• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPZ Bukan

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Berzakat

Zakat adalah salah satu rukun yang bercorak sosial-ekonomi dari lima rukun Islam. Dengan zakat, di samping ikrar syahadat dan shalat, seseorang barulah sah masuk ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya.

Huda (2008) menyatakan pengeluaran zakat akan mendorong pengeluaran konsumsi dan memiliki multiplier yang positif. Hal ini berimplikasi peningkatan penegluaran zakat akan meningkatkan kegiatan ekonomi.

Kondisi sekarang di Indonesia, tidak ada pihak yang memiliki wewenang untuk memaksa membayar zakat maka keputusan membayar zakat ada di tangan individu muslim yang sudah terkena wajib zakat. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dikaji faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi individu dalam membayar zakat.

Berdasarkan pengelompokkan responden dalam berpartisipasi membayar zakat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.8 Pengelompokkan Responden Berdasarkan Partisipasi Berzakat Kelompok Jumlah responden Persentase

Tidak Membayar Zakat 18 18

Membayar Zakat 82 82

Sumber : Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden membayar zakat sebanyak 82 persen sedangkan responden yang tidak membayar zakat sebanyak 18 persen .

Ketimpangan jumlah responden ini karena sebagian besar responden membayar zakat namun tidak semua bisa dipastikan jumlah yang dibayar sesuai dengan aturan membayar zakat.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh para wajib zakat dianalisis menggunakan model diskriminan. Variabel yang digunakan merupakan hasil penelitian terdahulu, yaitu :

1. Keimanan, seperti : selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari, shalat fardhu berjamaah 3 kali di masjid, zakat itu wajib, mampu menghitung zakat sendiri, rutin membaca buku-buku agama, rutin hadir di majelis ilmu dan percaya dengan semua balasan atas perbuatan yang dilakukan.

2. Penghargaan, seperti : individu yang membayar zakat mendapat kemudahan setelah zakat dibayarkan, lingkungan sekitar menyambut baik individu yang membayar zakat, senang disebut dermawan setelah membayar zakat.

3. Althurism (kepekaan sosial), seperti : rasa iba ketika melihat fakir dan miskin, membayar zakat sebagai upaya untuk bersyukur kepada Allah, merasa harta menjadi bersih setelah membayar zakat, senang membantu fakir/miskin, merasa bersalah saat membayar zakat.

4. Kepuasan diri, seperti : dengan membayar zakat senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin, menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta sehingga membayar zakat dan percaya jika seorang individu membayar zakat dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

5. Organisasi, seperti : lembaga amil zakat bekerja profesional, lembaga amil zakat transparan dalam hal laporan keuangan, merasa nyaman membayar zakat di lembaga amil zakat, layanan di lembaga amil zakat memuaskan, lembaga amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, lembaga amil zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat dan pemotongan gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat bekerja.

6. Pendidikan, variabel yang dimaksud adalah pendidikan terakhir responden dengan kategori SD, SMP, SMA, D3, S1 dan S2.

7. Pekerjaan, kategori pada variabel ini terdiri dari petani, pedagang, karyawan BUMN, PNS, karyawan swasta, wiraswata dan lainnya. Pekerjaan dikategorikan sebagai pekerjaan dengan pendapatan tentu dan tidak tentu.

8. Pendapatan, variabel ini berdasarkan sebaran normal data di lapangan dan dibagi menjadi tiga kelompok. Responden dengan penghasilan kurang dari 2,5 juta rupiah, antara 2,5 juta sampai 5 juta rupiah dan diatas 5 juta rupiah. 9. Infak, variabel ini maksudnya responden kebiasaan mengeluarkan infak

secara rutin atau tidak.

Hasil olahan data analisis diskriminan dapat dihat sebagai berikut: (a) Hasil Uji signifikansi fungsi diskriminan

Pada bagian Wilks’ Lamda, tampak sig diperoleh 0,000 dan Chi- square 48.564. Karena sig kurang dari 5 persen atau Chi-square lebih besar dari (� Rdf=p(G-1)), maka disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata 5 persen. Artinya fungsi diskriminan signifikan.

(b) Hasil Uji signifikansi variabel independen

Signifikansi variabel independen dapat dilihat pada tabel yang merupakan hasil dari Test of equality of group means.

Tabel 5.9 Hasil uji signifikansi variabel independen

Variabel Wilks’ Lambda F Signifikan

Keimanan .722 37.808 .000 Penghargaan .946 5.591 .020 Kepuasan .862 15.641 .116 Organisasi .896 11.409 .001 Althurism .869 14.788 .000 Pendidikan .999 .123 .726 Pekerjaan 1.000 .000 .990 Pendapatan .969 3.134 .080 Infak .993 .726 .396

Sumber: Data primer 2011 (diolah)

Dari tabel 5.9 tampak bahwa nilai sig untuk variabel pendidikan, pekerjaan, infak lebih dari taraf nyata 10 persen sehingga dapat disimpulkan variabel yang signifikan dalam mendiskriminasi individu apakah membayar zakat atau tidak adalah variabel keimanan, kepuasan, penghargaan, organisasi, pendapatan, dan althurism pada taraf nyata 10 persen.

1. Keimanan

Variabel keimanan memiliki signifikansi sebesar 0,00. Hal ini dapat disimpulkan variabel keimanan signifikan dalam memisahkan objek (mendiskriminasi) pada grup membayar zakat dan grup tidak membayar zakat denga baik.

Berdasarkan data sampel, rata-rata nilai keimanan pada responden yang membayar zakat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai keimanan pada responden yang tidak membayar zakat. Pada responden yang membayar zakat rata-rata nilai variabel keimanannya adalah 4,26 artinya rata-rata responden setuju jika indikator dalam variabel keimanan terdapat pada diri mereka. Pada responden yang tidak membayar zakat rata-rata nilai variabel keimanannya adalah 3,35. Artinya rata-rata responden cukup setuju jika indikator dalam variabel keimanan terdapat pada diri mereka. Dengan demikian variabel keimanan dapat mengklasifikasikan secara signifikan sampel ke dalam salah satu grup. Ini didukung oleh Husaini (1997) yakni faktor keimanan seseorang menjadi sumber kesadaran dan aktifitas untuk mengamalkan agamanya. Penelitian di Malaysia yang dilakukan oleh Abu Bakar menemukan faktor utama yang memengaruhi partisipasi membayar zakat adalah keyakinan bahwa zakat merupakan kewajiban umat Islam yang merupakan salah satu indikator dalam variabel keimanan. Musa

et al dengan menggunakan metode analisis faktor menyatakan terdapat lima faktor

yang berpengaruh dalam berzakat, faktor yang kelima adalah faktor keimanan 2. Penghargaan

Variabel penghargaan memiliki nilai sig sebesar 0,02 artinya variabel penghargaan signifikan dalam mendiskriminasi grup yang membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner responden, mereka yang membayar zakat rata-rata berpendapat sangat setuju dengan peryataan mendapat kemudahan setelah membayar zakat dan lingkungan menyambut baik saat berzakat sementara mereka yang tidak membayar zakat rata-rata berpendapat setuju dengan indikator faktor penghargaan.

Hasil penelitian Musa menyatakan faktor penghargaan merupakan faktor ketiga yang memengaruhi partisipasi individu berzakat di Malaysia.

3. Kepuasan

Variabel kepuasan memiliki nilai sig sebesar 0,226 atau lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Ini artinya variabel kepuasan tidak dapat memisahkan sampel kedalam kelompok membayar zakat dan tidak membayar zakat

Dari hasil pengumpulan data dapat dilihat, tinggi rendahnya nilai responden terhadap poin percaya dengan berzakat bisa menjadi contoh yang baik bagi orang lain tidak bisa menentukan seseorang membayar zakat atau tidak membayar zakat. Ini karena ada responden yang membayar zakat namun tidak sepakat jika tindakannya tersebut bisa dijadikan contoh untuk orang lain namun ada juga yang yang sangat sepakat dengan poin tersebut.

Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, 4. Organisasi

Dari hasil olahan data, nilai sig variabel organisasi sebesar 0,01 atau dibawah taraf nyata 10 persen. Ini artinya variabel organisasi dapat memisahkan objek ke dalam kelompok membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Kelompok yang membayar zakat rata-rata berpendapat setuju terhadap poin-poin yang menyusun variabel organisasi sedangkan kelompok yang tidak membayar zakat rata-rata menyatakan tidak setuju terhadap poin-poin penyusun variabel organisasi. Dengan kata lain, baik buruknya manajemen lembaga amil zakat memiliki pengaruh terhadap partisipasi individu membayar zakat.

5. Althurism

Althurism atau kepekaan sosial adalah kepedulian seseorang terhadap lingkungan sekitar. Variabel althurism memiliki nilai sig 0,000 atau di bawah taraf nyata 10 persen maka dapat dikatakan variabel althurism signifikan mendiskriminan objek ke dalam grup yang membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Dari penelitian di tempat penelitian, responden yang membayar zakat rata- rata berpendapat sangat setuju terhadap indikator-indikator althurism dan responden yang tidak membayar zakat rata-rata berpendapat setuju terhadap indikator althurism. Terutama pada indikator merasa iba ketika melihat fakir miskin, berzakat sebagai upaya untuk syukur kepada Allah, merasa hartanya menjadi bersih setelah berzakat, senang membantu fakir miskin dan merasa

bersalah saat tidak membayar zakat. Ini medukung variabel althurism signifikan memisahkan objek (responden) ke dalam kelompok yang membayar zakat dan tidak membayar zakat.

6. Pendidikan

Variabel pendidikan memiliki nilai sig sebesar 0,726. Nilai ini lebih besar dari 0,10 artinya tidak signifikan dalam mendiskriminasi individu yang membayar zakat dan tidak membayar zakat. Dari data yang terkumpul menunjukkan responden dengan pendidikan terakhir SMA, D3, S1, dan S2 memiliki persentase membayar zakat yang tidak jauh berbeda yakni 82 persen. Tingkat pendidikan terakhir SMP 100 persen membayar zakat dan SD 75 persen membayar zakat. Ini artinya pendidikan terakhir tidak bisa dijadikan variabel yang dapat memisahkan objek pada grup membayar zakat dan grup tidak membayar zakat dengan baik.

7. Pekerjaan

Dalam tabel 5.8 tampak bahwa nilai Sig untuk variabel pekerjaan adalah 0.999 atau lebih dari 10 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pekerjaan tidak signifikan memisahkan kelompok yang membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Seseorang dengan pekerjaan sebagai petani, pedagang, karyawan BUMN, PNS, karyawan swasta, wirausaha dan lainnya ternyata tidak dapat memisahkan responden pada kelompok berzakat atau tidak berzakat.

8. Pendapatan

Masyarakat dengan berbagai jenis pendapatan menjadi variabel yang diduga dapat mendiskriminan objek ke dalam kelompok yang berpartisipasi membayar zakat dan tidak ikut berpartisipasi. Nilai sig variabel pendapatan adalah 0,080 atau dibawah 10 persen. Ini artinya variabel pendapatan signifikan memisahkan kelompok membayar zakat dan tidak membayar zakat.

Berdasarkan data di lapangan, persentase yang paling banyak tidak membayar zakat adalah kategori pendapatan di bawah 2,5 juta. Ini karena banyak diantara mereka yang belum terkena wajib zakat. Kategori pendapatan 2,5 juta samapai 5 juta rupiah terdapat 17, 5 persen yang tidak membayar zakat dan kategori pendapatan diatas 5 juta terdapat 6,3 persen yang tidak membayar zakat.

Hal ini mendukung bukti variabel pendapatan dapat menjadi faktor yang memngaruhi partisipasi berzakat.

Karena hanya dua grup yang terbentuk, fungsi diskriminan hanya ada satu, dengan eigenvalue sebesar 2,993 yang sudah mencakup seratus varians yang dijelaskan.

Korelasi kanonikal adalah 0,666. Koefisien determinan (r2) diperoleh dari kuadrat korelasi kanonikal. : (0,666)2 = . Angka ini mengindikasikan bahwa varians dalam dependen variabel dapat dijelaskan oleh model.

Variabel independen yang paling berperan dalam diskriminan dapat dijawab menggunakan standardized coefficient. Variabel independen yang memiliki nilai lebih besar maka menyumbangkan kekuatan diskriminasi yang lebih besar terhadap fungsi, dibandingkan variabel idependen yang memiliki nilai yang lebih kecil.

Pada tabel 5.10 terlihat nilai variabel keimanan dengan skor 0,829 merupakan nilai tertinggi dibandingkan variabel yang lain. Ini menunjukan variabel keimanan memiliki tingkat kepentingan paling tinggi (paling berkontribusi) dalam mendiskriminasi membayar zakat dan tidak membayar zakat. Variabel pekerjaan dengan nilai – 0,229 menunjukkan variabel ini memiliki kontribusi yang paling rendah. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa peran diskriminasi dari yang tertinggi sampai terendah adalah keimanan, penghargaan, pendapatan, organisasi, kepuasan, althurism, infak, pendidikan dan pekerjaan.

Tabel 5.10 Tingkat kepentingan variabel

Fungsi 1 Pendidikan -.098 Pekerjaan -.229 Pendapatan .247 Keimanan .829 Penghargaan .367 Althurism .038 Kepuasan .140 Organisasi .226 Infak -.073

c). Prediksi variabel Dependent

Disamping uji signifikansi fungsi diskriminan dan masing-masing variabel independen, juga diperlukan gambaran deskriptif akurasi model. Prediksi dilakukan dengan cara menghitung skore diskriminan masing-masing objek, kemudian dipetakan pada wilayah masing-masing grup.

Berdasarkan output SPSS koefisien fungsi diskriminan diantaranya dalam bentuk canonical discriminant function coefficients atau unstandardized

coefficients. Koefisein tersebut digunakan untuk menghitung skore diskriminan

(skore D).

D = -11,109 + 1,484 keimanan + 0,762 penghargaan + 0,253 althurism – 0,060 kepuasan + 0,318 organisasi – 0,055 pendidikan – 0,152 pekerjaan + 0,463 pendapatan – 0,152 infak

Contoh interpretasi dari fungsi tersebut untuk variabel keimanan adalah setiap kenaikan 1 satuan keimanan, skor diskriminan untuk variabel kemampuan membayar zakat akan meningkat 1,484 satuan.

d). Validasi

Sebelum analisis diskriminan dilakukan hanya didapat dua skor berdasarkan jalur yang dipilih, yaitu 1 dan 0. Angka 1 untuk membayar zakat dan angka 0 untuk tidak membayar zakat. Skor diskriminan yang telah ada dapat digunakan untuk memprediksi responden, masuk ke dalam golongan 1 (membayar zakat) atau 0 (tidak membayar zakat)

Optimim cutting score dapat digunakan untuk memprediksi responden

mana yang masuk golongan tertentu. Apabila dua grup berbeda ukuran dapat digunakan :

− �� =18(0,364) + 82(−1,658) 100

= - 1,294

Ini artinya responden dengan nilai diskriminan (D) lebih besar dari -1,294 maka responden diprediksi masuk kelompok membayar zakat. Jika nilai diskriminan lebih kecil dari -1,294 maka responden diprediksi masuk kelompok tidak membayar zakat.

Rata-rata skore D, untuk seluruh objek untuk masing-masing grup disebut

objek tersebut akan diprediksi masuk grup 1, sebaliknya bila skore D suatu objek dekat dengan D dekat dengan grup 2, maka objek tersebut dapat diklasifikasikan masuk grup 2.

Dari output SPSS dapat dilihat pada functions at group centroids. Rata- rata nilai untuk fungsi tidak zakat adalah -1,648 dan rata-rata nilai untuk fungsi membayar zakat adalah 0,362.

e). Hit Ratio

Hit ratio adalah persentase responden yang kelompoknya dapat diprediksi

secara tepat. Hair et al dalam Simamora (2005) mengatakan bahwa kriteria hit

ratio yang baik adalah jika sama atau melebihi kesempatan klasifikasi ditambah

seperempatnya. Jika dalam 100 responden, fungsi diskriminan dapat memprediksi 91 yang benar (hanya 9 yang error) maka fungsi tersebut bisa dikatakan sangat bagus.

Ringkasan hasil pengklasifikasian untuk seluruh objek dalam sampel dapat dilihat dalam tabel 5.11.

Tabel 5.11 Hasil prediksi pengklasifikasian untuk seluruh objek

Zakat Prediksi anggota grup Total tidak Ya N Tidak 12 6 18 Ya 3 79 82 % Tidak 66.7 33.3 100.0 Ya 3.7 96.3 100.0

Sumber : Data primer (2011)

Dari tabel tampak bahwa dari 18 responden yang berasal dari grup tidak membayar zakat (Y=0), ternyata ada 12 yang diklasifikasikan benar atau 66,67 persen, dan dari 82 responden yang berasal dari grup membayar zakat (Y=1), ternyata ada 79 dapat diklasifikasikan dengan benar atau 96,34 persen. Secara keseluruhan diperoleh hit ratio sebesar 91,0 persen.