• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

D. Analisis Finansial

Perhitungan analisis finansial dilakukan untuk produk bakso sintetis dengan perlakuan proporsi gluten : tepung kedelai 70 : 30 dan penambahan minyak wijen 15%.

1. Kapasitas produksi

Kapasitas produksi direncanakan tiap tahun memerlukan bahan baku gluten (saitan) dan tepung kedelai sebesar 1.719,13 kg per tahun. Apabila 1 hari kapasitas produksi sebanyak 15 kg/hari, maka kapasitas produksi 1 tahun sebesar 4680 kg. Data kapasitas produksi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampir an 13.

2. Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan satu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya produksi langsung (biaya tidak tetap). Biaya tetap adalah biaya – biaya yang dalam jangka waktu tertentu tidak berubah mengikuti perubahan tingkat produksi. Biaya tetap bersifat konstan pada relevan range tertentu, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah sejalan dengan tingkat produksi yang mulai dihasilkan (Susanto,1994).

Secara singkat total produksi per tahun dari industri bakso sintetis dapat dijelaskan sebagai berikut:

Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap = Rp. 58.210.486,- + Rp. 226.373.761,- = Rp. 284.584.247,-

Perincian total biaya produksi dapat dilihat pada Lampir an 15. 3. Harga pokok produksi

Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun, dan biaya produksi per tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap kemasan adalah Rp. 3.050,00. Perincian data dapat dilihat pada Lampir an 16.

4. Harga jual produksi

Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok produksi, keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan yang ingin dicapai sebesar 55% dari harga pokok ditambah laba.

Harga Jual = Harga Pokok + Keuntungan 55% + Pajak 10 % = Rp. 3.050,00 + Rp 1.677,50 + Rp. 305,00

= Rp. 5.032,50

= Rp. 5.100,00 (per bungkus)

Jadi, harga jual bakso sintetis tiap kemasan adalah Rp.5.100,00 5. Break event point (BEP)

Analisa break event point (BEP) adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya tidak tetap, keuntungan dan volume kegiatan. Volume penjualan dimana penghasilannya tetap sama besarnya dengan biaya totalnya sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan dan tidak menderita kerugian dinamakan “Break event point”. Biaya yang termasuk biaya – biaya tetap pada umumnya depresiasi aktifitas tetap, sewa bangunan, biaya hutang, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research, biaya kantor (Limbong dan Sitorus, 1985).

§ Biaya titik impas = Rp 110.712.673,62

§ Persen titik impas = 23,19%

§ Kapasitas titik impas = 2.170.584 unit/tahun

Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas tersebut. Jadi produksi bakso sintetis mencapai keadaan impas jika produksi sebesar Rp. 110.712.673,62 dengan kapasitas normal sebanyak 93.600 unit/tahun, hal ini berarti produksi bakso sintetis memperoleh keuntungan karena produksinya diatas kapasitas titik impas. Grafik BEP dapat dilihat pada Lampiran 17.

6. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara nilai penerimaan sekarang dengan nilai biaya sekarang. Bila dalam analisa diperoleh nilai NPV lebih besar dari 0 (nol), berarti proyek layak untuk dilaksanakan, jika dalam perhitungan diperoleh NPV lebih kecil dari 0 (nol), maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Susanto,1994). Berdasarkan perhitungan pada Lampir an 19 tentang perhitungan NPV pada produk bakso sinteis adalah sebesar Rp. 27.771.493,-

7. Payback periode (PP)

Merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun waktu (baik tahu maupun bulan). Payback Periode tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis. Untuk industri pertanian

diharapakan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari 5 tahun.

Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada Lampir an 17. diperoleh nilai PP sebesar 2,9 tahun. Umur ekonomis proyek yang direncanakan selama 5 tahun. Hal ini berarti investasi pada proyek ini dapat diterima karena nilai PP lebih kecil dari pada umur ekonomis.

8. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah di present valuekan (dirupiahkan sekarang). Proyek akan dipilih apabila nilai Gross B/C >1 bila proyek mempunyai nilai Gross B/C < 1 maka tidak akan dipilih. Berdasarkan Lampir an 19 diperoleh nilai Gross B/C sebesar 1,0337. Hal ini berarti proyek ini dapat diterima dan layak untuk dijalankan.

9. Internal rate of return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi (modal) awal dari suatu proyek sedang dikerjakan. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, sedangkan bila IRR lebih kecil dari suku bunga bank yang berlaku maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan Lampir an 18. diperoleh IRR sebesar 22,446%. Hal ini berarti proyek ini dapat diterima karena nilai IRR lebih besar daripada suku bunga yang dikehendaki yaitu 20% per tahun.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan proporsi gluten : tepung kedelai dan penambahan minyak wijen terhadap kadar air, lemak, WHC, tekstur (kekenyalan) dan rendemen. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan proporsi gluten : tepung kedelai dan penambahan minyak wijen terhadap kadar protein dan pati bakso sintetis.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan proporsi gluten : tepung kedelai (70:30) dan penambahan minyak wijen 15% yang menghasilkan bakso sintetis terbaik dengan kadar air 52,053%, protein 20.424%, lemak 9,556%, pati 364,498%, rendemen 272,23%, WHC 53,410%. Hasil rata-rata uji hedonic menunjukkan nilai warna (suka) 70, rasa (suka) 120,5 dan tekstur (suka) 116.

3. Hasil analisis finansial menyimpulkan bahwa perusahaan bakso sintetis dengan perlakuan proporsi gluten : tepung kedelai (70:30) dan penambahan minyak wijen 15% layak diproduksi karena net B/C lebih besar dari satu, yaitu 1,0337 dan NPV lebih besar dari nol, yaitu Rp27.771.493,- sedangkan IRR sebesar 22,446 % lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Dalam proyek ini pertahunnya mendapat nilai keuntungan bersih sebesar Rp. 145.039.753,08 dengan nilai BEP Rp 110.712.673,62 atau 23,19 %

dengan kapasitas titik impas 2.170.584 unit/tahun. Perusahaan ini melakukan pengembalian modal dalam jangka waktu sekitar 2,9 tahun.

B. Sar an

Penulis menyarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang penggunaan beberapa sumber bahan nabati alami lainnya sehingga dapat menghasilkan bakso sintetis yang lebih baik dan mengukur massa simpan produk bakso sintetis yang aman untuk dikonsumsi.

Serat. Malang

Anonimous. 2001. Soyfood Descriptions : Meet the Bean. Available at : http://www.soyfoods.com. Update 4 May 2011

Bangun, A.P. 2003. Vegetarian: pola hidup sehat berpantang daging . Jakarta: Agromedia Pustaka

Buckle, K.A. R.A. Edwards. G. H. Fleet and M. Wotton.1987. Ilmu Pangan. Terjemahan Purnomo, H. dan Adiono. Jakarta: UI Press

Charalambous,G.1980. The Analysis and Control of Less Desirable Flavours in Foodland Beverages. New York: Academic Press

Charley, H.1982. Food Science, Second Edition. New York: John Wiley and Son’s, Inc

Desrosier, N. W.1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press De Man,John M.1997. Kimia makanan. Bandung: Penerbit ITB

Ensminger, A.H. dkk. 1994. Foods and Nutrition Encyclopedia. Vol.2. USA: CRI Press

Fox, P.F dan J.J Condon 1981. Food Proteins. London: Applied Science Publishers

Girindra, A.1993. Biokimia I. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Gordon, B.1993. Bioconversion of Cereal Product. New York: VCH Publisher, Inc.

Hartomo,A.J dan M.C Widiatmoko.1992. Emulsi pangan Instant Ber – Lesitin. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Haryadi. 1993. Hand Out Kuliah Kimia dan Teknologi Karbohidrat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Indrarmono, T.P. 1987. Pengaruh Lama Pelayuan Dan Jenis Daging Karkas serta Jumlah Es Yang Ditambahkan Kedalam Adonan Terhadap Sifat Fisikokimia Bakso Daging Sapi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Inglett, G.E.1972. Symposium : Seed Proteins. Westport, Connecticut : The AVI Publishing Company, Inc.

SI,1448 – 1451

Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.

Koswara., 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai dan Hasil Sampingnya Menjadi Makanan Bermutu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Kramlich W.E.1971. Sausage Product .In: J.F .Price and B.S Schweigert. The Science of Meat and Meat Product. W. H. Freeman and Co.,San Fransisco

Kurniawati L, Jariyah, Sudaryati HP.2009. Bakso Sintetis dari Campuran Gluten – Tempe dengan Penambahan Tepung Tapioka. Rekapangan : Jurnal Teknologi Pangan, 3 (2). pp. 86-92. ISSN 1978-4163 (Online) http://eprints.upnjatim.ac.id/id/eprint/1232 (diakses Mei 2011)

Kusnawidjaja, K.1983. Biokimia. Bandung: Penerbit Alumni.

Lioe, H.E.2001. Kajian Keberadaan Peptida Berasa Gurih yang Diperoleh dari Hasil Fermentasi Kecap Kedelai Kuning. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Makfoeld.1982. Diskripsi Pengolahan Hasil Pertanian I. Yogyakarta: Departemen Ilmu dan Teknologi Makanan UGM

Pomeranz, Y.1971. Wheat Chemistry and Technology. Minnessota : American Assosiation of Cereal Chemist.

Ranita D, Enny Karti BS, Ulya Sarofah.2007. Kajian Penambahan Minyak Wijen dan Tepung Ampas Tahu pada Sosis Sintetis Gluten. Rekapangan : Jurnal Teknologi Pangan, 3 (2). pp. 86-92. ISSN 1978-4163 (Online) http://eprints.upnjatim.ac.id/id/eprint/1232 (diakses Mei 2011)

Santoso.2005. Teknik Pengolahan Kedelai Teori dan Praktek. Malang: Laboratorium Kimia Pangan. Fakultas Pertanian Univ. Widyagama Smith, A. K. dan S. J. Circle.1972. Soybeans : Chemistry and Technology,

Volume I. Westport. Connecticut : The AVI Publishing Company, Inc. Somaatmadja, S.M, Ismunadji, Sumarno, S. Mahyuddin, S.O. Manarung, dan

Yusnadi,1985. Kedelai. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

binuang (diakses Mei 2011)

Whitaker, J.R and Steven Tannenbaum. 1977. Food Proteins. Westport.Connecticut : The AVI Publishing Company Inc.

Winarno, F.G.2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Dokumen terkait