• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA KEKOSONGAN STOK OBAT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA KEKOSONGAN STOK OBAT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN Skripsi , Juni 2017

AYU PUTU ANGGITA WULANDARI

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA KEKOSONGAN STOK OBAT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

ABSTRAK

Persediaan obat di instalasi farmasi sangat penting untuk menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit, sehingga diperlukan pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien untuk mencegah terjadinya stock out obat di unit instalasi farmasi. Total pembelian obat luar di RSU Puri Raharja pada tahun 2015 sebesar 60,52% dan pada 2016 mencapai 70,18% akibat stock out dari seluruh total pembelanjaan hal tersebut menunjukan bahwa seringnya terjadi stock out obat yang dapat menurunkan mutu pelayanan serta mengancam keselamatan pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor penyebab terjadinya stock out obat dan melakukan upaya pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi deskriptif dan telaah dokumen. Informan penelitian dipilih secara purposive sampling

berdasarkan asas kecukupan dan kesesuaian.

Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan kekosongan stok di instalasi farmasi diantaranya faktor distributor yaitu kejadian dimana kantor pusat mengalami kekosongan serta keterlambatan dalam pengiriman,faktor kebijakan yaitu terdapat pembatasan jumlah pemesanan untuk obat tertentu pada satu periode dan faktor yang terakhir adalah faktor pengadaan yang menggunakan perkiraan dan pengalam dalam menentukan jumlah pemesanan.

Secara umum terdapat tiga faktor yang dapat melatarbelakangi kejadian kekosongan stok di instalasi farmasi, sehingga upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu melakukan training kepada staf untuk menyamakan persepsi tentang manajemen pengelolaan obat, membuat form evaluasi distributor serta melakukan perhitungan dengan metode EOQ dan ROP dalam melakukan kegiatan pengadaan.

(2)

THE UNDERLYING FACTORS OF MEDICINE STOCK OUT AND THE CONTROLLING EFFORTS IN PHARMACEUTICAL INSTALLATION OF

PURI RAHARJA HOSPITAL ABSTRACT

A sufficient supply of medicine in pharmaceutical installation is important in order to maintain quality service and patient's safety in hospitals; thus, an effective and efficient supply management is needed to prevent medicine stock-out in pharmaceutical installation. The total purchase of medicine in Puri Raharja Hospital in 2015 is 60.52%, reaching 70.18% in 2016 as a result of stock out from total purchasing, this shows that medicine stock-out happens frequently, which in return, reduces service quality and threatens the patient's safety. The aims of this study are to find out the underlying factors that cause medicine stock-out and to make efforts in order to control medicine supply in pharmaceutical installation of Puri Raharja Hospital

This study uses qualitative descriptive method. The data is collected through the following methods: thorough interview, descriptive observation and document review. Informants are chosen by purposive sampling based on the principle of adequacy and suitability.

Based on the results, there are three factors that causes stock -out in pharmaceutical installation: distributor factor specifically the main office go through out of stock condition and delays in deliveries, policy factor specifically restrictions in ordering certains drugs on certains period, and procurement factor that using random estimation in determine the amount of procurement medicines.

In general, there are three factors that underlies stock-out in pharmaceutical installation, thus the following control efforts can be carried out: providing training for staffs in order to set a uniformed perception of medicine management, making distribution evaluation form, as well as computing using EOQ and ROP method in doing procurement.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman judul dengan spesifikasi ... i

Pernyataan persetujuan... ii

Kata Pengantar ... iv

Abstrak ... vi

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel... xiii

Daftar Gambar ...xiv

Daftar Lampiran ... xv

Daftar Singkatan, Lambang Dan Istilah ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 10 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 10 1.4 Tujuan Penelitian... 11 1.4.1 Tujuan Umum ... 11 1.4.2 Tujuan Khusus... 11 1.5 Manfaat Penelitian... 11 1.5.1 Manfaat Praktis ... 11 1.5.2 Manfaat Teoritis ... 12

(4)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Rumah Sakit ... 13

2.1.1 Fungsi Rumah Sakit ... 14

2.1.2 Kegiatan Jasa Rumah Sakit ... 15

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ... 15

2.2.1 Tujuan, Tugas dan Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit... 17

2.3 Manajemen Logistik... 19

2.3.1 Tujuan Manajemen Logistik ... 20

2.3.2 Fungsi Manajemen Logistik... 21

2.4 Manajemen Persediaan Rumah Sakit ... 23

2.4.1 Perencanaan Persediaan ... 25

2.4.2 Pengadaan Persediaan ... 27

2.4.3 Penerimaan dan Penyimpanan Persediaan ... 27

2.4.4 Penyaluran/Pendistribusian Persediaan... 29

2.4.5 Pengawasan Persediaan ... 29

2.4.6 Pengendalian Persediaan ... 30

2.5 Stock Out ... 34

2.6 Sumber Daya Manusia ... 35

2.7 Prosedur... 36

(5)

2.9 Distributor ... 37

2.10 Dana ... 38

2.11 Lingkungan Kerja... 38

2.12 Stock Opname ... 39

2.13 Penelitian Terdahulu ... 39

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 42

3.1 Kerangka Konsep ... 42

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 43

BAB IVMETODE PENELITIAN... 48

4.1 Karakteristik Penelitian ... 48

4.1.1 Rancangan Penelitian ... 48

4.1.2 Teknik Pengambilan Informan... 48

4.1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 50

4.1 Peran Peneliti... 50

4.2 Strategi Pengumpulan Data ... 51

4.3 Analisis Data ... 52

4.4 Strategi Validitas Data ... 53

BAB VHASIL PENELITIAN ... 55

5.1 Gambaran Umum Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja ... 55

5.2 Riwayat Penelitian... 57

5.3 Karakteristik Informan ... 58

(6)

5.4.1 Sumber Daya Manusia ... 60 5.4.2 Anggaran ... 64 5.4.3 Prosedur... 66 5.4.4 Kebijakan ... 69 5.4.5 Distributor ... 70 5.4.6 Lingkungan Kerja... 73

5.5 Gambaran Proses Manajemen Pengelolaan dan Persediaan Obat ... 74

5.5.1 Perencanaan Persediaan ... 74 5.5.2 Pengadaan Persediaan ... 76 5.5.3 Pengawasan Pengendalian... 78 5.5.4 Pengendalian Persedian ... 79 5.5.5 Stock Opname ... 80 5.5.6 Kekosongan Stok... 83 BAB VIPEMBAHASAN ... 85

6.1 Hambatan dan Upaya Pengendalian Persediaan ... 85

6.1.1 Faktor Yang Melatarbelakangi Kekosongan Stok ... 85

6.2 Hambatan Dalam Manajemen Pengelolaan dan Perbekalan Farmasi ... 90

6.3 Upaya Pengendalian ... 94

BAB VIISIMPULAN DAN SARAN... 98

7.1 Simpulan... 98

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 44 Tabel 5.1 Karakteristik Informan Penelitian ... 72 Tabel 5.2 Jumlah Staf Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja Tahun 2016 ... 73

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Total Pembelian Obat Luar di Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja

Tahun 2015 ... 7

Gambar 1.2 Total Pembelian Obat Luar di Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja Tahun 2016 ... 7

Gambar 2.1 Siklus Pengelolaan Bidang Logistik... 21

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 42

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Ethical Clearence

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Rekomendasi Penelitian RSU Puri Raharja Lampiran 3 Lembar Permohonan menjadi Responden

Lampiran 4 Lembar Informasi Wawancara Mendalam

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Untuk Kepala Instalasi Farmasi, Apoteker Pendamping dan Kepala Pengelola Gudang Farmasi

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Untuk Distributor Lampiran 7 Pedoman Observasi

(11)

DAFTAR SINGKATAN, LAMBANG DAN ISTILAH

Daftar Lambang % : Persen & : Dan Daftar Singkatan

DOEN : Daftar Obat Essensial Nasional Depkes : Departemen Kesehatan

EOQ : Economic Order Quantity

IFRS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi PFT : Panitian Farmasi dan Terapi PBF : Perusahaan Besar Farmasi

UU : Undang-Undang

Permenkes / PMK : Peraturan Menteri Kesehatan ROP : Re-Order Point

RSU : Rumah Sakit Umum

SIPA : Surat Izin Praktek Apoteker SMF : Staf Medis Fungsional

SOP/SPO : Standard Operational Procedur / Standar Prosedur Operasional

Daftar Istilah

Buffer Stock : Stok pengaman untuk menghindari kemungkinan kekurangan persediaan

Cito : Pemesanan yang dilakukan secara insidental dan barang harus dikirim hari itu juga

(12)

Lead Time

: Waktu tunggu pemesanan obat, dari pemesanan obat dilakukan

hingga datang

Stock Out : Kekosongan stok

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, pada pasal satu disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada bab 5 pasal 7 poin pertama menyatakan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Keenam hal tersebut merupakan hal yang saling berkaitan dan saling menunjang kebutuhan pada tiap unit pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah sakit (Kementerian Kesehatan, 2009).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 51 tahun 2009 disebutkan bahwa pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi ini dinilai sangat penting untuk selalu tersedia pada unit farmasi karena ketersediaan obat pada farmasi berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan pasien. Menurut Suciati dan Adi Sasmito (2006) dikatakan bahwa pelayanan farmasi merupakan revenue center atau pusat pendapatan dalam rumah sakit hal tersebut

(14)

mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi.

Salah satu pelayanan pelaksanaan farmasi adalah pengelolaan obat dimana kompetensi penting yang wajib dimiliki seorang apoteker dalam pengelolaan obat yaitu memiliki kemampuan membuat perencanaan, penganggaran pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan serta melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat yang efektif dan efisien dalam rangka pelayanan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan jaminan mutu. Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan perencanaan jumlah kebutuhan obat bisa dicapai dengan melibatkan tim dan kombinasi dari berbagai metode (Maimun, 2008).

Tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan mewajibkan adanya perluasan paradigma menjadi paradigma yang berorientasi pada pasien (patient oriented). Pelayanan yang berorientasi kepada pasien ini mewajibkan pelayanan kefarmasian dapat meningkatkan mutu dalam pengelolaan dan kefarmasian klinis di rumah sakit. Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian pemerintah mengeluarkan Permenkes No. 58 tahun 2014 yang meneyebutkan bahwa pengendalian mutu kefarmasian meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dimana salah satunya untuk

(15)

mencegah terjadinya kekosongan obat (stock out) obat di perbekalan farmasi pada saat dibutuhkan.

Menurut penelitian Academy of Managed Care Pharmacy (AMCP) mengenai The Reality of Drugs Shortages (2010) dimana respondennya mayoritas berprofesi sebagai kepala farmasi/apoteker, diperolah hasil bahwa kekosongan obat dapat mengakibatkan 55,5% kelalaian, 54,8% kesalahan dosis, 34,8% kesalahan obat, 70,8% perawatan tertunda dan 38% mengakibatkan keluhan pasien (Ajrina, 2015) Dari penelitian diatas dapat dilihat bahwa persentase tertinggi akibat dari stock out obat berdampak pada perawatan yang tertunda sehingga dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Menurut hasil penelitian Mellen & Pudjirahardjo (2013) yang berjudul Faktor Penyebab dan Kerugian Akibat Stockout dan Stagnant Obat di Unit Logistik Obat RSU Haji Surabaya mengatakan bahwa metode perencanaan yang digunakan oleh RSU Haji Surabaya adalah metode konsumsi dimana metode yang dilakukan belum lengkap apabila dibandingkan dengan langkah metode konsumsi menurut Quick (1997) yang menggunakan perhitungan trend dan menentukan kwanta atau paket pembelian terbaik berdasarkan data untuk menghindari risiko stockout dan stagnant obat serta mendapatkan laba terbaik.

Berdasarkan hasil penelitian Amiati Pratiwi (2009) dalam peneliitian (Ajrina, 2015) dijelaskan mengenai Stock Out Obat di Gudang Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada Triwulan I tahun 2009 terdapat sebanyak 5,70% jumlah permintaan obat yang tidak terlayani dari gudang logistik ke depo farmasi di rumah sakit. Permintaan yang tidak terlayani ini disebabkan karena obat memang tidak tersedia di gudang ataupun terjadinya stock out obat di gudang logistik

(16)

yaitu barang yang diminta tersedia namun tidak mampu memenuhi seluruh permintaan atau barang sedang tidak tersedia sama sekali.

Hal – hal tersebut juga terjadi di Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja. Berdasarkan pengalaman magang, wawancara serta observasi seringnya terjadi kekosongan obat (stock out) pada unit instalasi farmasi di RSU Puri Raharja. RSU Puri Raharja meupakan rumah sakit swasta yang dikelola oleh PT Yayasan Kesejahteraan KORPRI Provinsi Bali, dan atas Ijin Menteri Kesehatan RI No 0222/YANMED/RSKS/PA/SK/1991 Rumah Sakit Umum Puri Raharja berada dibawah badan usaha PT. Puri Raharja dalam bentuk unit pelayanan rumah sakit dalam bentuk Unit Pelayanan Rumah Sakit Umum Puri Raharja (Profil RSU Puri Raharja, 2006).

Hampir seluruh pelayanan yang ada di RSU Puri Raharja memerlukan obat-obatan untuk menunjang tiap-tiap pelayanan, dimana untuk penyediaan obat RSU Puri Raharja memiliki Instalasi Farmasi yang betugas untuk menyediakan dan mendistribusikan segala jenis obat yang dibutuhkan oleh tiap-tiap pelayanan yang dimiliki oleh RSU Puri Raharja. Dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/19991 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit (RS), menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Puri Raharja meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian. Untuk proses produksi belum

(17)

dilakukan mengingat sarana dan prasarana yang belum memadai (Pedoman Pelayanan Kefarmasian RSU Puri Raharja, 2014).

Dari hasil observasi di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja pada program magang sebelumnya permasalahan yang teridentifikasi yaitu dokter sering menulis resep obat diluar formularium yang disediakan oleh unit instalasi farmasi sehingga sering terjadi stok kosong pada obat yang diresepkan, yang kedua terjadinya kekosongan stok obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi akibat kekosongan stok pada distributor ketika pihak instalasi farmasi melakukan pemesanan dan Instalasi Farmasi tidak bisa melakukan persediaan selama satu bulan akibat keterbatasan cash flow RSU Puri Raharja. Dari hasil USG untuk menentukan prioritas masalah di unit Instalasi Farmasi diketahui bahwa terjadi kekosongan stok obat dan alat kesehatan kosong di Instalasi Farmasi akibat kekosongan stok pada distributor ketika pihak instalasi farmasi melakukan pemesanan menjadi prioritas masalah di unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja

Kejadian stock out obat pada Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja mengakibatkan terjadinya penundaan perawatan dimana apabila instalasi farmasi mengalami stock out obat maka diperlukan analisis terlebih dahulu apakah obat yang diperlukan dalam keadaan mendesak atau tidak. Apabila obat yang dibutuhkan mendesak maka pihak Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja akan segera membeli obat yang dibutuhkan ke Apotik maupun rumah sakit lain, namun apabila obat yang dibutuhkan tidak dalam keadaan mendesak maka obat akan dipesan melalui PBF yang telah melakukan kerja sama dengan pihak rumah sakit. Keputusan apakah obat yang dibutuhkan mendesak atau tidak ditetapkan oleh Kepala Instalasi Farmasi RSU

(18)

Puri Raharja. Tingginya kejadian stock out obat di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja dapat dilihat dengan melihat data pembelian obat di luar yaitu pembelian obat selain dari distributor obat yang telah melakukan kerja sama dengan RSU Puri Raharja.

Dalam penelitian yang dilakukan (Utari, 2014) dengan judul Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode Analisis ABC, Metode

Economic Order Quantity (EOQ), Buffers Stock dan Re-Order Point (ROP) Di Unit Gudang Farmasi RS Zahirah, kekosongan stok sering terjadi dimana gudang farmasi pernah membeli sebanyak 164 jenis obat ke apotek luar pada triwulan I yaitu pada bulan Januari-Maret tahun 2014. Hal tersebut dapat menyebutkan bahwa terdapat 164 jenis obat yang tidak dapat disediakan dalam jumlah yang diminta pada waktu yang dibutuhkan sehingga pihak gudang farmasi harus membeli secara cito ke apotek luar. Hal tersebut tentu saja dapat merugikan rumah sakit karena pembelian obat di luar rumah sakit akan lebih mahal dibandingkan dengan membeli ke distributor.

Pembelian obat luar oleh pihak instalasi farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien, dimana harga obat yang dibeli di apotek maupun rumah sakit lain akan lebih mahal dibandingkan dengan membeli langsung pada distributor yang telah melakukan kerja sama. Pembelian obat ke luar ini juga menyebabkan penundaan perawatan kepada pasien yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan di RSU Puri Raharja.

Berikut adalah grafik total pembelian obat luar akibat stock out obat di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja tahun 2015 & 2016 :

(19)

Gambar 1.1 Total Pembelian Obat Luar di Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja Tahun 2015

Gambar 1.2 Total Pembelian Obat Luar di Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja Tahun 2016

Sumber : Laporan Pembelian Obat Luar Unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja Tahun 2015 & 2016 (data diolah)

Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa tiap bulannya yaitu dari bulan Januari – Desember pada tahun 2015 unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja selalu melakukan pemesanan obat secara cito akibat dari stock out yang terjadi di instalasi farmasi. Dan juga pada gambar 1.2 dapat dilihat bahwa tahun 2016 Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja juga melakukan pembelian obat luar tiap bulannya, terlebih pada bulan Juli Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja melakukan pembelian obat luar hingga Rp. 109,801,139 dimana total pembelian obat bulan Juli didominasi oleh pembelian obat Vitamin B komplek sebanyak 5000 tablet sehingga total pembelian

(20)

obat luar Vitamin B Komplek pada bulan Juli tahun 2016 mencapai total Rp 87,500,000. Dari data yang didapat terlihat bahwa terjadi kenaikan total pembelian obat luar dimana pada tahun 2015 total pembelian obat luar sebesar Rp.89,045,294 dan pada tahun 2016 total pembelian obat luar pada unit Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja sebesar Rp. 293,162,180.69.

Sedangkan pembelian obat yang dibeli dari rekanan pada tahun 2015 total pembelian obat sebesar Rp. 6,502,422,629 dimana pembelian obat tebannyak terjadi dengan distributor PT Enseval Putra Megatrading dengan pembeliaan obat sebesar Rp. 1,547,610,613. Sedangkan pada tahun 2016 pihak Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja melakukan pembelian obat yang dibeli dari rekanan adalah sebesar Rp. 6,617,858,976, dimana pembelian obat terbanyak dilakukan dari distributor PT Tempo dengan total pembelanjaan sebesar Rp. 1,396,224,505.

Berdasarkan data pembelian obat luar pada tahun 2015 sebanyak 60,52% atau sebesar Rp. 89,045,294 dari total pembelian obat luar. Sedangkan pada tahun 2016, sebanyak 70,18% atau sebesar Rp. 205,743,644 dari total pembelian dilakukan akibat stock out obat pada unit instalasi farmasi sedangkan sisanya yaitu sebesar 20,72% diakibatkan karena obat yang memang tidak disediakan di instalasi farmasi dan juga pembelian obat baru maka terjadi peningkatan pembelian obat luar sebesar 9,66% dari tahun 2015 hingga tahun 2016. Oleh karena itu dibutuhkan pengendalian persediaan yang lebih baik untuk menekan angka pembelian obat luar sehingga mengurangi kerugian pada rumah sakit dan juga menjaga mutu pelayanan kesehatan.

(21)

Menurut Rangkuti dalam Ajrina (2015) bahwa pendekatan manajemen persediaan dapat diterapkan pada usaha yang membutuhkan persediaan barang-barang untuk dijual. Dengan tujuan untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan atau memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen. RSU Puri Raharja sebagai rumah sakit yang menyediakan obat untuk menunjang pelayanannya memiliki misi dimana salah satu misinya yaitu “Penyelanggaran Rumah Sakit yang efektif dan efisien bermutu sejalan denggan perkembangan IPTEK di bidang kesehatan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat dengan berpegang teguh pada etika profesi”. Dimana salah satu harapan dari RSU Puri Raharja sendiri yaitu menggunakan dana dengan seefektif dan seefisien mungkin. Karena apabila rumah sakit menggunkan dana terlalu besar dalam persediaan maka akan menyebabkan biaya-biaya yang berlebihan, sedangkan apabila rumah sakit tidak memiliki persediaan yang cukup yang dapat memenuhi permintaan maka akan timbul biaya akibat kekurangan persediaan sehingga dana rumah sakit tidak digunakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan misi dari RSU Puri Raharja.

Untuk melaksanakan penyelenggaraan rumah sakit yang efektif dan efisien perlu diteliti lebih dalam apa saja penyebab dari stock out yang terjadi di Instalasi RSU Puri Raharja. Dengan mengetahui penyebab terjadinya stock out dapat memberi informasi kepada rumah sakit untuk memperbaikinya serta mempermudah pihak rumah sakit dalam mengendalikan kejadian stock out di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya stock out obat dan menentukan

(22)

upaya pengendalian yang paling tepat untuk mengurangi terjadinya stock out di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja dengan judul penelitian “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stock Out Obat Dan Upaya Pengendaliannya Di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja”.

1.2 Rumusan Masalah

Pada uraian latar belakang diketahui bahwa total pembelian obat luar di RSU Puri Raharja pada tahun 2015 sebesar 60,52% dan pada 2016 mencapai 70,18% akibat stock out dari seluruh total pembelanjaan dan diketahui pula terjadi peningkatan obat luar sebesar 9,66% dari tahun 2015 ke tahun 2016. Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan kejadian stock out obat dapat menurunkan mutu pelayanan serta mengancam keselamatan pasien. Masalah tersebut perlu dikendalikan dengan meneliti faktor yang melatarbelakangi dari kejadian stock out

tersebut dan mengupayakan pengendaliannya.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apa saja yang menjadi faktor-faktor yang melatarbelakangi kejadian stock out obat dan upaya apa yang dapat dilakukan sebagai usaha pengendalian persediaan di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja ?

(23)

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor - faktor yang melatarbelakangi terjadinya stock out obat dan melakukan upaya pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran input dari manajemen pengelolaan dan persediaan obat yang terdiri dari SDM, anggaran, prosedur, kebijakan, distributor, dan lingkungan kerja di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja 2. Untuk mengetahui gambaran proses kegiatan manajemen pengelolaan dan

persediaan obat yang terdiri dari perencanaan, pengadaan, pengawasan, pengendalian persediaan, kekosongan stok serta stock opname di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja.

3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya pengendalian persediaan yang baik bagi Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Laporan ini dapat memberi informasi kepada RSU Puri Raharja mengenai faktor penyebab terjadinya stock out obat serta upaya pengendaliannya, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi dalam melakukan pengelolaan persediaan obat di Instalasi Farmasi RSU Puri Raharja

(24)

1.5.2 Manfaat Teoritis

Bagi peneliti dapat menambah pengalaman dalam mengenalasis faktor penyebab stock out obat di instalasi farmasi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan Administrasi Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai faktor penyebab stock out obat dan upaya pengendaliannya. Dimana sasaran dari penelitian ini adalah unit Instalasi Farmasi di RSU Puri Raharja.

Gambar

Gambar  1 . 1 Total  Pembelian  Obat Luar  di  Unit  Instalasi  Farmasi  RSU Puri  Raharja  Tahun  2015

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURAKARTA TAHUN 2013.. Semakin meningkatnya tuntutan

Pengelolaan data stok obat di instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) Permata.. Medika masih dilakukan secara manual sehingga dirasa kurang efektif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran Amurang belum sesuai standar pelayanan farmasi Rumah Sakit berdasarkan

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan bisa dilihat banyaknya pendapatan instalasi farmasi yang keluar terjadi karena faktor internal dan eksternal misalnya

Selama proses penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Obat Dikaitkan dengan Kemampuan – Kemauan Membayar Konsumen Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Perencanaan obat merupakan bagian dari proses kegiatan pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan

Pendistribusian dilakukan setiap hari.Pendistribusian obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Malingping merupakan kegiatan penyaluran