ABSTRAK
GAMBARAN EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT MEMINIMALKAN YANG KADALUARSA DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT DR.H.MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN BULAN FEBRUARI 2012
Fauziyah1; Erna Prihandiwati2;HildaYatim3
Semakin berkembangnya manajemen rumah sakit maka kegiatan dan masalah yang dihadapi oleh Instalasi farmasi rumah sakit semakin kompleks dan bervariatif.
Salah satunya yaitu Masalah obat yang telah kadaluarsa berhubungan erat dengan pengelolaan yang mempunyai peranan penting dalam pengadaan perbekalan farmasi, dimana harus memiliki Kebijaksanaan yang tepat untuk menjamin ketersediaan dan mutu farmasi dengan menggunakan evaluasi kesesuaian pengelolaan obat agar terhindar dari penumpukan obat tidak terpakai yang berakibat obat menjadi kadaluarsa dengan seminimal mungkin. Tujuan Penelitian ini adalah menggambarkan hasil evaluasi kesesuaian pengelolaan obat untuk meminimalkan yang kadaluarsa di instalasi berdasarkan dari pola/ data yang mencakup pengelolaan sediaan farmasi di instalasi farmasi rumah sakit Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
Metode penelitian ini adalah observasional bersifat deskriptif non hipotesis yaitu untuk menggambarkan hasil evaluasi untuk memperoleh data yang meliputi tahap- tahap: penentuan variabel penelitian yang bersifat mandiri tanpa ada variable lain yang menopang, teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan melalui observasi, dokumentasi, studi kepustakaan serta wawancara sebagai data penunjang. Hasil dari penelitian yang dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin menunjukkan pada bulan Februari 2012 adanya ketidaksesuaian pada pola pengelolaan perbekalan farmasi sediaan oral dengan melalui beberapa tahap evaluasi pengelolaan obat yang kadaluarsa meliputi; perencanaan ,pengadaan, penyimpanan dan distribusi Setelah melihat hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sediaan obat terdapatnya ketidak kesesuaian antara pola perencanaan dan pola distribusi obat berupa stok berlebih sebesar (17.30%), stok kosong (4.64%), pemakaian sediaan oral (38,11%), resep yang terlayani (93.50%), resep yang tidak terlayani optimal (7,52%), kepatuhan dokter dengan formularium sebesar (8,67%), sehingga dari sinilah terjadinya penumpukan obat yang berakibat kadaluarsa.
Kata Kunci : Evaluasi pengelolaan, meminimalkan obat kadaluarsa, rumah sakit
ABSTRACT
DESCRIPTION OF FITNESS EVALUATION OF DRUG MINIMIZE THE EXPIRED DATE DRUGS IN HOSPITAL PHARMACY INSTALLATION
DR.H.MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN MONTH FEBRUARY 2012
Fauziyah1; Erna Prihandiwati2;Hilda Yatim3
The continued development of hospital management, the activities and problems faced by the hospital pharmacy Installation increasingly complex and varied. One of them is a drug problem that has expired is closely related to the management with an important role in the procurement of pharmaceuticals, which must have an appropriate policy to ensure the availability and quality of pharmaceuticals by using the evaluation of the suitability of medication management to avoid the buildup of unused drugs that cause the drug to be expired with the minimum. The purpose of this study is to describe the results of the evaluation of the suitability of the management of the expired medication to minimize the installation based on the pattern/data which includes the management of pharmaceuticals in the hospital pharmacy installation Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
This is an observational research method is descriptive non hypothesis to describe the results of the evaluation is to obtain data which includes the steps of:
determining variable research is independent with no other variables that support, data collection techniques using field studies through observation, documentation, library research and interview as supporting data. The results of research conducted at the hospital pharmacy installation Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin in February 2012 showed a pattern of inconsistency in the management of oral dosage pharmaceuticals through several stages of evaluation by management of the expired date drugs include:
planning, procurement, storage and distribution After seeing the results and discussion of research can be concluded that the management of drug dosage presence of non correspondence between the pattern planning and pattern of drug distribution in the form of excess inventory (17:30%), an empty stock (4.64%), use of oral preparations (38.11%), prescription served (93.50%), recipes that are not provided optimal (7.52%), compliance with formularies for physicians (8.67%), so from here that the resulting buildup of expired date drugs.
Keywords: Evaluation of management, minimizing the expired date drugs,hospital
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Depkes RI, berbagai penelitian dirumah sakit melaporkan bahwa biaya pembelian obat sebesar 40%-50% dari jumlah operasional pelayanan kesehatan dan keuntungan dari obat yang dijual di rumah sakit merupakan hal yang lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan keuntungan dari jasa yang lain, misalnya pelayanan laboratorium, radiologi, pelayanan rawat inap ataupun pelayanan gizi. Obat tidak hanya sebagai barang medis tetapi juga merupakan barang ekonomi strategis sehingga obat memiliki kedudukan yang cukup penting dalam mempengaruhi pelayanan kesehatan di rumah sakit(Anonim.2006).
Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Semakin berkembangnya manajemen rumah sakit maka kegiatan dan masalah yang dihadapi oleh Instalasi farmasi rumah sakit semakin kompleks, Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya bagian di rumah sakit yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan obat mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan mau pun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004)
Hal ini diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan yang menyatkan tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yaitu tujuan dari manajemen obat di rumah sakit adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan serta memberikan manfaat bagi pasien dan rumah sakit.
Manajemen obat dimulai dengan suatu tahap perencanaan yang merupakan dasar dari pengelolaan obat untuk menentukan kebutuhan obat, maka itu diperlukan data-data yang akurat dalam proses pengolahannnya yang sebaiknya didukung oleh suatu sistem informasi manajemen rumah sakit (Sutopo,Patria jati 2009)
Perencanaan ini disesuaikan dengan anggaran dan juga harus sesuai formularium yang telah ditetapkan oleh organisasi yang disebut Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Rumah Sakit, untuk mewujudkan perencanaan tersebut adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan pengadaan obat untuk memenuhi kebutuhan obat yang telah ditetapkan dalam perencanaan, dengan adanya pengawasan untuk mengatur persediaan obat serta menjamin ketersediaan obat. Tahapan ini berlangsung seperti siklus yang saling terkait, Siklus ini harus dijaga agar semua tahap di dalamnya sama kuat dan segala kegiatan tersebut harus selalu selaras, serasi dan seimbang.
Apabila terjadi kesalahan pada suatu tahap yang saling terkait dan saling mempengaruhi ini akibatnya akan mengacaukan siklus secara keseluruhan yang menimbulkan dampak negative untuk rumah sakit seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat, obat rusak, dan lain sebagainya, sehingga harus terkoordinasi dengan optimal agar tidak menimbulnya penumpukan obat yang berakibat pada banyak nya obat menjadi kadaluarsa, maka dinilai dengan salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menilai kesesuaian pengelolaan obat di farmasi rumah sakit yang memberikan pengaruh besar terhadap sistem keuangan rumah sakit terutama pengelolaan obat yang tidak sesuai untuk meminimalkan obat-obat kadaluarsa
(Pudjaningsih,1996) dalam (Sutopo,Patria jati 2009)
Kebijakan yang tepat untuk menjamin ketersediaan dan mutu farmasi adalah dengan cara mengevaluasi pengelolaan obat untuk meminimalkan yang kadaluarsa, selain itu Instalasi Farmasi Rumah Sakit juga sebagai satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi dirumah sakit yang secara keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik disemua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut.(Siregar dan Amalia, 2004)
Adanya Masalah mengenai pengelolaan obat seperti kelebihan (overstock) atau stok tidak terpakai (unused stocks) yang mempunyai peranan penting dalam pengadaan sediaan obat, sehingga memungkinkan menjadi factor penumpukan obat tidak terpakai yang berakibat pada habisnya masa aktif obat/kadaluarsa bagi pihak konsumen yang terjadi diinstalasi farmasi sebagai tempat penyaluran obat ke pasien.