(32)

15 Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternakan Rakyat, Pengusaha Kecil Peternakan dan Pengusaha Peternakan. Peternakan Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 15.000 ekor per periode. Peternakan rakyat mempunyai beberapa karakter yaitu modal terbatas, adanya masa istrahat kandang, kandang dibangun dengan sederhana, tenaga kerja biasanya dari rumah tangga.

Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 65.000 ekor per periode, peternakan ini sudah mulai baik dibandingkan dengan peternakan rakyat dibidang manajemen, tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman dan biasanya sudah memiliki legalitas hukum berupa perseorangan. Selain itu, pengusaha peternakan adalah peternakan yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas melebihi 65.000 ekor per periode. Selain kapasitas produksi, perusahaan peternakan dapat dilihat dari teknologi yang serba modern dalam melakukan budidayanya, sudah memiliki legalitas hukum berupa perusahaan, memiliki manajemen yang baik dan memiliki tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya.

Pengusaha peternakan ini memiliki kelebihan yaitu mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan peternakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan peternakan. Perundang-undangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun tujuan umum pembentukan undang-undang ini adalah untuk pemeliharaan kesehatan hewan. Tujuan utama penambahan produksi adalah untuk meningkatkan taraf hidup peternak Indonesia dan untuk memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata.

(33)

16 2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler

Risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko tersebut terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti kondisi alam yang tidak stabil yang dapat menyebabkan ayam broiler terserang penyakit dan dapat meningkatkan kematian pada ayam broiler tersebut. adanya indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil.

Ada beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi, diantaranya Aziz (2009) Robi’ah (2006), dan Solihin (2009). Ketiga penelitian tersebut menganalisis risiko produksi ayam broiler, Aziz di daerah Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Solihin di daerah CV AB Farm Bojong Genteng, dan Robi’ah di Sunan Kudus Farm, Bogor. Berdasarkan analisis ketiga peneliti tersebut kondisi alam merupakan salah satu faktor risiko utama dalam risiko produksi. Kondisi alam yang tidak stabil akan dapat berdampak kondisi kandang menjadi mudah penyakit berkembang biak sehingga banyak menyebabkan ayam terkena penyakit. Penyakit yang sering muncul pada saat musim hujan tiba adalah Coccidiosis (berak darah), Newcastle Disease (tetelo), kekerdilan, kurang nutrisi serta mudah terserang penyakit. Kejadian ini juga mengakibatkan tidak efesiennya dalam hal konversi pakan terhadap bobot ayam. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh ayam yang kedinginan sedangkan alat pemanas jauh dari jangkauan sehingga menimbulkan rangsangan terhadap keluarnya bulu ayam yang menjadikan pertumbuhan ayam terhambat.

Hasil analisis Aziz, Robi’ah, dan Solihin, risiko produksi pada ayam broiler adalah tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai CV 1,75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan, DOC, dan harga jual produksi. Tingkat risiko yang dianalisis oleh Robi’ah memiliki tingakt risiko sebesar 1,3 dan di sebabkan oleh adanya fluktuasi sapronak serta adanya kenaikan harga input maupun stabilnya harga output. Sedangkan tingkat risiko yang dianalisis oleh Solihin sangat tinggi dibandingkan

(34)

17 Aziz dan Robi’ah yaitu dengan CV 2,63. Risiko ini sangat tinggi bagi peternak, dan risiko tersebut timbul berasal dari harga sapronak (pakan, DOC, pemanas) terus meningkat sementara harga jualnya relatif tetap. Paramter kesuksesan proses produksi menurut Solihin adalah Indeks Prestasi Produksi. Solihin juga menjelaskan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan sedangkan Aziz dan Robi’ah tidak menjelaskan dampak risiko terhadap pendapatan. Adanya risiko disebabkan karena adanya penyimpangan indeks prestasi standar dengan indeks prestasi yang telah dijalankan. Maka pendapatan untuk setiap periodenya juga berfluktuasi. Rata-rata penyimpangan yang terjadi sebesar 32,6 persen yang berisiko mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar 157,1 persen atau Rp 342.290.546. adanya penyimpangan ini disebabkan oleh fluktuasi harga sarana produksi ternak dan fluktuasi harga jual. Sehingga perbandingan satu risiko nilainya semakin meningkat bila dikonversikan terhadap biaya.

Hasil analisis Fariyanti (2008) yang berjudul “Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung”. Penelitian tersebut menggunakan model Garch untuk melihat nilai dari risiko produksi pada komoditi kubis dan kentang. Pada komoditi kentang dihasilkan error kuadrat periode sebelumnya memiliki taraf nyata dibawah satu persen, sedangkan variance error produksi musim sebelumnya mempunyai taraf nyata dibawah lima persen. Parameter tersebut bertanda positif menandakan bahwa semakin tinggi risiko produksi kentang pada musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya.

Hubungan penggunaan input dengan variance error produksi menunjukkan bahwa benih memiliki taraf nyata dibawah lima persen dan pupuk urea memiliki taraf nyata dibawah 10 persen, sedangkan lahan garapan kentang, pupuk TSP, KCL, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida, insektisida,) tidak mempunyai pengaruh nyata. Dengan demikian, pada usahatani kentang, penggunaan benih, luas garapan, dan obat-obatan merupakan factor yang dapat mengurangi risiko produksi. Sedangkan pupuk urea, TSP, KCl, dan tenaga kerja merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk komoditas kubis dari enam parameter yang diduga terdapat empat parameter yang mempunyai taraf nyata dibawah satu persen, yaitu luas lahan garapan kubis,

(35)

18 pupuk urea, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida dan insektisida). Sedangkan benih kubis mempunyai taraf nyata dibawah 15 persen, dan pupuk majemuk NPK memiliki taraf nyata dibawah 20 persen. dengan demikian luas lahan garapan kubus dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi. Sebaliknya, benih kubis, pupuk urea, pupuk majemuk NPK, dan tenaga kerja menjadi faktor pengurang risiko produksi.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler

Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau

output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan, modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen.

Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina (2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah. Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan adanya penyakit dan harga jual ayam turun.

Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan, mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian

(36)

19 dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman 39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam broiler.

Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh.

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz, Solihin, dan Robi’ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas, penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap ekonomi rumah tangga.

(37)

20 Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan

No. Nama

Penulis Tahun Judul Penelitian

Metode Analisis

1 Faishal

Abdul Aziz 2009

Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Analisis Risiko (Kuantitatif dan Kualitatif) 2 Muhamad Solihin 2009

Risiko Produksi dan Harga Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng-Sukabumi Analisi Risiko, Analisis Pendapatan, Analisis R/C, Indeks Prestasi Produksi 3 Anna Fariyanti 2008

Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di

Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung

Arch-Garch

4 Siti

Robi’ah 2006

Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler pada Sunan Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Analisis Risiko, dan Analisis Deskriptif 5 Desi Merina 2004

Analisis Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Perusahaan X, Bekasi Analisis Risiko, Pendapatan Tunai, dan Regresi. 6 Puspitasri Dewi Anggraini 2003

Analisis Risiko Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor)

Analisis Risiko dan Analisis Regresi

(38)

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Risiko

Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha pasti memiliki risiko. Para pakar memiliki pemahaman tersendiri dalam mengartikan sebuah risiko. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Vaughan yang diterjemahkan oleh Herman Darmawi (1997 : 18) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut :

1. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian)

Chance of Loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan

dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan. Kerugian, sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.

2. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif

3. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)

Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.

Menurut Kountur (2006), Robison dan Barry (1987), sikap seseorang dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Teori ini menjelaskan bahwa ada tiga kelompok sikap orang dalam menghadapi risiko yaitu:

1. Risk Aversion merupakan sikap dalam pengambilan keputusan yang takut akan risiko. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan.

2. Risk Taker merupakan sikap yang berani mengambil keputusan suatu usaha walaupun usaha tersebut berisiko tinggi, sikap ini ditunjukkan jika terjadi

(39)

22 kenaikan ragam suatu usaha dari keuntungan maka pengambil keputusan akan menurunkan keuntungan sehingga merasa puas jika dapat menangani risiko yang tinggi.

3. Risk Netral merupakan sikap yang netral terhadap risiko yang dihadapi. Sikap ini ditunjukkan jika terjadi kenaikan atau penurunan ragam dari keuntungan maka pengambil keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan.

3.1.2. Jenis Risiko

Menurut Kountur (2006), perusahaan akan menghadapi berbagai macam risiko. Risiko-risiko tersebut berada di hampir setiap tempat dan kegiatan yang ada di dalam perusahaan. Karena begitu banyak macam risiko maka risiko-risiko tersebut perlu dikelompokkan kedalam kelompok risiko yang mempunyai kemiripan satu sama lain. Dengan mengelompokkan, risiko-risiko tersebut akan lebih mudah ditangani. Risiko-risiko yang memiliki persamaan atau kemiripan satu sama lain pada umumnya ditangani dengan cara yang mirip pula. Begitu sebaliknya, jika risiko-risiko yang berbeda maka akan ditangani dengan cara yang berbeda juga. Gambar 3menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi.

Gambar 3. Jenis-Jenis Risiko Sumber : Kountur, 2006 Risiko Berdasarkan Penyebabnya Berdasarkan Akibatnya Risiko Spekulatif Risiko Murni Risiko Keuangan Risiko Operasional

(40)

23 Gambar 3 menunjukkan bahwa risiko dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan atau melihat risiko dari penyebabnya. Melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat juga memberikan keuntungan atau kemungkinan kejadian yang bisa berakibat merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya bisa memberikan keuntungan, sedangkan risiko murni adalah jenis risiko dimana akibatnya tidak memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dan yang ada hanyalah kemungkinan rugi.

Sedangkan jenis risiko lainnya dilihat dari berdasarkan penyebabnya. Jenis risiko ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, perubahan tingkat bunga. Sedangkan risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional. Seperti faktor manusia, teknologi dan alam.

3.1.3. Teori Produksi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi (2003)(1) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Menurut Soekartawi (2002) adalah perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input merupakan masukan atau bahan baku yang diperlukan untuk menciptakan suatu produk. Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi cirri khusus berupa suatu fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang

1

Gambar

Tabel  3  menunjukan pertumbuhan perunggasan di  wilayah Provinsi  Jawa  Barat pada tahun 2004 sampai dengan 2008
Gambar  2  menunjukkan  bahwa  produktivitas  yang  dihasilkan  pada  masing-masing  peternak  memiliki  hasil  bervariasi  terhadap  produktivitas  aktual  yang terjadi
Gambar 4 tersebut merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan  banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi
Gambar 5. Strategi Pencegahan Risiko                      Sumber : Kountur ,2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peternakan ayam broiler merupakan usaha agribisnis dalam bidang peternakan unggas yang terdapat dibeberapa wilayah dinusantara. Peternakan ayam broiler Pak Lagan adalah

Pengamatan yang dilakukan adalah dengan mengamati langsung proses produksi ayam broiler pada peternakan mitra Dramaga Unggas Farm (DUF) sehingga didapatkan data yang

Manajemen penggunaan antibiotik dan keadaan umum peternakan ayam broiler yang memiliki asosiasi terhadap kondisi resistensi Enterobacteriaceae pada daging ayam broiler

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA). Pembangunan subsektor hortikultura merupakan bagian dari pembangunan sektor

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI). Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO ). Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak ayam broiler Kemitraan pada PT unggas cemerlang dengan peternak mandiri (studi kasus: di Kabupaten Bangka