Framing merupakan cara penyajian peristiwa oleh media. Presentasi tersebut membahas tentang menyoroti bagian-bagian tertentu, menyoroti aspek-aspek tertentu dan mengenang
29
kembali beberapa narasi berbasis realitas. Media menghubungkan dan menampilkan peristiwa-peristiwa agar maknanya lebih mudah diterima dan disimpan oleh publik.
Singkatnya, framing adalah metode untuk menunjukkan bagaimana cara memberi tahu media tentang suatu peristiwa. Cara penyampaian berita dapat digambarkan dengan cara memandang realitas yang diberitakan oleh media. Cara pandang inipun mempengaruhi hasil akhir berdasarkan konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang digunakan untuk memeriksa bagaimana media mengkonstruksi realitas. (Mulyana, 2004, hal. 34).
Analisis Framing sederhananya digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.
Framing tersebut tentu saja melalui konstruksi. Realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi
dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentuk tertentu. Hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik tetapi menandai bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan di tampilkan (Eriyanto, 2002, hal. 8).
Pada dasarnya, Framing merupakan metode untuk melihat bagaimana cara bercerita media atas peristiwa. Cara bercerita itu dapat tergambarkan pada cara melihat realitas yang dijadikan berita oleh media. Cara melihat inipun berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis Framing sebagai analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisi Framing juga untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada dua esensi utama dari Framing, yaitu pertama, Bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta ditulis, Hal ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat atau gambar untuk mendukung gagasan.
30
Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis Framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. (Eriyanto, 2002)
Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis Framing, yang menjadi pusat adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2002, hal. 11)
Untuk dapat menganalisis teks dengan analisis bingkai, dapat dilakukan berbagai pendekatan, di antaranya adalah visual cropping, valence cropping, general cropping, release specific cropping, dan lain sebagainya. Namun, empat contoh framing banyak
digunakan dalam studi analisis bingkai di Indonesia. Eriyanto (2011) menjelaskan bahwa keempat contoh di atas adalah yang termasuk dalam penekanan Murray Edleman pada kategorisasi. Model Robert M. Entman, yang menekankan pada pemilihan isu dan menekankan aspek. Model William A Gamson menekankan pada meringkas fakta. Dan juga contoh Pan & Kosicki yang mengedepankan konsep psikologis dan sosiologis yang akan tercermin dalam struktur pesan.. (Eriyanto, 2002)
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis framing model Robert M. Entman yang menekankan pada pemilihan isu, dan aspek yang penting dalam hal ini adalah isu HAM Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Menteri Pertahanan pada pemerintahan Joko Widodo.
2.9.1
Model Analisis Framing Robert N. EntmanKonsep Framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau
31
dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan:
membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam; menampilkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak (Eriyanto, 2002, hal.
186)
Dalam praktiknya, Framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan lain-lain.
Konsep Entman menjadi menarik untuk digunakan dalam meneliti tentang persoalan HAM Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Joko Widodo ini. Melalui konsep Framing yang digunakan untuk menggambarkan proses seleksi isu dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media, dapat menghasilkan penelitian yang memberi gambaran mengenai isu dan aspek apa yang ditonjolkan oleh kedua media terkait kasus tersebut. Hal tersebut disebabkan Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi – informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Eriyanto,
32
2002, hal. 220). Penonjolan sendiri dimaknai sebagai proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak.
Lebih jelas dipaparkan oleh Eriyanto (2002) mengenai Framing melalui dua proses yakni seleksi isu, aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, tim redaksi memilih aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan aspek, proses ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. (Eriyanto, 2002, hal. 222)
Hal ini sangat berkaitan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Dalam konsepsi Entman, Framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Konsep tersebut dijelaskan melalui tabel berikut (Eriyanto, 2002, hal. 203-204):
Tabel 2.1 Konsep Analisis Framing Model Robert N. Entman
Define Problems (Pendefinisian Masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?
Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose Causes
(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk mendelegitimasi suatu tindakan?
33 Treatment Recommendation
(Menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
(Sumber: (Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, 2002, hal.
203-204)
a. Define problems, adalah elemen yang pertama kali kita lihat mengenai Framing.
Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama .Menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa/isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Kemudian Bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. (Eriyanto, 2002)
b. Diagnose causes, merupakan elemen Framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda. (Eriyanto, 2002)
c. Make moral judgement, elemen Framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.
Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. (Eriyanto, 2002)
d. Treatment recommendation, elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah.
34
Penyelesaian sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. (Eriyanto, 2002)
2.9.2
Efek FramingMenurut Eriyanto (2002: 230) sekurangnya ada empat efek Framing antara lain sebagai berikut:
1. Framing mendefinisikan realitas tertentu dan melupakan definisi lain atas realitas.
Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam
bentuk yang sederhana, mudah dipahami dan dikenal khalayak. (Eriyanto, 2002, hal. 230)
2. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. . (Eriyanto, 2002, hal. 230)
3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita. . (Eriyanto, 2002, hal. 230)
4. Framing yang dilakukan media akan menampilkan fakta tertentu dan mengabaikan fakta yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu fakta, menyebabkan fakta lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. . (Eriyanto, 2002, hal. 230)