• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pendapatan dan strategi pemasaran usaha warung tenda pecel lele di sepanjang jalan Pajajaran Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pendapatan dan strategi pemasaran usaha warung tenda pecel lele di sepanjang jalan Pajajaran Bogor"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN

BOGOR

Oleh : Dian Anggraini

A14102664

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

DIAN ANGGRAINI. Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Di bawah bimbingan YUSMAN SYAUKAT

RINGKASAN

. Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya pengangguran adalah usaha kecil. Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak berdiri adalah warung tenda pecel lele. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor yang dekat dengan Kota Jakarta. Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha warung tenda pecel lele.

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap identifikasi lingkungan internal dan eksternal usaha. Identifikasi lingkungan internal dilakukan pada analisis fungsi pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan. Sedangkan lingkungan eksternal yang dianalisis adalah lingkungan makro dan mikro. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.

Dari hasil identifikasi profil dan karakteristik diketahui bahwa pemilik warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya daerah Lamongan, Jawa Timur. Menurut informasi dari pemilik warung tenda sebagian besar merantau ke luar daerah sejak usia remaja.

Pendapatan usaha rata-rata yang didapat oleh pemilik warung tenda pecel lele selama satu bulan adalah Rp 50.980.000 sedangkan total biaya rata-rata yang dikeluarkan adalah Rp 5.090.800 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 12. 078.600. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) rata-rata sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha warung tenda pecel lele menghasilkan penerimaan rata-rata sebesar 1,31 rupiah.

Nilai total skor pembobotan matriks IFE dan EFE yang didapat masing-masing sebesar 2,503 dan 2,680. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan EFE dan dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah strategi hold and maintain. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan pengembangan produk (product development).

(3)
(4)

ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN

PAJAJARAN BOGOR

Oleh

DIAN ANGGRAINI A14102664

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha

Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor

Nama : Dian Anggraini NRP : A14102664

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP. 131 804 162

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN BOGOR” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 26 April 1981 sebagai anak kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Alm. Bapak Listomzon dan Ibu Nasroh Nursilawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Palembang dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Palembang dan lulus pada tahun 1996 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Palembang dan lulus pada tahun 1999.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkankehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor ini dengan baik

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta waktunya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian serta masukan-masukannya kepada penulis.

3. Muhammad Firdaus SP, M.Si atas kesediaannya selaku dosen penguji dan atas masukan-masukannya kepada penulis.

4. Ir. Murdianto, MS. atas kesediaannya selaku dosen komisi akademik dan atas masukan-masukannya kepada penulis.

5. Ayahanda Alm. dan Ibunda yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil serta kakak dan kedua adikku.

6. Para pemilik warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor yang telah memberikan waktunya dalam wawancara yang telah dilakukan.

7. Sandaru, Dewi, Rangga sebagai saudara seperjuangan dalam menata masa depan yang kita mulai bersama dari tempat ini.

8. Teman-teman sebimbingan Suci, Wahyu, Ajeng, Nimas dan Shinta.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Pemasaran ... 6

2.1.1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan ... 6

2.1.2 Produk ... 6

2.1.3 Nilai... 6

2.1.4 Pertukaran dan Transaksi ... 7

2.1.5 Hubungan dan Jaringan... 7

2.1.6 Pasar ... 8

2.1.7 Pemasar dan Calon Pembeli... 8

2.2 Pengertian Strategi ... 8

2.3 Manajemen Strategis... 9

2.4 Strategi Pemasaran ... 10

2.4.1 Bauran Pemasaran... 11

2.5 Sejarah Bisnis Warung Tenda... 14

2.6 Tinjauan Studi Terdahulu... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 17

3.1 Analisis Lingkungan Pemasaran ... 17

3.1.1 Lingkungan Internal ... 17

3.1.2 Lingkungan Eksternal ... 18

3.1.3 Matriks Internal Factor Evaluation dan External Facto r Evaluation ... . 21

(11)

3.1.5 Analisis SWOT ... 22

3.2 Analisis Usaha... 22

3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV. METODE PENELITIAN... 25

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3 Metode Pengambilan Sampel... 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.1.1 Tabulasi dan Deskriftif... 26

4.4.2 Analisis Biaya ... 26

4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha ... 27

4.4.4 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 27

4.4.5 Matriks IFE ... 28

4.4.6 Matriks EFE ... 30

4.4.7 Matriks Internal External ... 31

4.4.8 Matriks SWOT ... 32

V. KEADAAN UMUM USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE... 34

5.1 Sejarah Pecel Lele ... 34

5.2 Warung Tenda Pecel Lele ... 35

5.3 Karakteristik Pemilik Warung Tenda... 35

5.4 Waktu Penjualan ... 37

5.5 Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku... 37

5.6 Analisis Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 38

5.6.1 Penerimaan Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 38

5.6.2 Biaya-Biaya Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 39

5.6.3 Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele dan Nilai R/C Ratio.. 40

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE ... 41

6.1 Analisis Lingkungan Internal... 41

6.1.1 Sumber Daya Manusia ... 41

6.1.2 Bauran Pemasaran... 41

(12)

6.1.2.2 Harga ... 42

6.1.2.3 Distribusi ... 43

6.1.2.4 Promosi ... 43

6.1.3 Keuangan ... 44

6.1.4 Produksi ... 44

6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Internal ... 45

6.3 Analisis Lingkungan Eksternal ... 45

6.3.1 Lingkungan Makro... 45

6.3.1.1 Ekonomi ... 45

6.3.1.2 Alam... 46

6.3.1.3 Teknologi ... 46

6.3.1.4 Politik dan Hukum ... 47

6.3.1.5 Sosial dan Budaya ... 47

6.3.2 Lingkungan Mikro ... 48

6.3.2.1 Pemasok ... 48

6.3.2.2 Pelanggan ... 48

6.3.2.3 Pesaing ... 49

6.4 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal ... 50

6.5 Analisis Matriks IFE dan EFE ... 50

6.5.1 Analisis Matriks IFE ... 51

6.5.2 Analisis Matriks EFE ... 52

6.6 Matriks Internal Eksternal... 53

6.7 Analisis Matriks SWOT... 55

6.7.1 Strategi S-O... 57

6.7.2 Strategi S-T ... 57

6.7.3 Strategi W-O ... 58

6.7.4 Strategi W-T... 59

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

7.1 Kesimpulan ... 60

7.2 Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Jumlah Usaha tidak Berbadan Hukum menurut Lapangan Usaha

Tahun 2002-2005 ... 2

2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix)... 11

3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian... 26

4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 29

5. Matriks IFE ... 30

6. Matriks EFE ... 31

7. Matriks SWOT ... 33

8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele, Tahun 2006 ... 36

9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Satu Periode (Rp/Bln) ... 38

10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 51

14. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele... 52

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 24

2. Model Matriks IE ... 32

3. Saluran Distribusi Warung Tenda Pecel Lele ... 43

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner kepada Pemilik Warung Tenda Pecel Lele

di Jalan Pajajaran... 64

2. Kuisioner Penetapan Prioritas dan Rating... 65

3. Penilaian Bobot dan Rating Faktor-Faktor Internal

Usaha Warung Tenda... 69

4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor-Faktor Eksternal

Usaha Warung Tenda... 75

5. Nilai Rata-Rata Bobot dan Rating Faktor Internal

Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 81

6. Nilai Rata-Rata Bobot dan Rating Faktor Eksternal

Usaha Warung Tenda Pecel Lele ... 82

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan dampak negatif bagi kondisi perekonomian rakyat. Terjadinya krisis ekonomi ini selain disebabkan oleh memburuknya situasi politik negara, juga karena meningkatnya hutang luar negeri serta menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya krisis tersebut masih dirasakan sampai saat ini, diantaranya tingkat inflasi yang tinggi dan meningkatnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun.

Kondisi perekonomian negara yang semakin tidak menentu juga mengakibatkan banyak perusahaan yang bangkrut. Banyaknya perusahaan yang bangkrut tentu saja akan meningkatkan jumlah pengangguran, baik pengangguran yang terjadi karena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) maupun angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Meningkatnya jumlah pengangguran tentu saja berdampak negatif pada kondisi ekonomi masyarakat dengan hilangnya sumber pokok pendapatan keluarga, diiringi dengan meningkatnya biaya kebutuhan hidup seperti kenaikan BBM dan tarif dasar listrik yang berdampak pula pada kenaikan harga-harga secara umum.

Meningkatnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun menandakan bahwa peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bersifat formal semakin kecil oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif pekerjaan yang bersifat informal. Munculnya sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung kelebihan tenaga kerja karena umumnya sektor ini tidak begitu membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan pekerja.

(17)

yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward linkages).

Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel karena dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Usaha kecil juga di pandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan pendapatan karena jumlahnya tersebar di perkotaan maupun di pedesaan (Suryana, 2003).

Perkembangan jumlah usaha kecil yang bersifat informal dari tahun 2002 sampai tahun 2005 banyak didominasi oleh sektor perdagangan besar, eceran dan rumah makan serta jasa akomodasi. Banyaknya jumlah usaha kecil yang tidak berbadan hukum menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Usaha Tidak Berbadan Hukum Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2005 eceran dan rumah makan serta akomodasi

(18)

Warung tenda yang berdiri di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor terdiri dari berbagai macam jenis usaha. Pada umumnya warung tenda di Kota Bogor membuka usahanya pada sore hari, dengan begitu banyaknya usaha warung tenda yang berdiri sehingga persaingan terjadi diantara warung tenda itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Persaingan menentukan ketepatan aktivitas perusahaan yang dapat menyokong kinerjanya seperti inovasi, budaya perusahaan dan pelaksanaan yang baik (Porter, 1994). Strategi bersaing bertujuan untuk menegakkan posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang menentukan persaingan dalam industri.

Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang ketat dalam suatu industri, perusahaan harus menbuat suatu strategi usaha yang efektif. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi pemasaran. Perumusan strategi pemasaran yang efektif dirancang dengan memperhatikan kepuasan yang dapat diberikan kepada konsumen. Strategi pemasaran yang dibuat oleh perusahaan harus dapat memposisikan diri berhadapan dengan pesaing agar dapat memperoleh keunggulan bersaing.

Industri makanan adalah salah satu sektor industri yang mengalami persaingan yang sangat kompetitif. Bisnis makanan merupakan salah satu jenis usaha yang dapat bertahan pada masa krisis. Usaha di bidang ini tidak hanya dalam bentuk restoran-restoran besar, tetapi juga dalam bentuk warung tenda. Usaha ini banyak menjamur setelah masa krisis khususnya di kota-kota besar di Indonesia karena banyak orang yang beralih profesi membuka usaha warung tenda setelah terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan-perusahaan.

(19)

Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran. Persaingan terjadi tidak hanya diantara warung tenda yang menjual pecel lele sebagai produk utamanya tetapi juga terjadi dengan warung tenda yang menjual makanan lainnya seperti nasi goreng, soto, masakan sunda, hal ini terjadi dikarenakan mereka menjual produk yang hampir sama.

Faktor lain yang menyebabkan persaingan ini terjadi diantaranya adalah rendahnya tingkat hambatan untuk dapat masuk ke dalam usaha ini seperti kepemilikan modal usaha yang tidak terlalu besar, teknologi yang dipergunakan masih sederhana serta kemampuan tenaga kerja yang tidak mengharuskan mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi sehingga dengan cepatnya banyak pemain baru yang masuk ke dalam usaha ini sehingga menyebabkan pendapatan usaha yang diperoleh warung tenda semakin kecil. Maka untuk itulah perlunya dilakukan analisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele.

Dengan jumlah konsumen yang relatif tetap untuk diperebutkan menyebabkan warung tenda harus membuat suatu strategi pemasaran yang baik untuk menarik perhatian konsumen mengingat banyaknya orang-orang yang bergerak dalam bisnis ini.

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah adalah :

1. Bagaimanakah profil dan karakteristik para pedagang warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor?

2. Bagaimanakah pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor?

3. Bagaimanakah strategi pemasaran yang dilakukan warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor dalam menghadapi persaingan agar dapat terus bertahan pada bisnis ini?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi profil dan karakteristik para pedagang warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor.

(20)

3. Memformulasi strategi pemasaran yang dilakukan warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi usaha kecil, sebagai bahan masukan dalam pengelolaan usaha khususnya dalam menjalankan strategi pemasaran, agar dapat meningkatkan pendapatan usaha.

2. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diperoleh semasa kuliah.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Definisi pemasaran melibatkan konsep inti antara lain : kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar dan prospek.

2.1.1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia sehingga penting diketahui perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar, sedangkan keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik (Kotler, 1997) . Keinginan manusia terus dibentuk oleh kekuatan dan lembaga sosial seperti sekolah, keluarga dan perusahaan. Permintaan (demands) adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan dapat menjadi sebuah permintaan jika didukung oleh daya beli.

2.1.2 Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan (Kotler, 1997). Produk dapat dibedakan menjadi tiga jenis: barang fisik, jasa dan gagasan. Tingkat kepentingan produk fisik lebih tergantung pada jasa yang diberikan daripada kepemilikannya, maka produk fisik sebenarnya adalah sarana yang memberikan jasa pada pemakainya.

2.1.3 Nilai

(22)

harus dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkannya (Kotler, 1997). Nilai yang harus dibayar oleh konsumen dapat berupa biaya atas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai juga merupakan pemenuhan tuntutan pelanggan dengan biaya perolehan, pemilikan, dan penggunaan yang terendah.

2.1.4 Pertukaran dan Transaksi

Pertukaran adalah tindakan memperoleh barang yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan (Kotler, 1997). Terdapat lima kondisi yang harus terpenuhi agar pertukaran dapat terjadi:

1. Terdapat sedikitnya dua pihak.

2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain.

3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan. 4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran. 5. Masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak

dan bermanfaat.

Pertukaran baru dapat terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui syarat pertukaran. Pertukaran dapat dilihat sebagai sebuah proses yang berakhir dengan sebuah transaksi. Transaksi adalah perdagangan nilai-nilai antara dua pihak atau lebih. Sebuah transaksi melibatkan beberapa aspek: sekurang-kurangnya dua benda yang bernilai, persyaratan yang disetujui, waktu persetujuan, dan tempat persetujuan.

2.1.5 Hubungan dan Jaringan

(23)

Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan aset unik perusahaan yang disebut jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran yang berkepentingan adalah pelanggan, pemasok, penyalur, pengecer dan pihak lain yang bersama-sama dengan perusahaan telah membangun hubungan bisnis yang saling menguntungkan.

2.1.6 Pasar

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut pandangan bisnis penjual dipandang sebagai industri dan pembeli sebagai pasar.

2.1.7 Pemasar dan Calon Pembeli

Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang akan terlibat dalam pertukaran nilai (value), sedangkan pembeli adalah seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai. Pemasar dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual.

2.2 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia, yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang.

Menurut Stoner dan Freeman (1998) konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan.

(24)

merumuskan strategi organisasi. Dalam lingkungan yang selalu berubah, pandangan ini lebih banyak diterapkan.

Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan.

2.3 Manajemen Strategis

Manajemen strategis sangat diperlukan oleh setiap perusahaan sebagai usaha untuk menentukan rencana kegiatan dan bagaimana rencana kegiatan tersebut harus dilakukan. Salah satu fungsi manajemen strategis adalah memberikan arahan strategis yang tepat dalam menunjang pencapaian tujuan perusahaan.

Pengertian manajemen strategis menurut Pearce dan Robinson (1997), didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Komponen-komponen dalam manajemen strategi terdiri dari : (1) Misi perusahaan (company mission), (2) Profil perusahaan (company profile), (3) Lingkungan eksternal (external environment), (4) Analisis dan pilihan strategik (strategic analysis and choice), (5) Sasaran jangka panjang (long-term objectives), dan (6) Strategi umum (grand strategy). Lebih lanjut Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa strategi perusahaan berkaitan dengan keputusan kemana bisnis perusahaan seharusnya masuk dan keluar serta bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasikan sumber daya diantara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya di masa mendatang.

(25)

mencapai arah yang telah ditentukan pada saat merancang strategi perusahaan. Oleh sebab itu cukup penting arti formulasi strategi bagi perusahaan, lebih lanjut David (2002) menyatakan bahwa dengan formulasi strategi kita dapat melihat usaha apa yang akan dimasuki dan usaha apa yang sebaiknya diabaikan perusahaan. Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996) menyebutkan bahwa manajemen strategis merupakan suatu proses sehingga senantiasa berkesinambungan dan karena lingkungan organisasi senantiasa berubah maka strategi pun harus terus menerus dimodifikasi untuk memastikan bahwa yang diinginkan tercapai.

Pengertian strategi adalah alat untuk mencapai tujuan dan perencanaan strategi adalah proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi (Rangkuti, 2002) sedangkan David (2002) membagi strategi menjadi tiga tingkatan yaitu strategi tingkat perusahaan (corporate strategy), strategi tingkat unit bisnis (business strategy), dan strategi tingkat fungsional (functional strategy). Corporate strategy dibuat sebagai arahan dasar atau acuan pokok berbagai strategi unit bisnis dan fungsional yang menggambarkan arah yang menyeluruh bagi suatu perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha untuk mencapai keseimbangan produk dan jasa yang dihasilkan. Business strategy menekankan pada usaha peningkatan daya saing perusahaan dalam suatu industri atau segmen pasar, sedangkan functional strategy menciptakan kemungkinan kerja untuk manajemen fungsi seperti produksi, pemasaran, keuangan, litbang dan sumberdaya manusia.

2.4 Strategi Pemasaran

Kotler (1997) menyatakan bahwa langkah pertama dalam perencanaan bisnis adalah langkah pemasaran, dimana pasar sasaran dan strategi pemasarannya ditentukan dan tujuan penjualan serta sumberdaya untuk mencapai tujuan ini ditetapkan. Peranan bagian keuangan, produksi, dan personalia adalah untuk mendukung rencana pemasaran tersebut.

(26)

Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran dan bauran pemasaran.

2.4.1 Bauran Pemasaran

Bauran Pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Ada banyak alat pemasaran, salah satunya adalah konsep bauran pemasaran 4P (Kotler, 1997) yang terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Perincian dari 4P dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran Pemasaran Perincian

Produk Kualitas Lini Produk Keragaman Tingkat Pelayanan Merek, Kemasan

Harga Tingkat Harga Syarat Pembayaran Potongan Harga Cadangan

Waktu Pembayaran

Distribusi Saluran Distribusi Pengangkutan Jangkauan Penggudangan Lokasi Penjualan

Promosi Periklanan Penjualan Personal Selling Publisitas

Sumber : Swastha, (2000)

1. Produk

Definisi produk menurut Kotler (1997) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau suatu kebutuhan. Dalam pengertian luas produk dapat mencakup apa saja yang bisa ditawarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa, organisasi dan gagasan.

(27)

dibeli pelanggan. Pada tingkat kedua, pemasar harus merubah manfaat itu menjadi produk generik, yaitu versi dasar dari produk tersebut. Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan dan disetujui pembeli ketika membeli produk itu. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan yang meliputi tambahan jasa dan manfaat yang akan memberdayakannya dari produk pesaing. Pada tingkat kelima adalah produk potensial yaitu semua tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk tersebut di masa depan.

Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan daya tahan mereka yakni barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang konsumsi biasanya diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian konsumen yaitu barang kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang khusus, dan barang yang tidak dicari. Barang industri umumnya dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses produksi yakni bahan dan suku cadang, barang modal, perbekalan, dan pelayanan.

2. Harga

Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Stanton 1991). Harga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen-elemen yang lain membutuhkan biaya. Strategi bauran harga yang dilakukan suatu perusahaan meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga serta syarat-syarat pembayaran.

(28)

wilayah harga bagi beberapa produk dalam suatu lini produk dan atas penetapan harga fungsi tambahan, produk tawaran, produk sampingan, dan kumpulan produk.

3. Distribusi

Stern dan El-Ansary dalam Kotler (1997) mendefinisikan saluran distribusi sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Jadi sebuah saluran distribusi melakukan kerja dengan memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Saluran ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari konsumen.

Berkaitan dengan tingkatan saluran pemasaran, strategi-strategi yang dikembangkan dalam rangka mencapai saluran distribusi adalah (Swastha, 2000) : a. Strategi distribusi intensif

Perusahaan menggunakan jumlah perantara sebanyak mungkin untuk mencapai konsumen.

b. Strategi distribusi selektif

Perusahaan memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer yang terbatas dalam daerah geografis tertentu.

c. Strategi distribusi ekslusif

Perusahaan hanya menggunakan satu perantara dengan pelimpahan wewenang untuk menyalurkan produknya, penjualan lebih agresif dan meningkatkan image produk.

4. Promosi

Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri dengan pelanggan yang ada maupun yang potensial. Komunikasi pemasaran ini dilakukan perusahaan melalui promosi.

(29)

empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan pribadi/personal.

Iklan meliputi setiap bentuk dari penyajian non personal, promosi ide-ide, dan promosi barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari perusahaan. Promosi penjualan berupa insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian maupun penjualan suatu produk atau jasa.

Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan maupun produk. Penjualan personal berupa lisan dalam pembicaraan dengan salah satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan.

2.5 Sejarah Bisnis Warung Tenda

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1997-1998 menyebabkan banyak usaha yang bangkrut dan tutup sehingga banyak karyawan yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Pada masa itulah terjadi suatu trend dalam masyarakat dimana mereka beramai-ramai membuka usaha dalam bentuk warung tenda, usaha ini banyak dipilih sebagai alternatif dalam menambah pemasukan keuangan keluarga.

Warung tenda menjadi satu alternatif dalam menampung pekerja yang terkena dampak dari krisis ekonomi. Awal populernya warung tenda terjadi di Kota Jakarta, dimana mereka dikumpulkan dalam suatu kawasan khusus oleh pemerintah daerah setempat dan diberi fasilitas yang memadai seperti listrik, air, keamanan. Orang-orang yang bergerak dalam bisnis ini tidak hanya dari karyawan korban PHK oleh perusahaan, mahasiswa, tetapi juga dari kalangan artis ibukota.

(30)

Warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak berdiri dan menjual hidangan ikan lele yang digoreng dan disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Hidangan ini banyak dijual oleh pedagang warung tenda yang berasal dari daerah Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu warung tenda yang menjual hidangan pecel lele banyak ditemui di jalan-jalan utama di kota besar di Indonesia dan sekarang banyak warung tenda yang menambah menu hidangan yang ditawarkan kepada pembeli seperti hidangan laut atau sea food.

2.6 Tinjauan Studi Terdahulu

Dani (2006) meneliti tentang analisis strategi pemasaran perusahaan roti merk “sari roti dan “boti” di Bogor. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengidentifikasi strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh perusahaan roti tersebut, memilih strategi pemasaran yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan roti dan menentukan strategi pemasaran yang paling baik untuk perusahaan dalam melakukan strategi penetrasi pasar.

Metode analisis data yang digunakan adalah Proses Hirearki Analitik (PHA) yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat prioritas terbaik dalam melaksanakan bauran pemasaran bagi perusahaan. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa strategi bauran pemasaran yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan penjualan, menekankan jalur distribusi langsung dalam memasarkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Gusalim (2002) meneliti tentang perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian ayam goreng warung tenda, studi kasus di Kotamadya Bogor. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji tahapan dari proses keputusan pembelian ayam goreng warung tenda dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses pembelian tersebut.

(31)

ayam goreng warung tenda adalah harga, rasa, pendapatan, pengaruh teman, kebersihan makanan serta kebersihan peralatan dan lingkungan.

Kabul (2004) meneliti tentang pengambilan keputusan konsumen dalam mengunjungi Gumati kafe dan restoran serta implikasinya terhadap bauran pemasaran usaha. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui karakteristik konsumen Gumati kafe dan restoran, menganalisis perilaku dan preferensi konsumen yang mempengaruhi proses keputusan untuk mengunjungi sebuah kafe yang dikaitkan dengan dengan atribut-atribut yang dianggap penting bagi konsumen dan menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai bagi Gumati kafe dan restoran.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Alat analisis yang digunakan adalah fishbein dan dari hasil penelitian menunjukkan konsumen yang mengunjungi Gumati kafe dan restoran terdiri dari 50 % pria dan 50 % wanita dari 100 orang responden dengan kisaran usia 15-35 tahun. Sumber informasi yang didapat oleh pengunjung berasal dari teman sebesar 52 %. Alasan utama konsumen dalam mengunjungi kafe adalah meluangkan waktu senggang. Rekomendasi bauran pemasaran yang disarankan kepada Gumati kafe dan restoran adalah peninjauan kembali kebijakan harga yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen agar dapat dijangkau oleh konsumen.

(32)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 dan tingginya tingkat pengangguran

Warung tenda sebagai alternatif usaha pasca krisis

Pertumbuhan pesat warung tenda pasca krisis ekonomi

Strategi mempertahankan dan mengembangkan bisnis

Analisis Pendapatan usaha Analisis lingkungan eksternal dan internal usaha

Analisis SWOT

Rekomendasi formulasi strategi pemasaran

(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Jalan Pajajaran merupakan salah satu jalan utama dan strategis yang ada di Kota Bogor dan banyak dipenuhi oleh warung tenda menjelang sore hari. Penelitian lapangan ini dilakukan selama bulan Mei 2006.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik warung tenda melalui panduan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku-buku, penelitian terdahulu dan literatur yang terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan metode judgment sampling berdasarkan kebutuhan penelitian. Warung tenda yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah warung tenda pecel lele. Jumlah warung tenda pecel lele yang diidentifikasi berjumlah 12 unit usaha yang dan warung tenda yang dijadikan sebagai objek penelitian berjumlah 6 sampel dan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Warung tenda di lokasi Jalan Pajajaran berada pada pusat keramaian di Kota Bogor yaitu sekitar pusat perbelanjaan, sekitar jalan raya utama dan lokasi jajanan dan mudah dikunjungi oleh masyarakat.

2. Warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan warung tenda yang hanya menjual produk perikanan olahan seperti pecel lele dan sea food dan beberapa produk non perikanan lainnya seperti ayam goreng, tahu, tempe dan sebagainya.

(34)

4. Warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan warung tenda yang telah berusaha lebih dari lima tahun.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian Data

No Tujuan Penelitian

Jenis Sumber Metode Analisis 1. Identifikasi profil dan

karakteristik pedagang

Survei Tabulasi & Deskriftif

2. Analisis pendapatan usaha

3. Formulasi strategi pemasaran

4.4.1 Tabulasi dan Deskriftif

Tabulasi deskriftif berisikan data mengenai profil dan karakteristik warung tenda, waktu berdirinya usaha, jenis makanan yang dijual, pasar, penyediaan bahan baku, tenaga kerja, permodalan dan manajemen usaha.

4.4.2 Analisis Biaya

Biaya merupakan faktor yang sangat penting karena setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan mengurangi laba usaha. Biaya-biaya yang dianalisis dalam usaha ini antara lain biaya tetap dan biaya variabel

(35)

b. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel yang dianalisis pada usaha warung tenda pecel lele antara lain pembelian bahan baku seperti ayam, ikan lele, bebek, burung dara, kepiting, kerang, ikan gurame, jeruk, gula serta biaya bahan bakar seperti minyak tanah.

4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan. Menurut Lipsey dan Richard (1995), rumus yang digunakan adalah :

Keuntungan = Total Penerimaan-Total Biaya Kriteria :

Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung

Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi

4.4.4 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah :

R/C =

TotalBiaya imaan TotalPener

Kriteria :

Jika R/C > 1, usaha tersebut untung

(36)

4.4.5 Matriks IFE

Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang ini. Empat langkah dalam pengembangan matriks IFE (David, 2002)

1). Buat daftar faktor-faktor internal yang diidentifikasi dalam proses audit internal, termasuk kekuatan dan kelemahan usaha.

2). Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat penting). Bobot menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang keberhasilan usaha dalam industri yang digelutinya. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut harus sama dengan 1.0.

3). Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), atau kekuatan besar (peringkat = 4). Peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2 hanya untuk kelemahan. Peringkat didasarkan atas keadaan usaha, sedangkan bobot didasarkan pada industri. Memberikan bobot untuk setiap variabel dengan mengajukan daftar faktor strategis pada pihak perusahaan dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991).

Penentuan bobot setiap variabel pada kolom menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan menunjukkan :

1 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal pada kolom/vertikal

2 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal sama penting daripada faktor strategis eksternal pada kolom/vertikal

(37)

Adapun bentuk dari penilaian dengan bobot metode Paired Comparison digambarkan seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele

Sumber : David, 2002

Selanjutnya bobot setiap variabel atau faktor strategis diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel/faktor strategis dengan menggunakan rumus :

ai =

Keterangan : ai = bobot variabel ke-i xi = nilai variabel ke- i i = 1, 2, 3,...,n

n = jumlah variabel ke-i

4). Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan skor pembobotan. Kemudian jumlahkan skor pembobotan untuk setiap variabel untuk menentukan total skor pembobotan.

(38)

Tabel 5. Matriks IFE

Faktor-faktor internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan :

1 ... 10

Kelemahan :

1 ... 10 Total Sumber : David, 2002

4.4.6 Matriks EFE

Matriks EFE membuat perencana strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, sosial dan budaya. Empat langkah dalam pengembangan matriks EFE (David, 2002) :

1). Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal, termasuk peluang-peluang dan ancaman yang mempengaruhi usaha dan industrinya.

2). Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam industri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut harus sama dengan 1.0. Memberikan bobot untuk setiap variabel dengan mengajukan daftar faktor strategis pada pemilik usaha dengan menggunakan metode Paired Comparison seperti pada faktor strategis internal.

(39)

4). Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan skor pembobotan. Kemudian jumlahkan skor pembobotan untuk setiap variabel untuk menentukan total skor pembobotan.

Tabel 6. Matriks EFE

Faktor-faktor eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang :

1 ... 10 Ancaman :

1 ... 10

Total

Sumber : David, 2002

Total skor pembobotan tertinggi untuk setiap organisasi adalah 4.0 dan yang terendah adalah 1.0. Rata-rata skor pembobotan adalah 2.5. Total skor 4.0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Total skor 1.0 menunjukkan bahwa strategi usaha tidak memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman eksternal.

4.4.7 Matriks Internal External

(40)

Matriks Internal External dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis berbeda (David, 2002). Pertama, divisi yang masuk sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) mungkin paling tepat untuk divisi-divisi tersebut. Kedua, divisi yang masuk ke dalam sel III, V, atau VII, paling baik dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum digunakan untuk jenis-jenis divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX, paling baik dikelola dengan strategi panen atau divestasi (harvest or divestiture) melalui strategi divestasi atau likuidasi.

Total Skor EFE

Gambar 2. Model Matriks IE (David, 2002)

4.4.8 Matriks SWOT

(41)

Berikut ini adalah delapan langkah untuk menyusun matriks SWOT : 1. Tuliskan peluang eksternal usaha yang menentukan.

2. Tuliskan ancaman eksternal usaha yang menentukan. 3. Tuliskan kekuatan internal usaha yang menentukan. 4. Tuliskan kelemahan internal usaha yang menentukan.

5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-O.

6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam strategi W-O.

7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-T.

8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-T.

Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strength/Kekuatan

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weakness/Kelemahan

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities/Peluang Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal

Strategi S-O Strategi W-O

Threats/Ancaman Tentukan 5-10 faktor

ancaman eksternal

Strategi S-T Strategi W-T

(42)

BAB V

KEADAAN UMUM USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE

5.1 Sejarah Pecel Lele

Pecel lele merupakan produk olahan perikanan berupa ikan lele yang digoreng dan disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Makanan olahan ini merupakan makanan khas tradisional yang berasal dari daerah Jawa Timur. Menurut cerita beberapa pemilik warung tenda, awalnya pecel lele berasal dari daerah Surabaya, dengan hidangannya berupa ikan lele yang dibakar disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Pecel lele yang berasal dari Surabaya tersebut kurang populer bahkan sangat jarang ditemukan di daerah lain dibandingkan dengan pecel lele yang berasal dari daerah Lamongan. Berbeda dengan pecel lele yang berasal dari daerah Surabaya, pecel lele Lamongan disajikan bukan dengan cara dibakar tetapi dengan cara digoreng dan disajikan dengan nasi, sambal dan lalapan.

Munculnya hidangan pecel lele tidak dapat diketahui secara pasti, namun dari beberapa sumber mengatakan bahwa pecel lele yang sering ditemui (Lamongan) bukan diciptakan di daerah Lamongan itu sendiri, namun berawal dari beberapa pedagang soto Lamongan yang merantau ke daerah Tangerang, Jawa Barat (sekarang Banten) sekitar tahun 1983. Beberapa pedagang soto Lamongan tersebut kemudian mencoba menghidangkan lele goreng bersama nasi, sambal dan lalapan. Oleh karena respon masyarakat terhadap hidangan tersebut sangat baik, maka mulailah hidangan pecel lele tersebar ke daerah lain seperti Jakarta, Bogor dan sekitarnya.

(43)

5.2 Warung Tenda Pecel Lele

Jalan Pajajaran adalah salah satu jalan utama di Kota Bogor yang banyak dijadikan untuk membuka usaha warung tenda. Warung tenda yang banyak berdiri di jalan ini menjual berbagai macam produk makanan mulai dari warung yang menjual masakan Sunda, soto Bogor, nasi goreng, warung kopi, pecel lele dan lain-lain.

Warung tenda pecel lele membuka usaha menjelang sore hingga malam hari, persiapan dimulai dengan pendirian tenda yang dilakukan secara bersama-sama oleh para pekerja. Lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat beroperasinya warung tenda adalah sebuah pelataran di depan perumahan atau perkantoran. Peralatan untuk mendirikan tenda biasanya dibawa dari rumah menggunakan gerobak atau ada yang menitipkannya di dekat lokasi.

Warung tenda yang didirikan menggunakan atap terpal yang terbuat dari plastik anti bocor sehingga bila saat hujan tidak membasahi pembeli. Sisi-sisi dari warung tenda ditutupi oleh kain spanduk yang salah satu sisinya bertuliskan dan bergambarkan produk yang dihidangkan yaitu pada bagian depan yang terlihat dari jalan.

Sebagian besar warung tenda mendapatkan listrik dengan cara membayar biaya listrik per hari yang dihitung berdasarkan jumlah daya yang dipakai, sedangkan air yang digunakan berasal dari sumber air terdekat seperti mata air dan sumur. Beberapa warung tenda mendapatkan sumber air bersih dari PAM yang dibawa dari rumah atau membayar iuran secara kolektif dengan jumlah tertentu per harinya.

5.3 Karakteristik Pemilik Warung Tenda

(44)

buruh pabrik. Mereka yang dahulunya pernah bekerja sebagai buruh pabrik bekerja pada pabrik sepatu, pakaian dan lain-lain. Sebelum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 ada beberapa pemilik warung tenda pecel lele yang bekerja sebagai buruh pabrik seperti pabrik sepatu dan pabrik garment. Ketika terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan terjadinya PHK secara besar-besar dan membuat mereka kehilangan pekerjaan dan untuk terus dapat membiayai kehidupannya maka mereka beralih membuka usaha warung tenda. Usaha warung tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan dalam berusaha karena rata-rata pemilik ini berasal dari Jawa timur terutama daerah Lamongan yang terkenal dengan hidangan pecel lele.

Jumlah responden yang diambil adalah 6 orang dengan karakteristik yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele, Tahun 2006 No Karakteristik Jumlah (responden) Persentase 1. Jenis Kelamin

3. Status Pekerjaan a. Pekerjaan Utama

(45)

5.4 Waktu Penjualan

Warung tenda khususnya pecel lele melakukan kegiatan operasionalnya mulai dari sore hingga malam hari seperti warung tenda pada umumnya dan berjualan mulai dari hari senin sampai hari minggu. Waktu efektif dimulai dari pukul tiga sore sampai pukul dua belas malam, bahkan dapat beroperasi sampai pukul tiga pagi misalnya pada malam libur atau malam minggu dikarenakan beberapa keadaan yang mendukung seperti pembeli yang ramai.

5.5 Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

Pecel lele sebagai produk olahan yang berbahan baku ikan air tawar yaitu ikan lele. Ikan lele banyak diperoleh pedagang di Pasar Bogor, selain Pasar Bogor ada juga pedagang yang memperolehnya di Pasar Anyar. Selain pecel lele, produk olahan lain yang dijual adalah pecel ayam, burung dara, bebek dan hidangan laut seperti kepiting, udang, kerang, cumi-cumi, ikan bawal dan ikan gurame serta tahu dan tempe.

Setiap responden memiliki pemasok bahan baku sendiri-sendiri sehingga mereka tidak lagi mencari pemasok ketika akan membeli bahan bakunya. Bahan baku didapatkan dengan cara melakukan pemesanan dalam jumlah tertentu kepada pemasok khususnya pada kebutuhan bahan baku utama seperti ikan lele, ayam potong, ayam kampung, bebek dan lain-lain.

Sedangkan bahan baku untuk hidangan laut diperoleh dari pemasok di Pasar Bogor yaitu dengan cara memesan terlebih dahulu dalam jumlah tertentu, tetapi ada juga pedagang yang langsung membelinya di Jakarta yaitu di daerah Cilincing. Beberapa jenis minuman seperti es jeruk, es teh manis, jeruk panas dan teh manis panas bahan bakunya juga dibeli dari Pasar Bogor. Sedangkan minuman ringan seperti fanta, coca-cola, sprite dan teh botol dibeli melalui agen yang mengantar ke tempat usaha atau di warung terdekat.

(46)

5.6 Analisis Usaha Warung Tenda Pecel Lele

Salah satu ukuran dalam kegiatan usaha warung tenda pecel lele ini adalah analisis pendapatan. Analisis pendapatan bertujuan untuk melihat usaha warung tenda pecel lele yang sedang berjalan, dalam hal ini analisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha warung tenda pecel lele. Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha per bulan. Hasil analisis biaya dan pendapatan usaha warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Satu Periode (Rp/Bulan)

66.195.000 42.045.000 52.035.000 50.355.000 50.280.000 44.970.000 50.980.000 2. Biaya Variabel

Biaya Bahan Baku

31.830.000 21.495.000 25.950.000 21.915.000 25.935.000 19.140.000 24.377.500 Biaya Penunjang

8.673.000 6.190.500 6.702.000 6.951.000 5.049.000 6.240.000 5.166.200 Biaya Lainnya

3.435.000 1.747.500 1.747.500 1.410.000 2.197.500 735.000 1.878.750 3. Total Biaya Variabel

43.938.000 29.433.000 34.399.500 30.276.000 33.181.500 26.115.000 31.422.400 4. Biaya Tetap

7.743.675 5.133.600 5.015.150 3.183.575 5.611.975 3.856.900 5.090.800 5. Total Biaya

52.911.675 35.436.600 40.269.650 34.314.575 39.723.475 30.751.900 38.901.300 6. Pendapatan

13.283.325 6.608.400 11.765.350 16.040.425 10.556.525 14.218.100 12.078.600 7. Nilai R/C

1.25 1.18 1.29 1.46 1.26 1.46 1,31

5.6.1 Penerimaan Usaha Warung Tenda Pecel Lele

(47)

Penerimaan usaha warung tenda pecel lele ini berasal dari penjualan hidangan dan dihitung dalam satu porsi yang terdiri dari penjualan ikan lele goreng, ayam goreng, ayam kampung goreng, bebek goreng, burung dara goreng, hidangan laut atau sea food, ikan gurame, ikan bawal, tempe, tahu serta minuman. 5.6.2 Biaya-Biaya Usaha Warung Tenda Pecel Lele

Biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu periode dibedakan ke dalam dua komponen biaya. Kedua biaya tersebut adalah biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya akan bertambah apabila ingin menambah jumlah output yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya lainnya.

Biaya bahan baku terdiri dari biaya pembelian ikan lele, ayam negeri, ayam kampung, bebek, burung dara, bahan baku hidangan laut, ikan gurame, ikan bawal, tempe, tahu, beras dan bahan sambal. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele untuk pembelian bahan baku dalam satu periode sebesar Rp 24.377.500 atau sebesar 78 % dari total biaya variabel.

Biaya penunjang terdiri dari pembelian timun, kol, kemangi, minyak goreng, minyak tanah, tisu, kecap manis, saos botolan, jeruk limau, jeruk, teh, gula dan bumbu. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan penunjang dalam satu periode sebesar Rp 5.166.200 atau sebesar 16 % dari biaya variabel

. Biaya lainnya terdiri dari pembelian es batu, sabun cuci, minuman ringan dan teh botol. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele untuk pembelian bahan lainnya sebesar Rp 1. 878.500 atau sebesar 6 % dari biaya variabel. Biaya variabel merupakan komponen biaya terbesar yang dikeluarkan pada usaha ini yang rata-rata sebesar Rp 31.422.400 atau sebesar 81 % dari biaya total.

(48)

pegawai. Total biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele dalam satu periode sebesar Rp 5.090.800 atau sebesar 19 % dari biaya total.

5.6.3 Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele dan Nilai R/C Ratio Kegiatan usaha warung tenda pecel lele nilai dari hasil pendapatannya. Pendapatan usaha warung tenda pecel lele merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Nilai pendapatan usaha terkecil pada usaha warung tenda pecel lele sebesar Rp 6.608.400 pada pemilik 2 dan pendapatan usaha terbesar adalah Rp 16.040.425 yakni pada pemilik 4. Pendapatan rata-rata yang dihasilkan dari usaha ini dalam satu periode sebesar Rp12.078.600. Perbedaan pendapatan yang terjadi pada ke enam pemilik terjadi karena perbedaan jumlah hidangan dan minuman yang terjual serta perbedaan jumlah biaya variabel yang dikeluarkan. Nilai pendapatan tersebut menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan untuk dilaksanakan. selain dilihat dari nilai pendapatan dapat juga dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yaitu nilai R/C rationya. Nilai R/C ratio rata-rata adalah 1,31 atau sebesar 31 %. Dengan nilai persentase keuntungan yang didapat sebesar 31 % menunjukkan bahwa usaha ini cukup menguntungkan untuk dijalankan.

(49)

BAB VI

ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE

6.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor yang menjadi kekuatan maupun kelemahan dalam usaha warung tenda pecel lele. Data internal diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan pemilik warung tenda pecel lele.

6.1.1 Sumber Daya Manusia

Setiap warung tenda pecel lele mempunyai pekerja yang berjumlah antara 5-10 orang dan pendidikan rata-rata adalah tamatan sekolah menengah pertama. Pada saat diterima sebagai pekerja pada usaha ini rata-rata mereka tidak mempunyai keahlian khusus sehingga para pemilik yang langsung memberikan pengarahan kepada pekerja dalam menjalankan tugasnya. Pemilik tidak memberikan pembagian kerja secara khusus kepada para pekerjanya dan mereka umumnya melakukan pekerjaan secara bersama-sama mulai dari melakukan persiapan di rumah sampai pada lokasi usaha tersebut. Pemilik biasanya meluangkan waktu untuk mengawasi keadaan warung dan pekerjanya.

Pekerja warung tenda pada umumnya berasal dari teman dekat atau saudara satu kampung halaman dari daerah dan ada juga pekerja yang tidak berasal dari daerah yang sama dengan pemilik. Para pekerja tinggal satu rumah dengan pemilik atau ditempatkan pada satu rumah tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan mereka pada siang hari dan lebih mudah untuk mengawasinya. Waktu libur untuk pegawai setiap minggunya hanya satu hari dan dilakukan secara bergantian pada hari yang berbeda-beda.

6.1.2 Bauran Pemasaran 6.1.2.1 Produk

(50)

Strategi produk adalah strategi yang dilaksanakan oleh suatu usaha dan berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Perencanaan strategi produk menduduki posisi yang sangat menentukan terhadap keunggulan persaingan yang dimiliki suatu usaha untuk menghadapi kondisi pasar yang penuh dengan persaingan saat ini. Hal ini disebabkan produk merupakan suatu hal yang ditawarkan kepada konsumen yang diharapkan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Kualitas produk adalah hal yang paling penting dan menentukan bagi konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk, dengan kata lain kualitas produk menentukan tingkat kepuasan yang didapat konsumen. Kualitas produk dilihat dari bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan atribut yang ada pada produk tersebut seperti warna, rasa, bentuk dan lain-lain. Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku dengan kualitas pilihan dan pengawasan terhadap bahan baku dilakukan oleh pemilik warung tenda dari mulai pembelian sampai pengolahannya.

Produk yang dihasilkan oleh warung tenda pecel lele terdiri dari beberapa jenis makanan, mulai dari produk olahan seperti ayam goreng, ikan lele goreng, ikan gurame, bebek goreng, burung dara goreng serta hidangan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi, kepiting dan ikan bawal dan minuman seperti es jeruk, es teh manis serta minuman ringan.

Kualitas makanan yang dijual tidak hanya berasal dari bahan baku yang baik tetapi juga dari pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku tersebut sampai kepada penyajiannya agar tetap terlihat bagus bagi konsumen. Sejauh ini dalam menjalankan usaha para pemilik warung tenda dapat menjaga kualitas makanan yang dijual dan diharapkan dapat meningkatkan citra warung tenda pecel lele di masyarakat.

6.1.2.2 Harga

(51)

pesaing lain untuk memilih produk mereka. Begitu pun dengan kualitas produk harus ditingkatkan sesuai dengan keinginan konsumen.

Penetapan harga jual yang dilakukan oleh pemilik tenda berdasarkan kesepakatan yang dibuat antar anggota yang tergabung dalam satu organisasi. Harga jual setiap produk yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari jenisnya. Kisaran harga produk antara Rp 6.500 per porsi untuk pecel lele dan Rp 45.000 per porsi untuk kepiting. Dengan kisaran harga tersebut warung tenda mampu bersaing dengan restoran-restoran besar seperti restoran fast food.

6.1.2.3 Distribusi

Tujuan strategi distribusi adalah meningkatkan jangkauan produk terhadap pasar untuk memenuhi permintaan. Distribusi menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh konsumen sasaran. Lokasi warung tenda yang berada di Jalan Pajajaran memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mengunjunginya dan jam buka usaha yang panjang yakni mulai dari pukul 15.00-24.00 malam setiap hari memungkinkan konsumen untuk datang sepanjang malam.

Produk yang dijual oleh warung tenda pecel lele termasuk ke dalam kategori pasar konsumen dimana produk yang dihasilkan dijual dengan sistem distribusi langsung dimana konsumen dapat langsung membelinya tanpa melalui perantara pemasaran karena produk ini lebih ditujukan kepada konsumen rumah tangga atau pembeli perorangan. Saluran distribusi warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Saluran Distribusi Warung Tenda Pecel Lele

6.1.2.4 Promosi

Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan (Swastha, 2000). Promosi yang dilakukan oleh pemilik warung tenda pecel lele masih kurang maksimal yaitu dengan mengandalkan

(52)

informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut dan rekomendasi dari pelanggan yang pernah makan di warung tenda kepada rekan maupun temannya serta dari spanduk yang dipasang pada warung tenda. Warung tenda belum membuat rencana baru untuk lebih mengenalkan usahanya sehingga informasi yang diketahui oleh konsumen mengenai keberadaan warung tenda tersebut masih sedikit.

6.1.3 Keuangan

Pada saat memulai membuka usaha ini, para pemilik lebih banyak menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman dari kerabat atau keluarga dekat. Setelah usaha berjalan cukup lama, permodalan sedikit demi sedikit bertambah yang berasal dari keuntungan penjualan setiap hari. Pemilik warung tenda pecel lele tidak melakukan pinjaman modal dari bank atau lembaga keuangan lainnya dengan alasan bunga pinjaman yang terlalu tinggi dan tidak adanya jaminan atau agunan yang dapat diajukan sebagai syarat peminjaman. Keterbatasan sumberdaya keuangan merupakan salah satu hambatan bagi pemilik warung tenda pecel lele untuk mengembangkan usahanya.

6.1.4 Produksi

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemilik warung tenda terbagi menjadi dua yaitu persiapan yang dilakukan di rumah dan kegiatan yang dilakukan pada lokasi usaha. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan operasional usaha dikerjakan secara bersama-sama antara pemilik dan para pekerja. Kegiatan yang dilakukan di rumah meliputi persiapan bahan baku untuk membuat makanan yang siap dijual. Semua bahan baku yang sudah dibeli oleh pemilik dibersihkan oleh para pekerja untuk kemudian diracik dan dimasak dengan bumbu-bumbu yang sudah diramu oleh pemilik, sampai seluruh bahan baku yang sudah diolah siap untuk dibawa ke tempat usaha. Untuk menjaga kualitas bahan baku yang digunakan, pengawasan berada ditangan pemilik yang juga bertanggung jawab dalam pembelian bahan baku.

(53)

6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Internal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal usaha warung tenda pecel lele maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi kekuatan dan kelemahan dari usaha ini adalah :

Kekuatan :

• Lokasi usaha yang strategis

• Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan

• Harga yang bersaing

• Cita rasa makanan yang sesuai dengan selera pembeli

• Jam operasional usaha yang panjang

• Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku

• Banyak variasi makanan yang dijual Kelemahan :

• Sumberdaya keuangan yang masih terbatas

• Promosi yang kurang maksimal

• Keterampilan pekerja yang belum sama

• Harga bahan baku yang fluktuatif

• Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana

• Belum adanya program pembinaan dari pemerintah

• Terbatasnya akses pada lembaga keuangan

6.3 Analisis Lingkungan Eksternal 6.3.1 Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan usaha warung tenda pecel lele. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkungan makro usaha warung tenda pecel lele adalah ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial dan budaya.

6.3.1.1 Ekonomi

(54)

diminati karena untuk masuk ke dalamnya tidaklah dibutuhkan suatu persyaratan yang sulit.

Usaha warung tenda pecel lele termasuk usaha yang berkembang cukup baik. Usaha ini juga mempunyai peranan dalam membantu pemerintah mengurangi pengangguran dengan cara menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Kelebihan lain yang dimiliki usaha ini adalah penggunaan sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku usaha. Selain itu peranan tersebut, usaha warung tenda pecel lele juga mempunyai peranan penting bagi pendistribusian produk-produk yang dihasilkan oleh industri-industri besar yaitu industri minuman ringan.

6.3.1.2 Alam

Faktor alam memiliki pengaruh yang besar khususnya bagi usaha kecil terutama usaha makanan. Bisnis warung tenda pecel lele banyak sekali menggunakan bahan baku yang berasal dari alam seperti ikan lele dan bahan baku untuk hidangan laut yang beberapa diantaranya bersifat musiman. Maka adanya kerjasama yang baik dengan pemasok akan mengantisipasi dalam mengatasi kebutuhan bahan baku.

Fluktuasi harga bahan baku sangat mempengaruhi usaha warung tenda pecel lele sehingga campur tangan pemerintah diharapkan mampu memberikan jalan keluar agar usaha kecil dapat terus bertahan dan berkembang.

6.3.1.3 Teknologi

Peranan teknologi dalam usaha warung tenda pecel lele masih sangat sederhana terutama pada kegiatan operasional usaha. Peralatan yang digunakan masih terbatas pada penggunaan kompor minyak tanah untuk mengolah bahan baku. Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam jenis usaha yang bersifat padat karya dimana peranan para pekerja lebih dominan daripada penggunaan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan memasak.

(55)

6.3.1.4 Politik dan Hukum

Bantuan pemerintah sangat dibutuhkan di dalam pembinaan dan fasilitas-fasilitas bagi usaha kecil yang termasuk di dalamnya adalah warung tenda pecel lele. Penerapan program pembinaan usaha kecil diharapkan mampu membuat usaha kecil mampu berkembang dan mandiri dalam pencapaian pasar, sehingga dengan berkembangnya usaha kecil akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun sampai saat ini usaha warung tenda pecel lele belum mendapat program binaan dari pemerintah baik untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun manajerial.

Walaupun usaha kecil mempunyai peranan penting dalam kemajuan perekonomian nasional, usaha kecil masih belum mendapat perhatian besar dari pemerintah dalam perkembangannya. Banyak kendala yang dihadapi oleh usaha kecil terutama dalam mendapatkan bahan baku serta fluktuasi harga bahan baku yang tinggi. Kecenderungan kenaikan harga BBM juga menjadi kelemahan bagi usaha warung tenda pecel lele dalam mengembangkan usahanya. Adanya campur tangan dari pemerintah dalam mengatasinya akan menjadi sangat penting untuk membuat usaha kecil dapat bersaing dengan usaha lainnya.

6.3.1.5 Sosial dan Budaya

Tingginya tingkat kesibukan yang terjadi pada penduduk di kota-kota besar menyebabkan berkurangnya waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan rumah tangga seperti menyediakan makanan bagi keluarga. Hal ini banyak dialami oleh ibu-ibu yang bekerja diluar rumah. Keadaan inilah yang menjadi suatu peluang bagi usaha warung tenda pecel lele sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan makan. Warung tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan bagi orang-orang yang bekerja, harga makanan yang dijual pun relatif terjangkau oleh semua golongan.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Usaha Tidak Berbadan Hukum Menurut Lapangan Usaha  Tahun 2002-2005
Tabel 2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K. Pariwisata Indonesia saat ini tengah mengalami perkembangan yang

DEPARTEMEN ILMIJ-ILMU SOSIAL EKONOMI PEKTANIAN FAKULTAS PERTANIAN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Alternatif ini digunakan untuk memperbaiki kelemahan yang dimiliki oleh usaha, yaitu harga bahan baku yang fluktuatif, belum adanya pembinaan dari pemerintah, dan

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO ). Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Prtanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.. Prihmantoro H,

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI). Industri kuliner di Kota Bogor berkembang dengan

Usaha warung tenda pecel lele di Kota Bogor merupakan salah satu. usaha mikro dengan omset yang

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian