• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA

E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR

SKRIPSI

MUHAMMAD REZA YUSA H34066090

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

MUHAMMAD REZA YUSA. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI).

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total PDB setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi sebesar 14,68% dari total PDB nasional pada tahun 2008. Selain itu sektor pertanian mampu menyerap 8,46 juta tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh perkembangan industri pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu komoditi yang dihasilkan subsektor peternakan adalah susu yang memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu yang merupakan bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan suatu proses penanganan dan pengolahan yang baik. Produk susu olahan diantaranya adalah susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya seperti keju dan mentega. Yoghurt yang merupakan salah satu hasil olahan dari susu, sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lebut dan memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan dengan susu segar dalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat membantu melancarakan pencernaan manusia.

E-coFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departemen Pertanian Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding susu. Dalam menjalankan usahanya, E-coFarm yang memiliki skala usaha rumah tangga ini memiliki beberapa kendala seperti kendala produksi dan pemasaran. E-coFarm harus memiliki strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan mampu bertahan di dunia usahanya.

Penelitian yang dilakuakan di E-coFarm Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha yoghurt E-coFarm dan merumuskan alternatif strategi serta menetapkan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu pihak internal E-coFarm dan pihak eksternal dari pesaing terdekat. Keterlibatan pihak eksternal diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi yang bisa diterapkan dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan manajer lapang E-coFarm.

(3)
(4)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA

E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR

MUHAMMAD REZA YUSA H34066090

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor

Nama : Muhammad Reza Yusa

NIM : H34066090

Disetujui,

Pembimbing

Ir. Harmini. MSi NIP. 196009211987032002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Strategi

Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor” adalah

karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

mananpun. Sumber informasi yang berasal atau dikkutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Februari 1985,

sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak

Yusuf Bashir Ahmad dan Ibu Siti Syamsiah, S.sos.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PTP X

Regional III Bandar Lampung (1989-1991), SDN Kartika Chandra Kirana-II

Bandar Lampung (1991-1997), SMP Negeri 25 Bandar Lampung (1997-2000),

dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2000-2003). Pada tahun 2003 penulis

diterima sebagai mahasiswa D3 Peternakan (TUTU) Institut Pertanian Bogor.

Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor”, disusun

berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat

untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan

internal dan eksternal E-coFarm, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat

diterapkan oleh pihak E-coFarm sesuai dengan lingkungan usahanya. Penulisan

skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha produk olahan susu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan

pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai kemudahan dalam segala hal. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus selama penulis menempuh pendidikan.

2. Ir. Harmini MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan

saran dan masukannya.

4. Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen komite pendidikan yang memberikan saran dan masukannya.

5. Pihak E-coFarm atas kesediaannya untuk menjadi tempat penelitian dan kerja sama serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

6. Ratu Fika Hertaviani SPt atas dukungan, kesabaran, motivasi dan do’a yang di berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan I, khususnya teman-teman yang terus berjuang sampai akhir atas segala bantuan dan semangat yang diberikan.

8. Teman-teman dari Warkop Baraya dan warga Bateng yang telah bersedia menerima penulis dan memberikan dukungan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Bogor, Juli 2011

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan ... 9

2.4. Produksi Susu ... 10

2.5 Susu Pasteurisasi... 10

2.6. Yoghurt ... 11

2.6.1. Tipe Yoghurt ... 12

2.6.2. Manfaat Yoghurt ... 12

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt ... 14

2.7. Penelitian Terdahulu ... 15

3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ... 22

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 24

3.2. Kerangka Operasional ... 27

4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi ... 34

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm ... 35

5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 35

(11)

iv

6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ... 45

6.2.1.1. Faktor Ekonomi ... 46

6.2.1.2. Faktor Sosial ... 49

6.2.1.3. Faktor Politik ... 50

6.2.1.4. Faktor Teknologi ... 51

6.2.2. Analisis Lingkungan Industri ... 51

6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru ... 51 7.1. Identifikasi Faktor Internal ... 55

7.1.1. Kekuatan Perusahaan ... 55

7.1.2. Kelemahan Perusahaan ... 57

7.2. Identifikasi Faktor Eksterrnal ... 60

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Sumbangan Sektor/SubsektorPertanian terhadap PDB Atas

Dasar Harga yang Berlaku (2005-2008) ... 1

2. Komposisi Susu Sapi Segar ... 2

3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat (2003-2007) ... 3

4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2004-2007 ... 3

5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor (2006-2009) ... 4

6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu (2007 dan 2008) ... 5

7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan ... 9

8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Per 100 gram ... 13

9. Harga Jual Produk E-coFarm ... 42

10. PDRB Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor (2003-2007) ... 46

11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula (Januari 2008-Februari 2009) ... 47

12. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ... 48

13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita Per Bulan Tahun 2008 ... 49

14. Identifikasi Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan ... 60

15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman ... 64

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ... 20

2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri ... 27

3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 29

4. Matriks SWOT ... 33

5. Struktur Organisasi E-coFarm... 37

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis SWOT ... 75

2. Alternatif Strategi Analisis SWOT ... 76

3. Kemasan Produk E-coFarm ... 77

4. Tempat Penyimpanan Produk ... 78

5. Kegiatan Produksi E-coFarm ... 79

(15)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah

untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh.

Berdasarkan data BPS (2008), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam

total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor

tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 180,6 trilyun atau 14,68% dari total

PDB nasional. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor

peternakan yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional

yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari

persentase sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap PDB yang terus

menunjukkan peningkatan hingga tahun 2008 yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2005-2008.

No. Sektor/Subsektor Tahun

364.169,3 433.223,4 547.235,6 345.302,8 (Milyar Rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

Keterangan: * Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Angka sangat sangat sementara

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan

kontribusi yang signifikan di dalam pembangunan pertanian Indonesia. Sektor ini

memiliki peluang pasar yang sangat baik, khususnya pasar domestik, yang akan

terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat.

(16)

2 produk-produk peternakan. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan

seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan

konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat.

Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang

perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak

dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan

kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Subsektor

peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena salah satunya didukung oleh

perkembangan industri pengolahan komoditi peternakan. Salah satu komoditi

yang dihasilkan peternakan adalah susu. Susu memiliki kandungan protein dan

asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Protein

dan asam amino dibutuhkan sebagai komponen penghasil energi, sumber

pembangun dan sumber pengatur tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun

masa perkembangan, termasuk berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan

otak (brain developmental). Oleh karena itu asam amino serta protein harus

tercukupi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat

berlangsung secara optimal. Protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang

lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mengandung asam amino

essensial seperti triptofan dan lysin yang tidak ditemukan dalam tumbuhan.

Kualitas susu dapat dilihat dari komposisi susu yang dihasilkan. Kualitas susu

juga sangat menentukan dalam penerimaan susu oleh konsumen dan menentukan

dalam penetapan harga susu oleh industri pengolahan susu. Inovasi-inovasi dan

terobosan baru dalam bidang peternakan diperlukan untuk mendapatkan kondisi

peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan susu dengan kualitas yang baik.

Komposisi susu menurut Buckle et al (1987) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah

ini:

Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar

No Jenis Kandungan Bahan Komposisi (%)

(17)

3 Data total produksi susu nasional tahun 2008 tercatat sebanyak 764.77 ton.

Produksi tersebut dihasilkan dari sapi laktasi sebanyak 227.396 ekor dengan

jumlah total populasi sapi sebesar 413.448 ekor (Departemen Perindustrian RI

2009). Produksi susu di Indonesia sebagian besar di Pulau Jawa. Tabel 3

menunjukkan data populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat yang cenderung

meningkat.

Tabel 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2003-2007 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton)

2003 95.513 207.854,79

produksi susu di Jawa Barat tersebut meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan

tahun sebelumnya.

Menurut data Departemen Pertanian tahun 2008, secara umum konsumsi

susu dari subsektor peternakan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004

(18)

4 Meskipun secara umum konsumsi susu nasional mengalami peningkatan,

namun konsumsi susu per kapita per tahun di Indonesia masih tergolong rendah.

Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2007 angka

per kapita konsumsi susu di Indonesia hanya sebesar sembilan liter per kapita per

tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di

Asia diantaranya Malaysia mencapai 25,4 liter per tahun, Vietnam 10,7 liter per

tahun2.

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009 Tahun Produksi Susu (Liter) Laju Pertumbuhan (%)

2006 9.038.816 -

2007 9.294.648 2.83

2008 10.422.075 12.34

2009 10.767.500 3.31

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat produksi susu yang terus meningkat

sejak tahun 2006 sampai 2009. Meningkatnya produksi susu ini menandakan

adanya perkembangan pada industri susu yang berada di Kabupaten Bogor bukan

hanya pada tingkat peternakan sapi perah tetapi juga pada tingkat pengolahan

susu. Dengan kata lain permintaan untuk susu dan produk olahannya meningkat.

Meningkatnya permintaan akan suatu produk bisa dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk. Data BPS tahun 2010 menunjukan

jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah. Pada tahun 2009, jumlah

penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4.477.344 jiwa, atau naik sekitar 3,15%

dari tahun 2008.

Pada Tabel 6, dapat dilihat adanya peningkatan pengeluaran rata-rata per

kapita sebulan untuk telur dan susu di propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data

tersebut, baik penduduk perkotaan maupun penduduk pedesaan mengalami

peningkatan pengeluaran untuk produk telur dan susu pada tahun 2008 yaitu

sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.

2

(19)

5 Tabel 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perbulan Penduduk Jawa

Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007 dan 2008

Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008

Penduduk Perkotaan Rp 14.405 Rp. 16.320

Penduduk Pedesaan Rp 6.275 Rp. 7.322

Perkotaan+Pedesaan Rp 11.048 Rp. 12.613

Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiringi oleh peningkatan

konsumsi susu menunjukkan bahwa produk susu memiliki peluang yang besar

untuk terus dikembangkan khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan susu

merupakan produk yang dibutuhkan oleh banyak orang yang meliputi berbagai

lapisan masyarakat. Selain itu, fungsi susu sebagai salah satu sumber bahan

pangan yang kaya protein dan bergizi tinggi.

Menurut Rahman et al (1992), susu mengandung berbagai komponen

bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri,

kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai jenis mikroba ini, maka

susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak sehingga

diperlukan suatu proses penanganan yang baik. Salah satu cara penanganan susu

tersebut adalah dengan cara pengolahan. Produk susu olahan diantaranya susu

bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang

mengandung susu seperti keju dan mentega. Produk susu olahan tersebut banyak

diminati masyarakat. Pada tahun 2008, konsumsi olahan dalam negeri mencapai

1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Dinas

Perindustrian RI 2009).

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan usaha pengolahan susu sapi dalam negeri masih memiliki

berbagai tantangan yang harus dihadapi sekaligus berbagai peluang yang harus

dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi antara lain pengolahan susu yang

masih tradisional dengan skala usaha yang kecil, keterbatasan modal usaha, dan

wilayah pemasaran yang sangat kecil. Sedangkan kebutuhan dan konsumsi susu

yang semakin tinggi setiap tahunnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan

(20)

6 Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri

pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi

perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor

sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang

bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput).

Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 21 ekor, terdiri dari 14

ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Rata-rata produksi susu segar yang

dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.

Produk yang dihasilkan dan dijual oleh E-coFarm tidak hanya susu segar

tetapi juga produk olahan susu berupa susu pasteurisasi, yoghurt, dan puding.

Produk berupa susu segar sebagian dijual ke D-Farm Fapet IPB dan beberapa

konsumen lain yang memiliki usaha pengolahan susu yang berskala rumah

tangga. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk membuat produk olahan yang

kemudian dijual di wilayah Kampus IPB.

E-coFarm memiliki harapan untuk bisa memproduksi dan menjual lebih

banyak produk olahan. Usaha pengolahan sendiri memiliki manfaat untuk

mendapatkan nilai tambah dari susu murni yang dihasilkan. Tetapi pada

kenyataannya sampai saat ini E-coFarm belum mampu untuk memenuhi

harapannya dalam hal memproduksi lebih banyak produk dan memperluas

wilayah pemasaran. E-coFarm yang wilayah pemasarannya hanya disekitar

Kampus IPB ini, memproduksi produk olahan berdasarkan stok yang tersedia.

Dengan demikian, E-coFarm tidak bisa meningkatkan produksi produk olahannya

walaupun E-coFarm memiliki bahan baku utama yaitu susu segar yang cukup

banyak. Sebagai contohnya, E-coFarm rata-rata hanya menggunakan 76 liter susu

per bulan untuk menghasilkan 140 liter yoghurt, sedangkan E-coFarm mampu

memproduksi susu segar sebanyak 60-80 liter perhari. Selain itu E-coFarm belum

memiliki tempat penyimpanan susu yang memadai. Susu segar yang dihasilkan

harus segera diolah atau disimpan di mesin pendingin agar susu tidak rusak.

Kondisi inilah yang menyebabkan E-coFarm tidak memiliki pilihan selain

menjual susu segarnya ke konsumen yang juga melakukan usaha pengolahan

(21)

7 Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian adalah:

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap usaha

E-coFarm, Darmaga-Bogor?

2. Bagaimana alternatif dan prioritas strategi yang tepat untuk di terapkan

pada pihak E-coFarm sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang

mempengaruhi pengembangan usaha E-coFarm.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak

E-coFarm.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak

diantaranya:

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam

menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.

2. Bagi E-coFarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif

perumusan strategi pengembangan usaha sehingga dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi

strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian

selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi

lingkungan usaha dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis

faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-coFarm. Penelitian ini hanya

sampai pada formulasi dari manajemen strategis. Sedangkan untuk tahap

(22)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah

Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia

diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi

perah rakyat (Sudono, 1999). Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang

dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah

menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan

rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya,

sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah

kurang dari 20 ekor.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan

sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika

mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga

menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat

menyebabkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian (Sudono et al. 2003).

Sudono (1999), menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh

dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu:

1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap

2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan

menjadi protein hewani dan kalori

3. Memberikan jaminan pendapatan

4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun

5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi

perah sebagai pupuk.

2.2. Susu

Menurut Edelsten (1988), secara umum susu adalah sekresi kelenjar

ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. (1992) menambahkan,

secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung

(23)

9 SNI No 01-3141-1998 (Dewan Standardisasi Nasional 1998) susu murni adalah

cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh

dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu

murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali

proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu

adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus,

umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana

pemberian pakan (Sudono et al. 1999). Menurut Imelda dan Edward (2007),

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan

antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan

yang diberikan.

Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan Produksi Air Susu (liter) Frekuensi Pemerahan (kali)

5 1

5-10 2

10-20 3

20-40 4

Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2002)

Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi

ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan

dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi

pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah.

Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada

pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang

dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat

dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar

susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang

(24)

10 Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan

karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang

digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke

dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran

seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada

suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak

mudah berkembang biak (Sudono et al. 2003).

2.4. Produksi Susu

Produksi susu di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan

dan permintaan konsumen. Hal ini antara lain disebabkan jumlah/populasi ternak

yang masih kurang, selain daya produksi susu per ekor yang belum mencapai titik

optimum (Sudarwanto 1999). Rataan produksi susu sapi Fries Holstein (FH)

adalah 10.209,96 Kg per laktasi. Total produksi susu umumnya bertambah untuk

bulan pertama setelah melahirkan, kemudian perlahan-lahan berkurang pada bulan

laktasi berikutnya (Ensminger dan Tyler 2006). Sebagaimana yang dinyatakan

Schmidt (1971) sebelumnya bahwa produksi susu relatif banyak dan akan

bertambah empat sampai enam minggu setelah melahirkan, kemudian produksi

susu menurun sampai berakhirnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. (2003),

produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7.425 kg per laktasi dan di

Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi.

2.5. Susu Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku

dengan suhu dibawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan

pangan seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi

hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses

ini sering diikuti teknik lain misalnya pendinginan dan pemberian gula. Produk

pasteurisasi bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari

sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan selama 1 minggu.

Pasteurisasi memiliki tujuan diantaranya adalah membunuh bakteri patogen yang

berbahaya bagi manusia, memperpanjang daya simpan, menimbulkan citarasa

yang lebih baik, dan dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yang

(25)

11 Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan menggunakan

metode high temperature short time. Suhu saat dilakukan pemanasan berkisar

antara 71oC sampai 75oC agar dapat mematikan bakteri penyebab penyakit. Pada

suhu 4oC susu pasteurisasi dapat bertahan selama 5-7 hari. Susu pasteurisasi

memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah meningkatkan stamina dan

kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, mencegah osteoporosis, mencegah

kangker usus, membatu proses pertukaran zat dalam tubuh, sebagai sumber

vitamin, lemak dan protein.

2.6. Yoghurt

Menurut Rahayu dan Sudarmadji (1998), yoghurt adalah bahan pangan

hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophillus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat

dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh

bakteri asam laktat tersebut mengahasilkan bentuk atau konsistensi yang

menyerupai pudding.

Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Pembuatannya

telah berevolusi dari pengalaman dari beberapa abad yang lalu dengan

membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas,

sekitar 40°-50°C. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang akan

difermentasi dipanaskan sampai 90°C selama 15-30 menit, kemudian didinginkan

sampai 43°C, diinokulasi dengan 2% kultur campuran Lactobacillus bulgaricus

dan Streptococcus thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3

jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki 0,85-0,90% dan pH 4,0-4,5.

Kemudian produk didinginkan sampai 5°C untuk dikemas (Buckle et al. 1987).

Tahapan pemanasan ini akan membunuh organisme pencemar,

menurunkan potensi redoks campuran tersebut dan menghasilkan faktor-faktor

dan kondisi menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang dimasukkan

sebagai inokular. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi sifat protein whey dan

perubahan menjadi casein yang memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih

seragam pada produk akhir (Buckle et al. 1987).

Saat ini minuman Yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan

(26)

12 untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara diantaranya adalah Jugurt

(Turki), Dahee (India), Fiilmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja

(Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba

(Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia),

Filli (Finlandia), dan Leban (Libanon) (Rahman et al. 1992).

2.6.1 Tipe Yoghurt

Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan

metode pembuatannya tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis yaitu set yoghurt dan

stirred yoghurt. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur

fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau

fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan

koagulannya tidak berubah. Sedangkan pada pembuatan stirred yoghurt, proses

fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar kemudian proses

pengemasan dilakukan setelah inkubasi sehingga memungkinkan koagulannya

pacah atau rusak sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Rahman et al.

1992).

Selain klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, menurut

Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang

telah dimodifikasi antara lain:

a. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu

dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya

b. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku

c. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah

laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein

d. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau

yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90-94%.

2.6.2. Manfaat Yoghurt

Yoghurt mengandung kalori, protein, karbohidrat, kalsium dan potasium

lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya lebih rendah.

Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya,

(27)

13 mineral besi. Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam fermentasi,

sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komplek. Hasil analisis kandungan

gizi susu dan yoghurt dalam Tamime dan Robinson (1989) dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt per 100 g

No Kandungan (unit/ 100g Susu Yoghurt

1 Kalori 67,5 72

Sumber : Tamime dan Robinson (1989)

Yoghurt dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.

Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu

melancarkan pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100

triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut

bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok mikroba di

dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara

singkat hanya disebut sebagai flora usus (Winarno 1997).

Menurut Winarno (1997), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu

yang dapat digolongkan ke dalam kelompok yang membantu kesehatan dan

kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan

(patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi

gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga

menyebabkan sakit. Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan,

sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci,

Enterococci dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui

mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu

menstimulasi respon imunitas sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai

penyakit infeksi dapat ditangani.

Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan

(28)

14 fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan

dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja

usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat

mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan

mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan

darah.

Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa

susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim

pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi

glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno (2002), susu yang telah mengalami

fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar

75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk

fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan.

2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt

Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal

sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt.

Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal,

homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi

(Tamime dan Robinson 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan

susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata.

Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya

mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses

pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen (Tamime dan Robinson 1989).

Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen

dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan

diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki

viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel

kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran

lebih homogen (Tamime dan Robinson 1989).

Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses

pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1) mendenaturasi whey

(29)

15 menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar

pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3)

mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik

sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4) merusak

protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah

oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson 1989).

Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara

cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C.

Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan

starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu

menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang

ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Tamime dan Robinson 1989).

Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang

dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses

fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang yang

menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6.

Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian

disimpan pada suhu dingin (Tamime dan Robinson 1989).

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyani

(2009), yaitu meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, Desa Benteng Ciampea, Bogor-Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk

mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak perusahaan dengan kondisi lingkungan usaha, serta

menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan

oleh Dafarm. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan

(30)

16 mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sedangkan analisis

kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan Dafarm terbagi

menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki

kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Dafarm yaitu produk bersertifikat halal

dan memiliki mutu yang relatif baik, sedangkan kelemahan utamanya adalah

produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang belum

lengkap. Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama

adalah permintaan produk yang seluruhnya terpenuhi, dan yang menjadi ancaman

utamanya adalah potensi persaingan industri yoghurt yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil analisis IFE, EFE, matriks IE dan SWOT, maka diperoleh

delapan alternatif strategi pengembangan usaha bagi Dafarm.

Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan

usaha bagi Dafarm adalah sebagai berikut: 1) melengkapi label produk dan

mengurus perizinan ke BPOM, 2) merekrut manajer profesional, 3) meningkatkan

kapasitas produksi melalui peningkatan kerja sama dengan peternak mitra untuk

memenuhi seluruh permintaan, 4) mempertahankan harga jual produk dan terus

berupaya meningkatkan mutu produk, 5) meningkatkan pelayanan kepada

pelanggan (distributor), 6) menciptakan diferensiasi produk, 7) melakukan

promosi dan sosialisasi manfaat yoghurt secara intensif dan 8) memperluas

wilayah pemasaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Risman (2009) yaitu mengenai Strategi

Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Daru

Fallah Kecamatan Ciampea. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian IE yang

menunjukkan kuadran V (bertahan dan memelihara)

Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan

Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Soleh (2009).

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal

dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha ternak sapi perah di Kecamatan

Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan merumuskan alternatif strategi yang tepat

dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.

(31)

17 sapi perah, dan analisis strategi pengembangan usaha ternak. Proses penyusunan

strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap

pemasukan data, tahap pemaduan data dan tahap keputusan. Alat yang dipakai

untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan alat

untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan

strategi usaha digunakan analisis SWOT serta untuk memprioritaskan strategi alat

yang digunakan adalah QSPM.

Alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan usaha ternak

sapi perah di Kecamatan Sukaresmi berdasarkan analisis SWOT adalah

meningkatkan skala usaha, memperbaiki manajemen usaha, membuat diversifikasi

produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, mempermudah akses

permodalan dan memperkuat peran kelompok ternak. Berdasarkan hasil analisis

QSPM diperoleh urutan strategi yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan.

Urutan prioritas strategi tersebut adalah meningkatkan skala usaha, membuat

diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, memperbaiki

manajemen usaha, membuka akses ke perbankan untuk meningkatkan

permodalan, dan memperkuat fungsi kelompok ternak.

Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi dilakukan oleh

Tagor (2004). Penelitian tersebut dilakukan pada Firma Surya Dairy Farm yang

berlokasi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor

lingkungan internal dan eksternal perusahaan, merumuskan strategi usaha yang

dapat di terapkan bagi perusahaan dan memilih perioritas strategi yang paling

tepat diterapkan oleh Firma Surya Dairy Farm. Alat yang dipakai untuk analisis

lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, untuk mengetahui jenis strategi

yang baik bagi perusahaan digunakan matriks IE, untuk menyusun strategi yang

cocok digunakan matriks SWOT, serta untuk memprioritaskan strategi alat yang

digunakan adalah QSPM.

Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Firma Surya Dairy Farm adalah

krisis ekonomi yang berangsur-angsur pulih di Indonesia, konsumsi masyarakat

akan susu olahan cair, daerah pemasaran produk yang masih luas, tersedianya

tenaga kerja yang potensial, perkembangan tingkat harga produk susu cair olahan,

(32)

18 politik dan keamanan negara yang tidak stabil, banyaknya produk substitusi di

pasar, pasokan susu segar impor yang lebih berkualitas, dan perkembangan jenis

penyakit pada hewan ternak sapi perah.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah produk yang berkualitas,

lokasi kantor pemasaran yang strategis, pelayanan konsumen yang sudah baik,

pertumbuhan laba bersih usaha dalam 5 tahun terakhir, kemampuan memberikan

kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan, dan pengalaman perusahaan

yang lebih dari 37 tahun. Kelemahan yang dimiliki adalah sifat produk yang

mudah rusak, kurangnya promosi, produksi belum optimal, jangkauan pemasaran

yang masih terbatas, dan teknologi produksi yang relatif sederhana.

Hasil analisis menggunakan matriks IE menunjukkan strategi perusahaan

yang paling tepat adalah strategi hold and maintain. Kemudiah setelah

menghasilkan strategi, maka urutan strategi bagi Firma Surya Dairy Farm adalah

memelihara kualitas serta mutu pelayanan kepada konsumen, mengoptimalkan

litbang untuk menghasilkan diversifikasi produk, mengoptimalkan volume

produksi serta melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, memantapkan

pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada serta memperluas jaringan

distribusi pemasaran, merekrut karyawan sebagai staf pemasaran serta

meningkatkan kerja divisi pemasaran, dan melakukan kegiatan promosi melalui

iklan secara gencar dan efektif.

Mahmud (2002), meneliti tentang strategi pemasaran produk susu cup.

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Pangalengan

Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bauran pemasaran produk

susu cup yang telah dilakukan ole KPBS Pangalengan, mengidentifikasi dan

menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal usaha produk susu

cup, dan mengajukan alternatif strategi pemaaran dalam upaya mempertahankan

dan meningkatkan posisi usaha.

Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT

(Strenght, Weekness, Opportunity, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan analisis daur hidup produk , KPBS memiliki perkembangan volume

penjualan dan waktu. Volume penjualan produk susu memiliki nilai yang terus

(33)

19 Sampai dengan akhir tahun 2000, perusahaan berada pada tahap pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pemasaran berupa

diversifikasi dari segi rasa, menetapkan harga yang terjangkau bagi konsumen,

penjualan melalui toko-toko atau supermarket, dan strategi promosi melalui

promosi langsung kepada konsumen.

Manfaat ekonomis yang dirasakan adalah sebanyak 80 persen responden

berpendapat bahwa harga beli susu oleh KPBS lebih tinggi daripada di luar.

Setelah adanya produk susu cup, sebanyak lebih dari 80 persen menyatakan

volume susu yang disetorkan sama. Semua responden menyatakan pendapatan

meningkat karena harga beli susu oleh koperasi semakin meningkat. Manfaat dari

segi sosial adalah sebanyak 66,7 persen menyatakan puas atas pelayanan koperasi.

Sebanyak 60 persen responden menjawab pernah mendapatkan pembinaan

khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ternak. Sedangkan yang

berpendapat pernah melakukan kerjasama dengan anggota lain sebanyak 44,3

persen. Dalam partisipasi anggota sebanyak 13,3 persen menyatakan selalu hadir,

66,7 persen tidak selalu hadir dan 20 persen tidak pernah hadir. Dari segi

permodalan sebanyak seratus persen membayar simpanan pokok dan simpanan

wajib secara teratur. Sebanyak 43,3 persen memiliki simpanan sukarela. Serta

(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategis

Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk

memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi

yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis

berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,

produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi

komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis

adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk

masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk

mengoptimalkan kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006).

Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri atas tiga tahap:

formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi, dengan alur proses

manajemen strategi seperti terlihat pada Gambar 1.

(35)

21 3.1.2.Perencanaan Strategi Bisnis

Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat

secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga

perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan

strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk

yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari

sumber daya yang ada.

Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial

untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya

organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan

strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk

perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis

memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:

1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha

memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki

perusahaan harus dialokasikan dengan tepat.

2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan

mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian

perusahaan dalam pasar tersebut.

3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai

tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari

sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan

sumberdayanya.

3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita

tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh

personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang

kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan

misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah

dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2008). Visi diperlukan

untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif, visi bersama antara manajer dan

(36)

22 kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan

ancaman (David, 2006). Tujuan perusahaan menerjemahkan pernyataan misi ke

dalam sasaran organisasi yaitu berfokus pada kinerja, khususnya kinerja yang

dapat diukur. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan

metode-metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur.

Misi mengartikulasi tentang perusahaan yang sebenarnya dan apa yang

dapat dicapai. Misi timbul bukan sebagai suatu konsep tetapi sebagai suatu

pernyataan. Pernyataan misi perusahaan menyajikan suatu artikulasi tentang

sasaran umum ke dalam tema utama strategi perusahaan. Pernyataan misi

mencerminkan pernyataan strategi perusahaan yang luas dan merupakan alat

penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi yang jelas diperlukan sebelum strategi

alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik

mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk

bertahan hidup, falsafah, konsep, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran

untuk karyawan (David, 2006).

3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai

bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan

perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan

perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan

dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor

yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor

pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor

penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).

1. Faktor Manajemen

Faktor manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pemotivasian, pengontrolan, dan pengendalian. Perencanaan

mencakup semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan

menghadapi masa depan. Pengorganisasian termasuk dalam semua aktivitas

(37)

23 Pemotivasian adalah termasuk usaha yang diartikan untuk membentuk tingkah

laku manusia. Sedangkan pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang

diarahkan yang memastikan hasil dan dapat konsisten dengan hasil yang

diharapkan. Agar setiap fungsi dalam manajemen dapat berjalan dengan baik dan

sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka diperlukan koordinasi yang baik

dan efesien. Koordinasi fungsional harus ditingkatkan apabila berbagai unit

organisasi menjadi lebih sering tergantung, ukuran dan fungsinya menjadi lebih

luas agar organisasi dapat mencapai sasarannya.

2. Faktor Pemasaran dan Distribusi

Pemasaran dan distribusi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

penyediaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang memungkinkan

pembeli melakukan pembelian dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan

pembelian. Pemasaran dan distribusi memerlukan analisis pelanggan, riset

pemasaran, biaya input dan produksinya, perencanaan pengembangan produk,

penetapan harga dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi, serta

tanggungjawab sosial dan lingkungan.

3. Faktor Keuangan dan Akuntansi

Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari

posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan

merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan

sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha.

Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat

diedarkan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana

menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2006).

4. Faktor Produksi

Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang

mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani

masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar.

Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan

modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan

mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses

(38)

24 5. Faktor Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha mengatur aktivitas

penelitian dan pengembangan (litbang) dengan cara memecahkan keterisolasian

litbang dari bagian perusahaan yang lain dan mendorong semangat kemitraan

antara manajer litbang dan manajer lain dalam perusahaan. Organisasi melakukan

investasi dalam litbang karena investasi tersebut dapat mengarah pada barang atau

jasa superior dan mendapat keunggulan bersaing.

Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum

pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses

manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi

pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan

yang kuat.

6. Faktor Sistem Informasi

Informasi mengikat semua fungsi bisnis menjadi dasar untuk semua

keputusan manajerial. Informasi mewakili sumber utama keunggulan dan

kelemahan bersaing. Tujuan sistem informasi adalah memperbaiki prestasi

perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial, karena organisasi

menjadi lebih kompleks, terdesentralisasi, dan tersebar secara global, sehingga

faktor sistem informasi menjadi sangat penting. Sistem informasi merupakan

sumberdaya strategi utama, mengikuti perubahan lingkungan, mengenali ancaman

persaingan, dan membantu dalam implementasi, evaluasi dan mengendalikan

strategi.

3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Menurut David (2006), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan

untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan,

sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu

strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap

peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.

Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) Lingkungan Jauh Perusahaan

Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri

(39)

25 dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya,

demografi, teknologi atau sering disebut PEST.

a. Faktor Politik

Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang

membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui

keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program

perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif

dan berbagai tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,

masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi

peluang atau ancaman bagi suatu perusahaan.

b. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi

tempat suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi dipengaruhi oleh

kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strateginya

perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen

yang mempengaruhi industri. Faktor-faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan

adalah tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan (disposable income),

kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju

inflasi serta kecenderungan pertumbuhan pendapatan nasional bruto (PNB)

(Pearce dan Robinson 1997).

c. Faktor Sosial Budaya

Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya seseorang

memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan

penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Perubahan sikap sosial diiringi

dengan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa.

Perusahaan harus dapat memanfaatkan perubahan kekuatan sosial sebagai peluang

untuk melakukan ekspansi. Berbagai faktor sosial yang mempengaruhi suatu

perusahaan antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat

di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan

(40)

26 d. Faktor Teknologi

Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin

mempengaruhi industri untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi.

Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk

baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik

produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat memberikan peluang berupa

membuka pasar dan produk yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap

fasilitas produksi.

2) Lingkungan Industri

Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan

aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial

tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter (1997), keadaan persaingan dalam suatu

industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok, yang diperlihatkan pada

Gambar 3. Gabungan dari kelima kekuatan ini menentukan potensi laba akhir

dalam industri. Lima kekuatan persaingan yaitu masuknya pendatang baru,

ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan

tawaar-menawar pemasok (suppliers), serta persaingan di antara para pesaing yang ada.

Kelima hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu

industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Kelima kekuatan

persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan

kemampuan dalam industri, atau kekuatan yang paling besar akan menentukan

serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi (Porter 1997).

Menurut David (2006), persaingan antar perusahaan sejenis biasanya

merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang

dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan

keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh perusahaan

pesaing. Kelima kekuatan persaingan menurut Porter (1997) ditunjukkan pada

(41)

27 Gambar 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri

(Sumber : Porter 1997)

3.2. Kerangka Operasional

Unit Peternakan E-coFarm memiliki usaha pengolahan susu yang cukup

berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun di sisi lain unit usaha ini harus

menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang ada dalam lingkungan

internal maupun eksternal. Potensi E-coFarm yang belum dimaksimalkan dan

diiringi dengan permasalahan internal yang muncul menjadi salah satu alasan

mengapa analisis strategi pengembangan usaha perlu dilakukan.

Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi adalah

mengidentifikasi visi, misi dan tujuan organisasi. Perumusan strategi

pengembangan usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan kondisi eksternal dan

internal E-coFarm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Perumusan strategi dilakukan

dengan menggunakan tiga tahap yang teridiri atas tahap pertama yang merupakan

tahap input (input stage), tahap dua merupakan tahap pencocokkan (matching

stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage). Pesaing Industri

Persaingan di antara perusahan yang telah ada

Ancaman Produk pengganti (subtitusi)

Kekuatan Tawar-menawar

Pembeli Kekuatan

Tawar-menawar Pemasok

Ancaman Pendatang baru

(42)

28 Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi adalah dengan

mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pada tahap kedua

digunakan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi. Tahap ketiga

adalah menentukan prioritas alternatif strategi yang tepat untuk bisa digunakan

oleh perusahaan. Secara lengkap kerangka pemikirian operasional penelitian

(43)

29 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Unit Petenakan E-coFarm

E-coFarm belum mampu memaksimalkan usahanya

Dibutuhkan Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Unit Peternakan E-coFarm

Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal E-coFarm

Identifikasi Faktor-faktor Internal: Manajemen

Pemasaran dan Distribusi Faktor Keuangan dan Akuntansi. Produksi

Sumber Daya Manusia

Identifikasi Lingkungan Eksternal: 1. Lingkungan Jauh

(ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik)

2. Faktor Lingkungan Industri Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan Tawar Menawar

Pemasok

Ancaman Produk Pengganti Ancaman Pendatang Baru Persaingan dalam Industri

Kekuatan dan Kelemahan

Alternatif Strategi

Prioritas Strategi Pengembangan

Strategi Pengembangan Usaha

Peluang dan Ancaman

Gambar

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk
Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar
Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap return saham dengan nilai perusahaan sebagai variabel intervening pada

 Kritis  Objektif Toleran pembersih berdasarkan kebutuhan sumberdaya (bahan, peralatan, keterampilan bekerja & pasar) dan prosedur yang ditetapkannya (jenis,

Garis pantai Indonesia panjangnya kurang lebih 81.000 km, wilayah pesisirnya mempunyai ekosistem yang sangat beraneka ragam, antara lain hutan mangrove, terumbu karang, padang

13. Bagaimana manajemen mutasi MTs Darul Amin Kota Palangka Raya?.. Observasi pengamatan penulis pada saat pelaksanaan penelitian di MTs Darul Amin mengenai model manajemen

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru (achieving tendency), motivasi guru untuk

Berdasarkan hasil penelitian in, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut perangkat pembelajaran pembelajaran matematika dengan peta konsep dan aplikasi e

Percayalah Ia akan memenuhi hidup kita semua sehingga kita bisa berlari kembali dan memenuhi panggilanNya untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah jauh sebelum

Dari uraian tersebut diatas tentang pesan Global Paradox dan Kondisi Nasional dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara,