• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI KABUPATEN (IFK) Y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENGELOLAAN OBAT KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI KABUPATEN (IFK) Y"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT KADALUARSA

DI INSTALASI FARMASI KABUPATEN (IFK) “Y”

JURNAL

Disusun oleh :

ENDANG SARWIJIYATI F. 904.017.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(STIKES) DUTA GAMA KLATEN

2019

(2)

ii

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI KABUPATEN (IFK) “Y”

INTISARI

Endang Sarwijiyatialiflaks@gmail.com1, M.Nur Khamid2, Shesanthi Citrariana3

Manajemen pengelolaan obat salah satunya adalah penentuan kadaluwarsa obat. Obat yang sudah melewati masa kadalursa dapat membahayakan karena berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Tidak semua obat-obatan yang ada di instalasi farmasi langsung didistribusikan kepada pasien. Obat-obat-obatan yang belum didistribusikan kepada pasien disimpan terlebih dahulu. Penyimpanan obat yang terlalu lama dapat mengakibatkan obat menjadi kadaluarsa Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengelolaan obat kadaluarsa di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Y. Objek dalam penelitian ini adalah semua jenis obat yang tersimpan di Instalasi Farmasi Kabupaten Y. Teknik sampling menggunakan Total Sampling, sampel penelitian ini adalah obat yang tersimpan di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Y. Periode Januari - Desember 2018. Instrumen yang akan dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah lembar observasi, dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan mendiskripsikan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan selama bulan Januari - Desember tahun 2018 persentasi obat kadaluwarsa di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Y Tahun 2018 adalah 8 jenis obat 1,85%. Obat yang paling banyak jumlah kadaluwarsanya adalah Chlorpromazine 100 mg yaitu 600 box, Albendazole 400 mg 229 box dan Metronidazole 250 mg 240 box. Cara pemusnahan obat kadaluarsa di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Y pada bulan Januari-Desember 2018 obat diberikan kepada pihak ketiga.

Kata Kunci : Pengelolaan obat, Kadaluarsa, Instalasi Farmasi Kabupaten 1 Mahasiswa STIKES Duta Gama Klaten

2 Pembimbing I 3 Pembimbing II

(3)

iii

EVALUATION OF PROSPEROUS DRUG MANAGEMENT IN DISTRICT PHARMACY INSTALLATION “Y”

ABSTRACT

Endang Sarwijiyatialiflaks@gmail.com1, M.Nur Khamid2, Shesanthi Citrariana3

One of the management of drug management is the determination of drug expiration. Drugs that have passed through the period can be obtained endanger because of the reduced stability of the drug and can cause toxic effects (poisons). Not all medicines in pharmacy installations are directly distributed to patients. Medicines that have not been distributed to patients are stored first. Storage of drugs that are too long can cause the drug to expire The purpose of this study was to determine the management of expired drugs in District Pharmacy Installation Y.

The objects in this study were all stored in the District Pharmacy Installation Y. The sampling technique uses Total Sampling, this research sample is a drug stored in the District Pharmacy installation (IFK) Y Period January-December 2018. The instrument that will be used in data collection is the observation sheet, in this study data analysis was carried out by describing the percentage.

The results showed that during the month of January-December 2018 the percentage of drugs expired in the District Pharmacy (IFK) Y in 2018 was 8 types of drugs 1.85%. The drugs with the most expiration date were Chlorpromazine 100 mg, 600 boxes, Albendazole 400 mg 229 boxes and Metronidazole 250 mg 240 boxes. Ways to destroy drugs expired at the District Pharmacy (IFK) Y in January-December 2018 the drug is given to third parties.

Keywords: Drug management, Expiration, District Pharmacy Installation 1 Student STIKES Duta Gama Klaten

2 Supervisor I 3 Supervisor II

(4)

1

PENDAHULUAN

Pemakaian obat banyak sekali yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Pengertian obat itu sendiri merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu, pada saat sebelum penggunaan obat harus diketahui sifat dan cara pemakaian agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tentang obat, utamanya obat bebas dapat diperoleh dari etiket atau brosuryang menyertai obat tersebut. Apabila pasien kurang memahami isi informasi dalam etiket atau brosur obat, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan (Depkes, 2007).

Pentingnya obat untuk pelayanan kesehatan sehingga diperlukan manajemen yang tepat. Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatansecara keseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit dan masyarakat, baiksecara medik, sosial maupun secara ekonomi. Pengelolaan obat yang baik dimaksudkan agar obat yang diperlukan senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang terjamin (Santoso dan Danu, 2009).

Manajemen pengelolaan obat salah satunya adalah penentuan kadaluwarsa obat. Obat yang sudah melewati masa kadalursa dapat membahayakan karena berkurangnya

(5)

2 stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun, sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat yang belum kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama, hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat di dalam obat tersebut rusak (BPOM, 2009).

Instalasi farmasi salah satunya adalah Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK)/ Kota yang melaksanakan distribusi obat ke Puskesmas dan di wilayah kerjanya sesuai kebutuhan masing-masing Unit Pelayanan Kesehatan. Keberadaan Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) belum mampu

menjawab

permasalahan-permasalahan pengelolaan obat yang ada. IFK di setiap daerah belum mampu memenuhi kebutuhan obat untuk masyarakat yang ada diwilayahnya (BPOM, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Herman dan Handayani (2009) masih ditemukan permasalahan pengelolaan obat publik dibeberapa daerah, diantaranya: masih tingginya tingkat kekosongan beberapa jenis obat tertentu sementara di sisi lain ditemukan pula jenis obat tertentu yang mengalami penumpukan, meningkatnya jumlah obat kadaluarsa dan rusak, serta adanya duplikasi obat yang tidak perlu terutama untuk obat golongan antibotik.

Tidak semua obat-obatan yang ada di instalasi farmasi rumah sakit langsung didistribusikan kepada

(6)

3 pasien. Obat-obatan yang belum didistribusikan kepada pasien disimpan terlebih dahulu. Penyimpanan obat yang terlalu lama dapat mengakibatkan obat menjadi kadaluarsa. Obat-obatan yang telah kadaluarsa ini harus dikelola dengan baik agar tidak merugikan masyarakat. Hasil penelitian Nuraini (2011) menunjukkan hasil peneliian Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011 analisa jumlah obat keseluruhan yang kadaluarsa yaitu sebesar 0,000347%. Obat kadaluarsa berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu sediaan tablet sebesar 96,89%; injeksi 1,76%; alat kesehatan 0,25%; syrup 1,02%; dan infus 0,08%.

Hasil studi pendahuluan di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Y tahun 2018 didapatkan hasil bahwa belum ada pelaporan pasti tentang

jumlah obat kedaluwarsa di IFK Y, sudah ada SOP tentang obat kadaluarsa tetapi belum dijalankan dengan baik terutama prosedur pemusnahan yang diserahkan pada pihak ketiga. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Evaluasi Pengelolaan Obat Kadaluarsa Di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) Y ”.

METODE

Objek dalam penelitian ini adalah semua obat yang tersimpan di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y”. Teknik sampel menggunakan

Total Sampling. Sampel penelitian

ini adalah obat yang tersimpan di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” Periode Januari - Desember

(7)

4 2018. Variabel penelitian ini ada variabel tunggal yaitu pengelolaan obat kadaluarsa Periode Januari- April 2019 meliputi jumlah obat kadaluarsa, jenis obat dan cara pemusnahan obat kadaluarsa. Definisi operasional meliputi Pengelolaan obat kadaluarsa yang dilakukan di instalasi farmasi yang meliputi : jumlah obat kadaluarsa, jenis obat dan cara pemusnahan obat kadaluarsa.

Instrumen yang akan dipakai dalam pengambilan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dimana pada penelitian ini peneliti melakukan observasi secara langsung pada obat yang tersimpan di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) meliputi tanggal kadaluarsa dan jenis obat yang kadaluarsa. Hasil pengamatan tersebut dimasukkan ke dalam lembar observasi. Dalam

penelitian ini analisis data dilakukan dengan membuat persentase jumlah obat yang kadaluarsa di IFK dan persentase jenis obat yang kadaluarsa. Sedangkan cara pemusnahan obat kadaluarsa dianalisis dengan mendiskripsikan langkah-langkah yang dilakukan di IFK periode Januari - Desember 2018.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian telah dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Boyolali berdasarkan stok pada bulan Januari - Desember tahun 2018 untuk mengetahui kategori obat

fast moving dan slow moving studi

kasus arsip Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2018. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :Penelitian telah dilakukan di Dinas Kesehatan

(8)

5 Kabupaten “Y” berdasarkan stok pada bulan Januari-Desember 2018 untuk mengetahui tentang pengelolaan obat kadaluarsa di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” Tahun 2018. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:Jumlah obat kadaluarsa di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y”

Tabel 1. Jumlah obat kadaluarsa di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” Kategori Stok total % Kadaluarsa 8 1,85 Tidak kadaluwarsa 425 98,15 Jumlah 433 100

Hasil penelitian menunjukkan selama bulan Januari -Desember tahun 2018 persentasi obat kadaluwarsa di Dinas Kesehatan Kabupaten “Y” Tahun 2018 adalah 8 jenis obat 1,85%. Sisanya 425 jenis obat 98,15% adalah obat yang layak digunakan.

Hasil penelitian apabila dijadikan diagram adalah sebagai berikut :

Grafik 1. Jumlah obat kadaluarsa Jenis obat kadaluarsa di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y”

Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa 8 obat yang kadaluwarsa adalah :

Tabel 2 Obat farmasi yang kadaluwarsa di instalasi farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten “Y”

Nama obat Satuan Jumlah Harga Tanggal Kadaluarsa MDT PB Combi

Adult

Box / 6 6 75.414 10 Maret 2018

Box / 6 6 75.414 17 Juli 2018 Acetosal 100 mg Box / 100 1 71.500 15 Maret 2018 Chlorpromazine 100 mg Box / 100 600 8.820.000 17 Maret 2018 Metronidazole 250 mg Box / 100 240 2.256.000 23 Maret 2018 Halloperidol Injeksi 5 mg/ml Ampul 18 112.500 30 April 2018 RDT (Combo) Malaria

Kit Test 100 1.976.000 30 April 2018

Albendazole 400 mg Box / 30 532 4.596.480 10 Agustus 2018 Fenofibrat 100 mg Box / 30 15 482.850 14 September 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang paling banyak jumlah kadaluwarsanya adalah Chlorpromazine 100 mg yaitu 600

(9)

6 box, Albendazole 400 mg 532 box dan Metronidazole 250 mg 240 box. Cara pemusnahan obat kadaluarsa di instalasi Farmasi

Kabupaten (IFK) “Y” pada bulan Januari-Desember 2018 obat diberikan kepada pihak ketiga. Pihak ketiga dalam penelitian ini adalah Instasi Swasta yang memiliki sertifikat dan ijin pemusnahan. instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” akan mendapatkan berita acara penyerahan obat kadaluarsa dan keterangan pemusnahan obat.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan selama bulan Januari -Desember tahun 2018 persentasi obat kadaluwarsa di Dinas Kesehatan Kabupaten “Y” Tahun 2018 adalah 8 jenis obat 1,85%. Persentase kadaluarsa tertinggi adalah pada

bulan Maret 2018. Kadaluarsa dapat diartikan, masa habisnya berlaku sebuah produk untuk dikonsumsi. Selama disimpan baik dan benar, maka masa kadaluarsa dapat menyesuiakan dengan tanggal yang tertera dalam sebuah produk. Ketika produk disimpan tidak disuhu yang tepat bisa mempercepat kadaluarsa. (Suratmono,2016). Masa kadaluarsa atau expired date menurut PP Menkes no.72 , Th 2016 rata-rata 2 tahun setelah pembuatan.

Obat kaduluwarsa di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” dikarenakan rendahnya permintaaan dari Puskesmas sehingga menjadi kaduluwarsa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Chlorpromazine 100 mg meupakan obat yang paling

banyak kadaluwarsa.

Chlorpromazine adalah obat obat untuk menangani gejala psikosis

(10)

7 pada skizofrenia (gangguan jiwa). Selain untuk mengatasi gejala psikosis, chlorpromazine juga digunakan untuk menangani mual, muntah, dan cegukan yang tidak kunjung berhenti. Pendeita gangguan jiwa di Kabupaten “Y” tidak banyak dan untuk mengatasi mual-muntah terdapat obat alternatif lainnya sehingga penggunaan atau permintaan chlorpromazine di puskesmas sangat terbatas. Hal ini menimbulkan stok menunpuk dan mengalami kadaluwarsa. Chlorpromazine di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” memiliki catatan khusus dan memiliki tempat penyimpanan khusus.

Albendazole 400 mg juga merupakan obat yang banyak kadaluwarsa. Albendazole adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang

disebabkan oleh cacing seperti cacing pita jenis tertantu. Selin itu, obat ini bisa digunakan untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing cambuk, dan cacing gilig. Infeksi cacing di Kabupaten “Y” bukan termasuk 10 besar penyakit dan tidak banyak dialami masyarakat sehingga penggunaan atau permintaan dari Puskesmas Albendazole juga tidak banyak.

Metronidazole 250 mg juga termasuk pada obat yang banyak jumlah kadaluwarsanya. Metronidazole adalah obat antimikroba yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi

yang disebabkan oleh

mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob. Kedua jenis organisme ini dapat hidup dan berkembang biak tanpa bantuan oksigen. Mereka sering menyebabkan infeksi pada

(11)

8 bagian tubuh seperti rongga perut, rongga panggul, dan gusi. Metronidazole sering diresepkan dokter kepada pasien sebelum menjalani operasi usus dan operasi pada sistem reproduksi wanita. Penggunaan atau permintaan dari Puskesmas termasuk sedikit karena Puskesmas jarang menemukan kasus yang membutuhkan metronidazol tablet. Puskesmas cenderung memilih persediaan berupa salep.

Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” pada dasarnya telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalis adanya stok kadaluarsa yang dilakukan dengan adanya pelaporan stok 6 bulan sebelum kadaluarsa untuk dilakukan monitoring kadaluasa, selain itu setiap 3 bulan di lakukan konfirmasi kepada Puskesmas tentang stok yang akan kadaluarsa.

Cara pemusnahan obat kadaluarsa di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” pada bulan Januari-Desember 2018 obat diberikan kepada pihak ketiga. Pihak ketiga dalam penelitian ini adalah instasi swasta yang memiliki sertifikat dan ijin pemusnahan obat. Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” akan mendapatkan berita acara penyerahan obat kadaluarsa dan keterangan pemusnahan obat. Pihak ketiga yang dipilih sebagai pemusnah obat di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” adalah instanti yang telah memenuhi standar dalam pemusnahan obat dengan teknologi tinggi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu pemusnahan obat adalah dengan pembakaran berteknologi tinggi. Teknologi

incinerator ini adalah salah satu alat

(12)

9 pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi

lingkungan sehingga

pengoperasiannya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995. Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” melakukan penyimpanan obat kadaluwarsa sebelum dimusnahkan adalah disimpan di tempat khusus dan terbisah dari obat lainnya, selain itu obat disimpan dalam kardus atau kontainer plastik tertutup. Hal ini telah sesuai dengan standar yang ada. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Somantri (2013) yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi “X”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

indikator kadaluwarsa menghasilkan persentase sebesar 0,2%. Penelitian lain oleh Nuraini (2011) menunjukkan hasil peneliian Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011 analisa jumlah obat keseluruhan yang kadaluarsa yaitu sebesar 0,000347%. Obat kadaluarsa berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu sediaan tablet sebesar 96,89%; injeksi 1,76%; alat kesehatan 0,25%; syrup 1,02%; dan infus 0,08%.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan selama bulan Januari -Desember tahun 2018 persentasi obat kadaluwarsa di Dinas Kesehatan Kabupaten “Y” Tahun 2018 adalah 8 jenis obat 1,85%. Obat yang paling banyak jumlah kadaluwarsanya adalah Chlorpromazine 100 mg yaitu

(13)

10 600 box, Albendazole 400 mg 532 box dan Metronidazole 250 mg 240 box. Cara pemusnahan obat kadaluarsa di instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” pada bulan Januari-Desember 2018 obat diberikan kepada pihak ketiga. Pihak ketiga adalam penelitian ini adalah produser obat. instalasi Farmasi Kabupaten (IFK) “Y” mendapatkan berita acara penyerahan obat kadaluarsa dan keterangan pemusnahan obat.

(14)

11

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI.2009.Jenis Obat. www.pom.go.id

BPOM RI.2013.Pemusnahan Obat.

www.pom.go.id

Danu, S.S. Santoso, A.P. 2006. Evaluasi Sistem Pengadaan Obat dari Dana APBD Tahun 2001 – 2003 Terhadap Ketersediaan dan Efisiensi Obat. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 09 :

31-41.

Depkes RI. 2004. Pengelolaan Obat. Jakarta: Depkes

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat. Jakarta:

Depkes

Herman dan Handayani. 2009. Gambaran Indikator Evaluasi

Pengelolaan Dan

Pembiayaan Obat Di 20 Puskesmas Sumatera Barat.

Universitas Sumatera Utara

Hidayat. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika

Kep.Men LH No.13/

MENLH/3/1995 Tentang. : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 02396/A/SK/VIII/1986

tentang tanda khusus obat keras

Lukman. 2006. Penyimpanan

Obat-obat. Jakarta: Rineka

Notoatmodjo. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan.

Jakarta:Rineka Cipta.

Nuraini. 2011. Analissis Pengelolaan Obat Kadaluarsa Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011.

https://digilib.uns.ac.id/..

PerMenkes no.72 , Th 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

PerMenkes RI Nomor

949/Menkes/Per/VI/2000 Tentang Penggolongan Obat Priyanto. 2008. Farmakoterapi

Dasar untuk Mahasiswa

Keperawatan dan Farmasi

Jakarta : Leskonfi.

Seto. 2002. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga Press

SK Menkes RI Nomor

2380/A/SK/VI/1983 tentang obat bebas

Somantri. 2013. Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi

Farmasi “X”.

eprints.ums.ac.id/

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: alfabeta

Suratmono. 2016. Expiry Date Vs

(15)

12 https://www.eatbydate.com/b est-before-date-definition/ UU RI No.22 Th 1997 tentang Narkotika UU RI No.5 Th 1997 tentang Psikotropika

Gambar

Tabel 1.  Jumlah  obat  kadaluarsa  di  instalasi  Farmasi  Kabupaten  (IFK) “Y”  Kategori  Stok  total  %  Kadaluarsa  8  1,85  Tidak kadaluwarsa  425  98,15   Jumlah   433  100

Referensi

Dokumen terkait

maka penulis tertarik untuk menulis Tugas Akhir yangberjudul“ Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”5.

Terakhir, disajikan hasil rancangan prosedur pengelolaan obat/alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Myria Palembang, yang merupakan siklus

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib baik

Dinas Kesehatan pada Kabupaten Alor, NTT, memiliki Gudang Instalasi Farmasi yang digunakan untuk menyimpan obat-obatan. Gudang ini memiliki tugas merencanakan kebutuhan,

Posisi instalasi farmasi dari hasil analisis SWOT berada pada posisi kuadran I, strategi yang dapat diterapkan oleh instalasi farmasi RSUD Dr.Moewardi Surakarta dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran Amurang belum sesuai standar pelayanan farmasi Rumah Sakit berdasarkan

Berdasarkan Penelitian yang dilaku- kan, dapat disimpulkan: (1) Perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Lanto Daeng Pasewang dilaksanakan oleh kepala instalasi dan

ketersediaan dana pengadaan obat, presentase penyimpangan perencanaan, frekuensi pengadaan obat, kecocokan laporan stok opname dengan kartu stok, presentase obat