6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Penleitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa Skripsi terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode
Analisis
Hasil Penelitian
Akbar, Ade Jamal
KONSTRUKSI REALITAS MELALUI PEMBERITAAN
OLEH MEDIA
ASING PADA
PERHELATAN ASIAN GAMES 2018 (Analisis Framing pada Pemberitaan Media Online The New York Times dan Channel News Asia tentang Multi-Event Asian
Games 2018
Periode Bulan Agustus 2018 – September 2018 )
Konstruksi Realitas, Konstruksi Pemberitaa n, Asian Games, Media Online
Kualitatif, Interpretatif
Hasil analisis memunculkan perbedaan dari dua media yaitu New York Times dan Channel
News Asia, New York Times cenderung menonjolkan penekanan isu permasalahan yang ada di
Indonesia selama adanya Asian Games 2018, dengan penekanan kata dan tema yang dikonstruksi.
Sedangkan Channel News Asia lebih mengambil sudut pandang positif mengenai pemberitaan
Asian Games 2018. Selain itu terdapat perbedaan dari unsur sintaksis, skrip , tematik maupun
retoris, yang membuat kedua media tersebut memiliki perbedaan yang sangat jelas dilihat dari cara
mengonstruksi sebuah peristiwa ke dalam berita yang memuat tentang perhelatan multi-event Asian
Games 2018
7 Ghassani,
Muhammad Ikhsan
KONSTRUKSI MEDIA MENGENAI PEMBERITAAN AKSI
TERORISME (Studi Analisis Framing Robert N.
Entman Dalam Memaknai Media Mengenai
Pemberitaan Aksi Terorisme Di Kantor Tabloid Charlie Hebdo Pada Media Online
Bbc News
Indonesia,
Merdeka.Com Dan Republika.Co.Id)
Konstruksi Realitas, Konstruksi Pemberitaa n,
Terorisme, Media Online
Kualitatif, Interpretatif
Hasil penelitian menunjukan pendefinisian masalah pada berita Aksi Terorisme yang terjadi Kota Paris Perancis di media online BBC News Indonesia, Merdeka.com dan Republika Online dikonstruksikan dengan cara yang berbeda. BBC menilai ketegasan pemerintah Perancis dalam memburu tersangka penyerangan dapat dikatakan efektif, sedangkan Merdeka.com menunjukan keberpihakan terhadap Charlie Hebdo. Dan Republika Online lebih berpihak terhadap warga Muslim karena perilaku buruk Charlie Hebdo sebelum aksi penyerangan tersebut terjadi. Perkiraan penyebab masalah di BBC News Indonesia, Merdeka.com dan Republika Online memiliki persamaan dan perbedaan cara pengkonstruksian peristiwa. Persamaannya yaitu menerangkan mengenai Aksi Terorisme yang terjadi Kota Paris Perancis. Pembuatan keputusan moral di BBC News Indonesia, Merdeka.com dan Republika Online dikonstruksikan dengan cara yang berbeda. BBC menunjukan bahwa tersangka harus segera ditangkap guna menciptakan lingkungan aman, sedangkan Merdeka.com menunjukan lebih memberikan nilai positif bagi Charlie Hebdo. Dan Republika Online ak seharus nya Charlie Hebdo melakukan sentilan sentilan provokasi terhadap umat beragama lainnya. Penyelesaian masalah di BBC News Indonesia, Merdeka.com dan Republika Online dikonstruksikan dengan cara yang berbeda. BBC menunjukan bahwa kesiapan dan komitmen penegak hukum sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan berbagai kasus terorirsme, sedangkan Merdeka.com lebih mematuhi ketentuan hukum bahwa utamanya lebih mengedepankan kelanjutan Pemerintahan Perancis atas negosiasi yang dilakukan oleh kepolisian Perancis, dan Republika Online lebih menekankan permasalahan mengenai kicauan yang dilakukan Charlie Hebdo sebelum penyerangan tersebut terjadi.
Sedangkan untuk penelitian yang sekarang dilakukan oleh peneliti, seperti di bawah ini:
Tabel 2.3 Penelitian Penulis Nama Judul Penelitian Variabel Metode
Analisis
Hasil yang diinginkan
8 Kurniawan,
Akhmad Haris
FRAMING PEMBERITAAN TENTANG PERSOALAN HAM MENTERI PERTAHANAN PRABOWO SUBIANTO PADA KABINET
JOKOWI JILID II (Studi pada BBC News Indonesia dan CNN Indonesia Periode 23-25 Oktober 2019) SKRIPSI
Berita, Framing, Media Multinasional , Prabowo Subianto
Kualitatif, Interpretatif
Mengetahui bagaimana BBC News Indonesia dan CNN Indonesia membingkai pemberitaan tentang persoalan HAM Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Joko Widodo Jilid II pada periode 23-25 Oktober 2019.
Tabel 2.4 Perbandingan penelitian Terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti
Penelitian Terdahulu Penelitian Yang Dilakukan Peneliti
Akbar, Ade Jamal 2018
Menganalisis bagaimana konstruksi realitas melalui
pemberitaan tentang multi-event Asian Games 2018, pada New York Times dan Channel News Asia pada periode Agustus sampai dengan September 2018.
Kurniawan, Akhmad Haris 2020
Menganalisis bagaimana BBC News Indonesia dan CNN Indonesia membingkai pemberitaan tentang persoalan HAM Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Joko Widodo Jilid II pada periode 23-25 Oktober 2019.
Ghassani, Muhamma d Ikhsan 2015
Mengganalisis bagaimana pendefinisian masalah (define problems), perkiraan penyebab masalah (diagnose causes), pembuatan keputusan moral (make moral judgement), penyelesaian masalah (treatment recommendation) pada
berita Kasus Aksi Terorisme di media online BBC Indonesia, Merdeka.com
dan Republika.
9 2.2 Komunikasi
2.9.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada komunikator
dalam jumlah besar. Jalaludin dalam bukunya menyatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang diarahkan kepada massa atau komunikasi melalui media massa dimana orang tidak saling mengenal atau tidak saling mengenal (Rakhmat, 2003). Lebih lanjut Nurudin dalam bukunya menyatakan bahwa komunikasi massa adalah kajian ilmiah tentang media massa dengan pesan-pesannya, pembaca / pendengar / pemirsa yang ingin dicapai, dan dampaknya terhadap media massa. (Nurudin, 2011)
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada komunikator dalam jumlah besar. Komunikasi massa memiliki komponen kunci dalam proses ini, dan itu adalah media massa. Media massa adalah komunikasi yang memakai berbagai macam saluran-saluran komunikasi, misalnya radio, televisi, surat kabar & internet. Dalam perkembangannya komunikasi massa mempunyai saluran-saluran komunikasi baru yang sanggup disebut menggunakan media baru (new media). Yang mana media baru ini berbasis dalam teknologi yg sedang berkembang yakni teknologi digital, misalnya internet, personal komputer & ponsel pintar (smartphone). Teknologi komunikasi media baru ini salah satunya merupakan E-mail & media sosial (Social Media).
Menurut Richard West & Lynn H.Turner pada bukunya mengungkapkan bahwa konteks komunikasi massa mempunyai keunikan. Pertama, konteks ini menaruh kemampuan baik dalam pengirim juga dalam penerima untuk melakukan kontrol. Sumber- asal misalnya editor surat kabar atau penyiar televisi menciptakan keputusan tentang informasi apa yang akan dikirim sedangkan penerima mempunyai kendali terhadap apa yang mereka baca. (West & Turner, 2008, hal. 41)
Komunikasi massa memiliki elemen penting dalam prosesnya yaitu media massa.
Media massa adalah komunikasi yang menggunakan berbagai saluran komunikasi,
10
misalnya radio, televisi, surat kabar & internet. Dalam perkembangannya komunikasi massa memiliki saluran komunikasi baru yang dapat disebut dengan menggunakan media baru (new media). Media baru ini didasarkan pada teknologi yang sedang berkembang yaitu teknologi digital misalnya internet, personal computer dan smart phone (smartphone).
Salah satu teknologi komunikasi media baru adalah E-mail & media sosial (Social Media).
Nurudin dalam bukunya menyatakan bahwa media massa adalah suatu alat komunikasi yang mampu menyampaikan pesan secara bersamaan, cepat kepada khalayak yang luas dan juga heterogen. Keunggulan media massa dibandingkan jenis media lainnya yakni mampu mengatasi kendala ruang dan waktu. Bahkan juga media massa bisa berbagi pesan yang hampir seketika untuk momen yang tidak ada habisnya. (Nurudin, 2011, hal.
2). Media massa diyakini memiliki keunggulan karena mampu menyiratkan pemikiran publik yang pada gilirannya akan mereformasi masyarakat (Siregar A. , 2000, hal. 171).
Ketika suatu organisasi menggunakan teknologi untuk menjadi media komunikasi dengan jumlah penerima yang banyak maka akan terjadi komunikasi massa (Baran, 2010, hal. 4).
Sehingga media massa dapat memaklumi dalam berbagi pesan yang memiliki kemampuan jangkauan yang sangat luas dan cepat, bahkan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Sehingga bisa berbagi pesan ke berbagai penjuru global menggunakan cepat, berbagi fakta-fakta terkini berdasarkan berbagai belahan global sebagai akibatnya kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada negara lain menggunakan adanya media massa.
2.9.2
Media MassaKomunikasi massa memiliki komponen kunci dalam proses ini, dan itu adalah media massa. Media massa adalah komunikasi yang menggunakan berbagai saluran komunikasi, seperti radio, televisi, sertifikat, dan internet. Dalam perkembangan komunikasi massa, bermunculan saluran-saluran komunikasi baru yang dapat dipertimbangkan dengan menggunakan media baru (new media). Media baru ini didasarkan pada teknologi yang
11
sedang berkembang yaitu teknologi digital misalnya pada internet, personal computer dan smartphone (ponsel pintar). Salah satu teknologi komunikasi media baru adalah email dan
media sosial.
Pada bukunya menjelaskan bahwa Media massa dikelompokkan menurut bentuknya, yakni: Media cetak (printed media), misalnya surat kabar, majalah, buku, brosur, & sebagainya. Media elektronik, antara lain merupakan radio, televisi, film, slide, video, & lain-lain. (Vivian, 2008, hal. 4)
Lebih lanjut Nurudin dalam bukunya menyatakan bahwa media massa merupakan alat komunikasi yang mampu secara simultan dan cepat membuat berita tersedia untuk khalayak luas dan beragam. Keunggulan media massa dibandingkan jenis media lainnya yakni mampu mengatasi kendala spasial dan temporal. Bahkan media massa pun bisa berbagi pesan hampir seketika untuk momen yang tak ada habisnya. (Nurudin, 2011, hal.
2).
Maka media massa bisa sebagai sebuah indera buat berbagi pesan yang mempunyai kemampuan jangkauan yang sangat luas & cepat, bahkan bisa mengatasi halangan ruang
& waktu. Jadi bisa berbagi pesan ke berbagai penjuru dunia dengan cepat, berbagi informasi-informasi terkini berdasarkan berbagai belahan dunia sehingga kita bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada negara lain menggunakan adanya media massa.
2.9.3
Efek dan Fungsi Media MassaMarshal McLuhan dalam Baran (2008: 4) membandingkan keberadaan media massa dalam kehidupan seseorang, seperti ikan yang tidak sadar apakah ikan itu basah atau tidak karena keberadaan ikan didominasi oleh air, sehingga disadari keberadaan adalah meniadakan air agar tahu situasinya. Hal yang sama berlaku untuk masyarakat dan media massa, misalnya. Keberadaan media telah memenuhi keseharian kita dan seringkali tidak
12
disadari keberadaan media atau bahkan dampaknya bagi kita. Media bisa menjadi sumber informasi, hiburan dan kesenangan, tetapi sekaligus mengganggu. Media dapat membangkitkan emosi, menantang kecerdasan dan kecerdasan kita. Kita sering dianggap sebagai komoditas, media juga mendefinisikan kita dan menciptakan realitas kita. (Baran, 2010) Komunikasi massa dalam Cangara (2007: 61) berfungsi menyebarkan informasi dalam rangka pemerataan tingkat pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan membentuk kegembiraan hidup. Lantaran perkembangan teknologi yang sangat pesat fungsi komunikasi massa mempunyai fungsi-fungsi baru pada perkembangannya.
(Cangara, 2007, hal. 61).
2.3 Media Online Sebagai Media Massa
Adanya kemajuan dalam bidang teknologi sangat berdampak dalam sistem komunikasi pada masyarakat, yang tentu saja berdampak dalam bagaimana sebuah informasi diterima & disebarkan. Perkembangan teknologi menciptakan pertukaran informasi dari wilayah satu ke wilayah lain, bahkan negara satu ke negara lainnya menggunakan sangat cepat, praktis & mudah. Perkembangan teknologi ini pula berdampak dalam bagaimana penyebaran warta yg terdapat pada media massa, utamanya media online.
Media online merupakan bentuk dari media baru (new media) yang berbeda menurut media konvensional diperlukan perangkat berbasis personal komputer & koneksi yang tersambung menggunakan internet pada menerima & menyebarkan informasi oleh media online. Internet menggunakan karakternya yang tidak terbatas, menjadikan pengguna internet bebas dalam bermedia. Penggunaan kata media online acapkali diartikan menjadi situs berita atau praktik jurnalistik secara tertulis yang dipublikasikan melalui internet.
Dilansir dari situs Romeltea.com yang menyatakan bahwa dalam konteks komunikasi massa, media online adalah media massa atau media berita / pemberitaan yang disajikan di internet, khususnya situs berita atau portal berita (portal informasi). . Dalam
13
konteks komunikasi massa, media online juga dianggap sebagai media jaringan. Menurut Pedoman Media Cyberspace, media digital adalah segala bentuk media yang menggunakan internet dan melakukan kegiatan pemberitaan serta memenuhi ketentuan berita dan standar pemberitaan yang ditetapkan Dewan Pers. Media online atau online adalah media massa
"generasi ketiga" setelah surat kabar, tabloid, majalah, buku, dan media elektronik (media elektronik), radio, televisi, dan media cetak film / video. (Romli, 2012)
Keberadaan media online merupakan bagian dari kebutuhan manusia untuk memperoleh informasi yang efektif, cepat dan mudah. Kalau dulu kita harus menunggu berita dari koran di kemudian hari, sekarang cukup menggunakan smartphone atau laptop, kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi terbaru. Bahkan dalam sebuah penelitian yang menemukan bahwa sementara orang Amerika terus membaca buletin, internet sekarang menjadi sumber informasi yang lebih populer (VoaIndonesia, 2010).
Kemajuan teknologi informasi telah mendorong masyarakat untuk menggunakan media online daripada media konvensional seperti media cetak. Menurut Katadata.co.id, Neilsen Indonesia menemukan bahwa pembaca media online di Indonesia lebih dari sekedar media cetak. Jumlah pembaca surat kabar telah menurun setiap tahun selama empat tahun terakhir karena orang-orang percaya bahwa informasi dapat diperoleh dengan murah atau bahkan gratis. Survei Nielsen Consumer & Media View hingga Q3 2017 yang diluncurkan menurut Katadata.co.id menunjukkan bahwa kebiasaan membaca masyarakat Indonesia telah berubah. Pada 2017, tingkat pembelian surat kabar swasta hanya 20%, turun dari 2013 yang sebesar 28%. Asumsi bahwa berita gratis meningkatkan media digital sebesar 11%, dengan 6 juta pembaca di tahun 2017 dan lebih dari 4,5 juta pembaca cetak.
Apalagi media cetak hanya menjadi pilihan kelima publik untuk menerima informasi dengan tingkat penetrasi 8%. Sedangkan televisi menempati urutan pertama dengan 96%,
14
diikuti oleh baliho di jalanan dengan 52%, penggunaan internet dengan 43%, dan radio dengan 37%. (Reily, 2017)
Perusahaan media wajib mengimbangi kemajuan teknologi di era yang terus berkembang agar informasi yang diberikan kepada publik tetap menjadi prioritas. Adanya media online yang memberikan ruang bagi jurnalisme online menciptakan pilihan baru dalam hal ketersediaan informasi yang ditawarkan.
2.4 Media Massa dan Politik
Media dalam hal ini bukan hanya sekedar sebagai sumber informasi politik, namun juga sering kali menjadi penyebab (trigger) terjadinya perubahan dalam politik. Secara umum media massa memiliki tendensi tertentu dalam melakukan liputan/pemberitaan pada peristiwa politik. Media massa dalam perjalanannya juga dikenal sebagai salah satu pilar utama dalam sebuah negara dan menjadi kekuatan keempat dalam tatanan kehidupan sosial politik. Media berfungsi sebagai pengendali sekaligus melakukan kontrol sosial bagi kepentingan publik. (Andrianti, 2015)
Muhtadi dalam bukunya menjelaskan bahwa media massa merupakan bagian dari salah satu kekuatan sosial yang dapat menjalankan kontrol sosial secara bebas dan bertanggung jawab , terhadap masyarakat maupun terhadap kekuatan-kekuatan sosial politik lainnya. Efektivitas pengaruhnya dapat dilihat dari fakta-fakta sejarah, yang menyiratkan terjadinya perubahan perilaku politik yang signifikan sebagai akibat dari Muhtadi menyatakan dalam bukunya, media massa merupakan bagian dari kekuatan sosial, dapat secara bebas dan bertanggung jawab melakukan kontrol sosial, baik atas masyarakat maupun atas kekuatan sosial politik lainnya. Efektivitas dampaknya dapat dilihat sejalan dengan berita sejarah yang berimplikasi pada perubahan perilaku politik yang signifikan, dan menjadi dampak yang tergantung pada eksposur media massa. Runtuhnya rezim Orde
15
Baru di Indonesia serta menangnya Barack Obama pada pemilu presiden di Amerika Serikat menjadi bukti transisi politik yang tidak lepas dari aktivitas sosial dan politik media.
(Muhtadi, 1999, hal. 48)
Graber (1984: 222) dalam Andrianti (2015) mengungkapkan bahwa setidaknya ada empat fungsi media massa bagi suatu negara atau otoritas internasional, yaitu pertama, media massa memberikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa politik yang terungkap di antara orang-orang dan digunakan sebagai materi pertimbangan negara dalam membuat sebuah kebijakan. Kedua, media massa memberi negara ruang pencerahan sosial untuk terus melihat dan memahami opini publik yang terus berkembang. Ketiga, media massa juga memudahkan negara untuk mengkomunikasikan pesan kepada kekuatan politik dan opini publik, baik di dalam maupun di luar pemerintahan. Keempat, diberitakan di media massa. Keempat, media massa menaruh kesempatan para penyelenggara negara untuk memelihara kontinuitas kekuasaannya di tengah peranannya. (Andrianti, 2015, hal.
45)
Harsono Suwardi dalam menyatakan bahwa menurut media ada banyak aspek yang menentukan dalam kehidupan politik, pertama-tama, penyebaran informasi publik yang sangat luas, yang dapat melintasi batas-batas geografis. , kelompok umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi (demografis), perbedaan pemahaman dan orientasi (psikografi);
karenanya masalah politik yang dimediasi sebagai masalah umum di berbagai tempat dan lingkaran. (Andrianti, 2015, hal. 45-46)
Kedua, pengganda pesan (pengganda pijat) yang luar biasa; Suatu peristiwa politik dapat diperbanyak dengan jumlah koran, tabloid, dan majalah yang dicetak, dan siarannya dapat diulang jika perlu. Alhasil, perkalian memiliki efek yang sangat besar bagi penikmatnya. (Andrianti, 2015)
16
Ketiga, setiap media massa mampu mendiskusikan suatu peristiwa politik menurut pandangannya. Kebijakan redaksinya menentukan isi peristiwa politik yang diberitakan, justru karena kemampuannya inilah media mendapat banyak perhatian dari mereka yang ingin memanfaatkannya, dan ditolak oleh mereka yang tidak menyukainya. (Andrianti, 2015)
Keempat, tentu saja fungsi agenda setting yang dimilikinya, media memiliki kesempatan yang sangat luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk memberitakan peristiwa politik. Sesuai dengan kebijakannya masing-masing, setiap peristiwa politik dapat disiarkan atau tidak disiarkan, yang jelas belum tentu berita politik yang menjadi agenda media merupakan agenda publik juga; (Andrianti, 2015)
Keempat, tentu saja fungsi untuk mengatur agenda adalah media mempunyai peluang yang sangat besar (bahkan tidak terbatas) dalam meliput peristiwa-peristiwa politik. Sejalan dengan kebijakan mereka, setiap peristiwa-peristiwa politik boleh atau tidak boleh ditayangkan, jelas juga terdapat ketidakpastian apakah berita politik dalam agenda sebuah media tersebut adalah topik publik. (Andrianti, 2015)
Kelima, pemberitaan peristiwa-peristiwa politik pada suatu media lazimnya berkaitan dengan media-media lainnya sampai menciptakan rantai informasi (media as a links in other chains). Hal inilah yang menambah kekuatan tersendiri dalam persebaran
informasi politik serta dampaknya terhadap masyarakat, adanya aspek ini juga semakin kuatnya peranan media terhadap pembentukan k opini publik. (Andrianti, 2015)
2.5 Pemberitaan Pada Perusahaan Media Multinasional
Menurut Robert L. Hulbroner, yang dimaksud dengan perusahaan multinasional adalah perusahaan yang mempunyai cabang dan anak perusahaan yang terletak di berbagai negara. (Siregar W. B., 2020).
17
Rugman menyatakan bahwa perusahaan multinasional merupakan perusahaan yang beroperasi melintasi batas negara, berproduksi di luar negeri selain di dalam negeri.
Perusahaan multinasional ini sedikitnya berproduksi di negara asing. Sedangkan menurut Michael dan Shaked, perusahaan diklasifikasikan sebagai multinasional berdasarkan dua kondisi. Pertama, perusahaan harus memiliki foreign sales account minimal 20 % dari pendapatan. Kedua, investasi modal langsung paling tidak terdapat pada enam negara di luar negaranya. (Siregar W. B., 2020)
Perusahaan media internasional dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama, ekspansi vertikal adalah taktik, strategi dan nilai yang ditetapkan atau ditentukan oleh markas.
Kedua, ekspansi horizontal adalah nilai yang dipengaruhi oleh tingkat dunia, kemudian strategi di tingkat regional, dan strategi ditentukan secara lokal. Di antara sekian banyak perusahaan media internasional terdapat pula perusahaan media yang menawarkan kebutuhan pokok berupa berita dan hiburan. Perkembangan perusahaan media multinasional menjadi pendatang baru dimulai sejak tahun 2000-an pada negara berkembang, untuk mulai bersaing pada pasar internasional. Ini disebabkan oleh beberapa negara yang mengalami peningkatan pada jumlah investasi dari tahun ke tahun sehingga mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, menciptakan perusahaan tadi bisa bersaing secara dunia. Investasi tadi dikenal kata FDI (Foreign Direct Investment). FDI merupakan kata yang merujuk pada kepemilikan sebuah perusahaan yang terdapat pada negara lain, termasuk didalamnya kontrol terhadap aset yang ada.
Ada beberapa alasan kenapa perusahaan memakai pendekatan ini:
1. Untuk memperoleh/mempunyai aset yang bernilai ataupun pula sumber daya alam yang ada.
2. Untuk melakukan penetrasi pasar yang baru.
18
3. Untuk melakukan efisiensi, baik itu untuk penelitian, produksi, juga distribusi.
4. Untuk mengatasi regulasi yang bisa menghalangi produknya masuk ke suatu negara.
5. Untuk menciptakan kerajaan usaha.
Awalnya perusahaan media multinasional didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan Jepang yang merupakan negara maju untuk menghindari pajak, buruh yang mahal, keterbatasan bahan baku, dan persaingan di home country sehingga mereka lebih memilih menanamkan investasi keluar negaranya ke negara-negara berkembang. Mulanya, perusahaan hanya mengekspor produknya ke negara tertentu atau mengimpor dari produsen asing. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa perusahaan melihat peluang asing. Perusahaan Multinasional \ paling sedikit memiliki satu anak perusahaan di negaranya yang dikontrol penuh oleh induk perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Suatu perusahaan, termasuk perusahaan media multinasional mempunyai dewan direksi yang fungsinya menyediakan pengawasan dan bimbingan bagi seorang CEO dan staf eksekutif yang ia miliki. Dewan direksi inilah yang juga akan akan mengoreksi jika pada suatu masa terjadi suatu kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan. Masalah yang muncul biasanya ketika dewan direksi mengesampingkan tanggung jawab terhadap para pemegang saham dan pekerjanya dengan mengizinkan suatu tindakan yang tidak beretika.
Bentuk perusahaan multinasional terdiri atas beberapa bagian yang sangat diperlukaan dalam menentukan dan membedakan hubungan hukum diantara bagian-bagian tersebut berkaitan dengan kegiatan perusahaan multinasional. (Siregar W. B., 2020).
19
Perusahaan industri, perusahaan multinasional yang tidak dapat dipisahkan dari perusahaan induk. Ini adalah bagian yang secara formal tidak dapat dipisahkan dari kantor atau atasan. Oleh karena itu, ini bukan badan independen.
1. Perusahaan Subsidiary, anak perusahaan yang berbadan hukum sendiri.
Tetapi, induknya memiliki saham secara penuh.
2. Perusahaan Patungan, perusahaan yang sebagai partner yang sahamnya dimiliki dua atau lebih perusahaan.
3. Perusahaan Go Public, perusahaan yang berkedudukan lokal dan sebagian sahamnya dimiliki oleh publik.
4. Perusahaan menggunakan Bentuk Lain, berasal dari perundang-undangan, misalnya pada bidang perbankan, pertambangan minyak & gas bumi, perdagangan atau pun jasa lainnya. (Siregar W. B., 2020)
Politik, ekonomi, dan budaya sering kali berada dalam domain terpisah. Tapi kalau bicara soal komunikasi, media dunia mereka ada di tempat yang sama (Machin, David, &
Leeuwen, 2007, hal. 8). Ini disebabkan oleh politik, ekonomi, dan budaya di media memiliki keterkaitan. Ini mengapa media internasional harus ditinjau dari segi ekonomi media dan ekonomi politik media.
BBC awalnya berangkat untuk menyampaikan berita secara global dan transparan.
Namun, sebenarnya ini lebih merupakan masalah ideologi media politik. Perusahaan media yang telah menjadi multinasional mendapatkan keuntungan dari kehadiran banyak negara dan (dalam banyak kasus) semakin mendesentralisasi struktur pemerintahan mereka.
Globalisasi telah mendorong banyak operator media untuk melihat lebih luas atau di luar pasar lokal atau nasional sebagai cara untuk memperluas konsumen mereka berdasarkan cakrawala dan memperluas skala ekonomi mereka.
20
Hal ini sejalan dengan karakteristik media internasional, ciri-ciri media internasional telah dicirikan atas dasar perjanjian perdagangan internasional. Pembelian media dimengerti dalam konteks bagian media internasional. Operasinya terkait dengan hubungan yang kompleks antara media transnasional dengan partisipasi perwakilan media.
Pertanyaan yang diajukan akan memengaruhi filosofi pemasaran Anda. Media internasional mewakili kepentingan kelas, sudut pandang kelas dan ideologi kelas berdasarkan kelas kapitalis. Karakteristik sebagian besar media di Amerika Serikat dan Inggris Raya tidak berasal dari kebangsaan, tetapi dari hubungan kelas, seperti merger dan akuisisi yang mengintegrasikan media nasional dan media transnasional. Menurut pendapat para ahli, BBC, CNN dan VOA yang banyak berkiprah di kawasan global sepertinya ingin menunjukkan bahwa ada dua jenis media yang memiliki muatan politik. Masalah yang mereka dapatkan adalah mereka memperlakukannya sebagai informasi internasional untuk mempengaruhi negara lain.
2.6 Konstruksi Realitas Sosial
Menurut Hamad pada proses konstruksi terdapat aturan bahwa setiap upaya untuk menceritakan suatu peristiwa, situasi atau objek, termasuk masalah politik, merupakan upaya untuk mengkonstruksi realitas yang mana sifatnya dan kenyataannya bahwa tugas media massa yakni menceritakan sebuah peristiwa, berarti tugas utama media massa adalah mengkonstruksi berbagai macam realitas untuk disebarluaskan. Media menyandingkan realitas sesuai dengan berbagai peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai cerita atau isu yang memiliki makna. Menempatkan informasi di media hanyalah menata realitas untuk menciptakan cerita atau isu yang bermakna dalam proses mengkonstruksi realitas, unsur utamanya adalah bahasa, yang merupakan alat dasar untuk menceritakan realitas. bahasa mewakili atau konseptualisasi dan alat naratif. (Hamad, 2004, hal. 11)
21
Eriyanto dalam bukunya menyatakan bahwa realitas yang dihadirkan media tidak dipahami sebagai sekumpulan fakta, melainkan hasil dari pandangan-pandangan tertentu tentang efek pembentukan realitas. Media memainkan peran tertentu dalam mempengaruhi berita tertentu dengan menyebarkan informasi. Oleh karena itu, media dinilai kurang netral dalam menyampaikan informasi tentang suatu hal atau peristiwa kepada publik. (Eriyanto, 2002, hal. 29)
Berita atau informasi yang ada di media sangat ditentukan oleh tujuan dari pihak- pihak di balik pemberitaan tersebut . Informasi yang ada di media sangat ditentukan oleh tujuan dari pihak-pihak di balik pemberitaan tersebut. Media bukanlah saluran yang bebas tempat semua kekuatan sosial saling berinteraksi dan berhubungan. Sebaliknya media hanya dimiliki oleh sekelompok yang dominan seperti politik media dan elit media.
Sehingga mereka lebih memiliki kesempatan untuk mempengaruhi atau memaknai suatu peristiwa berdasarkan pandangan mereka. Media tersebut menjadi sarana dimana kelompok dominan bukan hanya menetapkan posisi mereka tetapi juga memarjinalkan dan menyingkirkan posisi kelompok yang tidak dominan. (Eriyanto, 2002, hal. 52)
Media mengkonstruksi realitas dalam bentuk teks. Bahasa menjadi elemen pokok untuk membentuk teks. Bahasa dapat menggambarkan segala informasi, hiburan yang akan disampaikan kepada khalayak. Terdapat beberapa tahap dalam konstruksi sosial,
1. Tahap sebaran konstruksi Menyampaikan informasi secara cepat kepada khalayak adalah prinsip sebaran konstruksi , tidak akketinggalan untuk selalu cepat dan tepat dengan agenda maupun jadwal yang ditentukan media. Sehingga informasi yang dianggap penting oleh media maka kan menjadi penting juga untuk khalayak (Bungin, 2008, hal. 204-212).
22
2. Pembentukan struktur realitas pada tahap ini ada dua aspek utama, yang pertama adalah pembentukan struktur realitas itu sendiri, dan yang kedua adalah pembentukan struktur citra. Pembentukan struktur yang sebenarnya adalah dalam struktur tahapan ini informasi dan berita telah diumumkan kepada publik, dan strukturnya terbagi menjadi tiga tahapan dan berlangsung secara umum. Yang pertama membuktikan konstruksi realitas, kedua kemauan media massa untuk mengkonstruksikan, dan ketiga adalah pilihan konsumen. Setelah terbentuknya realitas, yang kedua adalah konstruksi citra. Padahal, pembentukan struktur citra merupakan tujuan dari struktur realitas. Bagaimana media massa dengan dua model mengkonstruksi citra. Yang pertama adalah model kabar baik, dan yang kedua adalah model berita buruk ayak (Bungin, 2008, hal. 204-212) 3. Pembentukan konstruksi realitas Dalam tahap ini terdapat dua aspek utama
pertama pembentukan konstruksi realitas itu sendiri dan kedua pembentukan konstruksi citra. Pembentukan konstruksi realitas terbentuk setelah terjadinya sebaran konstruksi pada tahap tersebut informasi dan pemberitaan telah sampai pada khalayak dan terjadi pembentukan konstruksi melalui tiga tahap dan berlangsung secara generik. Pertama konstruksi realitas pembenaran, kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa dan ketiga sebagai pilihan konsumtif Setelah terjadi pembentukan konstruksi realitas selanjutnya adalah pembentukan konstruksi citra.
Sebenarnya pembentukan konstruksi citra merupakan tujuan dari konstruksi realitas. Bagaimana citra dibangun media massa dengan dua model. Pertama model good news dan kedua model bad news (Bungin, 2008, hal. 204-212)
23
4. Tahap konfirmasi, Ketika media dan audiens berdebat dan akuntabilitas saling mempengaruhi, itu merupakan konstruksi. Bagi media, tahapan ini digunakan untuk memberikan argumentasi mengenai alasan konstruksi sosial. Pada saat yang sama, menjelaskan kepada penonton alasan berpartisipasi dalam proses konstruksi. (Bungin, 2008, hal. 204-212)
2.9.1
Pembentukan Konstruksi Realitas Media MassaTindakan membuat berita menurut Tuchman (1978) dalam adalah tindakan untuk mengkonstruksikan realitas itu sendiri, bukan penggambaran realita sesungguhnya. Berita merupakan konstruksi realitas sosial. Lebih lanjut menurut Tuchman, berita adalah sumber daya sosial yang konstruksinya membatasi pemahaman analitis tentang kehidupan kontemporer. Pada dasarnya pekerjaan media massa adalah menyajikan kembali realitas ke hadapan publik melalui “proses konstruksi sosial”. Proses penyusunan kembali realitas itu lazimnya dimulai dengan adanya “ realitas", dalam hal ini peristiwa atau -kejadian di dalam masyarakat, lantas realitas itu disusun kembali hingga membentuk teks yang bermakna (wacana) (Suryadi, 2011, hal. 642).
Pemodelan peran media massa dalam mengkonstruksi realitas hingga dampak yang ditimbulkannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini, yaitu:
24
Gambar 2.1. Proses Konstruksi Realitas Sosial (Sumber: (Hamad, 2004, hal. 10))
Media massa tidak berada dalam posisi yang pasif. Struktur dan penampilan media ditentukan oleh banyak faktor baik eksternal maupun internal. Dalam banyak kasus, sistem politik merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap struktur dan penampilan media. Sistem politik yang diterapkan oleh sebuah negara ikut menentukan mekanisme kerja media massa sebuah negara. Umumnya dalam sistem yang otoritarian, selera penguasa menjadi acuan dalam mengkonstruksikan realitas. (Hamad, 2004, hal. 25).
Sebuah media yang lebih ideologis umumnya muncul dengan konstruksi realitas yang bersifat pembelaan terhadap kelompok yang sealiran dan penyerangan terhadap kelompok yang berbeda haluan. Dalam sistem libertarian, kecenderungan ini akan melahirkan fenomena media partisan dan media non-partisan.
25
Adanya faktor tertentu telah menjadi unsur yang mendasar dalam sistem libertarian, hingga menciptakan fenomena konglomerasi media, proses konstruksi pun diselaraskan dengan pertimbangan-petimbangan modal, baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan usaha yang ada di bawah konglomerasi media tersebut.
Prinsip dasar dari National Association For Media Literacy Education’s (2007) dalam (Tamburaka, 2012) adalah sebagai berikut :
1. Semua pesan media “diciptakan”.
2. Setiap media memiliki karakteristik, kekuatan dan keunikan “membangun bahasa”
yang berbeda.
3. Pesan media diproduksi untuk suatu tujuan.
4. Semua pesan media berisi penanaman nilai dan tujuan yang ingin dicapai
5. Media dan pesan media dapat mempengaruhi keyakinan sikap, nilai, perilaku, dan proses demokrasi
6. Pesan berupa berita, liputan khusus dan sebagainya merupakan sesuatu yang diciptakan dan dibentuk oleh media untuk suatu tujuan tertentu. Ada motif dibalik setiap pesan yang ditampilkan yakni ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam benak para pemirsa televisi dan surat kabar. (Tamburaka, 2012)
Tidak hanya itu media massa bukan sebagai sarana informasi yang menyampaikan berita secara aktual (baru) dan faktual (apa adanya) tetapi lebih dari itu mereka mencoba membangun suatu nilai dalam pikiran kita dalam benak kita. Semua itu hanya dapat dilakukan jika pesan itu dapat dikemas dengan baik dan dapat diserap oleh kemampuan kognisi kita. Prinsip pemberitaan adalah nilai baru atau hal-hal yang baru, jika tidak baru maka hal itu bukan berita aktual, namun selain kebaruan itu juga yang paling penting adalah faktual yaitu sesuatu peristiwa diceritakan apa adanya tanpa ditambah-tambahkan, harus menurut kejadian pada kali pertama peristiwa itu
26 ditemukan. (Tamburaka, 2012)
2.7 Ideologi Media
Ideologi berurusan dengan konsep-konsep seperti "pandangan dunia", "sistem kepercayaan" dan "nilai". Namun, ruang lingkup ideologi lebih luas daripada konsep- konsep tersebut. Ideologi tidak hanya mementingkan keyakinan batin tentang dunia, tetapi juga terkait dengan dasar definisi dunia. Karena itu, ideologi tidak hanya terkait dengan politik. Ruang lingkup ideologi lebih luas dan mengandung konotasi Croteau dan Hoynes (1997) dalam (Mawardi, 2012:6). Ideologi adalah cara di mana ide-ide kelas penguasa diterima sebagai sesuatu yang wajar dan natural oleh seluruh masyarakat (Fiske, 1990: 239). (Fiske, 1990)
Shoemaker dan Reese menganggap ideologi sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi isi konten media. Ideologi diartikan sebagai mekanisme simbolik yang mengikat dalam masyarakat. Ideologi sendiri digunakan sebagai pembatas dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadikan keberadaan ideologi tersebut sebagai mekanisme simbolik. Dalam tahapanya ideologi menjadikan sebuah institusi itu sebagai tempat untuk mencapai suatu tujuan dengan maksud tertentu yang didasarkan atas kepentingan (Shoemaker, J, & Reese, 1996, hal. 223)
Media sebagai salah satu intitusi yang memiliki ideologi yang saat ini masi menyuplai beberapa unsur, seperti media mempunyai nilai,kekuatan serta kepentingan didalamnnya. Media sendiri saat ini dijadikan sebagai alat, alat untuk mneyebarkan serangkaian informasi yang didalamnnya syarat akan sebuah kepentingan yang mendominasi. Hal tersebut mengakibatkan media tidak lagi dikatakan sebagai ruang netral dimana kepentingan, pemaknaan dari berbagai kelompok akan dinilai sama.
(Sudibyo, 2001, hal. 55).
Tingkat ideologi menekankan pada kepentingan siapakah seluruh rutinitas dan organisasi media itu bekerja (Shoemaker, J, & Reese, 1996, hal. 223). Salah satunya BBC
27
News yang dikutip dari situsnya menyatakan "Pedoman Editorial BBC tentang Politik dan Kebijakan Publik menyatakan bahwa sementara "suara dan pendapat partai-partai oposisi harus ditayangkan dan ditantang secara rutin", "pemerintah saat ini akan sering menjadi sumber utama berita" (Bbc News, 2016)
2.8 Konsep Framing
Sebelum membahas mengenai konsep framing, akan dijelaskan perbedaan antara frame & framing. Entman, Matthes, & Pelicano (2009:177) mengungkapkan Frame dipahami sebagai pengulangan dengan memakai istilah-istilah & simbol-
simbol yang sama dan juga identik tentang sebuah objek. (Entman & J., &
Pellicano, L., 2009, hal. 177). Frame digunakan dengan tujuan untuk menciptakan interpretasi khalayak tentang sebuah objek yang mengakibatkan pertimbangan moral & emosional. Serta secara garis besar Framing adalah proses yang mengikutsertakan “frame-building” (frame yang ditampilkan oleh media massa) &
“frame-setting” (frame yang cenderung muncul pada publik (deVreese, 2005, hal.
25).
Media massa dalam memandang suatu realitas telah dituangkan dalam bentuk produk media massa, maka akan dibagi menjadi dua frame yaitu, issues specific frame dan generic frame (deVreese, 2005, hal. 25). Issues specific frame
menurut Entman, Matthes, & Pelican (2009) hanya dilakukan dengan mengerucutkan berita hanya pada topik atau isu tertentu yang mana isu yang berbeda maka akan memiliki frame yang berbeda pula. (Entman & J., & Pellicano, L., 2009, hal. 176)
Sedangkan Generic Frame menurut Entman, Matthes, & Pelicano (2009) menyebutkan Generic frame merupakan cara pemberitaan media yang tidak
28
terbatas pada topik atau isu yang spesifik. Generic frame dibagi menjadi episodik dan tematik. (Entman & J., & Pellicano, L., 2009, hal. 176)
Gambar 2.1. Proses Konstruksi Realitas Sosial (Sumber: deVreese (News Framing: Theory and Typology.)
Menurut Eriyanto (2011) Framing biasa dilakukan dengan mendefinisikan realitas tertentu, penonjolan aspek tertentu, penyajian sisi tertentu, dan pemilihan fakta tertentu.
Dengan melakukan Framing seperti ini, maka hasil konstruksi realitas yang dilakukan oleh media massa akan menimbulkan efek. Efek dari Framing adalah menciptakan opini dalam diri. (Eriyanto, 2011, hal. 167)
Efek dari Framing adalah gabungan atas frames in communication dengan frames in thought. Walaupun demikian, frames in communication yang disampaikan oleh media
massa melalui konstruksi realitasnya akan menjadi hal yang lebih dominan. Hal ini karena konstruksi dari media massa yang dominan dalam membentuk frames in (Entman & J., &
Pellicano, L., 2009, hal. 181).
2.9 Analisis Framing
Framing merupakan cara penyajian peristiwa oleh media. Presentasi tersebut membahas tentang menyoroti bagian-bagian tertentu, menyoroti aspek-aspek tertentu dan mengenang
29
kembali beberapa narasi berbasis realitas. Media menghubungkan dan menampilkan peristiwa-peristiwa agar maknanya lebih mudah diterima dan disimpan oleh publik.
Singkatnya, framing adalah metode untuk menunjukkan bagaimana cara memberi tahu media tentang suatu peristiwa. Cara penyampaian berita dapat digambarkan dengan cara memandang realitas yang diberitakan oleh media. Cara pandang inipun mempengaruhi hasil akhir berdasarkan konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang digunakan untuk memeriksa bagaimana media mengkonstruksi realitas. (Mulyana, 2004, hal. 34).
Analisis Framing sederhananya digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.
Framing tersebut tentu saja melalui konstruksi. Realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi
dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentuk tertentu. Hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik tetapi menandai bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan di tampilkan (Eriyanto, 2002, hal. 8).
Pada dasarnya, Framing merupakan metode untuk melihat bagaimana cara bercerita media atas peristiwa. Cara bercerita itu dapat tergambarkan pada cara melihat realitas yang dijadikan berita oleh media. Cara melihat inipun berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis Framing sebagai analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisi Framing juga untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada dua esensi utama dari Framing, yaitu pertama, Bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta ditulis, Hal ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat atau gambar untuk mendukung gagasan.
30
Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis Framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. (Eriyanto, 2002)
Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis Framing, yang menjadi pusat adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2002, hal. 11)
Untuk dapat menganalisis teks dengan analisis bingkai, dapat dilakukan berbagai pendekatan, di antaranya adalah visual cropping, valence cropping, general cropping, release specific cropping, dan lain sebagainya. Namun, empat contoh framing banyak
digunakan dalam studi analisis bingkai di Indonesia. Eriyanto (2011) menjelaskan bahwa keempat contoh di atas adalah yang termasuk dalam penekanan Murray Edleman pada kategorisasi. Model Robert M. Entman, yang menekankan pada pemilihan isu dan menekankan aspek. Model William A Gamson menekankan pada meringkas fakta. Dan juga contoh Pan & Kosicki yang mengedepankan konsep psikologis dan sosiologis yang akan tercermin dalam struktur pesan.. (Eriyanto, 2002)
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis framing model Robert M. Entman yang menekankan pada pemilihan isu, dan aspek yang penting dalam hal ini adalah isu HAM Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Menteri Pertahanan pada pemerintahan Joko Widodo.
2.9.1
Model Analisis Framing Robert N. EntmanKonsep Framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau
31
dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan:
membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam; menampilkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak (Eriyanto, 2002, hal.
186)
Dalam praktiknya, Framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi dan lain-lain.
Konsep Entman menjadi menarik untuk digunakan dalam meneliti tentang persoalan HAM Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Joko Widodo ini. Melalui konsep Framing yang digunakan untuk menggambarkan proses seleksi isu dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media, dapat menghasilkan penelitian yang memberi gambaran mengenai isu dan aspek apa yang ditonjolkan oleh kedua media terkait kasus tersebut. Hal tersebut disebabkan Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi – informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Eriyanto,
32
2002, hal. 220). Penonjolan sendiri dimaknai sebagai proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak.
Lebih jelas dipaparkan oleh Eriyanto (2002) mengenai Framing melalui dua proses yakni seleksi isu, aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, tim redaksi memilih aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan aspek, proses ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. (Eriyanto, 2002, hal. 222)
Hal ini sangat berkaitan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Dalam konsepsi Entman, Framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Konsep tersebut dijelaskan melalui tabel berikut (Eriyanto, 2002, hal. 203-204):
Tabel 2.1 Konsep Analisis Framing Model Robert N. Entman
Define Problems (Pendefinisian Masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?
Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose Causes
(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk mendelegitimasi suatu tindakan?
33 Treatment Recommendation
(Menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
(Sumber: (Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, 2002, hal.
203-204)
a. Define problems, adalah elemen yang pertama kali kita lihat mengenai Framing.
Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama .Menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa/isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Kemudian Bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. (Eriyanto, 2002)
b. Diagnose causes, merupakan elemen Framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda. (Eriyanto, 2002)
c. Make moral judgement, elemen Framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.
Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. (Eriyanto, 2002)
d. Treatment recommendation, elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah.
34
Penyelesaian sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. (Eriyanto, 2002)
2.9.2
Efek FramingMenurut Eriyanto (2002: 230) sekurangnya ada empat efek Framing antara lain sebagai berikut:
1. Framing mendefinisikan realitas tertentu dan melupakan definisi lain atas realitas.
Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam
bentuk yang sederhana, mudah dipahami dan dikenal khalayak. (Eriyanto, 2002, hal. 230)
2. Framing yang dilakukan media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. . (Eriyanto, 2002, hal. 230)
3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita. . (Eriyanto, 2002, hal. 230)
4. Framing yang dilakukan media akan menampilkan fakta tertentu dan mengabaikan fakta yang lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang memfokuskan pada satu fakta, menyebabkan fakta lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. . (Eriyanto, 2002, hal. 230)