EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PROGRAM FILARIASIS
DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
OLEH: RAHMADHANI
NIM 122410120
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PROGRAM FILARIASIS
DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh: RAHMADHANI
NIM 122410120
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Evaluasi Pengelolaan Obat Program Filariasis Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”.
Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Lapangan Kerja (PKL) di
Instalasi Farmasi Provinsi Sumatera Utara..
Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi USU.
2. Ibu Dra.Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
4. Ibu Sri Suriani Purnamawati, S.Si., Apt., M.Kes selaku Kepala Bidang
Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan yang telah memberi izin pelaksanaan
PKL di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.
7. Seluruh staf dan karyawan instalasi farmasi provinsi sumatera utara di
Medan yang telah membantu selama melaksanakan PKL.
8. Sahabat-sahabat terbaik penulis Rahmah Maya Sari dan April Sabri Nst.,
yang telah memberikan masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Dan penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Ridwan dan Ibunda Rismawati, Kakak serta adik penulis yang telah
memberikan doa serta dorongan sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak
luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Filariasis ... 4
2.1.1 Pengertian Filariasis ... 4
2.1.2 Penyebab Filariasis ... 4
2.1.3 Cara Penularan Filariasis (Kaki Gajah) ... 5
2.1.4 Gambaran Klinis Filariasis ... 6
2.1.5 Obat Filariasis ... 6
2.1.6 Pengendalian Penyakit Filariasis ... 7
2.2Obat ... 8
2.3.1 Perencanaan ... 9
2.3.2 Penyimpanan ... 9
2.3.3 Pendistribusian ... 10
2.3.4 Pencatatan dan Pelaporan ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 13
3.1Jenis Penelitian ... 13
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 13
3.2.2 Waktu Penelitian ... 13
3.3 Prosedur Tetap ... 13
3.3.1Perencanaan ... 13
3.3.2Pengadaan ... 14
3.3.3 Penerimaan ... 14
3.3.4Penyimpanan ... 14
3.3.5Pendistribusian ... 15
3.3.6Pencatatan dan Pelaporan ... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Hasil ... 16
4.1.1 HasilPerencanaan ... 16
4.1.2Hasil Pengadaan ... 16
4.1.3 Hasil Penerimaan ... 16
4.1.4Hasil Penyimpanan ... 17
4.1.6Hasil Pencatatan dan Pelaporan Obat ... 17
4.2 Pembahasan ... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20
5.1 Kesimpulan ... 20
5.2 Saran ... 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Cara Penularan Filariasis ... 5
Gambar 2.1 Permintaan dan Pendistribusian ... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Kebutuhan Obat Program Filariasis Tahun 2014. 22
Lampiran 2 Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara ... 23
Lampiran 3 Daftar Distribusi Kabupaten/Kota Tahun 2014 ... 26
Lampiran 4 Surat Bukti Barang Keluar ... 27
Lampiran 5 Berita Acara Pengeluaran Barang ... 28
Lampiran 6 Kartu Stok ... 29
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam pelayanan
kesehatan. Setiap upaya pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan obat di
kabupaten/kota harus dilakukan secara kontinyu. Hal ini perlu dilakukan agar
dapat menghitung perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Salah satu
bentuk perbaikan pada pengelolaan obat adalah dengan melakukan penilaian
terhadap apa yang sudah dilaksanakan (Kemenkes RI, 2010).
Menurut undang-undang yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau
campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006).
Kesehatan adalah salah satu unsur penting bahkan sangat strategis dalam
upaya pembangunan manusia. Dengan kondisi kesehatan yang optimal,
masyarakat suatu daerah bahkan suatu negara akan mempunyai kesempatan dan
kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhannya akan pendidikan
dan ekonomi yang pada gilirannya akan berdampak pada meningkatnya kualitas
sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan (Depkes RI, 2007).
Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan
oleh cacing filaria yang yang tularkan berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat
kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya,
penderita tidak dapat bekerja secara optimal, bahkan hidupnya tergantung kepada
orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara
(Karmana, 2006).
Pada pengamatan ini, dilakukan evaluasi pengelolaan obat filariasis di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan
membandingkan pedoman pengelolaan yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan pedoman pengelolaan obat, maka penulis tertarik untuk
menulis Tugas Akhir yang berjudul “Evaluasi Pengelolaan Obat Filariasis di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”.
1.2Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. apakah pengadaan obat program filariasis di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan perencanaan yang
dibuat?
2. apakah penyimpanan obat program filariasis di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan?
3. apakah pendistribusian obat program filariasis di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan pengeluaran dari stok
4. Apakah pencatatan dan pelaporan obat program filariasis di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terdata dengan
lengkap?
1.3Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agar masyarakat mengetahui pengadaan obat program filariasis di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan
perencanaan yang dibuat atau tidak
2. Agar masyarakat mengetahui penyimpanan obat program filariasis di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan atau tidak
3. Agar masyarakat mengetahui pendistribusian obat program filariasis di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan
pengeluaran dari stok gudang atau tidak
4. Agar masyarakat mengetahui pencatatan dan pelaporan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terdata dengan lengkap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis
Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,
jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus
(Dinkes Prov.SU, 2014).
2.1.1 Pengertian Filariasis
Penyakit kaki gajah atau Bancroftian filariasis adalah infeksi cacing
nematoda Wuchereria bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup (stadium
seksual) dan menjadi dewasa di dalam kelenjar getah bening manusia sebagai
pejamu definitif (Chandra, 2009).
2.1.2 Penyebab Filariasis
Filariasis penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria pada kelenjar dan saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis, akut
berupa demam berulang peradangan kelenjar dan saluran getah bening, edema
serta gejala klinis berupa elephantiasis, hidrokel. Di Indonesia, ditemukan 3
spesies cacing filaria yang menginfeksi manusia, yaitu Wuchereria bancrofri,
Brugia malayi dan Brugia timori, yang masing-masing sebagai penyebab filariasis
bamcrofri, filariasis malayi, filariasis timori. Seseorang dapat tertular filariasis
bila digigit nyamuk vektor yang mengandung larva infektif cacing filaria.
Beragam spesies nyamuk dapat berfungsi sebagai vektor penyakit ini. Manusia
merupakan hospes definitif yang utama pada filariasis malayi. Kucing dan kera
2.1.3 Cara Penularan Filariasis (Kaki Gajah)
Gambar 2.1 Cara Penularan Filarasis
Penularan parasit terjadi melalui gigitan nyamuk Culex, Anopheles, dan
Aedes. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah pantai, daerah persawahan, dan
daerah berawa. Filaria limfatik ini bersarang di sistem limfatik dan menyebabkan
radang kelenjar dan saluran limfa (Depkes RI, 2012).
Cacing betina akan memproduksi mikrofilaria yang masuk ke dalam aliran
darah perifer manusia pada malam hari (nocturnal periodicity) dengan konsentrasi
tinggi pada jam antara 10.00 malam dan 02.00 pagi (Chandra, 2009).
Bentuk lain dari mikrofilaria dapat berada terus dalam aliran darah perifer
manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari (diunal sub-periodicity)Penyakit
ini endemis di daerah Pasifik Selatan tempat vektor nyamuk mempunyai
kebiasaan mengigit pada siang hari dan banyak berjangkit di daerah perdesaan
dibandingkan perkotaan (Chandra, 2009).
Pejamu (manusia) Mikrofilaria Vektor culex
Orang lain Fase Aseksual
Bila penderita penyakit kaki gajah ini digigit nyamuk dan nyamuk menghisap
darahnya, maka mikrofilaria di dalam tubuh vektor nyamuk akan mengalami
multiplikasi dan nyamuk menjadi pejamu intermediate (Chandra, 2009).
Seandainya nyamuk infeksius ini mengigit orang lain, maka air liur nyamuk
yang banyak mengandung mikrofilaria akan masuk ke dalam aliran darah orang
tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa (Chandra, 2009).
2.1.4Gambaran Klinis Filariasis
- Fase akut penyakit ini ditandai dengan demam menggigil, sakit kepala, limfangitis dan limfadenitis yang timbul
- Bagian tubuh yang meradang tampak merah dan nyeri
- Limfangitisnya khas, bersifat desendes dan dari proksimal menjalar ke distal - Radang dapat menjadi abses dan pecah meninggalkan parut terutama di
daerah inguinal, paha dan ketiak
- Dalam keadaan kronis baru tampak gangguan aliran limf yang menyebabkan elefantiasis, hidrokel, dan khiluria yaitu: keluarnya cairan limf dalam urin
- Diagnosis dipastikan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil malam hari antara pukul 10.00 malam dan pukul 02.00 dinihari, dan
diwarnai dengan giemsa. Dalam keadaaan kronik pemeriksaan ini sering
negatif (Depkes RI, 2012)
2.1.5 Obat Filariasi
A. DEC (Dietilkarbamazin)
Dietilkarbamazin termasuk derivat piperazin, yang efektif terhadap
Dietilkarbamazin memiliki aktifitas mikrofilarisidal dan makrofilarisidal yang
efektif. Dietilkarbamazin digunakan pada infeksi parasit nematoda loa-loa yang
ditularkan melalui gigitan lalat Chrysops. Juga digunakan pada infeksi limfatik
filariasis yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia
timori. Obat ini memberikan efek samping berupa sakit kepala, pusing, mual,
muntah dan reaksi imunologik pada beberapa jam setelah pemberian dosis
pertama. Pada pasien dengan riwayat gangguan ginjal dosis harus diturunkan, dan
harus hati-hati pada pasien dengan riwayat gangguan jantung. Juga harus hati-hati
pada penyakit akut parah lainnya, pemberian obat lain harus ditunda
(Depkes RI, 2006)
B. Albendazole
Albendazole termasuk kedalam golongan karbamat, bekerja menghambat
masukan glukosa pada parasit nematode sehingga pembentukan adenosin trifosfat
(ATP) berkurang dan selanjutnya pergerakan parasit berhenti. Albendazole dapat
menyebabkan gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, pusing, ruam kulit dan
demam, pada pemakaian yang lebih lama obat ini dapat menimbulkan penurunan
jumlah leukosit (leukopenia), kebotakan dan gangguan enzim hati
(Depkes RI, 2006)
2.1.6 Pengendalian Penyakit Filariasis
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global
WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic dari
resolusi program eliminasi ini dilaksanakan melalui WHA (World Health
Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu:
a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis
dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan
albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai
penularan.
b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi
kecacatan (Dinkes Prov.SU, 2014)
Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita,
tujuannya untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar
penderita menjadi mandiri dan merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status
rekam medisnya di puskesmas dan mendapatkan kunjungan dari petugas
kesehatan minimal 3 kali dalam setahun. Penatalaksanaan kasus kronis filariasis
merupakan kewajiban kabupaten/kota (Dinkes Prov.SU, 2014).
2.2 Obat
Obat adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Setiap
orang pasti pernah merasakan jatuh sakit, misalnya kepala pusing, batuk, pilek
atau perut mules dan lain sebagainya. Untuk menyembuhkan atau mengurangi
rasa sakit maka biasanya langsung minum obat (Widjajanti, 1988).
Umumnya masyarakat kurang memahami bahwa obat selain
menyembuhkan penyakit, juga mempunyai efek samping yang merugikan
2.3 Pengelolaan Obat
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan meliputi:
a. Perencanaan dan permintaan obat
b. Penerimaan, penyimpanan, dan distribusi obat
c. Pencatatan dan pelaporan
d. Supervisi dan evaluasi pengelolaan obat (Kemenkes RI, 2010).
2.3.1 Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah salah
satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obatpublik dan perbekalan
kesehatan (Depkes RI, 2007).
Tujuan perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah
untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 2007).
2.3.2 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian sertagangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan obat- obatan adalah untuk :
- Memelihara mutu obat
- Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung – jawab
- Menjaga kelangsungan persediaan
Kegiatan penyimpanan obat meliputi :
a. Pengaturan tata ruang
b. Penyusunan stok obat
c. Pencatatan stok obat
d. Pengamatan mutu obat (Depkes RI, 2007).
2.3.3 Pendistribusian
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat- obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan
jumlah dari instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuan distribusi:
1. Terlaksananya distribusi obat publik dan perbekkes secara merata dan
teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan
2. Terjaminnya ketersediaan obat publik dan perbekkes di unit pelayanan
kesehatan (Depkes RI,2007).
Pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan pada penanganan bencana
dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan pendistribusian harus dilaporkan pula
secara bertahap. Pelaporan ini merupakan bentuk pertanggung jawaban
masing-masing tingkat pelayanan kepada organisasi diatasnya. Selain itu sebagai bahan
evaluasi pelaksana kegiatan dimana terjadi bencana (Depkes RI, 2002).
Dibawah ini digambarkan alur permintaan dan distribusi obat dan
Keterangan :
= Jalur Permintaan
= Jalur Pengiriman (Depkes, 2002).
Gambar 2.2 Permintaan dan Pendistribusian 2.3.4 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di IF Provinsi merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka pengelolaan obatsecara tertib baik obat yang diterima,
disimpan, didistribusikan (Depkes RI, 2007). Depkes
Dinkes provinsi
Dinkes kab/kota (UPOPPK)
Yankes Swasta Yankes
TNI-Polri
PKM RSU
Pustu Posko
Tujuan pencatatan dan pelaporan tersedianya data mengenai jenis dan
jumlah penerimaan,persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai
waktudari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat (Depkes RI, 2007).
Gambar 2.3 Pencatatan dan Pelaporan
(Depkes RI, 2002) Depkes
Dinkes provinsi
Dinkes kab/kota (UPOPPK)
PKM
Pustu Posko
Kes
Yankes TNI-Polri
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif non analitik yaitu penelitian
yang bertujuan untuk memaparkan data tentang pengelolaan obat program
filariasis di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun
2014. Pengamatan dilakukan selama sebulan, dengan melihat pengelolaan obat
yang terjadi, seperti: perencanaan obat, penerimaan obat, penyimpanan obat,
pendistribusian obat dan pencatatan serta pelaporan obat program filariasis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di instalasi farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2015
3.3 Prosedur Tetap 3.3.1 Perencanaan
- Menentukan obat prgram filariasis yang diperlukan.
- Menentukan jumlah kebutuhan obat prgram filariasis dengan metode konsumsi dari data kebutuhan obat filariasis dari tahun sebelumnya
3.3.2 Pengadaan
- Perencanaan yang sudah jadi kemudian dibuat sebagai usulan pengadaan obatprogram filariasis
- Usulan tersebut, selanjutnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan Pusat. - Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
- Obat program filariasis yang diadakan harus memiliki izin edar dan nomor registrasi
3.3.3Prosedur Penerimaan
- Memeriksa kesesuaian fisik terhadap jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluwarsa, harga perolehan, pabrik dan distributor obat-obatan dengan
berita acara serah terima barang dari distributor
- Menginformasikan kepada bendahara barang apabila terjadi ketidaksesuaian
agar dilakukan perbaikan
- Mencatat jumlah, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, harga perolehan,
pabrik dan distributor obat-obatan ke dalam buku penerimaan
3.3.4 Penyimpanan
- Mencatat informasi obat program filariasis kedalam kartu stok dan kartu stok induk
- Menyimpan obat filariasis pada rak/lemari sesuai dengan obat program filariasis
- Setiap penyimpanan obat program filariasis harus mengikuti prinsip FIFO dan FEFO dan harus dicatat dikartu persediaan obat
- Mengisi mutasi obat pada kartu stok (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak dan kadaluwarsa)
- Kartu stok dibuat rangkap dua dan satu diletakkan berdekatan obat dan satu lagi untuk kartu stok induk
- Mencantumkan nama obat di rak dengan rapi 3.3.4 Pendistribusian
- Instalasi Farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan distribusi obat program filariasis ke instalasi farmasi
kabupaten/kota diwilayah kerjanya sesuai dengan kebutuhannya
- Obat–obatan yang akan didistribusikan harus disertai dengan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
- Tiap pengeluaran obat dari instalasi farmasi harus segera dicatat pada kartu stok obat dan kartu stok induk obat serta buku harian pengeluaran obat
3.3.5 Pencatatan dan pelaporan
- Menyiapkan kartu stok, kartu stok induk dan SBBK - Mencatat obat kadaluwarsa dan rusak
- Melakukan perhitungan yang akurat pada setiap pelaporan - Melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Perencanaan
Hasil dari perencanaan obat program filariasis tahun 2014 yang dibuat pada
tahun 2013 diperoleh jumlah kebutuhan obat albendazole 400 mg tahun 2014
adalah 1.290.300 tablet dan jumlah kebutuhan obat diethyl carbamazine sitrat 100
mg (DEC) tahun 2014 adalah 5.444.200 tablet. Data Rencana Kebutuhan Obat
Program Filariasis tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran 1
4.1.2 Hasil Pengadaan
Hasil dari pengadaan obat diperoleh bahwa pengadaan yang dilakukan,
dilihat dari kesesuaian rencana kebutuhan obat-obatan dengan stok persediaan dan
alokasi dana yang kemudian ditetapkan menjadi jumlah pengadaan obat.
Pengadaan obat filariasis hanya dilakukan setahun sekali.
4.1.3 Hasil Penerimaan
Hasil dari penerimaan yang diamati penerimaan obat albendazole 400 mg
sejumlah 2000 tablet, dan obat diethyl carbamazine sitrat 100 mg (DEC) yang
diterima sejumlah 3.250.000 tablet. Nama obat, jenis obat, nomor batch, tanggal
kadaluwarsa sesuai dengan barang yang diterima. Data Berita Acara Serah Terima
4.1.4 Hasil Penyimpanan
Obat albendazole 400 mg dan diethyl carbamazine sitrat 100 mg (DEC)
yang telah diterima diletakkan di dalam rak dengan suhu kamar yaitu 25o – 30o C
disusun berdasarkan penggolongan obat program dan mengikuti prinsip FIFO dan
FEFO dan dicatat informasi obat kedalam kartu stok.
4.1.5 Hasil Pendistribusian
Obat program filariasis didistribusikan ke masing–masing Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan dari setiap Kabupaten/Kota tersebut. Daftar
Distrbusi Masing-masing Kabupaten/Kota dapat dilihat pada lampiran 3.
Pengeluaran obat oralit dan zinc dari Instalasi Farmasi Provinsi Sumatera Utara
segera dicatat pada kartu stok obat dan kartu stok induk obat.
4.1.6 Hasil Pencatatan dan Pelaporan
Data pencatatan dan pelaporan meliputi SBBK, Surat Berita Acara, kartu stok
dan data persediaan obat tahun 2014. SBBK, Surat Berita Acara, kartu stok dan
data persediaan obat program filariasis tahun 2014 obat dapat dilihat di lampiran
4, lampiran 5, lampiran 6, lampiran 7.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada proses pengelolaan obat
memberikan hasil bahwa dalam hal perencanaan, pengadan dan penerimaan obat,
obat yang diterima pada tahun 2014 tidak sesuai dengan rencana kebutuhan obat
diterima lebih sedikit dari pada yang direncanakan kemungkinan dikarenakan
alokasi dana anggaran melebihi dari anggaran yang direncanakan.
Kemudian dalam hal penyimpanan obat filariasis dapat dikatakan bahwa
penyimpanan obat tersebut memenuhi syarat karena suhu pada gudang adalah 30o
C sesuai dengan suhu yang dibutuhkan agar obat filariasis tetap terjamin mutunya
adalah 30o C atau dibawah 30o C.
Lalu dalam hal pendistribusian diperoleh bahwa obat program filariasis
didistribusi secara merata sesuai kebutuhan setiap Kabupaten/Kota.
Dalam hal pencatatan dan pelaporan diperoleh bahwa data obat program
filariasis yang terdapat di Instalsi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara ada yang tidak lengkap yaitu data rencana kebutuhan obat program filariasis
tahun 2014 yang dibuat pada tahun 2013 sehingga mempersulit dalam
pengamatan data yang terjadi akibat software data hilang.
Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam pelayanan
kesehatan. Setiap upaya pengembangan dan penyempurnaan pengelolaan obat di
kabupaten/kota harus dilakukan secara kontinyu. Hal ini perlu dilakukan agar
dapat menghitung perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dasar. Salah satu
bentuk perbaikan pada pengelolaan obat adalah dengan melakukan penilaian
terhadap apa yang sudah dilaksanakan.
Perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah salah
satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obatpublik dan perbekalan
kesehatan. Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di
kerjanya. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian sertagangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.Distribusi
adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-
obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari
instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit
pelayanan kesehatan. Pencatatan dan pelaporan data obat di IF Provinsi
merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obatsecara tertib baik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
- Pengadaan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang direncanakan tidak sesuai karena jumlah pengadaan yang terjadi kurang
dari perencanaan yang telah ditetapkan
- Penyimpanan obat program filariasis di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memenuhi persyaratan karna suhu serta penempatan
obat filariasis sesuai standar yang ditetapkan
- Data pendistribusian di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan data pengeluaran strok gudang karena data
pendistribusian dibuat dengan melihat data pengeluaran obat filariasis
tersebut dan hasil yang diperoleh sesuai
- Pencatatan dan pelaporan obat program diare di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terdata dengan lengkap
5.2 Saran
Disarankan kepada penulisselanjutnya untuk melakukan pengamatan terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: EGC.
Halaman 32
Depkes RI. (2002). Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Saat Bencana. Jakarta: : Departemen Keseatan Republik Indonesia. Halaman 17-22
Depkes RI. (2006). Pedoman Informasi Obat Bagi Pengelolaan Obat di Puskesmas. Jakarta: Departemen Keseatan Republik Indonesia. Halaman 138-139
Depkes RI. (2007). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7, 24, 27, 36 – 37, 46-47
Depkes RI. (2007). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Perbatasan.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 14
Depkes RI. (2012). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 60
Dinkes Prov.Su. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2013.Medan: Dinkes Prov.SU. Halaman 46 dan 82
Karmana, O. (2006). Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama. Halaman 142
Kemenkes RI. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Halaman 3
Kemenkes RI. (2010). Profil Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara. Jakarta: Kementrian Kesehatan. Halaman 1
Siswanto, H. (2003). Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.Halaman 40-41
Syamsuni, H. (2006). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC. Halaman 49
Lampiran 2.
Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Jalan Percetakan Negara No 29 Jakarta Pusat 10560
Kotak Pos 223,Telepon (021) 4247608, Faksimile: (021) 4207807
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG MILIK NEGARA DARI RIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN KEPADA
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Nomor: KN.03.01/1.2/ /2014
Pada hari ini tanggal bulan tahun Dua ribu empat belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini
1.Nama : Dr. Andi Muhadir, MPH
NIP : 195504251982031005
Jabatan : Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2.Nama :
NIP :
Jabatan : Kepala Dinas Kesehtan Provinsi Sumatera Utara Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Berdasarkan kepada
1.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
2.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
3.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK 06/2007 tentang Tata Cara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara
4.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK 06/2007 tentang penatausahaan Barang Milik Negara 5.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK 05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan 6.Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nmor 24/24/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
7.Peraturan Menter Keuangan Nomr 29/PMK 06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Miik Negara.
8.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1539/SK/XI/2003 tentang Petunjuk Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Kesehatan RI
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk melakukan serah terima Barang Milik Negara dengan ketentuan sebagai berikut
Pasal 1
Barang Milik Negara dimaksud dalam Berita Acara Serah Terima ini adalah hasil pengadaan Kantor Pusat Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan yang dikirimkan ke:
(Lanjutan Lampiran 2)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Jalan Percetakan Negara No 29 Jakarta Pusat 10560
Kotak Pos 223,Telepon (021) 4247608, Faksimile: (021) 4207807
Pasal 2
PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima dan PIHAK PERTAMA, berupa Branga MIlik Negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 berikut dokumen
pendukungnya
Pasal 3
PIHAK KDUA berkewajiban memelihara BArang Mlik Negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan sesuai dengan fungsi guna mendukung operasional program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lngkungan di Dinas Kesehatan Provins Sumatera Utara
Pasal 4
(1)PIHAK PERTAMA berkewajiban mengeluarkan Barang Milik Negara yang tersebut pada Pasal 1 dan pencatatan Laporan Barang Milik Negara PIHAK PERTAMA
(2)PIHAK KEDUA berkewajiban untuk mencatat Barang Mlik Negara yang tersebut pada Pasal 1 ke dalam Laporan Barang Milik Daerah PIHAK KEDUA
(3)PIHAK PERTAMA DAN PIHAK KEDUA berkewajiban melaporkan serah terima dan pemidahtanganan tersebut pada laporan BArang Milik Negara dan Laporan Barang Milik Daerah masing-masing pihak sesuai dengan ketentuan yang berlaku segera setelah Berita Acara Serah Terima
ini ditandatangan kedua belah pihak
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesnungguhnya untuk dipergunakan seperlunya Apabila di kemudian hari terapat kekeliruan pada Berita Acara Serah Terima ini akan dilakukan perubahan dan pembetulan sebagaimana mestinya.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
Kepala Direktur Pengendalian
Penyakit
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Bersumber BInatang
Utara
Dr. Siti Hatati Surjantini, M.Kes Dr. Andi Muhadir, MPH
NIP. 195907121988012002 NIP
(Lanjutan Lampiran 2)
LAMPIRAN BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG MILIK NEGARA DARI RIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
KEPADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
BERUPA OBAT PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR TAHUN 2014
NOMOR: KN.02.03/5/ /2014 TANGGAL:
Dinas Kesehatan Provinsi : Sumatera Utara
NO. JENIS OBAT/
PERBEKKES SATUAN JUMLAH
HARGA
1 Albendazole 100 mg
Total Harga 588.438.000
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
Dr. R. R. S. H. Surjantini, M. Kes Dra. Engk Sosialine, M. Apt
Lampiran 3
Daftar Distribusi Kabupaten/Kota Tahun 2014
Lampiran 4
SURAT BUKTI BARANG KELUAR
Nomor
1 Diethyl Carbamazine
(DEC) Tablet
Penerima Barang Penyimpan Barang
An. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Ka. Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan
Sri Suriani Purnamawati, S.Si, Apt, M.Kes Pembina / IV A
Lampiran 5
BERITA ACARA PENGELUARAN BARANG
Pada Hari Selasa Tanggal Dua Puluh Lima November Tahun Dua Ribu Empat Belas
sesuai denngan surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
Nomor: 440.442/ / XI/2014, Tanggal 25 November 2014
Telah diserahkan Obat Filariasis dari Gudang Farmasi Dinas KEsehatan Provinsi
Sumatera Utara kepada Dinas Kesehatan Kab. Labuhanbatu Selata, dengan kondisi baik
dan lengkap
Barang-barang tersebut terdiri-dari
NO URAIAN SATUAN JUMLAH KETERANGAN
1 Diethyl Carbamazine
(DEC) Tablet
Tablet
725.072 (Tujuh Ratus Dua Puluh Lima Ribu Tujuh
Puluh Dua) Tablet
Barang tersebut telah
diterima
dengan baik dan cukup Medan , 25 November 2014
Penerima Barang Penyimpan Barang
Lampiran 6
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Nama Barang : Albandazole Tablet DinasKesehatan
Satuan : Botol Provinsi Sum.
Utara
Tgl No.
Fac Dari / Kepada
Jumlah Satuan
Keterangan Masuk Keluar Sisa
10-5-14 828
13-8-14 Dinkes Kab sergei 828 0
1-9-14 Dropping Pusat 2000 2000 1 botol isi 200 tab
17-11-14 Dinkes Kab. Labusel 75 1925
17-11-14 Dinkes Kab.Batu Bara 115 1810