• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi

Model analisis yang digunakan untuk menduga fungsi produksi usahatani tumpangsari adalah model fungsi produksi Cobb Douglas, model yang umum digunakan dalam penelitian. Model fungsi produksi Cobb Douglas untuk usahatani tumpangsari yang dipertimbangkan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel: Y=β0X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 eu………...………...…(4.1)

Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear). Model fungsi produksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel

Ln Y = Ln β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + β4 LnX4+ β5 LnX5 + u...(4.2) dimana:

27 Ln Y : Produksi tumpangsari (Kg/Ha)

β0 : Intercept/konstanta

β1- β5 : Koefisien arah regresi masing-masing variabel independen X1……X5

X1 :Benih (Kg/Ha)

X2 : Tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha) X3 : Pupuk organik (Kg/Ha)

X4 : Pupuk urea (Kg/Ha) X5 : Pupuk phonska (Kg/Ha) e : Bilangan natural (2.718) u : Error

Nilai parameter dugaan produksi tumpangsari wortel di Desa Sukatani diduga menggunakan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Squares (OLS). Metode pengujian hipotesis terdiri dari uji secara ekonomi, statistik, dan uji ekonometrik. Uji statistik terdiri dari uji t, uji F, dan R2. Uji ekonometrik terdiri dari uji multikolinearitas, uji kenormalan, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Secara Ekonomi

Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap variabel independen dalam model pendugaan. Tanda untuk setiap variabel independen harus bernilai positif. Tanda positif artinya penambahan penggunaan input setiap satu satuan akan meningkatkan produksi tumpangsari wortel.

b. Uji Statistik

Terdapat dua hipotesis dalam uji statistik. Hipotesis pertama adalah model yang telah dipilih benar-benar berpengaruh nyata terhadap keragaman nilai produksi tumpangsari wortel dan hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji F. Hipotesis kedua menggunakan uji-t yaitu bahwa faktor-faktor produksi benih, tenaga kerja setara laki-laki, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska

28 secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

1. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter dalam fungsi produksi (Soekartawi, 2003). Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : β1 = β2 = …….= βi = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel independen yang berpengaruh nyata

H1 : paling tidak ada satu β1 ≠ 0 ; artinya minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh nyata

Uji sattistik yang digunakan adalah uji F, yaitu F-hitung = R2/ (k−1)

1−R2 /(n−k)...(4.3) dimana:

R2 = koefisien determinan

k = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan

Kriteria uji:

P-value uji F > α, maka terima H0, artinya variabel independen dalam model secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

P-value uji F < α, maka tolak H0, artinya variabel independen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

29 2. Uji t

Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dependen (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel independen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 ; artinya suatu variabel independen tidak memiliki pengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel. H1 : β1 > 0 ; i = 1,2,3,...n ; artinya suatu variabel independen memiliki pengaruh

nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

Menurut Soekartawi (2003) uji statistik yang dapat digunakan adalah uji statistik-t sebagai berikut:

t-hitung = bi − βi

Sbi ...(4.4) dimana:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i ßi = parameter ke-i yang dihipotesiskan n = banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi Kriteria uji:

P-value uji t > α, maka terima H0, artinya variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

P-value uji t < α, maka tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

30 3. Koefisien Determinasi (R-squared)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen (Soekartawi, 2003). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

R2 = Jumlah Kuadrat Regresi (JKR )

Jumlah Kuadrat Total (JKT ) ...(4.5) dimana:

JKR = jumalah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total R2 = koefisien determinasi c. Uji Ekonometrika

Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis pengujian yaitu uji multikolinearitas, normalitas dan heteroskedastisitas.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel independen pada model persamaan. Adanya multikolinearitas dalam persamaan regresi akan berakibat pada varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan. Salah satu pengujian adanya multikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan pengujian Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas, sedangkan VIF > 10 berarti ada korelasi antar variabel prediktor sehingga ada ketidaksesuaian model atau apabila nilai VIF lebih dari 10, maka taksiran parameter kurang baik. Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada multikolinearitas H1 = Ada multikolinearitas

31 Statistik pengujian yang digunakan adalah:

VIF = 1

(1−R2) ...(4.6) Kriteria keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:

Jika VIF > 10, maka tolak H0 Jika VIF < 10, maka terima H0

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah serangkaian data mendekati distribusi normal. Penelitian ini menggunakan uji Jarque Berra (JB). Uji JB ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis (Gujarati, 2007). Perumusan hipotesa untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = Residual menyebar normal H1 = Residual tidak menyebar normal Statistik pengujian yang digunakan adalah: JB = n 6 S2 + (K3)2 4 ...(4.7) Dimana: n = ukuran sampel S = koefisien Swekness K = koefisien Kurtosis

Jika P value uji JB < α, maka tolak H0, artinya residual tidak menyebar normal Jika P value uji JB > α, maka terima H0, artinya residual menyebar normal 3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan galat yang memiliki varian tidak konstan. Penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Perumusan hipotesa untuk uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

32 H0 = Tidak ada heterokedastisitas

H1 = Ada heterokedastisitas

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

| Ut | = α + βXt+Vt...(4.8) Dimana:

|Ut| = nilai absolut residual Xt = variabel independen

Kriteria keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Jika P value < α, maka tolak H0, artinya ada heteroskedastisitas Jika P value> α, maka terima H0, tidak ada heteroskedastisitas 4.4.2. Analisis Efisiensi Ekonomi

Soekartawi (2002), efisiensi ekonomi merupakan kondisi pengalokasian faktor-faktor prosuksi yang optimal untuk mencapai keuntungan maksimal. Kondisi tersebut tercapai apabila nilai produk marjinal suatu input (NPMxi) sama dengan harga inputnya (Pxi), dimana Pxi sama dengan BKMxi, dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

NPMxi = Pxi; atau NPMxi = BKMxi NPMxi / Pxi = 1

Adapun penggunaan lebih dari satu faktor produksi misalnya n faktor produksi, maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila:

NPMx 1

Px 1 = NPMx 2

Px 2 = =NPMxn

Pxn = 1 ...(4.9) Kenyataannya nilai NPMxi tidak selalu satu dengan BKMxi. Jika NPMxi/BKMxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien maka input perlu ditambah. NPMxi/BKMxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien maka input perlu dikurangi.

33 4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Untuk perhitungan pendapatan petani dilakukan perhitungan analisis penerimaan petani dan biaya total produksi. Soekartawi et al (1986), menyatakan pendapatan petani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai. Biaya tunai terdiri atas upah tenaga kerja luar keluarga, biaya benih kailan, benih caisin, benih bawang daun, pupuk organik, pupuk urea, pupuk phonska, dan pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari biaya benih wortel, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan, dan biaya penyusutan alat.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan cara membagi selisih antara nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal digunakan. Asumsi metode yang digunakan dalam menghitung biaya penyusutan adalah metode garis lurus. Metode ini mengasumsikan penyusutan alat pertanian yang digunakan sama setiap tahunnya dan alat pertanian tidak laku untuk dijual saat habis umur ekonomisnya.

Rumus biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Biaya Penyusutan = (Nb – nilai sisa) / n...(4.10) Keterangan:

Nb : Nilai pembelian (Rp) n : Umur ekonomis (Tahun)

Analisis pendapatan petani tumpangsari wortel ini dilakukan dengan pencatatan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu musim produksi. Pendapatan petani dapat dirumuskan sebagai berikut:

34 = (Py.y) – (Px.x)

Π Total = TR – (TC + CC)...(4.12) Keterangan:

Π = Pendapatan (Rp/Ha) TR = Total penerimaan (Rp/Ha) TC = Biaya tunai produksi (Rp/Ha) CC = Biaya yang diperhitungkan (Rp/Ha)

Py = Harga jual komoditas tumpangsari (Rp/Kg) Px = Harga jual input produksi tumpangsari (Rp/Kg) Y = jumlah output total (Kg/Ha)

X = jumlah input produksi (Kg/Ha)

Besar kecilnya keuntungan suatu usahatani dapat dinilai dengan analisis Cost Ratios (R/C Ratio). Imbangan penerimaan dan biaya (R/C) rasio merupakan perbandingan anatar total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Analisis ini dilakukan atas biaya tunai dan biaya total yang dirumuskan sebagai berikut:

R/C atas biaya tunai = Total Penerimaan

Total Biaya Tunai...(4.13) R/C atas biaya total = Total Penerimaan

Total Biaya ...(4.14) Keterangan:

a. R/C > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya. Kegiatan usahatani tumpangsari tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan. b. R/C < 1, artinya tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan

tambahan menguntungkan dan tidak layak dilaksanakan.

35 4.4.4. Definisi Operasional

Terdapat beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Petani adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani dan melakukan usahatani tumpangsari wortel selama satu musim tanam yaitu pada bulan Februari-Mei 2012.

2. Komoditas yang ditumpangsari adalah wortel, kailan, caisin, dan bawang daun, dimana wortel merupakan komoditas utamanya.

3. Luas lahan garapan adalah luas lahan usahatani tumpangsari wortel dalam satu hektar.

4. Modal berupa lahan, alat-alat, sarana produksi, uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan produksi tumpangsari.

5. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan penyiangan. Tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan, yang dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga.

6. Produksi total adalah hasil dari pemanenan wortel, kailan, caisin, dan bawang daun yang berasal dari luas lahan tertentu, diukur dalam kilogram, dimana jumlah hasil panen kailan, caisin, dan bawang daun sudah disetarakan dengan wortel menggunakan rasio harga.

7. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli benih kailan, bawang daun, pupuk organik, pupuk urea, pupuk phonska, upah tenaga kerja luar keluarga, dan pajak lahan. Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini diantaranya biaya penggunaan benih

36 wortel, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan.

8. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

9. Harga produk adalah harga wortel di tingkat petani dalam satu musim panen dalam satuan rupiah per kilogram. Alasan menggunakan harga wortel yaitu karena total produksi dari tumpangsari ini sudah disetarakan dengan wortel.

Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi tumpangsari wortel (Y), benih (X1), tenaga kerja setara laki-laki (X2), pupuk organik (X3), pupuk urea (X4), dan pupuk phonska (X5)secara jelas diuraikan sebagai berikut:

1. Produksi tumpangsari (Y)

Produksi wortel, kailan, caisin, dan bawang daun adalah total produksi pada sebidang tanah dengan luasan satu hektar dalam satuan kilogram. Produksi kailan, caisin, dan bawang daun disetarakan dengan produksi wortel, sehingga diperoleh produksi tumpangsari wortel.

2. Benih (X1)

Benih adalah jumlah benih yang digunakan dalam proses produksi usahatani tumpangsari wortel, kailan, caisin, dan bawang daun dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga benih dalam satu rupiah per kilogram. Benih kailan, caisin, dan bawang daun disetarakan dengan benih wortel, sehingga diperoleh benih tumpangsari wortel. 3. Tenaga Kerja (X2) adalah tenaga kerja yang digunakan dalam produksi

37 perempuan distratakan dengan tenaga kerja laki-laki dengan menggunakan rasio upah karena ada perbedaan upah laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki sebesar Rp 25 000 dan perempuan sebesar Rp 10 000 per hari, sehingga diperoleh tenaga kerja stara laki-laki dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK). Satu hari kerja yaitu delapan jam dan biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam satu hari kerja.

4. Pupuk Organik(X3)

Pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk organik dalam satu rupiah per kilogram.

5. Pupuk Urea (X4)

Pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk urea dalam satu rupiah per kilogram. 6. Pupuk Phonska (X5)

Pupuk phonska adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk phonska dalam satu rupiah per kilogram.

38 V. GAMBARAN UMUM

Dokumen terkait