• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.6.2. Analisis Faktor Konfirmatori

Dalam suatu studi yang memfokuskan pada penelaahan hubungan kausalitas, diperlukan terpenuhinya sebuah syarat bahwa secara empiris model pengukuran semua variable yang diteliti memiliki validitas dan reliabilitas konstruk atau composite reliability yang memadai (Heise, 1969:581). Sementara itu, Hair et al (1998:581) mengingatkan bahwa: “all construct have some measurement error, even with the best indicator variables”.

Kedua pendapat di atas mengisyaratkan bahwa dalam penelitian yang bersifat kuantitatif, semua model pengukuran variable atau konstruk perlu diuji kesesuaiannya dengan data. Dengan pengujian ini maka konstruksi teoritis setiap variable yang ingin diteliti teruji secara empiris. Menurut para ahli, teknik analisis yang tepat untuk melaksanakan maksud tersebut adalah confirmatory factor analysis/CFA (Kerlinger, 1990; Schumaker & Lomax, 1996; Ferdinand, 2002).

Dalam analisis factor konfirmatori, bentuk umum model pengukuran (measurement model) variable penelitian yang hendak dikonfirmasikan dengan data diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut:

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Xi = y  + di

b. Persamaan model pengukuran variable endogen:

Yi = y  + ei (Joreskog & Sorbom, 1996)

Di mana:

= Variabel eksogen.

= Variabel endogen.

x dan

y

= Taksiran parameter koefisien bobot faktor variabel eksogen dan endogen

X

i = Indikator variable eksogen

Y

i = Indikator variable endogen

d

idan

e

i = Kesalahan pengukuran variable eksogen dan endogen

Pengujian model pengukuran dilakukan melalui aplikasi LISREL dengan menggunakan statistik uji t dan beberapa indeks goodness of fit-test. Uji t digunakan untuk menguji secara individual koefisien bobot faktor yang diperoleh. LISREL menetapkan nilai kritis t pada taraf kesalahan (α) 0,05 uji dua arah sebesar 1,96. Kemudian untuk melihat indikator mana yang paling dominan dalam membentuk konstruk (variabel laten) ditentukan oleh besar kecilnya koefisien bobot faktor (). Para ahli berbeda-beda dalam menetapkan koefisien bobot faktor yang dianggap layak. Igbaria et.al. (1997) menyatakan bahwa koefisien bobot faktor yang layak adalah ≥ 0,50; Rigdon dan Ferguson (1991) menetapkan angka ≥ 0,70; sementara Ferdinand (2002) menetapkan angka ≥ 0,40. Dalam penelitian ini koefisien bobot faktor yang dianggap layak ditetapkan dengan mengikuti pendapat Rigdon dan Ferguson (1991) yaitu 0,70.

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sementara itu indeks goodness of fit-test dimaksudkan untuk menguji kesesuaian model secara keseluruhan (overall model fit). Suatu model pengukuran dinyatakan fit dengan data apabila secara individual semua koefisien bobot faktor yang diperoleh signifikan dan secara keseluruhan memenuhi kriteria goodness of test. Menurut para ahli tidak ada kriteria tunggal dalam statistik goodness of fit-test (Ferdinand,2002; Kusnendi, 2005; Wijanto, 2008). Biasanya para ahli menggunakan beberapa uji statistic secara bersamaan, seperti Likehood-Ratio Chi-Square Statistic (X2), Root Means Square Error of Approximation (RMSEA), Goodness of-fit Index (GFI), Adjusted GFI (AGFI), dan Comparative Fit Index (CFI).

Adapun kriteria dan batas kesesuaian (fit) model pengukuran menurut beberapa ukuran atau indeks goodness of fit-test di atas dapat dilihat dalam tabel 3.13 di bawah ini:

Tabel 3.13

Kriteria dan Batas Penilaian Goodness of Fit-test Indeks

Goodness of Fit-Test

Kriteria Model Fit Batas

Penilaian Model Fit Chi Square (2) 0,00 (model fit sempurna) Nilai 2

tabel

P-value 1,00 (model fit sempurna) ≥ 0,05 (model fit)

Roots means Square Error of Approximation (RMSEA)

0,00 (model fit sempurna) ≤ 0,08 (model fit)

Goodness-of-Fit Index (GFI) 0,00 (model tidak fit) - 1,00 (model fit sempurna)

≥ 0,90 (model fit)

Adjusted GFI (AGFI) 0,00 (model tidak fit) - 1,00 (model fit sempurna)

≥ 0,90 (model fit)

CFI 0,00 (model tidak fit) - 1,00 (model fit sempurna)

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber : disarikan dari Schumacker & Lomax (1996), Hair et al (1998), Ferdinand (2002), Kusnendi (2005), dan Wijanto (2008).

Sesuai dengan definisi operasional variabel yang telah dirumuskan, dalam penelitian ini terdapat delapan model pengukuran variabel yang hendak dikonfirmasi dengan data. Kedelapan variabel tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga variabel eksogen dan lima variabel endogen. Model pengukuran variabel selengkapnya dirinci dalam tabel-tabel di bawah ini:

Tabel 3.14

Model Pengukuran Variabel Eksogen Variabel

Penelitian

Indikator Persamaan Pengukuran

Kompetensi Dosen (KD) Kompetensi Profesional

Kompetensi Pedagogik Kompetensi Sosial Kompetensi Kepribadian X1 = 1 KD + d1 X2 = 2 KD + d2 X3 = 3 KD + d3 X4 = 4 KD + d4 Faktor Psikologis Mahasiswa (FP) Sikap Persepsi Minat Motivasi X5 = 5 FP + d5 X6 = 6 FP + d6 X7 = 7 FP + d7 X8 = 8 FP + d8 Pembelajaran yang dirasakan (PP) Keterkaitan materi Pembelajaran kontekstual

Dukungan lingkungan pembelajaran

X9 = 9 PP + d9 X10 = 10 PP + d10 X11 = 11 PP + d11

Tabel 3.15

Model Pengukuran Variabel Endogen Variabel

Penelitian

Indikator Persamaan Pengukuran

Pengetahuan Kewirausahaan (PK)

Konsep dasar kewirausahaan

Ide dan peluang kewirausahaan

Manajemen bisnis kewirausahaan

X12 = 12 PK + e12 X13 = 13 PK + e13 X14 = 14 PK + e14 Sikap terhadap

Kewirausahaan (SK)

Penilaian terhadap profesi wirausaha

Penilaian terhadap aktivitas

X15 = 15 SK + e15 X16 = 16 SK + e16

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kewirausahaan

Penilaian terhadap pilihan karir berwirausaha dan peluangnya.

X17 = 17 SK + e17 Norma Sosial yang

dirasakan (NS)

Persesi tentang pandangan masyarakat terhadap profesi wirausaha

Persepsi tentang kebiasaan masyarakat

Keberadaan model yang memberi inspirasi kewirausahaan

X18 = 18 NS + e18 X19 = 19 NS + e19 X20 = 20 NS + e20 Efikasi Diri (ED) Keyakinan akan potensi diri untuk

menjadi wirausaha

Keyakinan akan kesuksesan usaha

Keyakinan akan tetap survive

X21 = 21 ED + e21 X22 = 22 ED + e22 X23 = 23 ED + e23 Intensi Kewirausahaan

(IK)

Tekad yang kuat untuk menjadi wirausahawan Persiapan diri Berani mencoba X24 = 24 IK + e24 X25 = 25 IK + e25 X26 = 26 IK + e26 3.6.3. Analisis Jalur

Tujuan utama dari penelitian ini adalah selain ingin menguji model konstruksi teoritis setiap variabel yang diteliti, juga ingin menguji hubungan kausal antar variabel penelitian. Untuk memenuhi kedua tujuan tersebut, teknik analisis yang digunakan dipilih analisis jalur (path analysis). Pertimbangannya adalah hubungan antar variabel yang terdapat dalam model merupakan hubungan kausal langsung dan tidak langsung. Di samping itu, model tersebut merupakan sebuah „recursive system’ karena antara variabel eksogen dan endogen dalam model tidak terdapat hubungan resiprokal (reciprocal causations) (Blalock, 1964; Heise, 1969; Johnson dan Wichern, 1992).

Seperti telah dijelaskan di muka, dalam penelitian ini ada 5 (lima) hipotesis yang akan diuji. Kelima hipotesis tersebut apabila dinyatakan menurut format analisis jalur dapat diperagakan dalam bentuk diagram jalur lengkap sebagai berikut: KD FP PK SK NS IK

ρ

41

ρ

64

ρ

54

ρ ρ

86

ρ

85

e

1

e

e

3

e

2

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Di mana:

KD = Kompetensi Dosen; FP = Faktor Psikologis Mahasiswa; PP = Pembelajaran yang Dirasakan; PK = Pengetahuan Kewirausahaan; SK = Sikap terhadap Kewirausahaan; NS = Persepsi tentang Norma Sosial yang Dirasakan; ED = Efikasi Diri; dan IK = Intensi Kewirausahaan.

Gambar 3.1.

Diagram Jalur Lengkap Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan rumusan hipotesis penelitiannya, dalam diagram jalur lengkap tersebut terdapat 5 (lima) model yang akan dikonfirmasikan dengan data. Kelima model tersebut dapat dirumuskan secara matematis ke dalam persamaan struktural sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3.16 berikut ini:

Tabel 3.16

Persamaan Struktural Model Penelitian

Model Persamaan Struktural

PK PK = ρ41KD + ρ42FP + ρ43PP + e1 SK SK = ρ54PK + e2 KD FP PK SK NS IK

ρ

41

ρ

43

ρ

42

ρ

64

ρ

54

ρ

74

ρ

86

ρ

86

ρ

85

ρ

87

e

1

e

3

e

2

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

NS NS = ρ64PK + e3 ED ED = ρ74PK + e4

IK IK = ρ94PK + ρ95SK + ρ96NS + ρ97ED + e5

Keterangan: PK = Pengetahuan Kewirausahaan; KD = Kompetensi Dosen; FP = Faktor Psikologis Mahasiswa; dan PP = Pembelajaran yang dirasakan; SK = Sikap terhadap Kewirausahaan; NS = Persepsi tentang Norma Sosial yang dirasakan; ED = Efikasi Diri; IK = Intensi Kewirausahaan.

Dalam model pada tabel 3.13. di atas, variabel PK, SK, NS, ED, dan IK adalah variabel endogen (endogenous variabels) yang dijelaskan dalam model. Sedangkan variabel KD, FP, PP, PK, SK, NS dan ED adalah variabel eksogen (exogenous variabels) yang tidak dijelaskan dalam model. Sementara e1 sampai dengan e5 adalah error variabels yaitu semua variabel eksogen yang tidak diobservasi.

Statistik ρij dalam model adalah taksiran parameter koefisien jalur atau disebut juga sebagai standardized path coefficient yang didefinisikan sebagai berikut (Ching, 1975:103; Land, 1996:9; Schumacker dan Lomax, 1996:35; Sitepu, 1994:19):

Dimana ;

Sk = Standar deviasi Variabel Eksogen (independen) Sy = Standar deviasi Variabel endogen (dependen)

by = Koefisien regresi yang tidak distandarkan dalam persamaan struktural yang dianalisis

CRij = Elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks balikan (inversi) yang dianalisis r

XYj = Korelasi antar variabel Y dengan variabel Xi

CR r J YX ij i j k b s s ij k y k    ( )

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Statistik menunjukan faktor residual, yaitu besarnya variansi yang tidak terjelaskan yang bersumber dari variabel eksogen lain yang tidak diobservasi. Besarnya variansi yang tidak terjelaskan didefinisikan oleh persamaan berikut :

ei = 1- Rij2 (Land, 1996: 20; Schumacker dan Lomax, 1996: 42)

Statistik Rij2 adalah koefisien determinasi yang menunjukan besarnya variansi yang terjelaskan oleh model atau besarnya pengaruh secara bersama atau serempak variabel independen (eksogen) terhadap variabel dependen (endogen) yang terdapat dalam model yang dianalisis. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(Ching,1975:119; Schumacker dan Lomax, 1996:41-42).

Statistik dalam rumus diatas adalah koefisien korelasi (zero order correlation) antara variabel eksogen i dengan variabel endogen j.

Secara individual, pengajuan koefisien jalur dilakukan melalui uji statistik uji t. Kriteria uji adalah, Ho ditolak jika nilai t hitung lebih besar dengan nilai t tabel dengan tingkat kesalahan (ά) yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, tingkat kesalahan yang ditolerir ditetapkan sebesar 0,05 uji satu pihak.

Untuk model analisi jalur, suatu model yang dihipotesiskan dikatakan fit dengan data apabila matriks korelasi sampel tidak berbeda dengan matriks korelasi populasi yang estimasi (Shumacker dan Lomax, 1996; Ching, 1975; Ferdinand, 2002; Bachrudin dan Tobing, 2003). Karena itu, bentuk umum

i e ) ( ) ( 2 ij ij ij r R

ij

r

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hipotesis statistik analisis jalur untuk pengujian overall model fit dirumuskan sebagai berikut:

Ho : R = R(θ) : Tidak ada perbedaan antara matriks korelasi sampel dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi H1 : R ≠ R(θ): Terdapat perbedaan antara matriks korelasi sampel

dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi Sementara itu bentuk hipotesis analisis jalur untuk pengujian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H0 : ρij = 0 : Secara individual variabel endogen tidak dipengaruhi oleh variabel eksogen.

H1 : ρij > 0 : Secara individual variabel endogen dipengaruhi secara positif oleh variabel eksogen.

Mengacu pada paparan di atas, maka dirumuskan rancangan pengujian hipotesis penelitian sebagaimana dijelaskan Tabel 3.17 di bawah ini:

Tabel 3.17

Rancangan Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis Statistik Statistik Uji Kreteria Uji

Model Keseluruhan (overall Model Fit)

H0 : R = R(θ): Matrik korelasi antar variabel KD,FP,PP,PK, SK,NS,ED, dan IK sampel tidak berbeda dengan matrik korelasi populasi.

H1 : R ≠ R(θ): Matrik korelasi antar variabel

KD,FP,PP,PK, SK,NS,ED, dan IK sampel berbeda dengan matrik korelasi populasi.

X2,P-value, RMSEA, GFI, AGFI, CFI

Diharapkan H0 gagal ditolak, jika:

X2 hit < X2tab P ≥ 0,05 RMSEA ≤ 0,08 GFI, AGFI, dan CFI ≥ 0,90 Model PK (Hipotesis Pertama)

H0 : ρij = 0: Secara individual, PK tidak dipengaruhi oleh KD, FP, dan PP.

Nilai t Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengujian Hipotesis Statistik Statistik Uji Kreteria Uji

H1: ρij > 0: Secara individual, PK dipengaruhi positif oleh KD, FP, dan PP. Model SK (Hipotesis Kedua) H0: ρij = 0: H1: ρij > 0:

Secara individual, SK tidak dipengaruhi oleh PK. Secara individual, SK dipengaruhi positif oleh PK.

Nilai t Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05 Model NS (Hipotesis Ketiga) H0: ρij = 0: H1: ρij > 0:

Secara individual, NS tidak dipengaruhi oleh PK. Secara individual, NS dipengaruhi positif oleh PK.

Nilai t Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05 Model ED (Hipotesis Keempat) H0: ρij = 0: H1: ρij > 0: Secara individual, ED tidak dipengaruhi oleh PK. Secara individual, ED dipengaruhi positif oleh PK.

Nilai t Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05 Model IK (Hipotesis Kelima) H0: ρij = 0: H1: ρij > 0:

Secara individual, IK tidak dipengaruhi oleh PK, SK, NS, dan ED.

Secara individual, IK dipengaruhi positif oleh PK, SK, NS, dan ED.

Nilai t Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05

Dalam format analisis jalur, pengaruh antar variabel yang terdapat dalam model yang dianalisis dibedakan menjadi tiga yaitu, pengaruh langsung (direct causal effects, DCE), pengaruh tidak langsung (indirect causal effects, ICE), dan pengaruh total (total causal effects, TCE), (Maruyama, 1998; Finney, 1972; Green, 1972; Fox, 1980; Bollen, 1987).

Iskandar, 2012

Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa

: Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengaruh langsung (DCE) adalah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel endogen lain. Besarnya pengaruh langsung ini ditunjukkan oleh besar kecilnya taksiran parameter koefisien jalur. Pengaruh tidak langsung (ICE) adalah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel endogen lain sebagai variabel perantara. Besarnya pengaruh tidak langsung ditunjukkan oleh hasil kali antara koefisien jalur variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model. Berdasarkan pengaruh langsung dan tidak langsung selanjutnya dapat ditentukan besarnya pengaruh total (TCE) dengan cara menjumlahkan keduanya. Jadi TCE = DCE + ICE.

Dengan demikian dalam format analisis jalur, hubungan yang sifatnya non kausalitas seperti hubungan korelasional antar variabel eksogen tidak dimasukkan dalam perhitungan pengaruh antar variabel (Kusnendi, 2005).

Dokumen terkait