BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan (KemenKes RI, 2011).
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa,mencegah, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (KemenKes RI, 2012).
2.2 Malaria
Malaria adalah penyakit yang telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit tersebut khas, mudah dikenal, dengan demam yang naik turun yang teratur desertai menggigil. Dahulu, penyakit malaria disebabkan oleh kutukan Dewa seiring wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar kota Roma. Penyakit malaria banyak ditemukan didaerah rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya. Itulah yang menjadi dasar penamaan “malaria”, yang tersusun dari dua kata, “mal” (buruk) dan “area” (udara) sehingga dapat diartikan bahwa malaria adalah udara buruk (badair). Abad ke-19, Laveran menemukan “bentuk pisang” (banana form) dalam darah seorang penderita malaria. Setelah itu diketahui bahwa malaria disebabkan oleh Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di daerah rawa (Sorontou, 2013).
Plasmodium falsiparum: gametosit berbentuk pisang
P.vivax: trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi
membesar ukurannya
P.ovale: sel darah merah yang terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi P.malariae: trofozoid dewasa berbentuk pita (band-from)
Siklus hidup Plasmodium (Lampiran 1) (Sorontou, 2013).
Siklus hidup Plasmodium malaria berlangsung pada manusia dan nyamuk. Parasit Plasmodiumyang menginfeksi manusia terbagi menjadi empat spesies dan pada umumnya berlangsung dalam tubuh manusia. Siklus hidup Plasmodiumterbagi menjadi dua yakni: (Sorontou, 2013).
- Siklus seksual (sporogoni) terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles, sebagai
pejamu atau host definiti.
- Siklus aseksual (skizogoni) terjadi dalam tubuh manusia sebagai pejamu
intermediet.Siklus aseksual terbagi menjadi 2 siklus, yaitu siklus eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit) dan siklus dalam sel parenkim hati dalam darah (skizigoni eksoeritrosit)atau stadium jaringan dengan:
- Skizogoni praeritrosit(skizogoni eksoelektrosit primer) setelah sporozoit
masuk dalam sel hati dan
- Skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati. Dengan
yangmasuk bersama gigitan nyamuk dan liurnya, mula-mula masuk dan berkembang biak dalam jaringan sel-sel parenkim hati pada tahap skizogoni preeritrositik. Berlangsung tahap skizogoni preeritrositik berlangsung selama 8 hari pada P. vivax, 6 hari pada P. falsifarum, dan 9 hari pada P. ovale, namun sulit ditentukan lamanya pada P. malariae. Siklus preeritrositik dalam jaringan hati pada P.falsifarum hanya berlangsung satu kali (local liver cycle). Keadaan tersebut disebut skizogoni eksoeritositik, yang merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab terjadinya relaps (kekambuhan) pada malaria vivax, malaria ovale, dan malaria malariae.
Bandingan Sel darah merah yang terinfeksiPlasmodium (Lampiran 2) (Prasetyo, 2004).
Tingginya kasus malaria falciparum di berbagai tempat di Sumatera Utara dengan proporsi lebih dari 50% penyebab malaria berpotensi menciptakan masalah kesehatan yang lebih serius, karena umumnya kasus-kasus malaria falciparum yang kronis diikuti dengan gejala penyakit yang berat dan membawa kematian penderitanya (DinKes Prov. SU, 2010).
Malaria yang disebabkan oleh 4 spesies Plasmodium sering sukar dibedakan secara klinik tanpa melakukan pemeriksaan laboratorium. Walaupun berawal ringan, penyakit ini harus segera diobati mengingat kemungkinan terjadinya
komplikasi tak berpulih (irreversible) pada spesies tertentu (DepKes RI, 2012). 2.2.1 Obat Anti Malaria
1. Klorokuin
tersebutmasuk ketubuh manusia melalui gigitan nyamukAnophelesbetina yang terinfeksi.Orang yang terkena malaria mengalami serangan demam tinggi yang berulang disertai menggigil. Klorokuin dapat menurunkan demam dalam waktu dua puluh empat sampai empat puluh delapan jam. Obat ini harus disimpan pada suhu kamar, dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak (DepKes RI, 2006).
2. Kuinin
Kuinin (kina) adalah obat anti malaria yang digunakan untuk terapisupresi dan pengobatan serangan klinis pada malaria. Obat ini berefek skizontosi yang bekerja terhadap merozoid dan eritrosit (fase eritrosit), sehingga tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi penghancuran eritrosit yang menimbulkan gejala klinik. Obat ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering, pada suhu kamar, dan di jauhkan dari anak-anak (DepKes RI, 2006).
3. Primakuin
Primakuin adalah obat anti malaria yang membunuh parasit yangterdapat di sel hati. Obat ini tidak berguna untuk mengobati serangan akuttapidiberikan bersama dengan klorokuin untukmemastikan pengobatan yanglengkap terhadapbeberapa jenis malaria.Jugaobatini untukmemutuskan jalur penyakit malaria dari nyamuk. Obat ini harus disimpandalam wadahtertutup rapat, pada suhu kamar (DepKes RI, 2006).
2.3 Pengelolaan
penyimpanan dan penyerahan. Tujuannya adalah terjadinya perbekalan yang bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat(DepKes RI, 2006).
2.3.1 Perencanaan
Menurut keputusan Menkes No. 1197 tahun 2004, perencanaan merupakan proses pemilihan jenis,jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Perencanaan obat tersebut menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan, yaitu konsumsi, epidemiologi, dan kombinasi metode komsumsi dan epidemiologi. Tujuan dari perencanan obat adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, menghindari terjadinya stok out (kekosongan) obat (Bogenta, 2012).
Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah:
1. Mendapatkan jenisdanjumlahsediaanfarmasi danperbekalankesehatan yang sesuai kebutuhan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/ penumpukan obat.
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaanfarmasi dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan (DepKes RI, 2006). 2.3.2 Pengadaan
Suatuproses kegiatan yang bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi denganjumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhanpelayanan
(DepKes RI, 2006).
- Efisien; pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana
serta daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapatdipertanggungjawabkan.
- Efektif; pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya, sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
- Terbuka dan bersaing; pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat prosedur yang jelas serta transparan.
- Transparan; semua ketentuan dan serta informasi mengenai
pengadaanbarang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, dan penetapan calon penyedia barang/jasa, bersifat terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luaspada umumnya.
- Adil atau tidak diskriminatif; memberikan perlakuan yang sama bagi semua
calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun.
- Akuntabel; harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan, maupun manfaat bagi
2.3.3 Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dengan menerimaobat-obatan yangdiserahkan dari unit pengelolah yang lebih tinggi kepada unit pengeloladibawahnya (DepKes RI, 2003).
Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan pengguanaan obat berikutkelengkapan catatan yang menyertainya (KemenKes RI, 2010).
2.3.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara mendapatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang di terima padatempat yang aman dan dapat menjamin mutunya.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam penyimpanan adalah : 1. Pemeriksaan organoleptik
2. Pemeriksaan kesesuaian antara surat pesanan dan faktur
3. Kegiatan administrasi penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang dapat menjamin mutu (bila ditaruh dilantai harus di atas palet, ditata rapi diatas rak, lemari khusus untuk Narkotika dan Psikotropik) (KemenKes RI, 2006).
danpengawasan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya sarana prasarana yang ada di Instalasi Farmasi.Adapunsaranayang minimal sebaiknya tersedia adalah sebagai berikut :
a. Gedung dengan luas 300 m2 – 600 m2
b. Kenderaan roda dua dan empat, dengan jumlah 1 – 3 unit c. Komputer + printer, dengan jumlah 1 – 3 unit
d. Telepon dan Facsimile, dengan jumlah 1 unit
e. Sarana penyimpanan, seperti : rak, palet, lemari obat (KemenKes RI, 2009). Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatanyang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan dari penyimpanan adalah : Agarobatyangtersedia di unitpelayanankesehatan mutunya dapat dipertahankan (DepKes RI, 2003).
A. Persyaratan Gudang Dan Pengaturan Penyimpanan Obat 1. Persyaratan gudang
- Cukup luas minimal 3 x 4 m2 - Ruangan kering tidak lembab
- Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
- Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung
untuk menghindari adanya cahaya langsung dan berteralis
- Lantai dibuatdari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya
debu dan kotoran lain,
- Dinding dibuat licin
- Hindari dari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam - Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
- Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
- Tersedialemari/laci khusus untuk Narkotika danPsikotropika yang selalu
terkunci
- Sebaiknya ada pengatur suhu ruangan
2. Pengaturan penyimpanan obat : - Obat disusun secara alfabetis
- Obat dirotasi secara sistem FIFO dan FEFO - Obat disimpan pada rak
- Obat yang disimpan pada lantai harus di letakkan diatas palet - Tumpukan dus harus sesuai dengan petunjuk
- Cairan dipisahkan dari padatan
- Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin
B. Kondisi Penyimpanan 1. Kelembaban
Udaralembab dapat mempengaruhiobat-obatanyangtidaktertutup
sehinggamempercepatkerusakan.Untukmenghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upayaberikut :
- Ventilasi harus baik, jendela di buka - Simpan obat ditempat yang kering
- Bila memungkinkan pasangkipas angin atau AC.Karena makin panas
udara di dalam ruanganmaka udara semakin lembab - Biarkanpengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul - Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
2. Sinar matahari
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari.Sebagai contoh : injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsanya.Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :
- Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap - Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka - Obat yang penting dapat disimpan di lemari - Jendela-jendela diberi gorden
- Kaca jendela dicat putih
3. Temperatur/ Panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindari obat dari udara panas.Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa obat harus disimpan didalam lemari pendingin pada suhu 4-8 derajatcelcius, seperti :
- Vaksin
- Insulin
- Injeksi antibiotik yang sudah dipakai (sisa) - Injeksi oksitosin
4. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik :
- Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dus
bagian tengah kebawa dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas
- Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal - ketinggian tumpukan delapan dus
- Hindari kontak dengan benda-benda yang tajam
5. Kontaminasi bakteri
Wadahobat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
6. Pengotoran
Ruanganyang kotor dapatmengundang tikus dan serangga lain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai disapu dan dipel, dindingdan rak dibersihkan.
- Bagi obat menjadi dua bagian. Obat yang siap dipakai di letakkan di
bagian rak A sedangkan sisanya di bagian rakB
- Pada saat mulai menggunnakan obat di rak A maka pesanan mulai
dikirimkan ke gudang farmasi sambil menunggu obat datang, sementara itu obat di rak B digunakan. Pada saat obat di rak B habis maka obat yang dipesan diharapkan sudah datang
- Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari beberapa
lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat diterima (waktu tunggu)
- Misalnya permintaan dilakukan setiap empat bulan dan waktu yang
diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua bulan. Maka jumlah pemakaian empat bulan dibagi sama rata untuk rak A dan rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu bulan maka ¾ bagian obat disimpan di rak A dan ¼ bagian di rak B
D. Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat 1. Pengaturan penyimpanan obat
Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sedian dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya.
2. Penerapan sistem FIFO dan FEFO
masing-masing obat, artinya obat yang lebih kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsanya kemudian. Hal ini sangat penting karena:
- Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya
berkurang
- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian
artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya 3. Obat yang sudah diterima
Disusun sesuai dengan pengelompokan untuk memudahkan pencarian, pengawasan dan pengendalian stok obat.
4. Pemindahan
Harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak. 5. Golongan antibiotik
Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya matahari, di simpan di tempat kering.
6. Vaksin dan serum
Harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan disimpan dalam lemari es. Kartu teperatur yang terdapat dalam lemari es harus selalu di isi.
7. Obat Injeksi
Disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari. 8. Bentuk dragee (tablet salut)
Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan pengambilannya menggunakan sendok.
Supaya waktu kadaluwarsanya dituliskan pada dos luar dengan menggunakan spidol.
10.Penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus
Seperti lemari tertutup rapat, lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.
11.Cairan diletakkan di rak bawah 12.Kondisi penyimpanan beberapa obat
- Beri tanda/ kode obat
- Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun
tersebut
- Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unitpelayanan kesehatan
2.3.5 Pendistribusian
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2003).
Kegiatan penyimpanan dan distribusi memegang peranan penting dalam pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan. Kegiatan ini akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana penyimpanan dan distribusi yang memadai (KemenKes RI, 2011).
2.3.6 Pencatatan Dan Pelaporan
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah : (DepKes RI, 2003). - Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan
- Sumber data untuk pembuatan laporan
BAB III