• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan usaha pepaya california (Studi kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengembangan usaha pepaya california (Studi kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI

(Studi kasus :

Keca

FAKULTA

IN

TEGI PENGEMBANGAN USAHA PEP

CALIFORNIA

us : Gapoktan Lembayung Desa Cikopo

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

KHARISMA AFFAN FARISI H34070087

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

KULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

1

EPAYA

opomayak,

(2)

2

RINGKASAN

KHARISM A AFFAN FARISI. Strategi Pengembangan Usaha Pepaya California (Studi Kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi produksi pertanian yang besar dimana sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Hasil pertanian Indonesia memiliki beragam jenis dan bentuknya. Hortikultura merupakan salah satu dari keragaman pertanian Indonesia yang memiliki potensi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Produk pertanian hortikultura khususnya buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan diseluruh daerah Indonesia. Pepaya California merupakan jenis buah yang berpotensi untuk dikembangkan.

Gapoktan Lembayung merupakan salah satu Gapoktan dengan komoditas yang diusahakan yaitu pepaya California yang terletak di Desa Cikopomayak Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Dalam menjalankan usahanya, Gapoktan Lembayung mengalami beberapa kendala diantaranya yaitu kurangnya modal usaha sehingga para petani sulit dalam mengambangkan usahanya, belum terbentuknya sistem manajemen organisasi yang optimal seperti perencanaan yang belum tertulis secara jelas pada Gapoktan Lembayung. Pemasaran produk juga masih terbatas, hanya pada tengkulak-tengkulak langganan yang datang membeli pepaya-pepaya California dari petani-petani Gapoktan Lembayung dan belum bisa menjual secara langsung pada konsumen akhir.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) menganalsis lingkungan internal dan eksternal usaha pepaya California Gapoktan Lembayung 2) merumuskan Strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh Gapoktan Lembayung. Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Lembayung di Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Bogor, Jawa barat. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. Pengumpulan data digunakan melalui pengamatan, wawncara dan pengisian kuesioner. Sedangkan, analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi dalam penelitian ini menggunakan analisis IFE, EFE, IE, dan QSPM.

Bedsasarkan hasil dari analisis lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahannya serta lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman pada usaha budidaya pepaya California Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak Kecamatan Jasinga. Kekuatan yang dimiliki oleh Gapoktan Lembayung meliputi: struktur dan pembagian tugas yang jelas, hubungan baik antar ketua dan anggota Gapoktan, promosi dari internet dan brosur Gapoktan, kesuburan tanah dan bibit serta pupuk dapat diproduksi sendiri. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh Gapoktan Lembayung meliputi: program perencanaan Gapoktan yang belum tertulis, jaringan pemasaran yang masih terbatas, pencatatan data dan keuangan yang masih sederhana, keterbatasan dalam modal usaha anggota, peralatan pertanian yang masih sederhana dan sisitem pengairan masih tadah hujan.

(3)

3 Kecamatan Jasinga ini meliputi: harga BBM yang cenderung tetap, permintaan pepaya California yang tinggi, Program SLPTT oleh dinas Pertanian, bantuan dana PUAP untuk modal Gapoktan, komoditi unggulan binaan direktorat jenderal hortikultura, perkembangan teknologi dan sulitnya masuk dalam industri pepaya California. sedangkan, ancaman yang dihadapai Gapoktan Lembayung meliputi: perkembangan hama dan penyakit tanaman pepaya California, perubahan cuaca yang ekstrim, mudah dalam mendapat produk subtitusi dan perilaku kompetitif pesaing.

Berdasarkan matriks IFE Gapoktan Lembayung sebesar 2,594 dan total matriks EFE Gapoktan Lembayung sebesar 3,032. Berdasarkan nilai skor pada kedua matriks IFE dan EFE maka posisi usaha pepaya California Gapoktan Lembayung berada pada sel II. Pada sel II ini usaha Gapoktan Lembayung dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (Growth and Build). Strategi yang dapat diterapkan yaitu strategi intensif atau strategi integratif.

(4)

4

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEPAYA

CALIFORNIA

(Studi kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak,

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)

KHARISMA AFFAN FARISI H34070087

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

5 Judul Proposal : Strategi Pengembangan Usaha Pepaya California (Studi

kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak Kecamatan

Jasinga, Kabupaten Bogor) Nama : Kharisma Affan Farisi

NRP : H34070087

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suharno M. Adev,

NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, Ms

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

6

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pepaya California (Studi kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditebitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah diterbitkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 17 Juni 2011

(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 16 Juni 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Eddy S. Djaya dan Ibunda Yulia Suptriati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Inpres 6/78 Madidir, Bitung pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negri 1 Subang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negri 1 Subang diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melelui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007.

(8)

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pepaya California (Studi kasus : Gapoktan Lembayung Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga,Kabupaten Bogor)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal Gapoktan Lembayung dan selanjutnya dapat merumuskan strategi pengembangan usaha yang dapat di terapkan oleh Gapoktan Lembayung dalam usah budidaya pepaya California.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

9

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan nikmat yang diberikan-Nya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir Suharno M. Adev., selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

2. Dosen penguji Etriya MM. Dan Yeka Hendra Fatika SP. pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini

3. Ayah dan ibu serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 4. Muriani Hedriatmanti atas dukungan dan waktunya saat menemani

hari-hari saat di dunia kampus.

5. Petani-petani Gapoktan Lembayung, Pak Rofi penyuluh BP3K, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dan Pak Hendra Tengkulak.

6. Bu ida, mba dian dan Pak Yusuf yang telah membantu dan tahap-tahap melakukan seminar sampai selesai.

7. Teman-teman AGB Gilaku Okky, Adi, Jerikho, Ginda, Hasan, Sigit, Yahya, Hata CEO 44, Tian, Ryan, Rico, Rasyid, teman PKM (Aci dan Leni), teman se-PS Haqi dan Partner Asprak sekaligus pembahas Harfiana.

8. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis 44 atas semangat, dukungan, bantuan dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

(10)

10

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Sejarah Singkat Pepaya ... 9

2.2. Jenis-jenis Pepaya ... 9

2.3. Manfaat Pepaya ... 11

2.4. Pepaya California ... 12

2.5. Kelompok Tani ... 13

2.6. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ... 14

2.7. Perbedaan Gapoktan Dengan Koperasi ... 15

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Strategi Pengembangan Usaha ... 15

2.9. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Komoditi Pepaya ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1. Konsep Strategi ... 20

3.1.2. Konsep Manajemen Strategi ... 20

(11)

11

3.1.4. Konsep Pengembangan Usaha ... 25

3.1.5. Visi dan Misi ... 27

3.1.6. Analisis Lingkungan ... 28

3.1.6.1. Likngkungan Internal ... 28

3.1.6.2. Lingkungan Eksternal ... 29

3.1.7. Eksternal Factor Evaluation (EFE) ... 32

3.1.8. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 32

3.1.9. Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 33

3.1.10. Matriks Quantitive Strategis Planning (QSP) ... 33

3.2. Kerangka Operasional ... 34

IV. METODE PENELITIAN ... 36

4.1. Lokasi dan waktu Penelitian ... 36

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 36

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 36

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

4.5.Analisis Lingkungan Internal ... 38

4.6. Analisis Lingkungan Eksternal ... 38

4.7. Analisis Tiga Tahap Perumusan Strategi ... 38

V. GAMBARAN UMUM GABUNGAN KELOMPOK TANI ... 47

5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 47

5.2. Sejarah Singkat Gapoktan Lembayung ... 47

5.3. Visi dan Misi Gapoktan Lembayung ... 48

5.4. Sumber Daya Manusia Gapoktan Lembayung ... 49

5.5. Sruktur Organisasi Gapoktan Lembayung ... 51

5.6. Kegiatan Usaha Gapoktan Lembayung... 51

5.6.1. Kegiatan Bididaya ... 51

5.6.2. Kegiatan Pemasaran ... 51

5.6.3. Kegiatan Kemitraan ... 52

5.6.4. Keaktifan Anggota Gapoktan ... 52

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 54

(12)

12

6.1.2. Pemasaran ... 55

6.1.3. Keuangan/Akutansi ... 57

6.1.4. Produksi/Operasi ... 57

6.1.5. Sistem Informasi Manajemen ... 62

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 63

6.2.1. Ekonomi ... 63

6.2.2. Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan ... 66

6.2.3. Politik, Pemerintahan, dan Hukum ... 66

6.2.4. Teknologi ... 67

6.2.5. Kompetitif ... 68

6.3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 71

6.3.1. Identifikasi Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) ... 72

6.3.2. Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) ... 76

6.4. Tahap Masukan (Input Stage) ... 81

6.4.1. Matriks IFE Gapoktan Lembayung ... 81

6.4.2. Matriks EFE Gapoktan Lembayung ... 81

6.5. Tahap Pencocokan (Matching Stage) ... 84

6.5.1. Matriks IE Gapoktan Lembayung ... 84

6.5.2. Alternatif Strategi ... 85

6.6. Tahap Keputusan (Decision Stage) ... 88

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

7.1.Kesimpulan ... 90

7.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(13)

13

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Indonesia

Tahun 2004-2008 ... 2

2. Total Produksi Buah-buahan Tahun 2006-2009 ... 3

3. Produksi Pepaya Tahun 2005-2009 ... 3

4. Total Produksi Tertinggi Buah di Kab. Bogor Tahun 2009 ... 4

5. Faktor eksternal perusahaan ... 30

6. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... 39

7. Matriks IFE ... 41

8. Matriks EFE ... 42

9. Matriks QSPM ... 45

10.Jumlah Penduduk Menurut Propinsi ... 63

11.Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Bogor atas harga berlaku (Ribuan Rupiah) Tahun 2007-2009 ... 64

12.Kekuatan dan Kelemahan yang Dihadapi Gapoktan Lembayung ... 75

13.Peluang dan Ancaman yang Dihadapi Gapoktan Lembayung... 80

14.Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Gapoktan Lembayung ... 82

(14)

14

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategis ... 21

2. Model Kekuatan Persaingan ... 31

3. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

4. Matriks Internal-Eksternal (IE) ... 44

5. Struktur Organisasi gapoktan Lembayung ... 50

6. Proses Budidaya Pepaya California di Gapoktan Lembayung ... 58

7. Media Persemaian Pepaya California ... 59

8. Hama Pepaya California dan Dampak Pada Buah ... 61

9. Buah Pepaya California kualitas super dan BS ... 62

10.Data Inflasi Periode 2005-2010 ... 65

(15)

15

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi 2005-2010 ... 97

2. Inflasi Januari-April 2011 ... 98

3. Jenis Komoditas Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura ... 100

4. Matriks QSP ... 103

5. Hasil Kuisioner ... 106

6. Kuesioner ... 126

(16)

16

I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi produksi pertanian yang besar dimana sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Hasil pertanian Indonesia sangat beragam jenis dan bentuknya. Hortikultura merupakan salah satu dari keragaman pertanian Indonesia yang memiliki potensi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Produk pertanian hortikultura khususnya buah-buahan merupakan suatu komoditas yang potensial untuk dikembangkan di seluruh daerah Indonesia. Buah-buahan merupakan sumber pangan yang mengandung vitamin yang diperlukan oleh tubuh sehingga masyarakat Indonesia sangat membutuhkan konsumsi buah-buahan tersebut.

Indonesia memiliki keragaman buah-buahannya yang sangat tinggi. Berdasarkan Balai Kajian Buah Tropika IPB, Indonesia memiliki 3000 jenis buah-buahan yang tersebar di seluruh daerah Indonesia. Iklim tropis Indonesia juga mendukung suburnya buah-buahan yang tumbuh di Indonesia, baik yang buah asli Indonesia maupun buah yang didatangkan dari luar negeri yang memiliki iklim yang serupa dengan Indonesia. Potensi komoditas hortikultura turut membantu dalam meningkatkan pendapatan negara. Ini terlihat dalam kontribusi komoditas hortikultura dalam bidang ekspor komoditas hortikultura Indonesia ke negara lain.

(17)

17

Tabel 1. Volume Ekspor (kg) Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 2004- 2008

No Komoditas Hortikultura

Ekspor (kg)

2004 2005 2006 2007 2008

1 Total sayuran 107.493.047 152.658.158 236.225.397 209.347.875 175.927.334

2 Total

Buah-buahan 171.822.618 272.296.672 262.358.494 157.620.956 323.888.910

3 Total tanaman

hias 14.065.154 18.259.265 15.047.349 15.875.683 3.343.562

4 Total

Biofarmaka 3.097.914 8.590.449 4.832.493 7.684.734 14.670.214

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2008)

(18)

18

Tabel 2. Total Produksi (Ton) Buah-buahan Tahun 2007 – 2010

*)Angka sementara

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura dan BPS (2010)

Komoditi buah-buahan yang berpeluang besar untuk dikembangkan, adalah Pepaya. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan buah tropis yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Selatan bagian Utara. Pepaya merupakan jenis buah yang mudah beradaptasi di berbagai lingkungan, maka tidak heran pepaya kini sudah tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu komoditi buah yang disukai masyarakat Indonesia. Berikut total produksi pepaya di Indonesia dari tahun 2006 – 2010. Secara umum total produksi pepaya cenderung meningkat, namun pada tahun 2007 mengalami penurunan.

Tabel 3. Produksi Pepaya (Ton) tahun 2006-2010

Tahun Total Produksi Pepaya (Ton)

2006 653.451

2007 621.524

2008 653.276

2009 772.844

2010 695,214*

*)Angka sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2010)

Berdasarkan data konsumsi perkapita pepaya Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2003 sampai 2007 terjadi fluktuasi konsumsi. Konsumsi berturtu-turut dari tahun 2003 sampai 2007 yaitu 2.44, 2.34, 3.28, 2.03, dan 1,61

Tahun Total Produksi Buah-buahan (Ton)

2007 17.116.622

2008 17.831.252

2009 17.949.023

(19)

19 kilogram perkapita pertahun. Tingkat konsumsi pepaya ini termasuk tinggi dibandingkan buah lainnya. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Hortikultura, pepaya menempati ranking keempat buah paling banyak dikonsumsi setelah pisang, rambutan dan jeruk . Ini menandakan pengembangan pepaya sangat berpotensial. Potensi pepaya cukup besar untuk dikembangkan apa lagi dengan beragamnya jenis pepaya dimasyarakat akan meningkatkan variasi pepaya dan juga dapat meningkatkan jumlah konsumsi masyarakan sehingga akan berdampak dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Daerah Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar dalam pengembangan pepaya. Menurut data dari Balai Pusat Statistik jawa Barat, pepaya menempati urutan ke tiga produksinya di Kabupaten Bogor terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Total Produksi Tertinggi Buah di Kab. Bogor tahun 2009

Buah-buahan Kab. Bogor Total Produksi (Ton)

Pisang 199.276

Rambutan 127.195

Pepaya 84.819

Durian 69.582

Jambu biji 53.50

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat (2009)

(20)

20 sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Keaktifan anggota dari Gapoktan bisa berupa aktifnya dalam perkumpulan Gapoktan, saling membantu dan meningkatkan kesejahteraan petani anggota Gapoktan melalui budidaya dan pemasaran serta aktif dan tanggap terhadap program dan arahan dari Dinas Pertanian setempat.

Gapoktan merupakan kumpulan dari petani-petani yang melakukan kegiatan usahatani atau bisnis di bidang pertanian. Maka Gapoktan juga memiliki potensi sebagai organiasi dibidang bisnis seperti perusahaan. Selain peran Gapoktan sebagai suatu organisasi yang turut memperkuat posisi tawar petani dalam hal bisnis, Gapoktan juga mampu untuk mencari sumber pasar baru sebgai penjualan hasil produk usahataninya para anggota petani. Gapoktan Lembayung merupakan salah satu Gapoktan di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi bisnis untuk mengembangkan pepaya California sebegai komoditi bisnis utama dan menjalankan strategi pengembanmgan usaha seperti perusahaan.

Saat ini, pepaya yang memiliki ukuran besar tidak diminati oleh konsumen. Apalagi bau yang sering muncul dan warna yang kurang menarik menjadi salah satu faktor kurang diminatinya oleh konsumen. Pepaya yang memiliki ukuran lebih kecil, manis dan berkulit licin lebih diminati konsumen. Pepaya yang sedang diminati konsumen dan permintaannya yg tinggi saat ini yaitu Pepaya California. Pepaya California berukuran sedang, bobotnya antara 800 gram hingga 1,2 kg. Bentuk buahnya seperti peluru. Ciri lainnya, daun mempunyai jambul. Rasa pepaya ini manis dan rasa manisnya seperti tertinggal di mulut saat dimakan. Ini yang menjadikan nilai tambah tersendiri bagi pepaya california dari pada pepaya lokal lainnya (Balai Kajian Buah Tropika IPB, 2006).

(21)

21 Pepaya California lebih cepat berbuah, tujuh bulan setelah tanam bisa dipanen. Sementara pepaya lokal baru bisa panen pada umur 9–11 bulan. Kelebihan lainnya, tinggi tanaman pepaya California rata-rata hanya 2 m, sementara pepaya lokal 4–5 m. Idealnya, pepaya California ditanam pada ketinggian 200–500 m di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tempat 500 m dpl, Petani menerapkan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m, atau 1.500 batang/ha. Jika di dataran rendah, pepaya ini bisa ditanam lebih rapat (Inawan, 2008)

Dengan permintaan yang tinggi terhadap pepaya California ini, menjadikan pepaya California merupakan suatu peluang untuk diusahakan. Kelebihan pepaya ini dibanding pepaya lain menjadikan pepaya California sangat menguntungkan untuk diusahakan saat permintaannya yang belum sepenuhnya terpenuhi ini.

1. 2. Perumusan Masalah

Pepaya merupakan salah satu komoditi hortikultura unggulan Jawa Barat. Produksinya menempati urutan kedua dalam skala nasional setelah Jawa Timur. Pepaya California merupakan jenis pepaya yang sedang diminati oleh masyarakat banyak, bentuknya yang tidak terlalu besar, daging buah yang tebal dan manis memberikan pepaya California memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding pepaya Bangkok dan pepaya lokal. Di daerah Kabupaten Bogor terdapat daerah-daerah penghasil pepaya California seperti Kecamatan Jasinga, Ciampea dan Rancabungur. Gapoktan Lembayung merupakan salah satu Gapoktan dengan komoditas yang diusahakan yaitu pepaya California yang terletak di Desa Cikopomayak Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

(22)

22 Penelitian ini dilakukan, dengan harapan dapat membantu manajemen Gapoktan Lembayung dalam mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan untuk memperbaiki strategi pengembangan usahanya.

Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Gapoktan Lembayung, maka penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja dalam pengembangan usaha pepaya California Gapoktan Lembayung di Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor guna meningkatkan performa bisnisnya pada masa yang akan datang?

2. Strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha pepaya California Gapoktan Lembayung di Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor?

1. 3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini 1. Menganalsis lingkungan internal dan eksternal usaha pepaya California

Gapoktan Lembayung.

2. Merumuskan Strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh Gapoktan Lembayung.

1. 4. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Dapat memberikan informasi dan solusi bagi Gapoktan Lembayung dalam mengambil keputusan strategis dalam pengembangan usahanya.

2. Memberikan bahan rujukan bagi peneliti dalam ilmu pengetahuan serta menjadi informasi bagi peneliti-peneliti yang sedang menyelesaikan tugas akhir dan kegiatan lain yang berkaitan.

(23)

23

1. 5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu meliputi gambaran umum dari Gapoktan Lembayung di desa Cokopomayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis faktor-faktor internal dan eksternal Gapoktan lembayung, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha Gapoktan Lembayung. Penelitian ini membahas berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi Gapoktan Lembayung. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari kondisi internal perusahaan tersebut ataupun dari lingkungan eksternal perusahaan. Analisis yang dilakukan sebatas pada formulasi strategi pengembangan usaha pepaya California Gapoktan Lembayung. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu

(24)

24

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Sejarah Singkat Pepaya

Pepaya merupakan tanaman buahberupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi.

2.2. Jenis-jenis Pepaya

Pepaya terdiri dari beberapa jenis diantaranya yaitu1:

1. Pepaya Cibinong. Warna kulit buah bagian ujung biasanya kuning, sedangkan bagian lainnya tetap hijau. Pepaya cibinong memiliki ciri tersendiri, yaitu buah yang matang tampak pada warna kulit buahnya. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran besar. Bobot setiap buah rata-rata 2,5 kg. Pangkal buah kecil kemudian membesar di bagian tengah dan melancip di bagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak halus tetapi tidak rata. Daging buah berwarna merah kekuningan. Keistimewaan lainnya pepaya ini ialah rasanya manis segar, teksturnya keras, dan tahan selama pengangkutan

2. Pepaya bangkok. Pepaya bangkok bukan tanaman asli Indonesia. Jenis pepaya ini didatangkan dari Thailand sekitar tahun 70-an. Pepaya bangkok diunggulkan karena ukurannya paling besar dibanding jenis pepaya lainnya.

1

(25)

25 Beratnya dapat mencapai 3,5 kg per buahnya. Selain ukuran, keunggulan lainnya ialah rasa dan ketahanan buah. Daging buahnya berwarna jingga kemerahan, rasanya manis segar dan teksturnya keras sehingga tahan dalam pengangkutan.

3. Pepaya Hawai. Pepaya yang berasal dari Kepulauan Hawaii ini merupakan suatu jenis pepaya “solo”. Pepaya “solo” artinya pepaya yang habis dimakan hanya untuk satu orang. Oleh karena itu, dapat dipastikan keistimewaan pepaya ini ialah ukurannya yang kecil. Bobot buahnya hanya sekitar 0,5 kg. Bentuknya agak bulat atau bulat panjang. Kulit buah yang telah matang berwarna kuning cerah. Daging buahnya agak tebal, berwarna kuning, dan rasanya manis segar.

(26)

26 Tanaman pepaya dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.000 m dpl. Tanaman ini lebih senang tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup tersedia air), curah hujan 1000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Tanaman ini lebih senang tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup tersedia air), curah hujan 1000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Di daerah yang beriklim kering, musim hujannya 2-5 bulan, dan musim kemaraunya 6-8 bulan, tanaman pepaya masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang subur dengan porositas baik, mengandung kapur, dan ber-pH 6-7 paling disenangi oleh tanaman pepaya. Tanaman pepaya lebih menyukai daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak tergenang air. Tanah yang berdrainase tidak baik menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit akar.

2. 3. Manfaat Pepaya

Menurut Tohir (1978), adapun manfaat pepaya sebagai berikut :

1. Buah masak yang populer sebagai “buah meja”, selain untuk pencuci mulut juga sebagai pensuplai nutrisi/gizi terutama vitamin A dan C. Buah pepaya masak yang mudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya dan dodol pepaya. Buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan (pencampur) saus tomat pada industri makanan, yakni untuk penambah cita rasa, warna dan kadar vitamin .

2. Dalam industri makanan, akarnya dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit ginjal dan kandung kencing.

3. Daunnya sebagai obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakit panas. Bahkan daun mudanya enak dilalap dan untuk menambah nafsu makan, serta dapat menyembuhkan penyakit beri-beri dan untuk menyusun ransum ayam.

(27)

27 5. Bunga pepaya yang berwarna putih dapat dirangkai dan digunakan sebagai “bunga kalung” pengganti bunga melati atau sering dibuat urap. Batangnya dapat dijadikan pencampur makanan ternak melalui proses pengirisan dan pengeringan.

2. 4. Pepaya California

Pepaya California sebenarnya bernama pepaya Calina. Meski menyandang nama California, pepaya itu sebetulnya dikembangkan di Bogor. Pepaya California (IPB-9) ini merupakan satu dari beberapa pepaya unggul hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Untuk mendapatkan varietas-varietas itu dibutuhkan waktu panjang. 'Riset dilakukan sejak 2000,' tutur Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati, MS, ketua Divisi Pemuliaan PKBT IPB.

Pepaya yang memiliki bentuk buah lebih kecil dan lebih lonjong ini berasal dari Amerika Tengah dan daerah Karibia. Ia dapat tumbuh subur sepanjang tahun (tanpa mengenal musim) di Indonesia. Pohon Pepaya California lebih pendek dibanding jenis pepaya lain, paling tinggi lebih kurang 2 meter. Daunnya berjari banyak dan memiliki kuncung di permukaan pangkalnya. Buahnya berkulit tebal, warnanya hijau terang dan permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, manis dan berwarna jingga kemerahan. Bobotnya berkisar antara 800 gram sampai dengan 1,24 Kg per buah2.

Belakangan ini, permintaan pasar akan pasokan pepaya California, khususnya supermarket/hypermarket di kota-kota besar dalam dan luar negeri cukup tinggi. Sementara itu, ketersediaan buah relatif terbatas, karena pepaya unggulan yang kecil mungil ini belum dikenal secara meluas di masyarakat petani.

2.5. Kelompok Tani (Poktan)

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab

2

(28)

28 segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-

problem yang dihadapi petani.

Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut: a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.

f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

(29)

29 a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang

tersedia.

b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996).

2. 6. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) mulai dikenal pada awal tahun 1990-an. Gapoktan merupakan gabungan dari kelompok-kelompok tani (Poktan) yang berada di suatu desa yang memiliki komoditi pertanian yang diusahakan, baik sejenis maupun berbagai jenis. Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas (Deptan, 2006). Departemen Pertanian menargetkan akan membentuk satu Gapoktan di setiap desa khususnya yang berbasiskan pertanian.

(30)

30

2. 7. Gapoktan, Koperasi dan Perusahaan.

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang yang pada umumnya memiliki kemampuan ekonomi terbatas dan mereka secara sukarela menyatukan dirinya didalam koperasi sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Dilihat dari tujuannya, tujuan usaha Koperasi pada dasarnya adalah untuk memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Tujuan koperasi konsumsi adalah menyediakan bahan kebutuhan pokok para anggotanya agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau. Tujuan dari Gapoktan juga hampir sama yaitu membantu meningkatkan kesejahteraan anggota Gapoktan (Poktan-poktan) dalam hal budidaya dan pemasaran. Perusahaan bertujuan untuk memaksimumkan laba terhadap barang dan jasa yang diproduksi.

Anggota yang menjadi pelanggan usahanya bergabung dengan menyerahkan sumbangan modal dalam bentuk simpanan pokok adalah bagian modal koperasi yang digunakan membiayai usahanya. Jumlah simpanan masing-masing anggota sama dan tidak mempengaruhi kedudukan anggota koperasi. Pada Gapoktan sumbangan hanya pada kumpul rutin Gapoktan dan ini merupakan iuran pokok oleh anggota, namun Gapoktan dapat menjadi cikal bakal dari koperasi.

Dari sisi manajemen, usaha koperasi bersifat lebih terbuka karena semua anggota akan terlibat aktif dalam merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh koperasi, serta menga wasi jalannya kegiatan usaha koperasi. Para anggota koperasi mempunyai akses yang cukup besar untuk mengetahui seluk beluk usaha koperasi. Pada Gapoktan manajemen terletak pada pengurus inti Gapoktan untuk menentukan arahan dari berbagai aspek seperti aspek budidaya atau produksi dan aspek pemasaran. Dalam perusahaan keputusan manajemen dipegang oleh kekuasaan tertinggi seperti pemegang saham tertinggi.

2. 8. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Strategi Pengembangan Usaha

(31)

31 Wijayanti (2008) melakukan penelitian tentang strategi pengembangan usaha sayuran organik pada kelompok tani Putra alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Perumusan dan penyusunan strategi usaha yang tepat terdapat tiga tahapan yang ditempuh yaitu tahap pengumpulan input, tahap pemanduan dan tahap penetapan strategi. Alat analisis yang digunalkan pada penelitian ini yaitu analisi EFE, IFE, IE, matriks SWOT dan matriks QSPM.

Berdasarkan analisis IFE, faktor kekuatan perusahaan yang dimiliki yaitu perencanaan tanam yang sudah baik, sedangkan faktor kelemahannya yaitu pengarsipan data yang belum rapi dan belum ada sertifikat organik. Berdasarkan analisis EFE, peluang utama perusahaan ini yaitu perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung back to nature, sedangkan ancamannya yaitu perkembangan hama dan penyakit pada tanaman. Kemudian dengan menggunakan analisis IE diperoleh posisi perusahaan pada kotak di kuadran II. Strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan tersebut yaitu strategi tumbuh dan kembang dengan strategi terbaik yang cocok yaitu Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi kebelakang, integrasi kedepan, dan integrasi horizontal). Prioritas strategi alternatif yang tepat berdasarkan analisis QSPM yaitu memperkuat dan mempertahankan daerah pemasaran yang sudah ada dengan cara menjaga kualitas produk dan mempertahankan tanam yang sudah baik.

(32)

32 Berdasarkan matriks IFE, kekuatan yang dimiliki PT Lipisari yaitu produk telah dilengkapi perizinan dan barcode serta produknya berkualitas. Kelemahannya yaitu promosi yang kurang gencar dan manajemen yang kurang fokus. Berdasar matriks EFE, peluang yang diterima oleh PT Lipisari yaitu adanya tren mengkonsumsi makanan dan minuman alami dan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan gizi makanan. Faktor yang menjadi ancaman yaitu harga produk subtitusi yang lebih murah. Berdasarkan analisis matriks SWOT, didapatkan delapan kombinasi strategi yaitu: melakukan pengembangan produk melalui diversifikasi dan diferensiasi produk, mempertahankan brand image sebagai produk asli Subang, melakukan promosi secara intensif, memperbaiki manajemen perusahaan dan menggunakan tenaga kerja tidak terikat dengan LIPI, memperluas jaringan dengan supermarket, melakukan efisiensi biaya produksi, melakukan kerja sama dengan investor dan melakukan variasi kemasan.

Sembara (2010) melakukan penelitian tentang Analisis strategi pengembangan usaha sapi perah koperasi unit desa (KUD) Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh dalam pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong, dan menganalisis dan merekomendasikan alternatif strategi yang bisa diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah yang sesuai dengan KUD Bayongbong. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu matriks IFE, EFE, SWOT, IE dan QSPM

Hasil analisis SWOT usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong menunjukan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan yaitu: meningkatkan kegiatan produksi dengan proses pengelolaan yang berstandar mulai dari kegiatan penyediaan input hingga output produk yang dihasilkan, meningkatkan kekuatan permodalan peternak dengan memfasilitasi pinjaman modal bunga ringan tanpa agunan, melakukan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) peternak dan memaksimalkan pelayanan KUD dalam memenuhi kebutuhan anggota peternak, meningkatkan manajemen pengelolaan keuangan, menjaga hubungan kerjasama yang baik yang telah terbetuk dengan stakeholder

(33)

33 Bayongbong mulai dari penyediaan input, pengelolaan on farm hingga kegiatan output, membangun sistem pengelolaan usaha ternak sapi perah yang tertib dan bersih serta melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait mengenai pengembangan teknologi pengelolaan limbah ternak dan peningkatan kompetensi pelaku usaha ternak sapi perah dalam membangun sistem informasi manajemen (SIM) untuk meningkatkan kinerja pengelolaan usaha yang dijalankannya.

2. 8. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Komoditi Pepaya

Chaerningrum (2010) melakukan penelitian tentang analisis usahatani pepaya California (kasus : Desa Cikopo Mayak, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga jual pepaya California terhadap peningkatan jumlah petani pepaya California, melihat keragaan usahatani pepaya california, menganalisis pendapatan dan efisiensi usahatani pepaya California dan menganalisis rekomendasi kebijakan bagi usaha tani pepaya California di perusahaan tersebut. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif dilakukan berdasar analisis usahatani dan analisis efisiensi. Banyaknya pedagang pengumpul atau tengkulak yang terus mencari pepaya california menjadikan peluang para petani mengembangkan pepaya California tersebut. Keragaan usahatani pepaya California di Desa Cikopo tersebut meliputi persiapan lahan, penanaman, seleksi pohon sempurna, pemeliharaan dan panen. Total biaya yang dikeluarkan petani untuk lahan 1 ha adalah Rp. 77.319.000, luas lahan 0,5 ha (setelah dikonversi kedalam 1 ha) adalah Rp. 71.859.000, dan luas lahan 0,25 (setelah dikonversi kedalam 1 ha) adalah Rp. 47.096.000. Pendapatan yang diterima petani dengan luas lahan 1 ha, 0,5 ha dan 0,25 ha berturut-turut yaitu Rp. 159.961.000, Rp. 186.701.000, dan Rp. 183.304.000. Petani dengan luas lahan 0,25 ha lebih memiliki nilai efisien yaitu 4,89 dan yang terendah dengan lahan 1 ha yaitu 3,06. Petani dengan luas lahan 0,5 lebih efisien karena menerapkan sistem polykultur. Tanaman pepaya jika ditanam dengan monokultur maka produktivitasnya akan rendah.

(34)

34 penelitian ini yaitu menganalisis kelayakan usahatani pepaya di Desa blendung dilihat dari aspek non-finansial, menganalisis kelayakan finansial usahatani pepaya di Desa Blendung apabila usaha ini dilakukan dalam dua pola yaitu dengan menggunmakan 15 kilogram pupuk organik di awal musim tanam, dan menganalisis sensitivitas usahatani pepaya di Desa Blendung apabila terjadi perubahan perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usahatani pepaya di Desa Blendung. Berdasar analisis ini usahatani pepaya ini hanya aspek manajemen yang belum layak karena usaha ini bergerak secara non formal tanpa struktur yang jelas, sementara aspek lain layak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial. Berdasarkan aspek finansial ini pada usahatani pepaya pola I (50 kg pupuyk dasar organik di awal tanam) meninjukan NPV sebesar Rp 31.225.228,79, Net B/C sebesar 1,27, IRR sebesar 27,07% dan Payback Periode selama 3 tahun 2 bulan 25 hari. Sedangkan pada pola II (15 kg pupuk dasar organik di awal tanam) nilai NPV sebesar Rp 6.897.368,24, Net6 B/C sebesar 1,08, IRR sebesar 17,84% dan Payback Periode

selama 3 tahun 6 bulan 2 hari. Berdasarkan kriteria finansial kedua pola layak diusahakan tetapi pola I lebih layak. Hal ini terlihat dari kriteria finansial dari usahatani yang lebih baik.

(35)

35

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. KerangkaPemikiran Teoritis

3. 1. 1. Konsep strategi

Menururt David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi ini dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Sedangkan menurut Marrus diacu dalam Umar (2008) mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Menurut Hamel dan Prahalad diacu dalam Umar (2008) mendefinisikan strategi lebih khusus yaitu strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (Core Competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.

Setiap perusahaan selalu dihadapkan dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah. Oleh sebab itu kepekaan terhadap perubahan lingkungan serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan perlu dimiliki oleh perusahaan.

3. 1. 2. Konsep manajemen strategi

(36)

36 komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Drucker diacu dalam David (2006) menyatakan bahwa pekerjaan utama dalam manajemen strategis adalah berpikir melalui keseluruhan misi perusahaan. Misi tersebut akan mengantarkan perusahaan menetapkan tujuan, mengembangkan strategi, dan membuat keputusan hari ini untuk esok hari.

Manajemen strategi merupakan perencanaan strategi yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pemimpin tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang dan jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran organisasi. Manajemen strategis merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Perubahan komponen utama dalam model manajemen strategi dapat megakibatkan perubahan dalam semua komponen lain dalam model manajemen stategi. Aplikasi manajemen strategis biasanya diterapkan dalam organisasi yang besar, memiliki banyak divisi, pasar maupun produk. Gambar1 menunjukkan model komprehensif manajemen strategi menurut David (2006)

Formulasi Strategi Implementas Evaluasi Strategi Strategi

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Srtategis

(37)

37 Proses manajemen strategis merupakan alur dimana penyusun strategis menentukan sasaran dan menyusun strategi. Proses manajemen strategis menurut David (2006), terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Formulasi Strategi

Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah di formulasikan dapat dijalankan. 3. Evaluasi strategi

Tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar dan strategi saat ini, mengukur kinerja atau prestasi dan mengambil tindakan korektif. Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manejemen strategis.

Model komprehensif tersebut merupakan model manajemen strategis yang telah diterima secara luas. Namun pada penerapannya model tersebut tidak menjamin keberhasilan dalam menerapkan manajemen strategis. Model tersebut membantu dalam menjelaskan proses manajemen strategis untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi.

3. 1. 3. Jenis Strategi

(38)

38

1. Strategi Integrasi

Strategi ini yaitu strategi yang dilakukan oleh perusahaan dengan meningkatkan kontrol serta melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok dan para pesaingnya. Strategi ini dibagi dalam tiga strategi yaitu :

a. Integrasi kedepan, adalah jenis strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. b. Integrasi ke belakang, adalah jenis strategi yang melibatkan akuisisi

kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok

c. Integrasi horizontal adalah jenis strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan tersebut.

2. Strategi Intensif

Strategi ini memerlukan usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada. Strategi ini dibagi menjadi tiga strategi yaitu :

a. Penetrasi pasar, strategi yang berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini dapat dilakukan melalui penambah tenaga penjual, iklan dll.

b. Pengembangan pasar, yaitu strategi yang melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi baru.

c. Pengembangan produk, yaitu strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa saat ini.

3. Strategi Diversifikasi

Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk baru pada bisnis yang sudah ada. Strategi ini dibagi menjadi tiga yaitu:

(39)

39 b. Diversifikasi konglomerat, yaitu strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa yang baru tetapi tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini.

c. Diversifikasi horizontal, yaitu strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa yang baru dan tidak berkaitan

4. Strategi Divensif

Strategi ini dimaksudkan agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang besar yang pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Strategi ini dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Retrenchment, yaitu strategi organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun.

b. Divestasi, strategi yang dilakukan dengan menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi. Strategi ini sering digunakan untuk meningkatkan modal untuk akuisisi strategis atau investasi lebih lanjut. Divestasi menjadi bagian dari retrenchment untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang kurang menguntungkan

c. Likuidasi, strategi dengan menjual semua aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-sepotong untuk nilai riilnya. Strategi ini bertujuan untuk menutup perusahaan.

5. Strategi umum M. Porter

Dalam menyusun strateginya Porter menerapkan tiga strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan yaitu :

a. Strategi Kenunggulan Biaya

(40)

40 kapasitas yang dicapai, serta hubungan dengan pemasok dan distributor.

b. Strategi Diferensiasi

Merupakan strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Berbagai strategi memberikan tingkat diferensiasi yang berbeda. Melakukan diferensiasi tidak menjamin munculnya keunggulan kompetitif, terutama produk standar cukup memenuhi kebutuhan pelanggan atau apabila pesaing dengan cepat bisa meniru.

c. Strategi Fokus

Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi kebutuhan para kelompok kecil konsumen. Organisasi yang menerapkan strategi ini dapat memusatkan perhatian pada kelompok pelanggan, pasar geografis atau segmen lini produk tertentu agar dapat melayani pasar sempit namun jelas secara lebih baik dari para pesaing yang melayani pasar yang lebih luas.

3.1.4. Konsep Pengembangan Usaha

Menurut Pambudy diacu dalam Sumiati (2009), salah satu komponen utama dalam penyeimbang struktur usaha nasional adalah mengembangkan pengusaha kecil yang berorientasi produksi menjadi pengusaha-pengusaha kecil berorientasi bisnis atau berwawasan wirausaha. Pengusaha-pengusaha kecil yang mampu mengikuti peluang dan perubahan situasi sebagai faktor penentu kegiatan usahanya, terutama perubahan situasi pasar yang mengarah pada pasar global. Pengusaha kecil akan selalu dihadapkan pada berbagai kendala keterbatasan, khususnya keterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal, teknologi, keterampilan berusaha, dan pemasaran produk.

(41)

41 beberapa cara diantaranya penetrasi pasar, perluasan pasar, diversifikasi produk, dan pengembangan produk.

a. Penetrasi pasar

Penetrasi pasar dilakukan dengan menjual jenis produk lama dalam jumlah besar ke pasar yang lama, jika produksi ditingkatkan jumlahnya, produk tersebut dapat diserap oleh pasar yang ada. Jika memang permintaan pasar yang dapat diambil ternyata lebih besar dari produksi, pengelola harus tanggap dan segera memanfaatkannya. Jika tidak, berarti akan memberi peluang bagi pesaing untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Maka dari itu, penelitian pasar perlu dilakukan secara terus menerus dan teratur. b. Perluasan pasar

Strategi perluasan pasar berarti harus mencari wilayah pasar yang baru untuk jenis produk yang lama. Perluasan pasar dapat merupakan upaya untuk memasarkan kelebihan hasil produksi yang tidak terserap oleh pasar yang lama. Perluasan pasar biasanya dimaksudkan untuk pengembangan perusahaan. Langkah pertama dalam perluasan pasar yaitu menjajaki wilayah pasar yang mungkin dapat dijangkau. Sementara itu semua sistem perusahaan dipersiapkan untuk mendukung strategi tersebut jika dilaksanakan.

c. Pengembangan produk

Strategi pengembangan produk akan menyangkut pasar dan produk secara langsung. Jika situasi pasar memungkinkan bagi produk yang baru, strategi pengembangan produk dapat dilakukan. Produk yang ditawarkan bukanlah produk yang lama tetapi produk baru atau produk yang diperbaharui. Dalam menetapkan strategi ini bukan perkembangan hasil penjualan dari tahun ke tahun yang digunakan untuk ramalan permintaan pasar karena termasuk jenis produk baru atau diperbaharui. Semua perkiraan permintaan pasar harus didasarkan atas informasi hasil penelitian pasar. d. Diversifikasi produk

(42)

42 Dengan demikian perusahaan mempunyai jenis produk lebih dari satu, sehingga memerlukan perhatian sendiri terutama dalam sistem pemasarannya. Tidak setiap wilayah pasar mempunyai kedudukan dan informasi yang sama.

e. Perluasan tingkat Nasional dan Internasional

Bagi perusahaan kecil perluasan tingkat nasional jauh lebih mudah dari pada perluasan ke luar negeri, namun peluang pasar dalam negeri relatif terbatas dan laju perkembangan pasar pun lebih lambat. Untuk menembus pasar luar negeri bukan hal yang mudah dan persyaratannya juga tidak sederhana, minimal harus ada jaminan kestabilan mutu yang tinggi.

3. 1. 5. Visi dan Misi

Penentuan visi dan misi dalam suatu perusahaan merupakan langkah awal dalam melakukan perencanaan strategi. Visi dan misi juga berperan sebagai pedoman dan acuan bagi perusahaan tersebut.

Menurut Umar (2008), visi adalah suatu cita-cita tentang keadaan di masa yang akan datangyang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jejang paling atas sampai yang paling bawah dan tertanam dalam benak seluruh anggota perusahaan. Menurut Dirgantoro (2001), visi merupakan suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan dan tujuan perusahaan dsan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

(43)

43

3. 1.6. Analisis Lingkungan

3. 1. 6. 1. Likngkungan Internal

Lingkungan internal merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan bagian internal perusahaan. Menurut David (2006), lingkungan internal merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi manajemen. Tujuan dari analisis lingkungan internal yaitu untuk menilai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. David (2006) membagi area fungsional bisnis menjadi variabel-variaberl yaitu :

1. Manajemen

Fungsi dari manajemen dalam perusahaan terdiri dari lima aktivitas yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberi motivasi, pengelolaan dan pengendalian. Kelima ativitas manajemen ini akan membantu dan mengarahkan perusahaan pada tujuan utamanya serta memberikan kekuatan bagi perusahaan tersebut.

2. Pemasaran

Arti pemasaran bagi perusahaan dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen atas barang dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, penjualan produk, perencanaan produk dan jasa, menetapkan harga, distribusi, riset pemasaran dan analisis peluang.

3. Produksi/ operasi

Fungsi produksi perusahaan meliputi aktivitas merubah masukan (input) menjadi barang atau jasa (output). Manajemen produksi dan operasi ini menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar.

4. Keuangan

(44)

44 haruslah menetapkan kekuatan dan kelemahan dari aspek keuangan perusahaan tersebut.

5. Penelitian dan pengembangan

Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi litbang yang kuat, karena kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kompetitif. Untuk penelitian dan pengembangan, pada penelitian ini tidak termasuk dalam bahasan karena tidak mencakupi aspek internal dari perusahaan ini.

6. Sistem informasi manajemen

Sistem informasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif berusaha mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, mensintesa kemudian baru menyajikan informasi yang bernama

database. Dengan adanya database, perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi secara akurat. Untuk Sistem informasi manajemen, pada penelitian ini tidak termasuk dalam bahasan karena tidak mencakupi aspek internal dari perusahaan ini.

3. 1. 6. 2. Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui apa saja yang mempengaruhi perusahaan dari lingkungan luar seperti peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal ini mempengaruhi perusahaan diluar kendali persusahaan tersebut, sehingga perusahaan hanya dapat merespon dari adanya tindakan tersebut. Penerapan strategi yang dilakukan perusahaan yaitu untuk mengambil peluang yang ada dan mengatasi ancaman dari luar. Menurut David (2006) lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri.

a. Lingkungan Umum

(45)

45 teknologi. Lingkungan ini dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja dari perusahaan.

Ekonomi Sosial, Budaya, Demografi dan

Lingkungan

Tabel 5. Faktor eksternal perusahaan Sumber : David (2006)

b. Lingkungan Industri

(46)

46 kekuatan persaingan ini terdapat dalam konsep Model kekuatan bersaing M. Porter. Menurut Porter dalam David (2006) sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat melalui lima kekuatan yaitu pendatang baru potensial, pemasok, pembeli, barang subtitusi dan persaingan dalam industri seperti dalam Gambar 2.

Gambar 2. Model Kekuatan Persaingan

Sumber : David 2006

1. Ancaman pendatang baru

Adanya pendatang baru dalam industri jelas akan mempengaruhi perusahaan. Dengan adanya pendatang baru otomatis persaingan dalam industri menjadi semakin ketat. Dengan masuknya pendatang baru tidak memungkiri akan terjadinya penurunan harga produk, penurunan laba dan pangsa pasar yang diraih. Masuknya pendatang baru dalam industri juga dipengaruhi oleh hambatan masuk dalam industri. Jika hambatan masuk dalam industri tersebut rendah, maka pendatang baru mudah untuk masuk ke dalam industri dan jika hambatan masuknya tinggi, maka pendatang baru sulit untuk memasuki industri.

Pendatang Baru Potensial

(Ancaman Mobilitas)

Persaingan Industri

Barang Subtitusi

(Ancaman Subtitusi)

Pembeli

(Kekuatan Pembeli) Pemasok

(47)

47 2. Kekuatan pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kekuatan tawar menawarnya. Pemasok dapat menaikkan harga bahan pasokan atau menurunkan mutu dari bahan pasokan ini sehingga kekuatan pemasok dapat mempengaruhi laba yang didapat.

3. Kekuatan pembeli

Pembeli dapat mempengaruhi industri dengan kekuatan tawar menawarnya berupa menginginkan harga yang rendah, mutu yang baik dan pelayanan yang memuaskan

4. Ancaman barang subtitusi

Produk subtitusi bisa mempengaruhi produk-produk yang sudah ada dalam industri tersebut. Ancaman yang dihasilkan terhadap produk subtitusi yaitu kemampuan harga yang lebih rendah, kegunaan yang lebih beragam dan inovasi produk yang diterapkan sehingga dapat menurunkan laba perusahaan yang produknya kalah bersaing dengan barang subtitusinya. 5. Persaingan Industri

Persaingan dalam industri dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam industri tersebut. Persaingan ini dapat berupa persaingan harga, promosi, peningkatan pelayanan serta jaminan purna jual produk. Persaingan dalam industri ini memberikan motivasi perusahaan untuk selalu dalam kinerja baik serta memiliki produk yang kompetitif agar dapat bertahan dalam dunia persaingan industrinya.

3. 1. 7. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

(48)

48

3. 1. 8. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal dari perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting yang dimiliki perusahaan. Data informasi internal perusahaan dapat diperoleh dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi dan produksi /operasi.

3. 1. 9. Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks Internal-Eksternal (IE) merupakan salah satu alat analisis yang penting bagi perusahaan. Matriks IE menggambarkan posisi perusahaan saat ini berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) perusahaan. Oleh karena itu, alternatif strategi yang dihasilkan nantinya sesuai dengan kondisi perusahaan. Analisis ini menghasilkan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Matriks IE merupakan gabungan antara matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation

(IFE) yang memperlihatkan kombinasi total nilai terbobot dari matriks EFE dan matriks IFE. Oleh karena itu, matriks IE diperoleh dari matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE).

3. 1. 10. Matriks Quantitive Strategis Planning (QSP)

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factor internal-eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Secara konseptual, tujuan dari QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.

(49)

49 membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses keputusan.

3.2. Kerangka Operasional

Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengenali visi dan misi dari Gapoktan Lembayung. Eksplorasi visi dan misi ini didapatkan melalui wawancara dari ketua Gapoktan Lembayung yaitu Bapak Hasim. Kemudian melakukan analisa terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal dari perusahaan meliputi manajemen, pemasaran, produksi/operasi, keuangan, Litbang, dan sistem informasi manajemennya. Sedangkan analisi faktor eksternalnya meliputi aspek ekonomi, sosial dan budaya, politik teknologi dan petani lain yang mengusahakan pepaya California.

Langkah berikutnya yaitu faktor-faktor strategis dari lingkungan internal dan eksternal ini diidentifikasi menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan melalui matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks

Eksternal Factor Evaluation (EFE). Kedua matriks ini dipadukan dalam matriks IE (Internal-Eksternal) untuk mengetahui posisi perusahaan pada sembilan sel yang terdapat pada matriks IE dan strategi apa yang dapat dijalankan perusahaan. Selanjutnya melaui matriks SWOT digunakan untuk mengetahui alternatif strategi bagi pengembangan usaha pepaya California Gapoktan Lembayung.

(50)

50

Gambar 3 : Kerangka Operasional

Usaha Pepaya California Gapoktan Lembayung

Potensi besar Gapoktan sebagai organisasi bisnis di Kabupaten

Bogor

Visi, Misi dan Tujuan perusahaan

Analisis lingkungan internal : • Manajemen

• Pemasaran • Produksi/operasi • Keuangan Analisi lingkungan eksternal :

• Lingkungan Umum (politik, pemerintah dan hukum; ekonomi, sosial ,budaya, demografi dan lingkungan; dan

teknologi)

• Lingkungan Industri

EFE IFE

Identifikasi Strategi Matriks IE

Alternatif strategi pengembangan usaha

Prioritas Strategi QSPM

Permasalahan :

Pemasaran masih terbatas Kurangnya modal

Manajemen belum optimal

(51)

51

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Lembayung di Desa Cikopomayak, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (Purposive Sampling) karena Desa Cokopomayak merupakan salah satu sentra komoditas pepaya California di Kabupaten Bogor dan memiliki kelompok tani dan gabungan kelompok taninya yang terbentuknya tergolong baru serta masih dalam tahap pengembangan sehingga membutuhkan strategi-strategi yang tepat guna untuk mencapai tujuan perusahaan. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai Mei 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Proses pengambilan data primer yang akan dilaksanakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) secara langsung dengan pihak Gapoktan Lembayung (ketuan dan sekretaris) dan pengisian kuesioner dengan pihak Gapoktan Lembayung khususnya pihak-pihak penentu kebijakan pada Gapoktan Lembayung.

Proses pengambilan data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang terkait. Data sekunder ini berasal dari laporan bulanan Gapoktan Lembayung, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor. Data sekunder ini juga diperoleh dari media internet, buku-buku, penelitian-penelitian terdahulu dan jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Gambar

Tabel 1. Volume Ekspor (kg) Komoditas Hortikultura Indonesia Tahun 2004-  2008
Tabel 2. Total Produksi  (Ton)  Buah-buahan Tahun 2007 – 2010
Tabel 4. Total Produksi Tertinggi Buah di Kab. Bogor tahun 2009
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Srtategis
+7

Referensi

Dokumen terkait

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN. INSTITUT

Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saya mengharapkan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1985.. LIA MTNA EEPTALIA IVARGADIPUM.. Kabupaten Bogor, Jawa Bara? ). O l

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek

Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ADI HADIANTO). Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI). Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura

Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ADI HADIANTO). Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran

Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA). Indonesia dengan kekayaan sumber daya alamnya yang besar memiliki aneka jenis pangan sumber