ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA
E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR
SKRIPSI
MUHAMMAD REZA YUSA H34066090
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
MUHAMMAD REZA YUSA. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI).
Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total PDB setelah industri pengolahan dengan memberikan kontribusi sebesar 14,68% dari total PDB nasional pada tahun 2008. Selain itu sektor pertanian mampu menyerap 8,46 juta tenaga kerja yang ada di Indonesia. Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat karena didukung oleh perkembangan industri pengolahan komoditi yang dihasilkan. Salah satu komoditi yang dihasilkan subsektor peternakan adalah susu yang memiliki kandungan protein dan asam amino esensial yang penting bagi kesehatan tubuh. Susu yang merupakan bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak, sehingga dibutuhkan suatu proses penanganan dan pengolahan yang baik. Produk susu olahan diantaranya adalah susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya seperti keju dan mentega. Yoghurt yang merupakan salah satu hasil olahan dari susu, sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki citarasa yang khas, tekstur yang lebut dan memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satu keunggulan yoghurt dibandingkan dengan susu segar dalah kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang dapat membantu melancarakan pencernaan manusia.
E-coFarm yang dibentuk dari hasil kerjasama Departemen Pertanian Indonesia dan Fakultas Peternakan IPB merupakan salah satu usaha kecil yang memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi dan puding susu. Dalam menjalankan usahanya, E-coFarm yang memiliki skala usaha rumah tangga ini memiliki beberapa kendala seperti kendala produksi dan pemasaran. E-coFarm harus memiliki strategi yang tepat sehingga dapat berkembang dan mampu bertahan di dunia usahanya.
Penelitian yang dilakuakan di E-coFarm Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha yoghurt E-coFarm dan merumuskan alternatif strategi serta menetapkan prioritas strategi yang bisa diterapkan oleh E-coFarm. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang, yaitu pihak internal E-coFarm dan pihak eksternal dari pesaing terdekat. Keterlibatan pihak eksternal diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan penentuan prioritas strategi yang bisa diterapkan dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan manajer lapang E-coFarm.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA
E-COFARM, KAMPUS IPB DARMAGA-BOGOR
MUHAMMAD REZA YUSA H34066090
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-cofarm, Kampus IPB Darmaga Bogor
Nama : Muhammad Reza Yusa
NIM : H34066090
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Harmini. MSi NIP. 196009211987032002
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 195809081984031002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Strategi
Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mananpun. Sumber informasi yang berasal atau dikkutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 Februari 1985,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak
Yusuf Bashir Ahmad dan Ibu Siti Syamsiah, S.sos.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PTP X
Regional III Bandar Lampung (1989-1991), SDN Kartika Chandra Kirana-II
Bandar Lampung (1991-1997), SMP Negeri 25 Bandar Lampung (1997-2000),
dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2000-2003). Pada tahun 2003 penulis
diterima sebagai mahasiswa D3 Peternakan (TUTU) Institut Pertanian Bogor.
Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada E-coFarm, Kampus IPB Darmaga-Bogor”, disusun
berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat
untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan
internal dan eksternal E-coFarm, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat
diterapkan oleh pihak E-coFarm sesuai dengan lingkungan usahanya. Penulisan
skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha produk olahan susu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan
pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai kemudahan dalam segala hal. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Ibu, dan adik tersayang serta seluruh keluarga atas segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus selama penulis menempuh pendidikan.
2. Ir. Harmini MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, bantuan dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan
saran dan masukannya.
4. Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen komite pendidikan yang memberikan saran dan masukannya.
5. Pihak E-coFarm atas kesediaannya untuk menjadi tempat penelitian dan kerja sama serta bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
6. Ratu Fika Hertaviani SPt atas dukungan, kesabaran, motivasi dan do’a yang di berikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan I, khususnya teman-teman yang terus berjuang sampai akhir atas segala bantuan dan semangat yang diberikan.
8. Teman-teman dari Warkop Baraya dan warga Bateng yang telah bersedia menerima penulis dan memberikan dukungan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
Bogor, Juli 2011
DAFTAR ISI
2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan ... 9
2.4. Produksi Susu ... 10
2.5 Susu Pasteurisasi... 10
2.6. Yoghurt ... 11
2.6.1. Tipe Yoghurt ... 12
2.6.2. Manfaat Yoghurt ... 12
2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt ... 14
2.7. Penelitian Terdahulu ... 15
3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ... 22
3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 24
3.2. Kerangka Operasional ... 27
4.5.2. Penentuan Alternatif Strategi ... 34
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Unit Usaha E-coFarm ... 35
5.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 35
iv
6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh ... 45
6.2.1.1. Faktor Ekonomi ... 46
6.2.1.2. Faktor Sosial ... 49
6.2.1.3. Faktor Politik ... 50
6.2.1.4. Faktor Teknologi ... 51
6.2.2. Analisis Lingkungan Industri ... 51
6.2.2.1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru ... 51 7.1. Identifikasi Faktor Internal ... 55
7.1.1. Kekuatan Perusahaan ... 55
7.1.2. Kelemahan Perusahaan ... 57
7.2. Identifikasi Faktor Eksterrnal ... 60
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Persentase Sumbangan Sektor/SubsektorPertanian terhadap PDB Atas
Dasar Harga yang Berlaku (2005-2008) ... 1
2. Komposisi Susu Sapi Segar ... 2
3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat (2003-2007) ... 3
4. Konsumsi Susu dan Laju Pertumbuhan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 2004-2007 ... 3
5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor (2006-2009) ... 4
6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Penduduk Jawa Barat untuk Produk Telur dan Susu (2007 dan 2008) ... 5
7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan ... 9
8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt Per 100 gram ... 13
9. Harga Jual Produk E-coFarm ... 42
10. PDRB Sektor Industri Non-Migas Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor (2003-2007) ... 46
11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula (Januari 2008-Februari 2009) ... 47
12. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ... 48
13. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Minuman Kesehatan Per Kapita Per Bulan Tahun 2008 ... 49
14. Identifikasi Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan ... 60
15. Identifikasi Faktor-faktor Peluang dan Ancaman ... 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ... 20
2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri ... 27
3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 29
4. Matriks SWOT ... 33
5. Struktur Organisasi E-coFarm... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis SWOT ... 75
2. Alternatif Strategi Analisis SWOT ... 76
3. Kemasan Produk E-coFarm ... 77
4. Tempat Penyimpanan Produk ... 78
5. Kegiatan Produksi E-coFarm ... 79
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia, hal ini juga menarik perhatian pemerintah
untuk menitikberatkan sektor pertanian agar terwujud pertanian yang tangguh.
Berdasarkan data BPS (2008), pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam
total Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor
tersebut memberikan kontribusi sebesar Rp 180,6 trilyun atau 14,68% dari total
PDB nasional. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor
peternakan yang juga memegang peranan penting dalam perekonomian nasional
yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat terlihat dari
persentase sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap PDB yang terus
menunjukkan peningkatan hingga tahun 2008 yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Sumbangan Sektor/Subsektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga yang Berlaku Tahun 2005-2008.
No. Sektor/Subsektor Tahun
364.169,3 433.223,4 547.235,6 345.302,8 (Milyar Rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Keterangan: * Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Angka sangat sangat sementara
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang memberikan
kontribusi yang signifikan di dalam pembangunan pertanian Indonesia. Sektor ini
memiliki peluang pasar yang sangat baik, khususnya pasar domestik, yang akan
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat.
2 produk-produk peternakan. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendapatan
seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan
konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat.
Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang
perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak
dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan
kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Subsektor
peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena salah satunya didukung oleh
perkembangan industri pengolahan komoditi peternakan. Salah satu komoditi
yang dihasilkan peternakan adalah susu. Susu memiliki kandungan protein dan
asam amino esensial yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Protein
dan asam amino dibutuhkan sebagai komponen penghasil energi, sumber
pembangun dan sumber pengatur tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun
masa perkembangan, termasuk berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan
otak (brain developmental). Oleh karena itu asam amino serta protein harus
tercukupi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan tubuh dapat
berlangsung secara optimal. Protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mengandung asam amino
essensial seperti triptofan dan lysin yang tidak ditemukan dalam tumbuhan.
Kualitas susu dapat dilihat dari komposisi susu yang dihasilkan. Kualitas susu
juga sangat menentukan dalam penerimaan susu oleh konsumen dan menentukan
dalam penetapan harga susu oleh industri pengolahan susu. Inovasi-inovasi dan
terobosan baru dalam bidang peternakan diperlukan untuk mendapatkan kondisi
peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan susu dengan kualitas yang baik.
Komposisi susu menurut Buckle et al (1987) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah
ini:
Tabel 2. Komposisi Susu Sapi Segar
No Jenis Kandungan Bahan Komposisi (%)
3 Data total produksi susu nasional tahun 2008 tercatat sebanyak 764.77 ton.
Produksi tersebut dihasilkan dari sapi laktasi sebanyak 227.396 ekor dengan
jumlah total populasi sapi sebesar 413.448 ekor (Departemen Perindustrian RI
2009). Produksi susu di Indonesia sebagian besar di Pulau Jawa. Tabel 3
menunjukkan data populasi sapi dan produksi susu di Jawa Barat yang cenderung
meningkat.
Tabel 3. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2003-2007 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton)
2003 95.513 207.854,79
produksi susu di Jawa Barat tersebut meningkat sebesar 6,29 persen dibandingkan
tahun sebelumnya.
Menurut data Departemen Pertanian tahun 2008, secara umum konsumsi
susu dari subsektor peternakan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2004
4 Meskipun secara umum konsumsi susu nasional mengalami peningkatan,
namun konsumsi susu per kapita per tahun di Indonesia masih tergolong rendah.
Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2007 angka
per kapita konsumsi susu di Indonesia hanya sebesar sembilan liter per kapita per
tahun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara lain di
Asia diantaranya Malaysia mencapai 25,4 liter per tahun, Vietnam 10,7 liter per
tahun2.
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produksi Susu di Kabupaten Bogor tahun 2006-2009 Tahun Produksi Susu (Liter) Laju Pertumbuhan (%)
2006 9.038.816 -
2007 9.294.648 2.83
2008 10.422.075 12.34
2009 10.767.500 3.31
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat produksi susu yang terus meningkat
sejak tahun 2006 sampai 2009. Meningkatnya produksi susu ini menandakan
adanya perkembangan pada industri susu yang berada di Kabupaten Bogor bukan
hanya pada tingkat peternakan sapi perah tetapi juga pada tingkat pengolahan
susu. Dengan kata lain permintaan untuk susu dan produk olahannya meningkat.
Meningkatnya permintaan akan suatu produk bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk. Data BPS tahun 2010 menunjukan
jumlah penduduk di Kabupaten Bogor terus bertambah. Pada tahun 2009, jumlah
penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4.477.344 jiwa, atau naik sekitar 3,15%
dari tahun 2008.
Pada Tabel 6, dapat dilihat adanya peningkatan pengeluaran rata-rata per
kapita sebulan untuk telur dan susu di propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data
tersebut, baik penduduk perkotaan maupun penduduk pedesaan mengalami
peningkatan pengeluaran untuk produk telur dan susu pada tahun 2008 yaitu
sebesar 13,29 persen dan 17,02 persen dibandingkan tahun 2007.
2
5 Tabel 6. Jumlah Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Perbulan Penduduk Jawa
Barat untuk Produk Telur dan Susu Tahun 2007 dan 2008
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008
Penduduk Perkotaan Rp 14.405 Rp. 16.320
Penduduk Pedesaan Rp 6.275 Rp. 7.322
Perkotaan+Pedesaan Rp 11.048 Rp. 12.613
Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)
Peningkatan populasi dan produksi susu yang diiringi oleh peningkatan
konsumsi susu menunjukkan bahwa produk susu memiliki peluang yang besar
untuk terus dikembangkan khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan susu
merupakan produk yang dibutuhkan oleh banyak orang yang meliputi berbagai
lapisan masyarakat. Selain itu, fungsi susu sebagai salah satu sumber bahan
pangan yang kaya protein dan bergizi tinggi.
Menurut Rahman et al (1992), susu mengandung berbagai komponen
bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri,
kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai jenis mikroba ini, maka
susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak sehingga
diperlukan suatu proses penanganan yang baik. Salah satu cara penanganan susu
tersebut adalah dengan cara pengolahan. Produk susu olahan diantaranya susu
bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, yoghurt dan makanan lainnya yang
mengandung susu seperti keju dan mentega. Produk susu olahan tersebut banyak
diminati masyarakat. Pada tahun 2008, konsumsi olahan dalam negeri mencapai
1.022.864 ton, dengan konsumsi per kapita sebesar 8,02 kg per tahun (Dinas
Perindustrian RI 2009).
1.2. Perumusan Masalah
Perkembangan usaha pengolahan susu sapi dalam negeri masih memiliki
berbagai tantangan yang harus dihadapi sekaligus berbagai peluang yang harus
dimanfaatkan. Tantangan yang harus dihadapi antara lain pengolahan susu yang
masih tradisional dengan skala usaha yang kecil, keterbatasan modal usaha, dan
wilayah pemasaran yang sangat kecil. Sedangkan kebutuhan dan konsumsi susu
yang semakin tinggi setiap tahunnya merupakan peluang yang harus dimanfaatkan
6 Education Corporate Farming (E-coFarm) Fakultas Peternakan IPB berdiri
pada bulan Maret 2006 dengan modal awal yang dimiliki adalah 20 ekor sapi
perah betina dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, 12 ekor
sapi dara bunting dari Kementrian Negara Koperasi dan UMKM. Pegawai yang
bekerja sebanyak 7 orang (4 orang pegawai kandang dan 3 orang pencari rumput).
Saat ini jumlah sapi yang dimiliki E-coFarm berjumlah 21 ekor, terdiri dari 14
ekor sapi periode laktasi, 2 dara dan 4 anakan. Rata-rata produksi susu segar yang
dihasilkan E-coFarm sebanyak 60-80 liter perhari.
Produk yang dihasilkan dan dijual oleh E-coFarm tidak hanya susu segar
tetapi juga produk olahan susu berupa susu pasteurisasi, yoghurt, dan puding.
Produk berupa susu segar sebagian dijual ke D-Farm Fapet IPB dan beberapa
konsumen lain yang memiliki usaha pengolahan susu yang berskala rumah
tangga. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk membuat produk olahan yang
kemudian dijual di wilayah Kampus IPB.
E-coFarm memiliki harapan untuk bisa memproduksi dan menjual lebih
banyak produk olahan. Usaha pengolahan sendiri memiliki manfaat untuk
mendapatkan nilai tambah dari susu murni yang dihasilkan. Tetapi pada
kenyataannya sampai saat ini E-coFarm belum mampu untuk memenuhi
harapannya dalam hal memproduksi lebih banyak produk dan memperluas
wilayah pemasaran. E-coFarm yang wilayah pemasarannya hanya disekitar
Kampus IPB ini, memproduksi produk olahan berdasarkan stok yang tersedia.
Dengan demikian, E-coFarm tidak bisa meningkatkan produksi produk olahannya
walaupun E-coFarm memiliki bahan baku utama yaitu susu segar yang cukup
banyak. Sebagai contohnya, E-coFarm rata-rata hanya menggunakan 76 liter susu
per bulan untuk menghasilkan 140 liter yoghurt, sedangkan E-coFarm mampu
memproduksi susu segar sebanyak 60-80 liter perhari. Selain itu E-coFarm belum
memiliki tempat penyimpanan susu yang memadai. Susu segar yang dihasilkan
harus segera diolah atau disimpan di mesin pendingin agar susu tidak rusak.
Kondisi inilah yang menyebabkan E-coFarm tidak memiliki pilihan selain
menjual susu segarnya ke konsumen yang juga melakukan usaha pengolahan
7 Berdasarkan penjelasan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian adalah:
1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap usaha
E-coFarm, Darmaga-Bogor?
2. Bagaimana alternatif dan prioritas strategi yang tepat untuk di terapkan
pada pihak E-coFarm sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi pengembangan usaha E-coFarm.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh pihak
E-coFarm.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak
diantaranya:
1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dalam
menerapkan teori-teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan.
2. Bagi E-coFarm, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai kondisi lingkungan usaha dan memberikan alternatif
perumusan strategi pengembangan usaha sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai studi
strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi studi
lingkungan usaha dan penyusunan strategi pengembangan melalui analisis
faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh E-coFarm. Penelitian ini hanya
sampai pada formulasi dari manajemen strategis. Sedangkan untuk tahap
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Perah
Berdasarkan skala usahanya peternakan sapi perah di Indonesia
diklasifikasikan menjadi perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi
perah rakyat (Sudono, 1999). Perusahaan peternakan merupakan peternakan yang
dikelola oleh suatu perusahaan komersial dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempunyai izin usaha serta sudah
menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya. Sedangkan peternakan
rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha taninya,
sehingga sifat pengelolaannya masih tradisional dengan kepemilikan sapi perah
kurang dari 20 ekor.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan
sapi perah adalah pada pemberian pakan. Sapi perah dapat berproduksi tinggi jika
mendapat pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga
menghasilkan susu yang optimal. Cara pemberian pakan yang salah dapat
menyebabkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian (Sudono et al. 2003).
Sudono (1999), menyatakan ada beberapa keuntungan yang diperoleh
dengan mengembangkan usaha peternakan sapi perah, yaitu:
1. Peternakan sapi perah adalah suatu usaha yang tetap
2. Sapi perah merupakan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan
menjadi protein hewani dan kalori
3. Memberikan jaminan pendapatan
4. Penggunaan tenaga kerja yang tetap sepanjang tahun
5. Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi
perah sebagai pupuk.
2.2. Susu
Menurut Edelsten (1988), secara umum susu adalah sekresi kelenjar
ambing dari hewan yang menyusui anaknya. Rahman et al. (1992) menambahkan,
secara kimia susu didefinisikan sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung
9 SNI No 01-3141-1998 (Dewan Standardisasi Nasional 1998) susu murni adalah
cairan yang berasal dari ambing sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh
dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu segar adalah susu
murni yang disebutkan di atas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali
proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
2.3. Pemerahan dan Penanganan Pasca Pemerahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu
adalah bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus,
umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana
pemberian pakan (Sudono et al. 1999). Menurut Imelda dan Edward (2007),
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu air susu yang dihasilkan
antara lain kondisi sapi, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar serta pakan
yang diberikan.
Tabel 7. Hubungan Antara Produksi Susu dengan Frekuensi Pemerahan Produksi Air Susu (liter) Frekuensi Pemerahan (kali)
5 1
5-10 2
10-20 3
20-40 4
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2002)
Frekuensi atau banyaknya dilakukan pemerahan setiap hari pada sapi
ditentukan oleh jumlah air susu yang dihasilkan, pemberian pakan, pemeliharaan
dan tenaga kerja. Produksi susu bertambah dengan meningkatnya frekuensi
pemerahan, bahkan hal ini terjadi juga pada sapi yang produksi susunya rendah.
Frekuensi pemerahan pada umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada
pagi dan sore hari. Jika jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang
dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu pada sore hari. Pada saat
dilakukan pemerahan, ambing dan tangan atau alat pemerah harus bersih agar
susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang
10 Susu segar yang baru diperah harus segera mendapatkan penanganan
karena sifatnya yang mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang
digunakan untuk menampung susu disebut milk can. Sebelum dimasukkan ke
dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bersih dari kotoran
seperti bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu. Pendinginan susu pada
suhu 4°C yang bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak
mudah berkembang biak (Sudono et al. 2003).
2.4. Produksi Susu
Produksi susu di Indonesia sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan
dan permintaan konsumen. Hal ini antara lain disebabkan jumlah/populasi ternak
yang masih kurang, selain daya produksi susu per ekor yang belum mencapai titik
optimum (Sudarwanto 1999). Rataan produksi susu sapi Fries Holstein (FH)
adalah 10.209,96 Kg per laktasi. Total produksi susu umumnya bertambah untuk
bulan pertama setelah melahirkan, kemudian perlahan-lahan berkurang pada bulan
laktasi berikutnya (Ensminger dan Tyler 2006). Sebagaimana yang dinyatakan
Schmidt (1971) sebelumnya bahwa produksi susu relatif banyak dan akan
bertambah empat sampai enam minggu setelah melahirkan, kemudian produksi
susu menurun sampai berakhirnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. (2003),
produksi susu sapi FH di Amerika serikat rata-rata 7.425 kg per laktasi dan di
Indonesia 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3.050 kg per laktasi.
2.5. Susu Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku
dengan suhu dibawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan bahan
pangan seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi
hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses
ini sering diikuti teknik lain misalnya pendinginan dan pemberian gula. Produk
pasteurisasi bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari
sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan selama 1 minggu.
Pasteurisasi memiliki tujuan diantaranya adalah membunuh bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia, memperpanjang daya simpan, menimbulkan citarasa
yang lebih baik, dan dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase yang
11 Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan menggunakan
metode high temperature short time. Suhu saat dilakukan pemanasan berkisar
antara 71oC sampai 75oC agar dapat mematikan bakteri penyebab penyakit. Pada
suhu 4oC susu pasteurisasi dapat bertahan selama 5-7 hari. Susu pasteurisasi
memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah meningkatkan stamina dan
kekebalan tubuh, mengurangi tekanan darah, mencegah osteoporosis, mencegah
kangker usus, membatu proses pertukaran zat dalam tubuh, sebagai sumber
vitamin, lemak dan protein.
2.6. Yoghurt
Menurut Rahayu dan Sudarmadji (1998), yoghurt adalah bahan pangan
hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus) yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat
dan halus, kompak dengan rasa asam yang segar. Hasil fermentasi susu oleh
bakteri asam laktat tersebut mengahasilkan bentuk atau konsistensi yang
menyerupai pudding.
Yoghurt adalah produk susu yang mengalami fermentasi. Pembuatannya
telah berevolusi dari pengalaman dari beberapa abad yang lalu dengan
membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu panas,
sekitar 40°-50°C. Dalam pembuatan yoghurt secara alami, susu yang akan
difermentasi dipanaskan sampai 90°C selama 15-30 menit, kemudian didinginkan
sampai 43°C, diinokulasi dengan 2% kultur campuran Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophillus dan dibiarkan pada suhu ini selama kira-kira 3
jam sampai tercapai keasaman yang dikehendaki 0,85-0,90% dan pH 4,0-4,5.
Kemudian produk didinginkan sampai 5°C untuk dikemas (Buckle et al. 1987).
Tahapan pemanasan ini akan membunuh organisme pencemar,
menurunkan potensi redoks campuran tersebut dan menghasilkan faktor-faktor
dan kondisi menguntungkan untuk perkembangan bakteri yang dimasukkan
sebagai inokular. Pemanasan juga menyebabkan denaturasi sifat protein whey dan
perubahan menjadi casein yang memberi konsistensi yang lebih baik dan lebih
seragam pada produk akhir (Buckle et al. 1987).
Saat ini minuman Yoghurt sudah dikenal oleh banyak bangsa dan
12 untuk menyebut produk yoghurt dari beberapa negara diantaranya adalah Jugurt
(Turki), Dahee (India), Fiilmjolk (Skandinavia), Tarho (Hongaria), Naja
(Bulgaria), Kissel mleka (Balkan), Zabady (Mesir dan Sudan), Mast (Iran), Roba
(Irak), Mazun (Armenia), Tiaourti (Yunani), Cieddu (Italia), Mezzoradu (Sisilia),
Filli (Finlandia), dan Leban (Libanon) (Rahman et al. 1992).
2.6.1 Tipe Yoghurt
Yoghurt dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan perbedaan
metode pembuatannya tipe yoghurt dibagi menjadi dua jenis yaitu set yoghurt dan
stirred yoghurt. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem pembuatannya dan struktur
fisik dari koagulan. Set yoghurt adalah produk dimana pada waktu inkubasi atau
fermentasi susu berada dalam kemasan kecil, sehingga memungkinkan
koagulannya tidak berubah. Sedangkan pada pembuatan stirred yoghurt, proses
fermentasi susu dilakukan pada tangki atau wadah yang besar kemudian proses
pengemasan dilakukan setelah inkubasi sehingga memungkinkan koagulannya
pacah atau rusak sebelum pendinginan dan pengemasan selesai (Rahman et al.
1992).
Selain klasifikasi yoghurt berdasarkan metode pembuatannya, menurut
Rahman et al. (1992), masih sering dijumpai produk-produk yoghurt lain yang
telah dimodifikasi antara lain:
a. Yoghurt pasteurisasi, yaitu yoghurt yang setelah proses inkubasi lalu
dipasteurisasi untuk memperpanjang umur simpannya
b. Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang disimpan pada suhu beku
c. Dietic yoghurt, yaitu yoghurt yang dibuat dengan rendah kalori, rendah
laktosa, ataupun ditambahkan vitamin atau protein
d. Konsentrat yoghurt, yaitu yoghurt dengan total padatan sekitar 24% atau
yoghurt kering dengan total padatan sekitar 90-94%.
2.6.2. Manfaat Yoghurt
Yoghurt mengandung kalori, protein, karbohidrat, kalsium dan potasium
lebih tinggi dibandingkan susu segar, tetapi kandungan lemaknya lebih rendah.
Yoghurt dapat mensuplai hampir seluruh asam amino esensial dan nutrisi lainnya,
13 mineral besi. Vitamin B komplek akan digunakan oleh bakteri dalam fermentasi,
sehingga yoghurt akan kekurangan vitamin B komplek. Hasil analisis kandungan
gizi susu dan yoghurt dalam Tamime dan Robinson (1989) dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan Gizi Susu dan Yoghurt per 100 g
No Kandungan (unit/ 100g Susu Yoghurt
1 Kalori 67,5 72
Sumber : Tamime dan Robinson (1989)
Yoghurt dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.
Bakteri baik yang terdapat dalam yoghurt sangat diperlukan untuk membantu
melancarkan pencernaan. Di dalam saluran usus manusia terdapat lebih dari 100
triliyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut
bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok mikroba di
dalam tubuh manusia yang disebut mikroflora usus atau kadang-kadang secara
singkat hanya disebut sebagai flora usus (Winarno 1997).
Menurut Winarno (1997), mikroflora usus mengandung bakteri tertentu
yang dapat digolongkan ke dalam kelompok yang membantu kesehatan dan
kelompok lain yang bersifat patogen. Jika jumlah bakteri yang merugikan
(patogen) melebihi jumlah bakteri yang menguntungkan, maka akan terjadi
gangguan pada pencernaan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh sehingga
menyebabkan sakit. Banyak spesies bakteri yang menguntungkan bagi kesehatan,
sebagian besar merupakan bakteri asam laktat (Lactobacilli, Streptococci,
Enterococci dan Bifidobacteria). Beberapa bakteri asam laktat telah diketahui
mampu menekan produksi senyawa karsinogen dalam usus dan mampu
menstimulasi respon imunitas sehingga fungsi pencegahan kanker dan berbagai
penyakit infeksi dapat ditangani.
Menurut Robinson (1999), terdapat beberapa efek kesehatan
14 fermentasi, yaitu: memacu pertumbuhan karena dapat meningkatkan pencernaan
dan penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja
usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, dapat
mengatasi masalah Lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan
mengatasi srtess, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan
darah.
Lactose intolerance merupakan suatu gejala tidak tahan terhadap laktosa
susu sehingga menyebabkan diare. Hal ini disebabkan kekurangan enzim
pencerna yaitu laktase. Enzim laktase diperlukan untuk memecah laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Menurut Winarno (2002), susu yang telah mengalami
fermentasi dapat menurunkan 25 persen kadar laktosa yang ada dan tersisa sekitar
75 persen, sehingga penderita Lactose intolerance dapat mengkonsumsi produk
fermentasi susu dengan tidak menyebabkan gejala-gejala yang merugikan.
2.6.3. Proses Pembuatan Yoghurt
Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal
sampai didapatkan susu yang siap untuk difermentasi dan menghasilkan yoghurt.
Persiapan yang dilakukan meliputi pelarutan susu sapi dan gula, pemanasan awal,
homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi
(Tamime dan Robinson 1989). Pelarutan dilakukan dengan cara memasukkan
susu sapi dan gula ke dalam wadah sambil diaduk secara perlahan sampai merata.
Susu sapi yang telah dilarutkan dengan gula dipanaskan sampai suhunya
mencapai 70°C. Perlakuan pemanasan tersebut diperlukan sebagai proses
pemanasan awal sebelum masuk mesin homogen (Tamime dan Robinson 1989).
Proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan mesin homogen
dengan tekanan sebesar 2400 Psi. Homogenisasi bertujuan untuk menurunkan
diameter rata-rata globula lemak menjadi kurang dari 2 mikron, memperbaiki
viskositas yoghurt karena terjadi peningkatan absorpsi lemak terhadap misel
kasein menurunkan sineresis, susu menjadi lebih putih dan menjamin campuran
lebih homogen (Tamime dan Robinson 1989).
Pasteurisasi dilakukan pada suhu 85-90°C selama 15 menit. Proses
pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk 1) mendenaturasi whey
15 menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar
pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan, 3)
mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal bersifat mikroaerofilik
sehingga bakteri yoghurt dapat berkembang biak dengan baik dan 4) merusak
protein dalam batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah
oleh kultur yoghurt untuk pertumbuhannya (Tamime dan Robinson 1989).
Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu pasca pasteurisasi secara
cepat dan menyiapkan suhu susu untuk proses fermentasi yaitu antara 40-45°C.
Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan
starter yoghurt yang ditambahkan. Penambahan kultur starter ke dalam susu
menggunakan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. Kultur starter yang
ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Tamime dan Robinson 1989).
Tahap terakhir adalah inkubasi yang merupakan proses fermentasi yang
dilakukan di dalam inkubator yang suhunya diatur pada kisaran 40-45°C. Proses
fermentasi (inkubasi) dihentikan setelah terbentuk struktur susu yang yang
menggumpal dan memiliki karakteristik pH atau derajat keasaman antara 4,4-4,6.
Hasil fermentasi susu tersebut dinamakan stirred yoghurt yang kemudian
disimpan pada suhu dingin (Tamime dan Robinson 1989).
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang yoghurt sebelumnya pernah dilakukan oleh Indriyani
(2009), yaitu meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha Yoghurt (Studi Kasus pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, Desa Benteng Ciampea, Bogor-Jawa Barat). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pada Unit Peternakan Darul Fallah ”Dafarm”, serta merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak perusahaan dengan kondisi lingkungan usaha, serta
menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yoghurt yang dapat diterapkan
oleh Dafarm. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan
16 mengetahui lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sedangkan analisis
kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.
Berdasarkan analisis lingkungan usaha, lingkungan Dafarm terbagi
menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal memiliki
kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama Dafarm yaitu produk bersertifikat halal
dan memiliki mutu yang relatif baik, sedangkan kelemahan utamanya adalah
produk belum memiliki izin dari BPOM dan labelisasi kemasan yang belum
lengkap. Pada lingkungan eksternal faktor-faktor yang menjadi peluang utama
adalah permintaan produk yang seluruhnya terpenuhi, dan yang menjadi ancaman
utamanya adalah potensi persaingan industri yoghurt yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil analisis IFE, EFE, matriks IE dan SWOT, maka diperoleh
delapan alternatif strategi pengembangan usaha bagi Dafarm.
Berdasarkan analisis matriks QSP, urutan prioritas strategi pengembangan
usaha bagi Dafarm adalah sebagai berikut: 1) melengkapi label produk dan
mengurus perizinan ke BPOM, 2) merekrut manajer profesional, 3) meningkatkan
kapasitas produksi melalui peningkatan kerja sama dengan peternak mitra untuk
memenuhi seluruh permintaan, 4) mempertahankan harga jual produk dan terus
berupaya meningkatkan mutu produk, 5) meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan (distributor), 6) menciptakan diferensiasi produk, 7) melakukan
promosi dan sosialisasi manfaat yoghurt secara intensif dan 8) memperluas
wilayah pemasaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Risman (2009) yaitu mengenai Strategi
Pemasaran Produk Dafa Yoghurt pada Unit Pengolahan Peternakan Yayasan Daru
Fallah Kecamatan Ciampea. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian IE yang
menunjukkan kuadran V (bertahan dan memelihara)
Kajian Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan
Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Soleh (2009).
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal
dan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha ternak sapi perah di Kecamatan
Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan merumuskan alternatif strategi yang tepat
dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur.
17 sapi perah, dan analisis strategi pengembangan usaha ternak. Proses penyusunan
strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap
pemasukan data, tahap pemaduan data dan tahap keputusan. Alat yang dipakai
untuk analisis lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan alat
untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk merumuskan
strategi usaha digunakan analisis SWOT serta untuk memprioritaskan strategi alat
yang digunakan adalah QSPM.
Alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan usaha ternak
sapi perah di Kecamatan Sukaresmi berdasarkan analisis SWOT adalah
meningkatkan skala usaha, memperbaiki manajemen usaha, membuat diversifikasi
produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, mempermudah akses
permodalan dan memperkuat peran kelompok ternak. Berdasarkan hasil analisis
QSPM diperoleh urutan strategi yang menjadi prioritas untuk diimplementasikan.
Urutan prioritas strategi tersebut adalah meningkatkan skala usaha, membuat
diversifikasi produk di tingkat peternak atau kelompok ternak, memperbaiki
manajemen usaha, membuka akses ke perbankan untuk meningkatkan
permodalan, dan memperkuat fungsi kelompok ternak.
Kajian Strategi Pengembangan Usaha Susu Pasteurisasi dilakukan oleh
Tagor (2004). Penelitian tersebut dilakukan pada Firma Surya Dairy Farm yang
berlokasi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, merumuskan strategi usaha yang
dapat di terapkan bagi perusahaan dan memilih perioritas strategi yang paling
tepat diterapkan oleh Firma Surya Dairy Farm. Alat yang dipakai untuk analisis
lingkungan adalah matriks IFE dan matriks EFE, untuk mengetahui jenis strategi
yang baik bagi perusahaan digunakan matriks IE, untuk menyusun strategi yang
cocok digunakan matriks SWOT, serta untuk memprioritaskan strategi alat yang
digunakan adalah QSPM.
Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Firma Surya Dairy Farm adalah
krisis ekonomi yang berangsur-angsur pulih di Indonesia, konsumsi masyarakat
akan susu olahan cair, daerah pemasaran produk yang masih luas, tersedianya
tenaga kerja yang potensial, perkembangan tingkat harga produk susu cair olahan,
18 politik dan keamanan negara yang tidak stabil, banyaknya produk substitusi di
pasar, pasokan susu segar impor yang lebih berkualitas, dan perkembangan jenis
penyakit pada hewan ternak sapi perah.
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah produk yang berkualitas,
lokasi kantor pemasaran yang strategis, pelayanan konsumen yang sudah baik,
pertumbuhan laba bersih usaha dalam 5 tahun terakhir, kemampuan memberikan
kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan, dan pengalaman perusahaan
yang lebih dari 37 tahun. Kelemahan yang dimiliki adalah sifat produk yang
mudah rusak, kurangnya promosi, produksi belum optimal, jangkauan pemasaran
yang masih terbatas, dan teknologi produksi yang relatif sederhana.
Hasil analisis menggunakan matriks IE menunjukkan strategi perusahaan
yang paling tepat adalah strategi hold and maintain. Kemudiah setelah
menghasilkan strategi, maka urutan strategi bagi Firma Surya Dairy Farm adalah
memelihara kualitas serta mutu pelayanan kepada konsumen, mengoptimalkan
litbang untuk menghasilkan diversifikasi produk, mengoptimalkan volume
produksi serta melakukan efisiensi biaya produksi dan pemasaran, memantapkan
pijakan pasar pada daerah pemasaran yang sudah ada serta memperluas jaringan
distribusi pemasaran, merekrut karyawan sebagai staf pemasaran serta
meningkatkan kerja divisi pemasaran, dan melakukan kegiatan promosi melalui
iklan secara gencar dan efektif.
Mahmud (2002), meneliti tentang strategi pemasaran produk susu cup.
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Pangalengan
Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bauran pemasaran produk
susu cup yang telah dilakukan ole KPBS Pangalengan, mengidentifikasi dan
menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal usaha produk susu
cup, dan mengajukan alternatif strategi pemaaran dalam upaya mempertahankan
dan meningkatkan posisi usaha.
Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT
(Strenght, Weekness, Opportunity, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan analisis daur hidup produk , KPBS memiliki perkembangan volume
penjualan dan waktu. Volume penjualan produk susu memiliki nilai yang terus
19 Sampai dengan akhir tahun 2000, perusahaan berada pada tahap pertumbuhan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alternatif strategi pemasaran berupa
diversifikasi dari segi rasa, menetapkan harga yang terjangkau bagi konsumen,
penjualan melalui toko-toko atau supermarket, dan strategi promosi melalui
promosi langsung kepada konsumen.
Manfaat ekonomis yang dirasakan adalah sebanyak 80 persen responden
berpendapat bahwa harga beli susu oleh KPBS lebih tinggi daripada di luar.
Setelah adanya produk susu cup, sebanyak lebih dari 80 persen menyatakan
volume susu yang disetorkan sama. Semua responden menyatakan pendapatan
meningkat karena harga beli susu oleh koperasi semakin meningkat. Manfaat dari
segi sosial adalah sebanyak 66,7 persen menyatakan puas atas pelayanan koperasi.
Sebanyak 60 persen responden menjawab pernah mendapatkan pembinaan
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ternak. Sedangkan yang
berpendapat pernah melakukan kerjasama dengan anggota lain sebanyak 44,3
persen. Dalam partisipasi anggota sebanyak 13,3 persen menyatakan selalu hadir,
66,7 persen tidak selalu hadir dan 20 persen tidak pernah hadir. Dari segi
permodalan sebanyak seratus persen membayar simpanan pokok dan simpanan
wajib secara teratur. Sebanyak 43,3 persen memiliki simpanan sukarela. Serta
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategis
Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi
yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis
berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi atau operasi, penelitian dan pengambangan, serta sistem informasi
komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Tujuan manajemen strategis
adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk
masa mendatang, perencanaan jangka panjang, sebaliknya, mencoba untuk
mengoptimalkan kecenderungan sekarang untuk masa datang (David 2006).
Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri atas tiga tahap:
formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi, dengan alur proses
manajemen strategi seperti terlihat pada Gambar 1.
21 3.1.2.Perencanaan Strategi Bisnis
Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat
secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan, sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan
strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk
yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari
sumber daya yang ada.
Menurut Porter (1997) perencanaan strategis adalah proses manajerial
untuk mengembangkan dan menjaga agar tujuan, keahlian dan sumberdaya
organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah. Tujuan perencanaan
strategis adalah untuk membentuk dan menyempurnakan usaha serta produk
perusahaan sehingga memenuhi target laba pertumbuhan. Perencanaan strategis
memerlukan tiga kegiatan kunci, yaitu:
1. Perusahaan mengelola usahanya sebagai portofolio investasi. Setiap usaha
memiliki potensial laba yang berbeda, dan sumberdaya yang dimiliki
perusahaan harus dialokasikan dengan tepat.
2. Perusahaan mengevaluasi setiap unit usaha secara tepat dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi serta kesesuaian
perusahaan dalam pasar tersebut.
3. Perusahaan harus mengembangkan suatu rencana permainan untuk mencapai
tujuan jangka panjang dan menentukan strategi apa yang paling sesuai dari
sudut pandang posisi industri dan tujuan, peluang, keahlian, dan
sumberdayanya.
3.1.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita
tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh seluruh
personel perusahaan. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang
kira-kira mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan
misi merupakan penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah
dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 2008). Visi diperlukan
untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif, visi bersama antara manajer dan
22 kebosanan kerja dan menempatkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan
ancaman (David, 2006). Tujuan perusahaan menerjemahkan pernyataan misi ke
dalam sasaran organisasi yaitu berfokus pada kinerja, khususnya kinerja yang
dapat diukur. Dalam menetapkan tujuan, organisasi memformulasikan
metode-metode tentang pengejaran misi yang dapat diukur.
Misi mengartikulasi tentang perusahaan yang sebenarnya dan apa yang
dapat dicapai. Misi timbul bukan sebagai suatu konsep tetapi sebagai suatu
pernyataan. Pernyataan misi perusahaan menyajikan suatu artikulasi tentang
sasaran umum ke dalam tema utama strategi perusahaan. Pernyataan misi
mencerminkan pernyataan strategi perusahaan yang luas dan merupakan alat
penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi yang jelas diperlukan sebelum strategi
alternatif dapat dirumuskan dan diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik
mengungkapkan pelanggan, produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk
bertahan hidup, falsafah, konsep, pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran
untuk karyawan (David, 2006).
3.1.4. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan
Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam berbagai
bidang fungsional bisnis. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahaan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan
perusahaan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan relatif terhadap
pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kelemahan
perusahaan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan
dan kapabilitas yang serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Faktor-faktor
yang termasuk dalam faktor internal perusahaan adalah faktor manajemen, faktor
pemasaran dan distribusi, faktor keuangan dan akuntasi, faktor produksi, faktor
penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi (David, 2006).
1. Faktor Manajemen
Faktor manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, pengontrolan, dan pengendalian. Perencanaan
mencakup semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan
menghadapi masa depan. Pengorganisasian termasuk dalam semua aktivitas
23 Pemotivasian adalah termasuk usaha yang diartikan untuk membentuk tingkah
laku manusia. Sedangkan pengendalian merujuk pada semua aktivitas yang
diarahkan yang memastikan hasil dan dapat konsisten dengan hasil yang
diharapkan. Agar setiap fungsi dalam manajemen dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tugasnya masing-masing, maka diperlukan koordinasi yang baik
dan efesien. Koordinasi fungsional harus ditingkatkan apabila berbagai unit
organisasi menjadi lebih sering tergantung, ukuran dan fungsinya menjadi lebih
luas agar organisasi dapat mencapai sasarannya.
2. Faktor Pemasaran dan Distribusi
Pemasaran dan distribusi adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
penyediaan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang memungkinkan
pembeli melakukan pembelian dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan
pembelian. Pemasaran dan distribusi memerlukan analisis pelanggan, riset
pemasaran, biaya input dan produksinya, perencanaan pengembangan produk,
penetapan harga dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi, serta
tanggungjawab sosial dan lingkungan.
3. Faktor Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari
posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Laporan keuangan
merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan dan
sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan pelaksanaan kegiatan usaha.
Sistem keuangan harus dikelola dengan baik, sehingga seluruh dana dapat
diedarkan ke semua bagian kegiatan. Kelebihan atau kekurangan dana
menandakan kurang tepatnya pengelolaan sistem keuangan (David, 2006).
4. Faktor Produksi
Faktor produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah masukkan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi menangani
masukan, pengubahan dan keluaran yang bervariasi antara industri dan pasar.
Aktivitas dalam memproduksi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan
modal. Faktor produksi terdiri dari proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan
mutu. Kekuatan dan kelemahan dalam faktor produksi akan menentukan sukses
24 5. Faktor Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan yang dikelola dengan baik akan berusaha mengatur aktivitas
penelitian dan pengembangan (litbang) dengan cara memecahkan keterisolasian
litbang dari bagian perusahaan yang lain dan mendorong semangat kemitraan
antara manajer litbang dan manajer lain dalam perusahaan. Organisasi melakukan
investasi dalam litbang karena investasi tersebut dapat mengarah pada barang atau
jasa superior dan mendapat keunggulan bersaing.
Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum
pesaing melakukannya, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses
manufaktur untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang menjalankan strategi
pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian dan pengembangan
yang kuat.
6. Faktor Sistem Informasi
Informasi mengikat semua fungsi bisnis menjadi dasar untuk semua
keputusan manajerial. Informasi mewakili sumber utama keunggulan dan
kelemahan bersaing. Tujuan sistem informasi adalah memperbaiki prestasi
perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial, karena organisasi
menjadi lebih kompleks, terdesentralisasi, dan tersebar secara global, sehingga
faktor sistem informasi menjadi sangat penting. Sistem informasi merupakan
sumberdaya strategi utama, mengikuti perubahan lingkungan, mengenali ancaman
persaingan, dan membantu dalam implementasi, evaluasi dan mengendalikan
strategi.
3.1.5. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Menurut David (2006), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan
untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan,
sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu
strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap
peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.
Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Lingkungan Jauh Perusahaan
Menurut Pearce and Robinson (2009) lingkungan jauh eksternal terdiri
25 dengan situasi operasional perusahaan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya,
demografi, teknologi atau sering disebut PEST.
a. Faktor Politik
Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang
membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui
keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program
perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif
dan berbagai tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen,
masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi
peluang atau ancaman bagi suatu perusahaan.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi
tempat suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi dipengaruhi oleh
kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strateginya
perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen
yang mempengaruhi industri. Faktor-faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan
adalah tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan (disposable income),
kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju
inflasi serta kecenderungan pertumbuhan pendapatan nasional bruto (PNB)
(Pearce dan Robinson 1997).
c. Faktor Sosial Budaya
Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya seseorang
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan
penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Perubahan sikap sosial diiringi
dengan perubahan permintaan terhadap berbagai jenis barang dan jasa.
Perusahaan harus dapat memanfaatkan perubahan kekuatan sosial sebagai peluang
untuk melakukan ekspansi. Berbagai faktor sosial yang mempengaruhi suatu
perusahaan antara lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup masyarakat
di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan
26 d. Faktor Teknologi
Perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin
mempengaruhi industri untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi.
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk
baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik
produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat memberikan peluang berupa
membuka pasar dan produk yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap
fasilitas produksi.
2) Lingkungan Industri
Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan
aturan permainan persaingan selain juga strategi-strategi yang secara potensial
tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter (1997), keadaan persaingan dalam suatu
industri tergantung pada lima kekuatan persaingan pokok, yang diperlihatkan pada
Gambar 3. Gabungan dari kelima kekuatan ini menentukan potensi laba akhir
dalam industri. Lima kekuatan persaingan yaitu masuknya pendatang baru,
ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan
tawaar-menawar pemasok (suppliers), serta persaingan di antara para pesaing yang ada.
Kelima hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu
industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Kelima kekuatan
persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan
kemampuan dalam industri, atau kekuatan yang paling besar akan menentukan
serta menjadi sangat penting dari sudut pandang perumusan strategi (Porter 1997).
Menurut David (2006), persaingan antar perusahaan sejenis biasanya
merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang
dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan
keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh perusahaan
pesaing. Kelima kekuatan persaingan menurut Porter (1997) ditunjukkan pada
27 Gambar 2. Kekuatan-kekuatan Persaingan Industri
(Sumber : Porter 1997)
3.2. Kerangka Operasional
Unit Peternakan E-coFarm memiliki usaha pengolahan susu yang cukup
berpotensi untuk terus dikembangkan. Namun di sisi lain unit usaha ini harus
menghadapi persaingan usaha dan berbagai kondisi yang ada dalam lingkungan
internal maupun eksternal. Potensi E-coFarm yang belum dimaksimalkan dan
diiringi dengan permasalahan internal yang muncul menjadi salah satu alasan
mengapa analisis strategi pengembangan usaha perlu dilakukan.
Langkah awal yang dilakukan untuk memformulasikan strategi adalah
mengidentifikasi visi, misi dan tujuan organisasi. Perumusan strategi
pengembangan usaha selanjutnya akan dikaji berdasarkan kondisi eksternal dan
internal E-coFarm. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi. Perumusan strategi dilakukan
dengan menggunakan tiga tahap yang teridiri atas tahap pertama yang merupakan
tahap input (input stage), tahap dua merupakan tahap pencocokkan (matching
stage), dan tahap terakhir adalah tahap keputusan (decision stage). Pesaing Industri
Persaingan di antara perusahan yang telah ada
Ancaman Produk pengganti (subtitusi)
Kekuatan Tawar-menawar
Pembeli Kekuatan
Tawar-menawar Pemasok
Ancaman Pendatang baru
28 Tahap pertama dalam kerangka kerja perumusan strategi adalah dengan
mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pada tahap kedua
digunakan matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi. Tahap ketiga
adalah menentukan prioritas alternatif strategi yang tepat untuk bisa digunakan
oleh perusahaan. Secara lengkap kerangka pemikirian operasional penelitian
29 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Unit Petenakan E-coFarm
E-coFarm belum mampu memaksimalkan usahanya
Dibutuhkan Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan Unit Peternakan E-coFarm
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal E-coFarm
Identifikasi Faktor-faktor Internal: Manajemen
Pemasaran dan Distribusi Faktor Keuangan dan Akuntansi. Produksi
Sumber Daya Manusia
Identifikasi Lingkungan Eksternal: 1. Lingkungan Jauh
(ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik)
2. Faktor Lingkungan Industri Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan Tawar Menawar
Pemasok
Ancaman Produk Pengganti Ancaman Pendatang Baru Persaingan dalam Industri
Kekuatan dan Kelemahan
Alternatif Strategi
Prioritas Strategi Pengembangan
Strategi Pengembangan Usaha
Peluang dan Ancaman