EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PROGRAM MALARIA
DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
OLEH:
APRIL SABRI NASUTION NIM 122410032
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PROGRAM MALARIA DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
APRIL SABRI NASUTION NIM 122410032
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”.
Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Lapangan Kerja (PKL) di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan
dan bimbingan, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi USU.
2. Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
4. Ibu Sri Suriani Purnamawati, S.Si., M.Kes., Apt., selaku kepala Bidang
Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan yang telah memberi izin pelaksanaan
5. Bapak Popi Patilaya, S.Si, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.
7. Seluruh staf dan karyawan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara yang telah membantu selama melaksanakan PKL.
8. Sahabat-sahabat terbaik penulis Surya Ramayani Manurung,Rahma maya
sari, Rahmadhani, Shalihin Amta, Indra Lesmana, yang telah memberikan
semangat, bantuan dan masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda H. Japijor Nasution, S.Pd.I., Ibunda Hj. Hotnida, Kakak penulis Jani
Nasution, S.Kep., Nurse., Septi Novita Nasution Am.Keb., Abang penulis Muhajir
Lelo nasution S.Ps.I., Abdul Gani Jamora Nasution S.Pd.I dan seluruh keluarga
yang telah memberikan dorongan sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak
luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2015
Penulis,
APRIL SABRI NASUTION
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……… i
LEMBAR PENGESAHAN……… ii
KATA PENGANTAR ……… iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 5
2.1 Obat……… 5
2.2 Malaria………... 6
2.2.1 ObatAnti Malaria………. 8
2.3 Pengelolaan ………. 9
3.1 Prosedur……….. 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 23
4.1 Hasil ……… 23
4.2 Pembahasan ……… 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 26
5.1 Kesimpulan ………. 26
5.2 Saran………... 26
DAFTAR PUSTAKA ………... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: SiklusHidupPlasmodium Malaria padaTubuh NyamukAnopheles spp (seksual) danTubuhManusia
(aseksual)………... 29
Lampiran 2: BandinganSelDarahMerah Yang Terinfeksi Plasmodium ………... 30
Lampiran 3………...……... 31
A.Penyesuaian Obat yang di Terima Oleh Petugas……... 31
Lampiran 4………. 31
A.Kondisi Gudang ………... 31
B.Kondisi Penyimpanan Obat Malaria……….... 32
C.Ruang Penyimpanan Obat Khusus………... 32
D.Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin Mutu Obat Selama Penyimpanan………. 33
Lampiran 5………. 34
A.Transportasi yang Tersedia Untuk Penditribusian……... 34
B.Tabel Daftar Distribusi Obat………. 35
C.Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)……….... 36
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, karena obat
dapat menyelamatkan kehidupan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Obat
merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan.
Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi
manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi
pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Pada
umumnya obat dapat disimpan pada suhu kamar. Akan tetapi beberapa injeksi
seperti Oksitosin memerlukan suhu penyimpanan antara 4-8 0C , agar mutu dapat
bertahan sampai dengan tanggal kadaluwarsa yang tertera pada label. Selain
penting obat mempunyai karakteristik tersendiri dalam proses penyimpanannya.
Untuk menjaga kualitas obat diperlukan tempat penyimpanan obat yang sesuai
dengan karakteristik masing-masing jenis obat. Vaksin memerlukan tempat
penyimpanan dengan range suhu 0-7 0C (Cold Chain). Untuk tablet dan kapsul
dapat disimpan di suhu kamar. Sedangkan untuk tablet salut dan larutan oralit
memerlukan dengan kelembaban rendah (DepKes RI, 2005).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam dan luar guna mencegah, meringankan, dan
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau
hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni,
2006).
Malaria adalah penyakit yang telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit
tersebut khas, mudah dikenal, dengan demam yang naik turun yang teratur
desertai menggigil. Dahulu, penyakit malaria disebabkan oleh kutukan Dewa
seiring wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar kota Roma. Penyakit malaria
banyak ditemukan didaerah rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya.
Itulah yang menjadi dasar penamaan “malaria”, yang tersusun dari dua kata,
“mal” (buruk) dan “area” (udara) sehingga dapat diartikan bahwa malaria adalah
udara buruk (badair). Abad ke-19, Laveran menemukan “bentuk pisang” (banana
form) dalam darah seorang penderita malaria. Setelah itu diketahui bahwa malaria
disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat
di daerah rawa (Sorontou, 2013).
Pencegahan penyakit malaria dilakukan terhadap perorangan maupun
masyarakat dengan cara sebagai berikut: (Sorontou, 2013).
- Mengobati penderita dan penduduk yang peka dan berdiam di daerah
endemik.
- Mengobati karier malaria dengan menggunakan primakuin, karena agens
tersebut mampu memberantas gametosit malaria. Akan tetapi, hindari
penggunaan obat tersebut secara massal karena efek sampingnya.
- Memberi pengobatanprofilaksis pada individu yang akan memasuki
- Memberatas nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularnya
menggunakan insektisida yang sesuai, dengan cara memusnahkan sarang
nyamuk Anopheles.
- Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu
jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada kulit, jika
berada di luar rumah pada malam hari.
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses
yang merupakan suatu siklus yang dimulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah terjadinya
perbekalan yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat (DepKes RI,
2006).
Penyediaan obat yang cukup akan obat yang tepat dan berkualitas dengan
jumlah yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan sangat dipengaruhi oleh
ketepatan permintaan dari unit pelayanan. Dengan demikian pengelolaan dan
penggunaan obat merupakan suatu siklus yang saling terikat dan tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lain (KemenKes RI, 2012).
Pada pengamatan ini, pengelolaan obat program malaria di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ditetapkan persyaratannya melalui
standar dari Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian.
Dimana persyaratan dalam pengelolaan obat didalam Pedoman Pengelolaan Obat
Publik tahun 2003.
Sehubungan denganpengelolaan obatprogram malaria itu penting bagi
maka penulis tertarik untuk menulis Tugas Akhir yangberjudul“Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengamatan yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah
pengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat
program Malaria di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
memenuhi standar sebagai sarana dan prasarana serta pengelolaan obat atau tidak
berdasarkan PedomanPengelolaan Obat Publik tahun 2003.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pengamatan ini adalah sebagai sumber informasi bagi
lembaga-lembaga instalasi farmasi apakah pengelolaan obat secara penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian obat program Malaria di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memenuhi standar sebagai sarana dan
prasarana pengelolaan obat atau tidak berdasarkan Pedoman Pengelolaan Obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu perlu pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara
berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi
kegiatan perencanaan dan permintaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan
dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan
kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat
jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat
penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan (KemenKes RI,
2011).
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan
dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa,mencegah, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (KemenKes
RI, 2012).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam dan luar guna mencegah, meringankan, dan
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud obat adalah
suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menetukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah/ rohaniah pada manusia atau hewan
2.2 Malaria
Malaria adalah penyakit yang telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit
tersebut khas, mudah dikenal, dengan demam yang naik turun yang teratur
desertai menggigil. Dahulu, penyakit malaria disebabkan oleh kutukan Dewa
seiring wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar kota Roma. Penyakit malaria
banyak ditemukan didaerah rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya.
Itulah yang menjadi dasar penamaan “malaria”, yang tersusun dari dua kata,
“mal” (buruk) dan “area” (udara) sehingga dapat diartikan bahwa malaria adalah
udara buruk (badair). Abad ke-19, Laveran menemukan “bentuk pisang” (banana
form) dalam darah seorang penderita malaria. Setelah itu diketahui bahwa malaria
disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat
di daerah rawa (Sorontou, 2013).
Malaria merupakan penyakit infeksi parasitik yang terpenting didunia, dengan
prakiraan satu miliar orang dalam resiko tertular penyait ini. Setiap tahunnya 2,5
juta penderita meninggal dunia, sebagian anak-anak yang berumur di bawah 5
tahun. Di daerah malria dengan endemisitas tinggi, sebagian besar anak
mengalami lebih dari saatu episode klinik dengan berbagai tingkat keparahan
yang berbeda-beda sebelum mereka mengalami kekebalan parsial (parsial
immunity) terhadap infeksi parasit ini. Terdapat empat spesies parasit malaria pada
manusia, yaitu Plasmodium falsiparum, yang paling banyak menimbulkan
kematian,Plasmodium vivax, P.ovale, P.ovale, P.malariae.Ciri khas morfoligi
Plasmodium falsiparum: gametosit berbentuk pisang
P.vivax: trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi
membesar ukurannya
P.ovale: sel darah merah yang terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi
P.malariae: trofozoid dewasa berbentuk pita (band-from)
Siklus hidup Plasmodium (Lampiran 1) (Sorontou, 2013).
Siklus hidup Plasmodium malaria berlangsung pada manusia dan nyamuk. Parasit
Plasmodiumyang menginfeksi manusia terbagi menjadi empat spesies dan pada
umumnya berlangsung dalam tubuh manusia. Siklus hidup Plasmodiumterbagi
menjadi dua yakni: (Sorontou, 2013).
- Siklus seksual (sporogoni) terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles, sebagai
pejamu atau host definiti.
- Siklus aseksual (skizogoni) terjadi dalam tubuh manusia sebagai pejamu
intermediet.Siklus aseksual terbagi menjadi 2 siklus, yaitu siklus eritrosit
dalam darah (skizogoni eritrosit) dan siklus dalam sel parenkim hati dalam
darah (skizigoni eksoeritrosit)atau stadium jaringan dengan:
- Skizogoni praeritrosit(skizogoni eksoelektrosit primer) setelah sporozoit
masuk dalam sel hati dan
- Skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati. Dengan
demikian, di dalam tubuh manusia, terjadi siklus hidup aseksual yang terdiri atas
empat tahap, yaitu tahap skizogoni, tahap skizogoni eksoeritrositik, tahap
skizogoni eritrositik, dan tahap gametogoni.tahap skizogoni praeritrosit, skizigoni
yangmasuk bersama gigitan nyamuk dan liurnya, mula-mula masuk dan
berkembang biak dalam jaringan sel-sel parenkim hati pada tahap skizogoni
preeritrositik. Berlangsung tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama 8
hari pada P. vivax, 6 hari pada P. falsifarum, dan 9 hari pada P. ovale, namun sulit
ditentukan lamanya pada P. malariae. Siklus preeritrositik dalam jaringan hati
pada P.falsifarum hanya berlangsung satu kali (local liver cycle). Keadaan
tersebut disebut skizogoni eksoeritositik, yang merupakan sumber pembentukan
stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab terjadinya relaps (kekambuhan)
pada malaria vivax, malaria ovale, dan malaria malariae.
Bandingan Sel darah merah yang terinfeksiPlasmodium (Lampiran 2)
(Prasetyo, 2004).
Tingginya kasus malaria falciparum di berbagai tempat di Sumatera Utara
dengan proporsi lebih dari 50% penyebab malaria berpotensi menciptakan
masalah kesehatan yang lebih serius, karena umumnya kasus-kasus malaria
falciparum yang kronis diikuti dengan gejala penyakit yang berat dan membawa
kematian penderitanya (DinKes Prov. SU, 2010).
Malaria yang disebabkan oleh 4 spesies Plasmodium sering sukar dibedakan
secara klinik tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium. Walaupun berawal
ringan, penyakit ini harus segera diobati mengingat kemungkinan terjadinya
komplikasi tak berpulih (irreversible) pada spesies tertentu (DepKes RI, 2012).
2.2.1 Obat Anti Malaria
1. Klorokuin
tersebutmasuk ketubuh manusia melalui gigitan nyamukAnophelesbetina yang
terinfeksi.Orang yang terkena malaria mengalami serangan demam tinggi yang
berulang disertai menggigil. Klorokuin dapat menurunkan demam dalam waktu
dua puluh empat sampai empat puluh delapan jam. Obat ini harus disimpan pada
suhu kamar, dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak (DepKes RI, 2006).
2. Kuinin
Kuinin (kina) adalah obat anti malaria yang digunakan untuk terapisupresi dan
pengobatan serangan klinis pada malaria. Obat ini berefek skizontosi yang bekerja
terhadap merozoid dan eritrosit (fase eritrosit), sehingga tidak terbentuk skizon
baru dan tidak terjadi penghancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik.
Obat ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering, pada suhu kamar,
dan di jauhkan dari anak-anak (DepKes RI, 2006).
3. Primakuin
Primakuin adalah obat anti malaria yang membunuh parasit yangterdapat di sel
hati. Obat ini tidak berguna untuk mengobati serangan akuttapidiberikan
bersama dengan klorokuin untukmemastikan pengobatan yanglengkap
terhadapbeberapa jenis malaria.Jugaobatini untukmemutuskan jalur penyakit
malaria dari nyamuk. Obat ini harus disimpandalam wadahtertutup rapat, pada
suhu kamar (DepKes RI, 2006).
2.3 Pengelolaan
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang
penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah terjadinya perbekalan yang
bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat(DepKes RI, 2006).
2.3.1 Perencanaan
Menurut keputusan Menkes No. 1197 tahun 2004, perencanaan merupakan
proses pemilihan jenis,jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Perencanaan obat
tersebut menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan, yaitu konsumsi, epidemiologi, dan
kombinasi metode komsumsi dan epidemiologi. Tujuan dari perencanan obat
adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan,
menghindari terjadinya stok out (kekosongan) obat (Bogenta, 2012).
Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah:
1. Mendapatkan jenisdanjumlahsediaanfarmasi danperbekalankesehatan yang
sesuai kebutuhan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/ penumpukan obat.
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan
sediaanfarmasi dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan (DepKes RI, 2006).
2.3.2 Pengadaan
Suatuproses kegiatan yang bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi
denganjumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhanpelayanan
(DepKes RI, 2006).
Untuk menentukan sistem pengadaan, perlu dipertimbangkan mengenai jenis,sifat,
- Efisien; pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana
serta daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya dan dapatdipertanggungjawabkan.
- Efektif; pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya, sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan.
- Terbuka dan bersaing; pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan
yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat
prosedur yang jelas serta transparan.
- Transparan; semua ketentuan dan serta informasi mengenai
pengadaanbarang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara
evaluasi, dan penetapan calon penyedia barang/jasa, bersifat terbuka bagi
peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luaspada
umumnya.
- Adil atau tidak diskriminatif; memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan
kepada pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun.
- Akuntabel; harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan, maupun manfaat bagi
kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat,
sesuai dengan prinsip-prinsipserta ketentuan yang berlakudalam pengadaan
2.3.3 Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dengan menerimaobat-obatan yangdiserahkan
dari unit pengelolah yang lebih tinggi kepada unit pengeloladibawahnya (DepKes
RI, 2003).
Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan dan pengguanaan obat berikutkelengkapan catatan
yang menyertainya (KemenKes RI, 2010).
2.3.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
mendapatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang di terima
padatempat yang aman dan dapat menjamin mutunya.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam penyimpanan adalah :
1. Pemeriksaan organoleptik
2. Pemeriksaan kesesuaian antara surat pesanan dan faktur
3. Kegiatan administrasi penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang
dapat menjamin mutu (bila ditaruh dilantai harus di atas palet, ditata rapi
diatas rak, lemari khusus untuk Narkotika dan Psikotropik) (KemenKes
RI, 2006).
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan yang baik bertujuan
untukmemelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak
danpengawasan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya sarana prasarana
yang ada di Instalasi Farmasi.Adapunsaranayang minimal sebaiknya tersedia
adalah sebagai berikut :
a. Gedung dengan luas 300 m2 – 600 m2
b. Kenderaan roda dua dan empat, dengan jumlah 1 – 3 unit
c. Komputer + printer, dengan jumlah 1 – 3 unit
d. Telepon dan Facsimile, dengan jumlah 1 unit
e. Sarana penyimpanan, seperti : rak, palet, lemari obat (KemenKes RI, 2009).
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatanyang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
dan mutunya tetap terjamin. Tujuan dari penyimpanan adalah :
Agarobatyangtersedia di unitpelayanankesehatan mutunya dapat dipertahankan
(DepKes RI, 2003).
A. Persyaratan Gudang Dan Pengaturan Penyimpanan Obat
1. Persyaratan gudang
- Cukup luas minimal 3 x 4 m2
- Ruangan kering tidak lembab
- Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
- Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung
untuk menghindari adanya cahaya langsung dan berteralis
- Lantai dibuatdari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya
debu dan kotoran lain,
- Dinding dibuat licin
- Hindari dari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
- Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
- Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
- Tersedialemari/laci khusus untuk Narkotika danPsikotropika yang selalu
terkunci
- Sebaiknya ada pengatur suhu ruangan
2. Pengaturan penyimpanan obat :
- Obat disusun secara alfabetis
- Obat dirotasi secara sistem FIFO dan FEFO
- Obat disimpan pada rak
- Obat yang disimpan pada lantai harus di letakkan diatas palet
- Tumpukan dus harus sesuai dengan petunjuk
- Cairan dipisahkan dari padatan
- Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin
B. Kondisi Penyimpanan
1. Kelembaban
Udaralembab dapat mempengaruhiobat-obatanyangtidaktertutup
sehinggamempercepatkerusakan.Untukmenghindari udara lembab tersebut maka
perlu dilakukan upaya-upayaberikut :
- Ventilasi harus baik, jendela di buka
- Simpan obat ditempat yang kering
- Bila memungkinkan pasangkipas angin atau AC.Karena makin panas
udara di dalam ruanganmaka udara semakin lembab
- Biarkanpengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul
- Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
2. Sinar matahari
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar
matahari.Sebagai contoh : injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan
berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsanya.Cara
mencegah kerusakan karena sinar matahari :
- Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap
- Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka
- Obat yang penting dapat disimpan di lemari
- Jendela-jendela diberi gorden
- Kaca jendela dicat putih
3. Temperatur/ Panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas,
dapat meleleh. Oleh karena itu hindari obat dari udara panas.Sebagai contoh :
Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan
mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa obat
harus disimpan didalam lemari pendingin pada suhu 4-8 derajatcelcius, seperti :
- Vaksin
- Sera dan produk darah
- Insulin
- Injeksi antibiotik yang sudah dipakai (sisa)
- Injeksi oksitosin
4. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik :
- Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dus
bagian tengah kebawa dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan
pengambilan obat di dalam dus yang teratas
- Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal
- ketinggian tumpukan delapan dus
- Hindari kontak dengan benda-benda yang tajam
5. Kontaminasi bakteri
Wadahobat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah
tercemar oleh bakteri atau jamur.
6. Pengotoran
Ruanganyang kotor dapatmengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena
itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai disapu dan dipel,
dindingdan rak dibersihkan.
- Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai di letakkan di
bagian rak A sedangkan sisanya di bagian rakB
- Pada saat mulai menggunnakan obat di rak A maka pesanan mulai
dikirimkan ke gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara
itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat yang
dipesan diharapkan sudah datang
- Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari beberapa
lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat diterima
(waktu tunggu)
- Misalnya permintaan dilakukan setiap empat bulan dan waktu yang
diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua bulan. Maka
jumlah pemakaian empat bulan dibagi sama rata untuk rak A dan rak B.
Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu bulan maka ¾ bagian
obat disimpan di rak A dan ¼ bagian di rak B
D. Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat
1. Pengaturan penyimpanan obat
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sedian dan disusun secara
alfabetis berdasarkan nama generiknya.
2. Penerapan sistem FIFO dan FEFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk
masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih
masing-masing obat, artinya obat yang lebih kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih
dahulu dari obat yang kadaluwarsanya kemudian. Hal ini sangat penting karena:
- Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya
berkurang
- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian
artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya
3. Obat yang sudah diterima
Disusun sesuai dengan pengelompokan untuk memudahkan pencarian,
pengawasan dan pengendalian stok obat.
4. Pemindahan
Harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.
5. Golongan antibiotik
Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya matahari, di
simpan di tempat kering.
6. Vaksin dan serum
Harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan disimpan
dalam lemari es. Kartu teperatur yang terdapat dalam lemari es harus selalu di isi.
7. Obat Injeksi
Disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari.
8. Bentuk dragee (tablet salut)
Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan pengambilannya menggunakan
sendok.
Supaya waktu kadaluwarsanya dituliskan pada dos luar dengan menggunakan
spidol.
10.Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus
Seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain
sebagainya.
11.Cairan diletakkan di rak bawah
12.Kondisi penyimpanan beberapa obat
- Beri tanda/ kode obat
- Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun
tersebut
- Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unitpelayanan kesehatan
2.3.5 Pendistribusian
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan (DepKes RI, 2003).
Kegiatan penyimpanan dan distribusi memegang peranan penting dalam
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Kegiatan ini akan berjalan
dengan baik apabila didukung oleh sarana penyimpanan dan distribusi yang
memadai (KemenKes RI, 2011).
2.3.6 Pencatatan Dan Pelaporan
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah : (DepKes RI, 2003).
- Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan
- Sumber data untuk pembuatan laporan
BAB III
Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Deskriptif Non
Analitik. Data diperoleh berdasarkan hasil pengamatan selama berlangsungnya
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diadakan pada tanggal 2 bulan Februari 2015
sampai dengan tanggal 28 Februari 2015. Tempat pengamatandi Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang berada di jalan Prof. HM Yamin
SH No. 41 AA Medan. Pengamatan ditujukan kepada sistem, ketepatan dan
kesesuaian kepada Protap (prosedur tetap) yang ada di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Adapun prosedur didalam pengelolaan obat
secara penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malaria yang
diamati sebagai berikut:
3.1 Prosedur Pengelolaan Obat 1. Penerimaan Obat-obatan
- Memeriksa kesesuaian fisik terhadap jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluwarsa, harga perolehan, pabrik dan distributor obat-obatan dengan
berita acara serah terima barang dari bendahara barang dinas kesehatan
- Menginformasikan kepada bendahara barangapabilaterjadiketidaksesuaian
agar dilakukan perbaikan
- Mencatatjumlah, nomor batch,tanggalkadaluwarsa,harga
perolehanpabrikandan distributor obat-obatan ke dalambuku penerimaan
- Membuat berita acara penerimaan obat-obatan
2. Penyimpanan Obat-obatan
- Menyimpan obat-obatan dan perbekalan kesehatan pada kondisi yang
sesuai, layak dan mampu menjamin mutu dan stabilitas
- Setiap penyimpanan obat-obatanharus mengikuti prinsip FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dan harus dicatat di dalam
kartu persediaan obat-obatan
- Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan
- Menghindari penyimpanan obat-obatandengan kekuatan berbeda dalam
satu wadah
3. Pendistribusian Obat-obatan
1. Menyiapkan kelengkapan dokumen pendistribusian melalui :
LPLPO
- LPLPO yang telah ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
- Berita acara serah terima obat-obatan
- Surat pengantar barang
Non LPLPO
2. Berita acara serah terima obat-obatan
3. Surat pengantar barang
- Melakukan pendistribusian dengan transportasi yang tersedia
BAB IV
4.1 Hasil
1.Penerimaan Obat-obatan
Penerimaan obat-obatan sesuai dengan posedur yang berlaku diantaranya:
pemeriksaan kesesuaian fisik terhadap jumlah, nomor batch, tanggal kadaluwarsa,
harga perolehan, pabrik dan distributor obat-obatan dan membuat berita acara
serah terima barang dari bendahara barang dinas kesehatan.
(Lampiran 3: Penyesuaian Obat yang di Terima Oleh Petugas).
2. Penyimpanan Obat-obatan
Penyimpanan obat-obatan sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu mencakup
pencatatan informasi obat-obatan kedalam kartu stok dan kartu stok induk.
Penyimpanan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu menjamin mutu
dan stabilitas. Akan tetapi tidak mengikuti prinsip FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out). Mengisi kartu stok setiap penambahan dan
pengambilan (mutasi obat). Dan menjaga mutu obat sewaktu dalam penyimpanan.
(Lampiran 4: Kondisi Gudang, Kondisi Penyimpanan Obat Malaria,Ruang
Penyimpanan ObatKhusus, Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin
Mutu Obat Selama Penyimpanan).
3.Pendistribusian Obat-obatan
Pendistribusian obat-obatan memenuhi syarat dan prosedur yang berlaku
dalampendistribusian obat-obatan diantaranya: telah menyiapkan kelengkapan
dokumenpendistribusian LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat)ataudokumen Non LPLPO dan obat di distribusi dengan transportasi yang
(Lampiran 5: Transportasi yang Tersedia Untuk Penditribusian, Tabel Daftar
Distribusi Obat, SBBK, Berita Acara Pengeluaran Barang ).
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwapengelolaan obat secara
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malaria di Instalasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utaratelah memenuhi standar sebagai sarana
dan prasarana. Hal ini membuktikan bahwa sistem, ketepatan dan kesesuaian
kepada Protap (prosedur tetap) yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara telah dijalankan dengan baik dan benar maka terciptanya
kondisi yang baik. Dari kondisi yang lebih baik lagi memungkinkan terciptanya
jamin mutu obat yang baik serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat didalam
pengelolaan obat program malaria.
Penerimaan adalah suatu kegiatan dengan menerimaobat-obatanyang
diserahkan dari unit pengelolah yang lebih tinggi kepada unit pengeloladi
bawahnya (DepKes RI, 2003).
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
mendapatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang di terima
padatempat yang aman dan dapat menjamin mutunya (KemenKes RI, 2006).
Kegiatan penyimpanan dan distribusi memegang peranan penting dalam
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Kegiatan ini akan berjalan
dengan baik apabila didukung oleh sarana penyimpanan dan distribusi yang
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengamatan pengelolaan obat secara penerimaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat program malaria di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat program
malaria memenuhi persyaratan sebagai sarana dan prasarana dalam hal
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat program malariadimana
pengelolaan obat program malaria yang diamati memenuhi persyaratanyang
ditetapkandalamPedoman Pengelolaan Obat Publik tahun 2003.
5.2 Saran
Disarankan kepada penulisselanjutnya untuk
melakukanpengamatanpengelolaanobat program
denganmenggunakanmetodelainsepertiDeskriptif yang menggunakan data primer
dan data sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Di puskesmas. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 2-4, 10-11, 13-31, 42.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi Kefarmasian. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-2.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan klinik. Direktorat Jenderal Bina kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 6-9.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Informasi Obat Bagi Pengelola Obat Di Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 13-19.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Halaman 107-109.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2010). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2009. Medan : DinKes Prov. SU. Halaman 77-80.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2014). Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2013-2018. Medan : DinKes Provinsi Sumatera Utara. Halaman 43-45.
Kementrian Kesehatan RI. (2010). Profil Pengelolaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Di Kabupaten Atau Kota Provinsi Sumatera Utara. Derektorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 23.
Kementrian Kesehatan RI. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di Puskesmas. Direktorat Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 16-24, 27.
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Modul : Pergerakan Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 1-2. 81-82, 187.
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Modul II : Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Kader. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Halaman 20.
Prasetyo, Heru. (2004). Atlas Berwarna ProtozoologiKedokteran. Surabaya : Airlangga University Press. Halaman 208.
Soedarto. (2008). Pengobatan Penyakit Parasit. Surabaya : Sagung Seto. Halaman 8.
Sorontou, Yohanna. (2013). Ilmu Malaria Klinik. Jakarta : EGC. Halaman 1-2, 13-14, 20.
Syamsuni, Haji. (2006). Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC. Halaman 47.
Lampiran1 :SiklusHidupPlasmodium Malaria padaTubuhNyamukAnopheles spp
(seksual) danTubuhManusia (aseksual)
A.Penyesuaian Obat yang di Terima Oleh Petugas
Lampiran 4
F. Kondisi Penyimpanan Obat Malaria
H.Grafik Pencatatan Suhu Ruangan Untuk Menjamin Mutu Obat Selama
Penyimpanan .
GRAFIK PENCATATAN SUHU RUANG INSTALASI FARMASI PROVINSI SUMATERA UTARA
TANGGAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 7
SUHU
P S P S P S P S P S P S P S P S P S P S
35°C
34°C
33°C
32°C
31°C
30°C
P : Pagi
Lampiran 5
C.Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
SURAT BUKTI BARANG KELUAR
Nomor : 440.442 / III / ……….. / 2015KepadaYth.
Perihal : PengirimanKebutuhan MalariaRumahSakit Columbia AsiaRSU Haji.di-
Medan
NO URAIAN JUMLAH SATUAN KETERANGAN
1 ArtesunateInjeks
(………..)( Meilan Sri YantiHarahap, S.Si, Apt ) NIP : ………NIP : 19810505 201001 2 036
Diketahui :
An. KepalaDinasKesehatanProvinsi Sumatera Utara Ka. BidangBinaJaminandanSaranaKesehatan
Sri SurianiPurnamawatiS,Si.Apt.M,Kes Pembina
D.Berita Acara PengeluaranBarang