• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PUPUK KOMPOS (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

ALFAN MUBAROQ HARAHAP

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

ALFAN MUBAROQ HARAHAP. H44070010. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ADI HADIANTO).

Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan kimia. Gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” telah menjadi tren baru meninggalkan pola hidup lama yang penuh dengan bahan kimia. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik. Penggunaan pupuk kimia yang tidak memiliki kemampuan memperbaiki struktur tanah dan secara tidak langsung mendorong terjadinya erosi tanah.

Pengembangan industri pupuk organik tidak hanya berdasarkan atas faktor kerusakan lahan tetapi juga nilai bisnis dan ekonomisnya. Pertanian organik meningkat mengalami perkembangan yang pesat sehingga permintaan pupuk organik ikut meningkat. Industri pupuk di Indonesia pada umumnya terdiri dari usaha kecil menengah dan bersifat parsial. Hal ini mengakibatkan kebutuhan pupuk organik di Indonesia masih belum terpenuhi karena ketersediaan pupuk organik masih relatif kecil dan akses untuk memperolehnya relatif sulit. Kabupaten Bogor adalah salah satu kabupaten yang berperan dalam perkembangan pertanian organik. Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang mengembangkan usaha pupuk kompos. Usaha ini merupakan salah satu usaha kecil atau mikro yang bergerak di sektor pertanian dan masih mengandalkan intuisi dalam menjalankan usahanya. Unit usaha pupuk kompos membutuhkan biaya investasi dalam penyediaan komponen-komponen. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap kelayakan usaha dari pupuk kompos agar dapat berjalan dengan baik dan bisa memberikan manfaat yang lebih daripada biaya yang dikeluarkan.  

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) menganalisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos yang berada di Desa Cikarawang dan 2) menganalisis tingkat sensitivitas (switching value) dari pendirian unit usaha pupuk kompos apabila terjadi peningkatan harga input dan penurunan harga output.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengambilan data di lapangan yaitu di desa Cikarawang yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011 dengan metode wawancara langsung dengan Kelompok Tani Hurip. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha pupuk kompos dari aspek finansialnya.

(3)

nilai NPV yang diperoleh adalah Rp 21.583.630,18; Net B/C 2,45; IRR 36 persen, dan payback period selama 3,27 tahun atau 3 tahun 3 bulan 24 hari. Berdasarkan hasil tersebut maka usaha ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan.

Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila penurunan harga jual pupuk kompos lebih dari 14,22 persen dan kenaikan harga kotoran kambing lebih dari 113,75 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value ini, variabel penurunan harga jual pupuk kompos merupakan variabel yang paling sensitif sehingga memiliki risiko usaha paling besar dibandingkan dengan variabel kenaikan harga kotoran kambing.

Rekomendasi saran yang dapat diberikan oleh peneliti meliputi peningkatan kapasitas produksi, perluasan daerah pemasaran, modernisasi teknologi yang digunakan agar dapat meminimumkan biaya pengeluaran dan menghasilkan output yang optimal, pentingnya perhatian pemerintah untuk mendukung Kelompok Tani Hurip dalam mengembangkan usaha pupuk kompos serta menjaga kualitas pupuk kompos yang dihasilkan.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PUPUK KOMPOS (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh :

Alfan Mubaroq Harahap

H44070010

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Judul Penelitian : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Nama : Alfan Mubaroq Harahap NRP : H44070010

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Adi Hadianto, SP, M. Si NIP : 19790615 200501 1 004

Diketahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PUPUK KOMPOS” BELUM

PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mayang, Sumatera Utara pada tanggal 15 Januari

1990. Penulis bernama lengkap Alfan Mubaroq Harahap yang merupakan anak

ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Muhtadin Harahap dan Heridayati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di Sekolah Dasar

124399 Pematang Siantar. Tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Pematang Siantar. Tahun 2007 penulis lulus Sekolah Menengah

Atas Swasta Sultan Agung Pematang Siantar, lalu pada tahun 2007 penulis

melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam Ikatan Mahasiswa

Muslim Asal Medan (IMMAM) dan aktif dalam Resource and Environmental Economics Student Association (REESA) sebagai anggota divisi

Enterpreneurship periode 2008-2009. Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai Sekretaris Bidang Pengembangan Anggota

Komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Selain itu,

penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Green Base pada tahun 2009, ketua komisi disiplin MPD Orange FEM 2009 serta aktif mengisi

acara hiburan disetiap kegiatan yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karuniaNya skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk

Kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Adi

Hadianto, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan banyak bantuan dalam proses penulisan skripsi. Ucapan terima kasih

juga ditujukan kepada teman-teman penulis yang telah banyak memberikan

bantuan dan saran dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak.

Bogor, Juli 2011

Penulis

 

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Adi Hadianto, SP, M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan semangat dan kesabaran luar biasa dalam memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

2. Ir. Ujang Sehabudin sebagai dosen penguji utama, atas kesediaan dan waktu untuk menjadi penguji skripsi penulis.

3. Novindra, SP selaku dosen penguji Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, atas kesediaan dan waktu untuk menjadi penguji skripsi penulis. 4. Orangtua saya, Drs. H. Muhtadin Harahap SmHk, MBA dan Hj. Heridayati

tercinta yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan dukungan baik materi dan moral kepada penulis selama ini. Mbak Ira, Mbak Onya, dan Mas Eko yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

5. Bapak Ahmad selaku Ketua Kelompok Tani Hurip yang membantu penulis dalam pencarian data selama penelitian serta Bapak Dedi yang menemani saya selama berada di lokasi penelitian.

6. Teman-teman satu bimbingan skripsi Febri, Antari, Cicit, Chici, dan Tina yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

7. Teman-teman ESL, Ario, Suci, Bahroin, Andrian, Adhitya, Prasodjo, Riony, Ade, Andika, Agung dan yang lainnya, terima kasih atas kebersamaannya dan telah memberikan semangat kepada penulis.

8. Abang Anggi, Abang Rambey, Abang Zahedi, Fandi, Ginda dan seluruh anggota IMMAM yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI

2.4. Karakteristik dan Mutu Kompos ... 17

2.5. Studi Kelayakan Proyek ... 19

2.6. Penelitian Terdahulu ... 28

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 32

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 32

3.1.1. Teori Biaya dan Manfaat ... 32

3.1.2. Analisis Kelayakan Investasi ... 34

3.1.3. Analisis Kelayakan Finansial ... 35

3.1.3.1. Net Present Value (NPV) ... 35

3.1.3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) ... 36

3.1.3.3. Internal Rate of Return (IRR) ... 37

3.1.3.4. Payback Period (PP) ... 37

3.3.4. Analisis Nilai Pengganti ... 38

3.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 39

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 42

4.3. Metode Analisis Data ... 42

4.4. Analisis Data ... 43

4.4.1. Analisis Kelayakan Finansial ... 43

4.4.2. Analisis Nilai Pengganti ... 47

4.5. Asumsi Dasar ... 47

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 50

5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 50

5.1.1. Desa Cikarawang ... 50

5.1.2. Kelompok Tani Hurip ... 53

5.2. Gambaran Umum Usaha ... 55

5.2.1. Sejarah Berdirinya Usaha ... 55

(11)

5.2.2. Pengadaan Input ... 56

5.2.3. Proses Produksi ... 57

5.3. Dampak Sosial Ekonomi Usaha ... 64

VI. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 67

6.1. Inflow ... 67

6.2. Outflow ... 69

6.3. Analisis Kelayakan Finansial ... 81

6.4. Analisis Switching Value ... 84

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

7.1. Kesimpulan ... 89

7.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN ... 93

(12)

xii   

8 ... 3 2

mpos ... 14

... 69

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk di Indonesia Tahun 200

Kandungan NPK Beberapa Bahan Organik ... 12 3 Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan

Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7030-2004) ... 13 4 Kandungan NPK Kompos dari Beberapa Produsen Ko

5 Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan

Standar Nasional Indonesia ... 18 6 Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Pupuk Kompos ... 68 7 Nilai Sisa Investasi Usaha Pupuk Kompos ...

(13)

xiii   

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 erangka Pemikiran Operasional ... 41

2 elompok Tani Hurip ... 54

3 emupukan Bahan Kompos ... 61

yakan ... 62

Pengemasan Pupuk Kompos ... 63

buatan Pupuk Kompos ... 66 K

K P

4 Pupuk Kompos Hasil A 5

(14)

xiv   

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 ashflow Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200 kg/bulan) ... 94 2 ashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Kotoran Kambing

apasitas 1.200 kg/bulan) ... 96 3 ashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Pupuk Kompos

apasitas 1.200 kg/bulan) ... 99 4 arga Pokok Produksi Pupuk Kompos Per Kg (Untuk Kapasitas

roduksi 300 Kg dalam 1 Petakan) ... 101 C

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian,

hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

mengonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan

kimia. Produk pertanian selama ini banyak menggunakan bahan kimia, seperti

pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.

Gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” telah menjadi tren baru meninggalkan pola hidup lama yang penuh dengan bahan kimia. Oleh karena itu,

usaha pupuk organik memiliki peluang besar dalam menanggapi isu yang terjadi.

Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab

menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk

organik. Hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah (LPT) menunjukkan bahwa

79 persen tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik (BO) yang sangat

rendah 1. Padahal BO sangat berperan sebagai faktor pengendali (regulating factor) dalam proses-proses penyediaan hara bagi tanaman dan mempertahankan struktur tanah.

Menurut data World Bank (1983) dalam Indrasti (2003), pulau Jawa

kehilangan lebih dari 7 juta ton lapisan tanah atas tiap tahun. Kehilangan tersebut

memerlukan dana sebesar $US 400 juta untuk mengembalikannya.

1 http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=60687. Falik

Rusdayanto. Potensi pascaproduk pertanian organik. 2007. 23 Januari 2011.

(16)

2

Kehilangan tersebut diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia yang tidak

memiliki kemampuan memperbaiki struktur tanah dan secara tidak langsung

mendorong terjadinya erosi tanah. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu

digalakkan penggunaan pupuk organik. Menurut Musnawar (2003), pupuk

organik boleh dikatakan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan

manusia sehingga aman dipakai.

Pengembangan industri pupuk organik tidak hanya berdasarkan atas faktor

kerusakan lahan tetapi juga nilai bisnis dan ekonomisnya. Pertanian organik

meningkat mengalami perkembangan yang pesat sehingga permintaan pupuk

organik ikut meningkat. International Federation for Organic Agriculture Movement (IFOAM) sebuah organisasi internasional yang menjadi payung gerakan organik seluruh dunia, memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik

berada di kisaran 20-30 persen tiap tahun.

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan

tanah sedangkan pemupukan adalah suatu proses penambahan bahan tersebut ke

tanah agar tanah menjadi subur. Jenis pupuk ada dua, yaitu pupuk organik dan

anorganik (kimia) dimana kedua jenis pupuk ini memiliki manfaat yang sama

yaitu untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Industri pupuk di Indonesia pada umumnya terdiri dari usaha kecil

menengah dan bersifat parsial. Hal ini mengakibatkan kebutuhan pupuk organik di

Indonesia masih belum terpenuhi karena ketersediaan pupuk organik masih relatif

kecil dan akses untuk memperolehnya relatif sulit. Menurut data dari Departemen

(17)

3

menunjukkan bahwa potensi pasar industri pupuk organik di Indonesia sangat

besar.

Tabel 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk di Indonesia Tahun 2008

Kabupaten Bogor adalah salah satu kabupaten yang berperan dalam

perkembangan pertanian organik. Pada tahun 2009, pemerintah Kabupaten Bogor

bekerja sama dengan Yayasan Danamon Peduli resmi meluncurkan unit

pengolahan sampah pasar menjadi pupuk organik berkualitas tinggi di Pasar

Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Kabupaten Bogor sendiri merupakan salah satu

daerah yang berpotensi di bidang pertanian. Pemerintah Kabupaten Bogor juga

memfokuskan program pengembangan usahatani melalui pembangunan budidaya

pertanian organik di daerahnya. Sistem pertanian organik ini akan dilaksanakan

secara bertahap dan diharapkan bisa terwujud di seluruh Indonesia pada tahun

2010.

Salah satu usaha pengembangan pupuk organik yaitu usaha pupuk

kompos. Usaha tersebut cukup banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten

Bogor karena banyaknya peluang dan kemudahan dalam menjalankannya.

Namun, tidak semua unit usaha yang menjalankan usaha tersebut memperhatikan

(18)

4

aspek kelayakan usaha dan dampak lingkungan. Banyak dari mereka yang hanya

mengandalkan intuisi dalam menjalankan usahanya, sehingga seringkali tujuan

yang ingin dicapai tidak dapat terwujud. Aspek kelayakan usaha sangat penting

untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk

dijalankan, dengan kata lain jika usaha tersebut dijalankan, apakah akan

memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk

mempelajari secara mendalam mengenai data dan informasi yang telah ada,

kemudian mengukur, menghitung dan menganalisis hasil penelitian tersebut

dengan menggunakan metode-metode tertentu.

Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan usaha terkait dengan tiga aspek,

yaitu:

1. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi usaha itu sendiri (sering disebut sebagai

manfaat finansial). Hal ini berarti apakah usaha tersebut dipandang cukup

menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko usaha tersebut

2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi negara tempat usaha itu dilaksanakan

(sering disebut sebagai manfaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat

usaha tersebut bagi ekonomi makro suatu negara

3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha.

Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor merupakan

salah satu desa yang mengembangkan usaha pupuk kompos. Hal ini sesuai dengan

potensi alam di desa tersebut yang masih banyak ditanami padi. Luas desa ini

adalah 225,56 hektar, sedangkan lahan yang digunakan untuk sawah dan ladang

adalah 194,572 hektar. Desa Cikarawang memiliki tiga dusun, yaitu Dusun I, II,

(19)

5

diantaranya ialah Kelompok Tani Hurip (KTH). Selama ini KTH telah

menjalankan beberapa unit usaha, diantaranya usaha pupuk kompos.

Usaha ini merupakan salah satu usaha kecil atau mikro yang bergerak di

sektor pertanian dan masih mengandalkan intuisi dalam menjalankan usahanya.

Unit usaha pupuk kompos membutuhkan biaya investasi untuk penyediaan

komponen-komponen seperti kotoran ternak, jerami padi, abu dapur, bakteri

starter, cangkul, sekop, ember, sabit serta lahan atau tempat produksi. Berdasarkan

hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap kelayakan usaha dari pupuk

kompos agar dapat berjalan dengan baik dan bisa memberikan manfaat yang lebih

daripada biaya yang dikeluarkan. Penelitian ini menggunakan analisis finansial

yang meliputi berbagai kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV),

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Periode (PP). Selain itu dikaji pula mengenai tingkat sensitivitas (Switching Value) apabila terjadi perubahan-perubahan yang terkait dengan biaya operasional serta volume produksi. Melalui penelitian pupuk kompos, aspek-aspek dalam

menilai kelayakan dapat diketahui sehingga dapat menjadi sumber bagi para

investor yang berminat menanamkan modalnya ke Kelompok Tani Hurip untuk

pengembangan usaha pupuk kompos.

1.2. Perumusan Masalah

Pupuk merupakan salah satu input yang sangat esensial dalam proses

produksi pertanian. Tanpa pupuk, penggunaan input lainnya seperti benih unggul,

air dan tenaga kerja hanya akan memberikan manfaat minimal sehingga

produktivitas pertanian dan pendapatan petani akan rendah. Hal ini dikarenakan,

(20)

6

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik. Selain itu, petani juga sering membuat sendiri pupuk

untuk usahataninya ataupun untuk diperjualbelikan. Pupuk yang biasanya dibuat

sendiri oleh petani adalah pupuk kompos karena pembuatannya yang sederhana

yaitu berasal dari limbah-limbah yang ada di sekitar usaha taninya seperti sisa

tanaman, kotoran ternak, dan limbah-limbah pertanian lainnya. Oleh karena itu,

pupuk kompos dalam pembuatannya sangat mudah untuk dilakukan.

Penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk ataupun pestisida yang

melebihi dosis, dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Penggunaan

pupuk kimia ini tidak hanya berbahaya bagi lahan pertanian, tetapi juga

membahayakan kesehatan manusia. Ekosistem lahan pertanian menjadi rusak,

predator alami hilang, dan keseimbangan unsur hara dalam tanah menjadi

terganggu.

Salah satu upaya untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian dan

mendapatkan produksi bahan pangan yang sehat dan terhindar dari bahan-bahan

kimia berbahaya adalah dengan menggunakan pupuk organik. Jika Dibandingkan

dengan pupuk sintetis (kimia), pupuk organik mempunyai beberapa kelebihan

yaitu aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pupuk organik tidak merusak

ekosistem tanah, tidak mematikan mikroba tanah dan predator alami, dan tidak

terakumulasi sebagai bahan yang membahayakan pada produk pertanian yang

dikonsumsi oleh manusia. Selain itu, pupuk organik mempunyai keunggulan

dalam hal memperbaiki sifat-sifat fisik dan biologi tanah dan hal ini tidak dapat

dilakukan oleh pupuk kimia. Namun hal ini dapat dilakukan hanya pada pupuk

(21)

7

Pupuk organik dalam bentuk cair, ekstrak, pupuk daun, dan pelet, tidak akan

mempunyai kemampuan memperbaiki struktur tanah.

Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang yang sebagian besar

anggotanya adalah para petani, memiliki potensi dalam mengembangkan usaha

pupuk kompos. Keberadaan limbah-limbah pertanian di desa Cikarawang cukup

melimpah. Selain itu, beberapa anggota Kelompok Tani Hurip telah memiliki

keahlian dalam membuat pupuk kompos. Hal ini terbukti dengan adanya usaha

pupuk kompos di desa tersebut tetapi masih sangat terbatas penjualannya,

kebanyakan dibuat dan digunakan oleh mereka sendiri.

Usaha pupuk kompos yang didirikan oleh Kelompok Tani Hurip nantinya

juga akan mengalami situasi dimana harga-harga komponen penyusun pupuk

kompos mengalami kenaikan atau saat produk pupuk kompos mulai jenuh

sehingga penjualannya mengalami penurunan. Hal tersebut dapat saja terjadi,

sehingga daya tahan usaha pupuk kompos terhadap perubahan manfaat dan biaya

harus diprediksikan sejak pendirian usaha tersebut mulai direncanakan. Oleh

karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha pupuk kompos di

Desa Cikarawang ini.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka terdapat perumusan

masalah terkait dengan penelitian ini, yakni :

1. Bagaimana kelayakan usaha pupuk kompos Kelompok Tani Hurip di Desa

Cikarawang secara finansial?

2. Bagaimana pengaruhnya jika terjadi peningkatan biaya produksi dan

(22)

8 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos yang berada di Desa

Cikarawang.

2. Menganalisis pengaruh nilai pengganti (Switching Value) dari pendirian unit usaha pupuk kompos apabila terjadi peningkatan harga input dan penurunan

harga output.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kelayakan usaha pupuk kompos di Desa Cikarawang ditinjau dari aspek finansial.

Informasi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu

pengambilan keputusan bagi pihak-pihak terkait, terutama masyarakat yang akan

menjalankan usaha sejenis. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi penulis

dalam hal menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan dengan

menerapkan teori yang didapat di perkuliahan terhadap permasalahan yang ada

secara nyata. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan

bagi peneliti yang akan melakukan studi lanjutan tentang permasalahan yang

sama.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha pupuk kompos yang

dilakukan pada tingkat desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi

(23)

9

menjadi tempat usaha pupuk kompos, objek penelitian adalah kelompok tani

Hurip dan masyarakat sekitar Desa Cikarawang, sumber dana berasal dari milik

pribadi, hasil output diasumsikan dijual seluruhnya, manfaat yang diperhitungkan

dibatasi pada manfaat yang dapat diukur (tangible benefit), metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menganalisis aspek finansial. Aspek

finansial ditentukan berdasarkan proyeksi arus kas usaha, berupa NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio)

(24)

10 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usahatani

Rifai dalam Kadarsan (1995), mendefinisikan usahatani adalah suatu

tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur

produksi seperti: alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan, yang ditujukan

kepada produksi di lapangan pertanian. Lebih lanjut Hernanto (1991) menjelaskan

bahwa dalam usahatani terdapat empat unsur pokok yang sangat penting, disebut

faktor-faktor produksi, yaitu: (1) Tanah, (2) Tenaga kerja, (3) Modal dan (4)

Pengelolaan atau manajemen. Tanpa salah satu faktor tersebut produksi tidak akan

diperoleh secara memuaskan.

Tanah dalam usaha tani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah

dan sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan

sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, menyakap, pemberian Negara, warisan

ataupun wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun

polikultur atau tumpang sari.

Tenaga kerja terdiri atas beberapa jenis, antara lain: tenaga kerja manusia,

ternak dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menjadi tenaga kerja

pria, wanita, dan anak-anak yang dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan,

pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan.

Tenaga kerja dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (umumnya dengan cara

upahan).

Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi

(25)

11

diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain atau dari

kontrak sewa.

Pengelolaan atau manajemen dalam usahatani adalah kemampuan petani

untuk menetukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi

pertanian sebagaimana yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pengelola yang

berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi

syarat bagi seorang pengelola.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa, besarnya produksi selain dipengaruhi

oleh faktor-faktor internal, seperti: teknologi, penggunaan input, cara bercocok

tanam dan lain-lain, juga dipengaruhi faktor-faktor eksternal, seperti: cuaca, iklim,

bencana alam, harga dan lain-lain. Faktor eksternal tidak dapat dikendalikan oleh

petani sehingga dalam memperbesar tingkat keuntungan, petani harus

mengendalikan faktor internal dan menyesuaikan jenis komoditi yang

diusahakannya sebagai respon terhadap faktor-faktor eksternal tersebut. Artinya

harus ada fleksibilitas dalam alokasi pengunaan lahan sesuai dengan kondisi lahan

untuk komoditas yang diusahakannya.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), bahwa tujuan dari setiap petani

dalam menjalankan usahataninya berbeda-beda. Apabila motif usahatani ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa melalui peredaran

uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan

keluarga (subsistence farm). Bila motif usahatani didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, maka usahatani yang demikian

(26)

12 2.2. Pupuk Kompos

Kompos ialah bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti

daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur,

carang-carang, serta kotoran hewan. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk

bila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun menjadi

lapuk bila jatuh ke tanah dan berubah menjadi bagian tanah (Murbandono 1994).

Menurut Indrasti (2003), kompos merupakan bahan yang dihasilkan dari proses

degradasi bahan organik yang dapat berguna bagi tanah-tanah pertanian seperti

memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman

menjadi lebih tinggi.

Tabel 2. Kandungan NPK Beberapa Bahan Organik

(27)

13

Murbandono (1994) menambahkan bahwa di lingkungan alam terbuka,

kompos bisa terjadi dengan sendirinya. Rumput, daun-daunan, kotoran hewan

serta sampah organik lainnya lama-kelamaan membusuk melalui proses alami

karena kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa

dipercepat oleh perlakuan manusia, hingga menghasilkan kompos yang

berkualitas baik dalam waktu tidak terlalu lama. Contoh standar kualitas kompos

tercantum dalam Tabel 3.

Tabel 3. Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia

Sumber : SNI 19-7030-2004 dalam Suherman (2005)

Kompos termasuk dalam golongan pupuk organik yang dapat digunakan

sebagai pupuk bagi berbagai tanaman. Ditinjau dari segi manfaatnya, kompos

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk buatan, seperti urea,

ZA, DS, NPK, dan lain-lain. Keunggulan tersebut diantaranya 1) dapat

memperbaiki struktur tanah sehingga produktivitas tanah tetap tinggi; 2) selain

mengandung unsur utama NPK, juga mengandung unsur-unsur hara lainnya yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman walaupun dalam jumlah yang kecil; dan 3) pupuk

kompos dan pupuk buatan bekerjanya saling mengisi untuk meningkatkan

produktivitas tanaman. Selain itu, menurut Lingga dan Marsono (2003), kompos

(28)

14

kemarau. Jika dibandingkan dengan pupuk sintetis, pupuk organik memiliki

kelemahan diantaranya kandungan haranya sedikit dan daya kerjanya lambat

(slow release) terutama pupuk organik padat (Soedyanto et.al. 1981). Menurut Musnawar (2003), untuk menutupi kelemahan tersebut, pupuk organik biasanya

masih dipadukan dengan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik dan pupuk

kimia secara terpadu memiliki interaksi positif dalam meningkatkan produktivitas

tanaman.

Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos

berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakannya berbeda antara

satu produsen dengan produsen lainnya (Musnawar 2003). Jannah (2003)

melakukan pengukuran kandungan unsur hara berbagai kompos dari produsen

yang berbeda di berbagai kota. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan NPK Kompos dari Beberapa Produsen Kompos

Unsur Satuan A B C D E F G N % 2.24 0.88 1.02 4.65 1.92 1.32 1.61 P % 1.90 5.21 7.10 1.60 4.08 1.02 2.67 K % 0.40 0.52 0.39 0.52 0.70 0.25 0.55

Sumber : Jannah (2003

Keterangan :

(29)

15 2.3. Pengomposan

Pengomposan menurut Murbandono (2002) adalah proses perubahan dan

peruraian bahan-bahan organik sehingga unsur haranya mengalami pembebasan

dan menjadi bentuk larut yang bisa diserap oleh tanaman. Dari hasil pengomposan

dihasilkan kompos.

Kompos merupakan bentuk akhir dari bahan-bahan organik (sampah

organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara

mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya, baik secara

aerobik maupun anaerobik atau dengan kata lain kompos merupakan hasil

fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan,

atau limbah organik lainnya (Indriani 2000).

Sebelum dilakukan proses pengomposan, Apriadji (2004) mengemukakan

bahwa sampah harus dipisahkan antara sampah garbage dan sampah rubbish. Sampah garbage adalah jenis sampah yang dapat dibusukkan (murni organik), sedangkan sampah rubbish adalah jenis sampah rongsokan campuran senyawa anorganik dengan organik. Jadi sampah yang nantinya dimanfaatkan sebagai

kompos hanya sampah jenis garbage saja, karena sampah jenis garbage mudah sekali didegradasi oleh mikroba.

Waktu yang diperlukan dalam pembuatan kompos umumnya sekitar 3-4

bulan. Waktu ini dapat dipercepat menjadi 4-6 minggu, caranya dengan

menambahkan bahan tambahan atau aktivator bagi bakteri pengurai ke dalam

pengomposan tersebut (Murbandono 2002). Pengomposan dapat mengurangi

(30)

16

dibuang ke sungai. Kompos sebagai hasil dari pengomposan dapat mengurangi

penggunaan pupuk buatan dan obat-obat yang berlebihan pada tanaman.

Agar proses pengomposan dapat menghasilkan kompos yang bermutu

bagus maka harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan, yaitu :

1. Nisbah C/N

Untuk proses pengomposan, nisbah C/N optimum pengomposan adalah

kurang dari 20 (Hadiwiyoto 1983). Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa agar

tujuan pengomposan dapat tercerai maka C/N rasionya harus lebih kecil dari 20.

Apabila C/N rasio terlalu besar maka mikroba perombak akan menggunakan

cadangan nitrogen dalam tanah tersebut dan proses dekomposisi akan berlangsung

lama. Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk

pengomposan semakin singkat.

2. Bentuk Bahan

Suriawiria (2002) mengemukakan bahwa dalam proses pengomposan

semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan baik pula proses

pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil dan homogen maka

lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas mikroba.

3. Kelembaban dan Kadar Air

Menurut Hadiwiyoto (1983), tumpukan sampah yang terlalu kering akan

menyebabkan pengomposan berjalan lama. Oleh karena itu dianjurkan untuk

menyiram tumpukan sampah dengan air setiap periode waktu tertentu sehingga

(31)

17

yang baik. Pengomposan juga dapat berlangsung dengan baik apabila kadar air

berkisar antara 30-67%.

4. Suhu Pengomposan

Suhu pengomposan yang paling baik digunakan menurut Hadiwiyoto

(1983) sekitar 590C atau 40-500C (Murbandono 2002) atau 30-500C (hangat)

(Indriani 2000). Masih menurut Hadiwiyoto (1983) bahwa pengomposan akan

berjalan baik bila suhunya sesuai dengan suhu optimum pertumbuhan mikroba

perombak.

5. Nilai pH Pengomposan

Menurut Indriani (2000), bahwa pH pengomposan yang optimum berkisar

antara 6.5-7.5. Keasaman terlalu rendah (pH tinggi) menyebabkan kenaikan

konsumsi oksigen yang akan berakibat jelek terhadap lingkungan sekitarnya.

Pengontrolan pH dapat dilakukan dengan penambahan kotoran hewan, urea,

pupuk nitrogen dengan tujuan untuk menurunkan pH pengomposan (Murbandono

2002).

6. Jumlah Mikroba Perombak

Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa jika jumlah mikroba perombak

pada mulanya sedikit maka pengomposan akan berjalan lama. Hal ini

berhubungan erat dengan waktu adaptasi mikroba terutama bakteri. Semakin

banyak jumlah bakteri pada awal suatu proses, fase adaptasinya semakin singkat.

2.4. Karakteristik dan Mutu Kompos

Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos

berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakan untuk

(32)

18

Suriawiria (2002), dalam kompos kandungan unsur-unsur seperti N, P, K dan

sebagainya sangat sedikit, tapi masih mengandung unsur-unsur yang tidak

dimiliki oleh pupuk buatan atau pupuk pabrik. unsur-unsur ini disebut unsur

mikro (mikroelemen), seperti besi (Fe), magnesium (Mg), dan tembaga (Cu), serta

vitamin sebagai zat pengatur tumbuh. Standar kualitas unsur makro kompos

berdasarkan standar nasional Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Standar kualitas unsur makro kompos berdasarkan Standar Nasional Indonesia

No Kandungan Satuan Baku 1.

Sumber : SNI 19-7030-2004 dalamSuherman (2005)

Tingkat kematangan kompos sangat berpengaruh terhadap mutu kompos.

Kompos yang telah matang akan memiliki kandungan bahan organik yang dapat

didekomposisi dengan mudah, nisbah C/N yang rendah, tidak menyebarkan bau

yang ofensif, kadar airnya memadai dan tidak mengandung unsur-unsur yang

merugikan bagi tanaman (phytotoxic, benih rumput dan patogen). Oleh sebab itu, tingkat kematangan kompos merupakan faktor utama dalam penentuan kelayakan

mutu kompos.

Kompos sebagai hasil pengomposan, umumnya dicirikan oleh sifat-sifat

sebagai berikut :

(33)

19

2. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos dapat membentuk

suspensi.

3. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifosfat, atau larutan ammonium

oksalat, dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi

lebih lanjut menjadi zat humik, fulfik, dan humin.

4. Nisbah C/N berkisar antara 10-20 (tergantung bahan baku dan derajat

humifikasi).

5. Secara biokimiawi tidak stabil, tetapi komposisinya berubah akibat oksidasi

menjadi garam-garam anorganik, CO2, dan air melalui aktivitas mikrobial

(sepanjang kondisi lingkungan sesuai).

6. Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorbsi air tinggi.

7. Jika digunakan pada tanah, kompos memberikan efek-efek menguntungkan

bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Nilai pupuknya ditentukan oleh N, P ,

K, Ca, dan Mg.

8. Tidak berbau.

2.5. Analisis Kelayakan Proyek

Analisis kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil

suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang

direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari

gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim 2003).

Menurut Gittinger (1986), proyek yang bergerak dalam bidang pertanian

(34)

20

barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat lebih

setelah beberapa periode waktu. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa

barang-barang modal, tanah, bahan setengah jadi, bahan mentah, tenaga kerja dan

waktu.

Menurut Subagyo (2007), objek studi kelayakan terbagi dalam 3 jenis

yang berbeda, yaitu:

1. Pendirian, berarti objek yang dipelajari dan diteliti merupakan usaha baru yang akan didirikan.

2. Pengembangan, berarti objek yang dikaji usahanya sudah berdiri dan mempunyai rencana untuk dikembangkan terutama pada aspek-aspek

tertentu, misalnya pembelian teknologi baru karena adanya permintaan pasar

yang meningkat.

3. Merger atau akuisisi, berarti objek merupakan usaha yang sudah berdiri kemudian digabungkan dan diambil alih oleh perusahaan lain.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang kemampuan suatu

proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono 2000). Tujuan

dilakukan analisis proyek adalah (1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang

dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, (2) menghindari pemborosan

sumberdaya-sumberdaya yang akan digunakan, yaitu dengan menghindari

pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, (3) mengadakan penilaian

terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek

yang paling menguntungkan, dan (4) menentukan prioritas investasi (Gray, et al.

(35)

21

Sofyan (2003), diacu dalam Chaerunnisa (2007) berpendapat tujuan yang

ingin dicapai dari studi kelayakan ini sekurang-kurangnya mencakup empat pihak

yang berkepentingan, yaitu:

1) Bagi pihak investor : studi kelayakan usaha ditujukan untuk melakukan

penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan yang berguna karena

sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan

teknologis, aspek manajemen operasioanl dan aspek finansial secara

komprehensif dan detail sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk

membuat keputusan investasi lebih objektif.

2) Bagi peneliti : studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat

dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan

penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai

kembali usaha yang sudah ada.

3) Bagi masyarakat : hasil studi kelayakan usaha merupakan suatu peluang

untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang

terlibat langsung maupun yang muncul karena adanya nilai tambah sebagai

akibat dari adanya usaha tersebut.

4) Bagi pemerintah : dari sudut pandang mikro, hasil dari studi kelayakan ini

digunakan untuk pengembangan sumber daya baik dalam pemanfaatan

sumber-sumber alam maupun pemanfaatan sumber daya manusia berupa

penyerapan tenaga kerja. Selain itu, adanya usaha baru atau berkembangnya

usaha lama sebagai hasil studi kelayakan usaha yang dilaksanakan oleh

individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukkan pemerintah

(36)

22

retribusi berupa biaya perizinan, biaya pendaftaran, administrasi dan

lain-lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara

makro pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan usaha ini

adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ataupun nasional sehingga

tercapai pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan kenaikan

pendapatan per kapita.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tahap-tahap untuk melakukan

investasi usaha adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi

Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan

kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2) Perumusan

Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan

investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor

yang penting dikelaskan secara garis besar.

3) Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik,

manajemen dan finansial.

4) Pemilihan

Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang

akan dicapai.

5) Implementasi

Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang

(37)

23

Metode analisis kelayakan finansial merupakan metode analisis yang dapat

digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha layak atau tidak untuk

dilaksanakan. Selain itu, untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan yang akan

terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah seperti perubahan harga bahan baku dan

lain sebagainya dapat digunakan metode analisis nilai pengganti (switching value).

Kadariah et.al (1999) menjelaskan bahwa analisis finansial adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut badan-badan atau orang-orang yang

menanamkan modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam

proyek. Analisis finansial ini penting dalam memperhitungkan insentif bagi

orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan proyek.

Menurut Gittinger (1986), bahwa terdapat enam tujuan utama analisis

finansial untuk proyek-proyek pertanian, yaitu:

1. Penilaian pengaruh finansial. Tujuan analisis finansial adalah menilai

pengaruh-pengaruh proyek terhadap para petani, pengusaha swasta dan

umum, badan-badan pelaksana pemerintah dan pihak lain yang turut serta

dalam proyek tersebut. Penilaian ini didasarkan atas analisa keadaan finansial

setiap peserta pada saat tersebut dan suatu proyeksi keadaan finansial pada

masa yang akan datang sejalan dengan pelaksanaan proyek.

2. Penilaian penggunaan sumberdaya terbatas. Analisa finansial memberikan

informasi mengenai penggunaan sumberdaya-sumberdaya suatu proyek.

3. Penilaian insentif (penarik). Pengamatan secara finansial sangat dibutuhkan

dalam penilaian insentif pada para petani, manajer dan pemilik yang ikut

(38)

24

4. Ketetapan suatu rencana pembelanjaan. Salah satu tujuan dasar analisa

finansial adalah menghasilkan suatu rencana yang menggambarkan keadaan

finansial dan sumber-sumber dana berbagai peserta proyek serta proyek itu

sendiri. Rencana finansial adalah dasar untuk menentukan jumlah dan waktu

pelaksanaan investasi dan penetuan tingkat pembayaran serta kemungkinan

penambahan kredit untuk mendukung investasi yang telah ada.

5. Koordinasi kontribusi finansial. Rencana finansial mengikuti koordinasi

kontribusi finansial dari berbagai peserta proyek. Koordinasi tersebut dibuat

dari dasar proyeksi seluruh finansial untuk proyek sebagai suatu keseluruhan.

6. Penilaian kecakapan mengelola keuangan. Atas dasar proyeksi neraca

finansial, khususnya untuk perusahaan-perusahaan besar dan kesatuan (entity) proyek, analisis dapat membuat penilaian tentang kerumitan pengelolaan

finansial proyek dan kemampuan pimpinan dalam mengelola proyek.

Lebih lanjut Gittinger (1986), mengemukakan bahwa salah satu cara yang

dapat digunakan dalam penilaian investasi dibidang pertanian adalah metode

diskonto. Diskonto merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang

diperoleh di masa datang serta arus biaya menjadi biaya pada masa sekarang. Hal

ini dilakukan dengan cara mengurangkan manfaat-manfaat terhadap biaya-biaya

dari tahun ke tahun untuk mendapatkan arus manfaat neto yang disebut arus kas (cash flow), kemudian arus kas tersebut didiskontokan.

(39)

25

untuk penilaian pengembalian ditunjukkan oleh kriteria Payback Periode atau masa pengembalian investasi.

NPV atau keuntungan bersih suatu proyek adalah nilai sekarang dari arus

tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek, dihitung berdasarkan tingkat

diskonto. Jika nilai NPV lebih besar dari nol maka proyek dapat dikatakan layak.

Apabila nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan

persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal, sebaliknya jika NPV lebih kecil dari nol, berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan senilai biaya

yang dipergunakan dan proyek tidak layak dilakukan (Kadariah et.al. 1999). Cara perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis

untuk mengetahui apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Namun, cara ini

tidak terlepas dari kelemahan-kelamahan, kelemahan ini terletak pada keharusan

menentukan suku bunga yang tepat dan benar sebelum metode digunakan

(Soekartawi et.al. 1986).

IRR yaitu rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan dari suatu proyek

yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika IRR dari suatu proyek lebih besar atau

sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV proyek tersebut sama dengan nol (impas), berarti proyek layak dilaksanakan,

sebaliknya jika IRR suatu proyek lebih kecil dari social discount rate, maka NPV proyek tersebut lebih kecil dari nol, berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan

(Gray et.al. 1992).

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai keuntungan bersih

sekarang yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah nilai keuntungan bersih

(40)

26

proyek dikatakan layak, sebaliknya jika Net B/C lebih kecil dari satu maka proyek

tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Gray et.al. 1992).

Payback Period (tingkat pengembalian investasi) digunakan untuk mengukur periode jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan semua

biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Proyek yang

dipilih adalah proyek yang paling cepat mengembalikan biaya investasi. Semakin

cepat modal kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal

yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan yang lain.

Menurut Gittinger (1986), bahwa analisis nilai pengganti adalah suatu

analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat

keadaan yang berubah-ubah.

Pada bidang pertanian, proyek-proyek umumnya sensitif terhadap

perubahan-perubahan yang mungkin saja terjadi. Perubahan-perubahan yang biasa

terjadi dalam menjalankan usaha bidang pertanian umumnya dikarenakan empat

variabel utama, yaitu:

1. Harga (harga jual output)

Perubahan harga jual output akan berpengaruh terhadap manfaat, manfaat

sekarang netto, tingkat pengembalian secara finansial maupun ekonomi. 2. Keterlambatan Pelaksanaan

Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir semua proyek-proyek

pertanian. Mungkin terjadi keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan

peralatan baru. Hal ini akan mempengaruhi biaya maupun manfaat dan

(41)

27

3. Kenaikan Biaya

Proyek-proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya, karena

biaya-biaya sering diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan. Hal ini akan

mempengaruhi biaya dan manfaat netto. 4. Hasil (produksi yang dihasilkan)

Analisis nilai pengganti menguji kembali kesalahan-kesalahan yang

dilakukan dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Perubahan

produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi manfaat dan manfaat netto.

Menurut Kadariah et.al. (1999) bahwa tujuan dari analisis nilai pengganti adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika

terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau

manfaat. Hal ini diperlukan karena analisis proyek banyak mengandung

ketidakpastian tentang apa yang terjadi diwaktu yang akan datang.

Analisis nilai pengganti (Switching Value) merupakan variasi dari analisis sensitivitas yang mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila

dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Dalam analisis ini,

harus ditanyakan berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisis proyek

yang akan diganti agar proyek tersebut dapat memenuhi tingkat minimum

diterimanya proyek sebagaimana yang ditunjukkan oleh salah satu ukuran-ukuran

kemanfaatan proyek. Teknik analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara

menentukan besarnya perubahan yang akan membuat nilai NPV sama dengan nol

(42)

28 2.6. Penelitian Terdahulu

Gustoro (2006) dalam penelitiannya mengenai sistem penunjang

keputusan pendirian industri kompos di TPA Galuga, Bogor. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menunjang keputusan investasi

meliputi prakiraan jumlah timbunan sampah dan penilaian kelayakan finansial

industri pengolahan kompos. Sistem penunjang keputusan untuk pendirian

industri kompos dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 yang disebut SPKKompos. Paket program SPKKompos terdiri dari dua model yaitu model prakiraan dan model kelayakan finansial industri. Model

prakiraan digunakan untuk melihat prakiraan timbulan pasar sebagai bahan

pembuat kompos dengan cara memprakirakan jumlah penduduk pada masa yang

akan datang dengan metode prakiraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

diperoleh model prakiraan yang tepat untuk memprakirakan jumlah penduduk di

Kota Bogor dengan menggunakan metode tren linier yaitu persamaan y = 611047

+ 21409x. Hasil prakiraan jumlah penduduk kemudian dilakukan dengan analisis

dengan tetapan-tetapan profil sampah Kota Bogor sehingga didapat volume

timbulan sampah pasar Kota Bogor untuk periode 10 tahun yang akan datang dari

tahun 2006-2015. Sedangkan model kelayakan finansial industri digunakan untuk

mengetahui kelayakan suatu usaha dari aspek finansial. Hasil analisa industri

kompos dengan pengadaan sampah pasar 30 ton per hari tidak layak dijalankan.

Untuk pengadaan sampah pasar 60 ton per hari dan 120 ton per hari dengan umur

proyek 10 tahun layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan

(43)

29

sebesar 33,25% dan 47,59%. Untuk nilai B/C ratio diperoleh 1,86 dan 2,68

sedangkan payback period 5,52 tahun dan 3,16 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) mengenai analisis

kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan

biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB.

Hasil penelitian menunjukkan kelayakan pengusahaan sapi perah dan

pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos di UPP Darul

Fallah dan Fakultas Peternakan IPB bila ditinjau dari aspek-aspek non finansial

yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek

lingkungan hidup dapat disimpulkan layak untuk diusahakan. Sedangkan hasil

analisis finansial usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV>0 yaitu

sebesar Rp 202 juta yang artinya bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Pada

usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu sebesar 1,74 yang mengindikasikan bahwa pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan

pupuk kompos layak untuk dijalankan dimana setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan

selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang

diperoleh sebesar 26,13%, artinya usaha ini layak dan menguntungkan karena IRR

lebih besar dari nilai diskon faktor (8,75) dengan periode pengembalian investasi

selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari.

Widiyani (2010) meneliti tentang analisis kelayakan pengusahaan pupuk

kompos pada unit usaha koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan

Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitiannya adalah

menganalisis kelayakan aspek non finansial dan finansial pengusahaan pupuk

(44)

30

analisis switching value dari pengusahaan pupuk kompos tersebut. Analisis aspek pasar menunjukkan bahwa jumlah permintaan akan pupuk kompos sangat besar,

baik pada pasar internal maupun pasar eksternal. Berdasarkan analisis aspek

teknis, bahwa lokasi usaha tersebut sangat strategis dan ketersediaan bahan baku

serta tenaga kerja yang memadai. Koperasi kelompok tani Lisung Kiwari

memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam

pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis aspek

sosial dan lingkungan, usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan

sekitar.

Hasil aspek finansial dari pengusahaan pupuk kompos ini ada dua

skenario, yang pertama diperoleh NPV sebesar Rp 67,9 juta; Net B/C sebesar 3,52; IRR sebesar 56,82%; serta payback period selama dua tahun sepuluh bulan dua hari. Pada skenario kedua diperoleh NPV sebesar Rp 138 juta; Net B/C sebesar 5,91; IRR sebesar 96,77%; serta payback period selama satu tahun delapan bulan delapan hari. Analisis switching value pada usaha ini menunjukkan bahwa kondisi usaha pada skenario kedua memiliki tingkat kepekaan yang lebih

rendah atau batas maksimal yang lebih tinggi terhadap perubahan variabel yang

dianalisis sensitivitas perubahannya dibandingkan skenario pertama. Pada

skenario kedua, persentase batas kenaikan harga beli kotoran sapi yang masih

memberikan keuntungan adalah 48,63% dan pada skenario pertama 41,44%.

Batas maksimal perubahan penurunan produksi pupuk kompos pada skenario

kedua yang masih memberikan keuntungan adalah sebesar 21,94% dan pada

skenario pertama hanya 16,40%. Pada variabel harga jual, skenario kedua

(45)

31

memberikan keuntungan sebesar 22,09% dan skenario pertama hanya sebesar

(46)

32 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada

Kelompok Tani Hurip (KTH) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yaitu mengenai analisis kelayakan

finansial.

3.1.1. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi

biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya merupakan segala sesuatu yang dapat

mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat merupakan segala sesuatu yang

dapat membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai

pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang

diterima. Biaya suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat

jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.

2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku

dan biaya tenaga kerja.

3) Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan

(47)

33

1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapapatan,

kesempatan kerja, dan penurunan biaya.

2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan

tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,

seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena perbaikan kesehatan atau

keahlian, perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan dan

lain sebagainya.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan

suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai

manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa

proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan

muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986). Terdapat beberapa

pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek (Kadariah et al. 1999), yaitu :

1) Ukuran umum yang dapat diambil suatu proyek (jangka waktu) yaitu sama

dengan umur ekonomis suatu aset dari proyek. Umur ekonomis suatu aset

ialah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan

biaya.

2) Proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar lebih mudah

untuk menggunakan umur teknis daripada umur-umur pokok investasi. Dalam

hal ini untuk proyek-proyek tertentu umur teknis dari unsur-unsur pokok

investasi adalah lama tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek

(48)

34

yang jauh lebih efisien). Keadaan ini banyak terdapat dalam proyek-proyek

pertanian.

3) Proyek-proyek yang umumnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25

tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun-tahun setelah itu jika di discount

dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present value nya akan kecil.

3.1.2. Analisis Kelayakan Investasi

Dalam mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari

suatu proyek dapat menggunakan kriteria investasi. Ada dua cara yang dapat

dilakukan, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto,

dimana perhitungan berdiskonto merupakan suatu teknik yang dapat

“menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus

biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Adapun kelemahan umum model

perhitungan tidak berdiskonto dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran

tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus

manfaat yang diterima. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada model perhitungan berdiskonto (Gittinger 1986).

Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Hal ini bisa terjadi karena disebabkan :

1. Time preference, yaitu sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia dimasa

(49)

35

2. Produktivitas atau efesiensi modal, yaitu modal yang dimiliki saat sekarang

memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui

kegiatan yang produktif.

Kedua unsur ini berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat

secara keseluruhan. Selain itu, kedua unsur tersebut memiliki keterkaitan secara

timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu

tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan

untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu

yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses

discounting (Kadariah 2001).

3.1.3. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut

badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang

berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan

analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis finansial.

Menurut Husnan dan Suwarno (2000), analisis finansial adalah suatu

analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan

apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Analisis finansial

terdiri dari :

3.1.3.1. Net Present Value (NPV)

Suatu usaha dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang

(50)

36

disebut dengan manfaat bersih atau Net Present Value (NPV). Menurut Keown (2001), NPV diartikan sebagai nilai bersih sekarang dari arus kas tahunan setelah

pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu

ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV

yaitu :

a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian

sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung tidak juga rugi.

b. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan

sebaiknya tidak dilaksanakan.

3.1.3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net B/C ratio merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih

yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian

dari usaha tersebut (Husnan dan Suwarsono 2000). Kriteria investasi berdasarkan

Net B/C ratio adalah :

a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung maupun rugi namun

masih layak dijalankan.

b. Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan atau

(51)

37

c. Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tersebut merugikan atau tidak

layak dijalankan.

3.1.3.3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern

tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan

persen (Gittinger 1986). Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan

nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih

di masa-masa mendatang, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang

menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0).

Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh

proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila

memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu

investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari

tingkat suku bunga yang berlaku.

3.1.3.4. Payback Period (PP)

Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan untuk melunasi seluruh pengeluaran

investasi. Setelah mendapatkan nilai sekarang dari keuntungan bersih maka dapat

ditentukan pada tahun ke berapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh

keuntungan. Semakin cepat modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek

untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk

(52)

38 3.1.4. Analisis Nilai Pengganti

Analisis nilai pengganti mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi

apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis ini

digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan maupun penurunan

suatu komponen yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi

yaitu dari layak menjadi tidak layak maupun sebaliknya (Kadarsan 1995). Hal ini

merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu

proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan

yang telah diramalkan (Gittinger 1986).

Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang

mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu :

a) Perubahan harga jual

b) Keterlambatan pelaksanaan proyek

c) Kenaikan biaya

d) Perubahan volume produksi

Pada analisis ini, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan

manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan

investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi

apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan nol akan

membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu

(cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau

(53)

39

sangat mempengaruhi kelayakan usaha. Parameter yang diambil dalam penelitian

ini yaitu perubahan harga, harga bahan baku dan upah tenaga kerja.

3.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertanian organik mulai menjadi tren baru yang terus berkembang

sekarang ini, hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran masyarakat

Indonesia untuk mengonsumsi pangan yang tidak menggunakan bahan kimia

dalam perawatannya. Hal ini mendorong timbulnya kebutuhan akan pupuk

organik yang terus meningkat. Salah satu contoh pupuk organik adalah pupuk

kompos.

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang menyediakan pupuk

kompos karena kesesuaian kondisi masyarakat serta ketersediaan bahan-bahan

untuk membuatnya. Potensi fisik desa ini masih luas yaitu sekitar 155.620 hektar

merupakan lahan sawah. Hal ini menyebabkan ketersediaan limbah-limbah

pertanian sebagai bahan baku untuk membuat pupuk kompos cukup melimpah.

Selain itu, penduduk di desa ini sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani

dan rata-rata dari mereka memiliki kemampuan dalam membuat pupuk kompos.

Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani di desa

Cikarawang, memiliki kontribusi dalam penyediaan pupuk kompos. Hal ini

terbukti dari adanya usaha pupuk kompos yang didirikan oleh kelompok tani ini.

Pupuk kompos yang diproduksi oleh kelompok tani ini dijual kepada masyarakat

desa sehingga masyarakat desa dapat mendapatkan pupuk kompos dengan harga

yang terjangkau.

Peluang pasar usaha pupuk kompos ini cukup besar mengingat

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk di Indonesia Tahun 2008
Tabel 2. Kandungan NPK Beberapa Bahan Organik
Tabel 3. Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait