• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI

USAHATANI TUMPANGSARI WORTEL DI DESA

SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR

HETI SEPTIANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Juli 2013

(3)

iii RINGKASAN

HETI SEPTIANI. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA.

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan, karena memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan devisa.

Pertanian di Indonesian terbagi dalam beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sub sektor hortikultura terdiri atas tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan tanaman biofarmaka. Berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura Indonesia pada tahun 2007-2010, sayuran merupakan penyumbang PDB terbesar kedua setelah buah-buahan yaitu dengan nilai rata-rata sebesar Rp 28 885 Milyar. Salah satu jenis sayuran yang memiliki laju pertumbuhan yang paling besar yaitu wortel sebesar 5.05%, dimana menempati urutan kedua setelah bawang merah.

Produksi tanaman wortel di Indonesia dari tahun 2007-2010 cenderung mengalami peningkatan. Produksi wortel pada tahun 2010 yaitu mencapai 403 827 ton. Adapun Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 memiliki jumlah produksi wortel sebesar 113 576 kg atau setara dengan 28.12% dari total produksi di Indonesia. Produksi terbanyak dihasilkan dari Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 34 559 ton atau setara dengan 30.43% dari total produksi di Jawa Barat dan merupakan sentra produksi wortel.

Usahatani wortel di Desa Sukatani memiliki prospek yang cerah apabila dikelola secara baik dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara kepada petani budidaya wortel mudah dibudidayakan karena tidak terlalu membutuhkan perawatan yang intensif, serta benih yang ada di Desa Sukatani bisa dijual ke petani yang ada di Bandung dan Garut. Kontribusi tertinggi wortel di Kabupaten Cianjur diperoleh dari Kecamatan Pacet, namun produktivitasnya rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini karena diduga penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi dan mengestimasi tingkat efisiensi ekonomi. Petani yang menjadi responden adalah gabungan kelompok tani Surya Kencana dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 65. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi Cobb Douglas dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis efisiensi ekonomi dilakukan dengan menggunakan pendekatan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM).

(4)

iv rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. Berdasarkan hasil analisis pendapatan, usahatani tumpangsari wortel memberikan keuntungan secara ekonomi bagi petani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai pendapatan atas biaya tunai satu musim tanam sebesar Rp 10 747 174.00/Ha dan pendapatan atas biaya total satu musim tanam yaitu sebesar Rp 3 592 374.00/Ha.

(5)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI TUMPANGSARI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR THE ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF INTERCROPPING FARMING

OF CARROT IN SUKATANI VILLAGE, SUB-DISTRICT OF PACET, DISTRICT OF CIANJUR

Septiani, Heti 1), Sutara Hendrakusumaatmaja 2)

1) Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan NRP: H44080039; Semester : 10

2) Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Gelar: Ir, M.Sc

ABSTRACT

The agricultural sector is one sector which is still reliable, because it has

an important role for the economic development of a nation. Based on the value

of 2007-2010 Indonesian horticulture Gross Domestic Product (GDP), vegetables

are the second largest contributor to GDP after fruit with average value of Rp

28,885 billion. One type of vegetable that has the greatest growth rate is carrots,

with growth rate 5.05%. Carrot production in Indonesia from 2007-2010 tended to

increase. Largest carrot production is from Cianjur with the amount of 34 559

tones, equivalent to 30.43% of the total production in West Java and also

become the center of production of carrots. The purpose of this study was to

identify the factors that affect the level of production and estimate the production

of economic efficiency. The model analysis used in this study was Cobb Douglas

function model with Ordinary Least Square method (OLS). Economic efficiency

analysis performed using the ratio approach Marginal Product Value (NPM) with

Sacrifice Marginal Cost (BKM). The analysis showed that the factors which

significantly affect the influence the farm production of intercropping of carrots

were seeds, organic fertilizer and urea fertilizer. Results of economic efficiency

analysis showed that farming had not reached economic efficiency yet. It was

shown from the ratio of the Marginal Product Value (NPM) with sacrifices

Marginal Cost (BKM) were not equal with one. Based on the income analysis,

intercropping farming of carrots was providing economic benefits for farmers.

This was indicated by the value of the cash cost of revenues over one growing

season was Rp 10 747 174.00/Ha and revenues over one growing season total

cost was Rp 3 592 374.00/Ha.

Keywords: farming, intercropping of carrots, Cobb Douglas, economic effeciency,

(6)

v

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI

USAHATANI TUMPANGSARI WORTEL DI DESA

SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR

HETI SEPTIANI (H44080039)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

vi Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di

Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Nama : Heti Septiani

NRP : H44080039

Menyetujui,

Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

(8)

vii UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Kedua orangtua tercinta Bapak Engkos Kosasih dan Ibu Mimin Sulasmini,

S.Pd atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan baik moral maupun spiritual yang telah diberikan selama ini, serta kepada adik tercinta Amaliah Febriani yang selalu memberi semangat dan perhatiannya kepada penulis. 2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan arahan, saran, motivasi serta memberikan waktu luang dalam penulisan skripsi ini.

3. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

4. Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas koreksi dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staff pengajar Departemen ESL yang selalu memberikan saran dan masukkan kepada penulis.

(9)

viii data untuk keperluan penulisan skripsi ini dan waktu luang atas diskusi yang diberikan.

7. Bapak Apip dan seluruh petani yang menjadi responden di Desa Sukatani atas waktu yang disediakan untuk wawancara dan memberikan informasi yang sangat berharga untuk penulisan skripsi ini, serta keluarga ibu Nunung yang memberikan tempat tinggal yang nyaman selama penelitian.

8. Ipan Supyandi yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis, dalam penulisan skripsi ini.

9. Rekan-rekan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, khususnya untuk sahabat-sahabat terbaik Anissa Saras Waty, Rani Sumarni, dan Dita Permatasari.

10. Rekan-rekan bimbingan skripsi yang telah membantu dalam suka maupun duka selama penyelesaian skripsi ini: Dinda Asyifa Devi, Rizki Kamelia, Yuliana Ermawan, Rizki Alya Y, Dea Amanda, Imam Mukti W, Fadli Diana, dan Hatifah Setiasih.

11. Teman-teman di Kost Pondok Harum Cibanteng: Ida, Novianti, Ade Yuliany, Puput, Winda, Hany, Thia, Syifa, Lisna, dan Fildzah.

12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Juli 2013

(10)

ix KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

Penelitian ini berisi mengenai apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi pada usahatani tumpangsari, serta bagaimana tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani tumpangsari. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Akan tetapi, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk penulis pribadi.

Bogor, Juli 2013

(11)

x

2.2.1. Penelitian Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Produksi ... 10

2.2.2. Penelitian Efisiensi Ekonomi ... 11

2.2.3. Penelitian Pendapatan Usahatani ... 11

2.3. Kebaruan Penelitian ... 12

3.1.6. Konsep Pendapatan Usahatani ... 21

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 22

(12)

xi

4.4.4. Definisi Operasional ... 35

V. GAMBARAN UMUM ... 38

5.1. Gambaran Umum dan Geografis Desa Sukatani... 38

5.2. Karakteristik Petani Responden ... 39

5.2.1. Luas Lahan ... 39

5.2.2. Status Kepemilikan Lahan... 40

5.2.3. Umur Petani ... 41

5.2.4. Tingkat Pendidikan Petani... 41

5.2.5. Pengalaman Berusahatani ... 42

5.3. Gambaran Umum Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani ... 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

6.1. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Produksi Tumpangsari Wortel ... 47

6.1.1. Analisis Penggunaan Faktor Produksi ... 47

6.1.2. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi ... 49

6.1.3. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produktsi Tumpangsari Wortel ... 53

6.1.4. Alat-Alat Pertanian ... 55

6.2. Hasil Pendugaan Efisiensi Ekonomi ... 57

6.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani ... 59

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 62

7.1. Simpulan... 62

7.2. Saran ... ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(13)

xii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010 (Milyar Rp)………... 2 2. Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia Tahun

2007-2010... 2 3. Luas Panen dan Produksi Wortel di Indonesia Pada Tahun

2010………... 3

4. Luas Panen dan Produksi Wortel di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010...……….……….. 4 5. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Wortel

di Kabupaten Cianjur Tahun 2011...………... 4 6. Luas Wilayah di Desa Sukatani Menurut Penggunaannya

Tahun 2009... 39 7. l Sebaran Petani Responden Berdasarakan Luas Lahan di Desa

Sukatani Tahun 2012…...………..………... 40 8. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Lahan di Desa Sukatani Tahun 2012……….………... 40 9. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa

Sukatani……….………...………... 41 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Sukatani Tahun 2012………... 42 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman

Berusahatani di Desa Sukatani Tahun 2012…………... 43 12. Penerimaan Petani Berdasarkan Komoditas yang Ditanama di

Desa Sukatani Tahun 2012... 44 13. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi

Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012………... 51 14. Nilai P-value Statistik VIF pada Model Fungsi Produksi Cobb

Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012………... 52 15. Nilai P-value Statistik Skewnes dan Kurtosis pada Model

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……...

(14)

xiii 16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser pada Model Fungsi Produksi

Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……... 53 17. Penyusutan Alat-alat Pertanian pada Usahatani di Desa

Sukatani Tahun 2012……... 56 18. Rasio Nilai Produksi Marjinal dengan Biaya Korbanan Marjinal

pada Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……... 57 19. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor Produksi Tumpangsari

Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012……... 58 20. Pendapatan Rata-rata Per Hektar pada Usahatani Tumpangsari

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Fungsi Produksi Klasik...………... 18

(16)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam umbi Wortel per 100 gram

Bahan Segar………. 66

2. Data Produksi Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani

Tahun 20012…..…... 66 3. Hasil Estimasi Model Produksi Cobb Douglas Usahatani

Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012... 68 4. Uji Normalitas pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas

Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 ... 69 5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada Model Fungsi

Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa Sukatani Tahun 2012 ..………..………... 69 6. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Tumpangsari Wortel di

Desa Sukatani Tahun 2012... 69 7. Penggunaan Input Optimal Produksi Tumpangsari Wortel di Desa

Sukatani Tahun 2012... 70 8. Dokumentasi Penelitian Usahatani Tumpangsari Wortel di Desa

(17)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan, karena memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan devisa. Peranan sektor pertanian dapat dilihat secara lebih komperhensif antara lain, (a) sebagai penyediaan pangan masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional, (b) sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk peningkatan sektor industri dan jasa, (c) sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk substitusi impor, (d) sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (e) transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, (f) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor-sektor lain, dan (g) peran pertanian menyediakan jasa-jasa lingkunagan (Daryanto, 2009).

(18)

2 28 885 Milyar. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan PDB hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010 (Milyar Rp)

No Komoitas Nilai PDB Hortikultura Rata-rata PDB 2007 2008 2009 2010

Berdasarkan Tabel 1, sayuran merupakan sumber pertumbuhan yang berpotensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi PDB sayuran dari tahun 2007-2010 yang selalu meningkat. Salah satu jenis sayuran yang memiliki laju pertumbuhan yang paling besar yaitu wortel sebesar 5.05 persen, dimana menempati urutan kedua setelah bawang merah. Produksi tanaman wortel dari tahun 2007-2010 cenderung mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan produksi tanaman hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2010

(19)

3 Peningkatan produksi tanaman wortel diperoleh dari hampir seluruh Provinsi di Indonesia, kecuali Riau, DKI Jakarta, dan Pulau Kalimantan. Jumlah produksi tanaman wortel di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 403 827 ton. Provinsi yang memiliki jumlah produksi wortel tertinggi pada tahun 2010 adalah Jawa Barat yaitu sebesar 113 576 ton (28.12 persen). Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan luas panen dan produksi wortel di Indonesia pada Tahun 2010. Tabel 3. Luas Panen dan Produksi Wortel di Indonesia Pada Tahun 2010

No Provinsi Luas Panen Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah), 20122

(20)

4 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan (diolah), 20123

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Cianjur memiliki 32 kecamatan dengan komoditas unggulan masing-masing, di Kabupaten tersebut terdapat lima kecamatan yang berkontribusi terhadap produksi wortel diantaranya Pacet, Cipanas, Sukaresmi, Warung Kondang, dan Sukanagara. Kontribusi tertinggi wortel diperoleh dari Kecamatan Pacet yaitu sebesar 57.60 persen dari total produksi Kabupaten Cianjur. Berikut tabel yang menjelaskan data perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.

Tabel 5. Perkemabangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Wortel di Kabupaten Cianjur Tahun 2011

Sumber : Dinas Pertanian Cianjur (diolah), 2012

3

(21)

5 Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Pacet, Desa Sukatani merupakan sentra produksi wortel yang berada di Kecamatan Pacet yang menjadikan wortel sebagai komoditas unggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya. Budidaya wortel di Desa Sukatani dilakukan dengan pola tanam tumpangsari. Tumpangsari merupakan salah satu cara pola tanam yang melakukan penanaman lebih dari satu tanaman dalam satu luasan lahan yang sama. Pada penelitian ini komoditas yang ditumpangsari yaitu wortel, kailan, caisin, dan bawang daun, dimana wortel menjadi komoditas utama dalam usahatani ini. Berdasarkan Tabel 5 kontribusi tertinggi diperoleh dari Kecamatan Pacet, namun produktivitasnya rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini karena diduga penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.

2. Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi

pada usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani.

(22)

6 1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai:

1. Bagi penulis, diharapakan penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Bagi akademis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitiannya.

3. Bahan masukan dan pertimbangan bagi kelompok tani selaku unit pengambil keputusan usahatani tumpangsari wortel yang efisien, sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal.

4. Bagi Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Pacet, dan pemerintah Kabupaten Cianjur diharapkan dapat menjadi masukan dalam menemukan kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelompok tani.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(23)

7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Komoditas Sayuran 2.1.1. Wortel

Tanaman wortel (Daucus carota L) merupakan sayuran dataran tinggi, dimana pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab. Keunggulan dari tanaman wortel adalah dapat ditanam sepanjang tahun baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan suhu udara bagi wortel adalah jika suhu udara terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi-umbian kecil (abnormal) dan berwarna pucat atau kusam dan apabila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin) maka umbi yang terbentuk menjadi panjang. Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, pengurangan impor, dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).

Wortel merupakan tanaman khas dataran tinggi dengan ketinggian 1 200- 1 500 m dpl untuk pertumbuhan terbaiknya. Suhu yang cocok untuk tanaman ini sekitar 22-24°C dengan kelembapan dan sinar matahari yang cukup. Persyaratan tanah yang sesuai untuk tanaman ini yaitu subur, gembur, dan banyak mengandung humus, tata udara, dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Wortel dapat tumbuh baik pada pH antara 5.5-6.5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6.0-6.8.

(24)

8 bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sosok tanamannya berupa rumput, dan menyimpan cadangan makanannya di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, berakar tunggang yang bentuk dan fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Umbi berwarna kuning dan kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis.

Wortel memiliki bermacam-macam manfaat antara lain sebagai, (1). Bahan makanan, wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang digunakan untuk membuat bermacam-macam masakan misalnya sup, capcai, dan sebaginya. Umbi wortel juga dapat digunakan dalam industri pangan untuk diolah menjadi bentuk olahan, misalnya jus wortel, minuman sari umbi wortel, dan lain-lain. Selain itu umbi wortel juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna pangan alami (dalam bentuk tepung alami), selain umbinya bagian tanaman lain misalnya daun, dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan (sayuran). Wortel sangat kaya akan vitamin A, yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mata dan memelihara jaringan epitel, yakni jaringan yang ada pada kulit, (2). Bahan obat-obatan, digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, antara lain mencegah kanker, rabun senja, diuretik, bau mulut, menurunkan kolesterol darah, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi penyakit, meningkatkan kesehatan usus besar, dan sebagainya, (3). Bahan kosmetik, untuk merawat kecantikan wajah dan kulit, menyuburkan rambut, dan lain-lain (Cahyono, 2003).

2.1.2. Kailan

(25)

9 tanaman kailan sepintas mirip dengan sawi/caisin atau kembang kol. Daunnya panjang dan melebar seperti caisin, sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Tanaman kailan mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, mineral, dan vitamin.4

2.1.3. Caisin atau Sawi

Caisin (Brassica juncea) meupakan salah satu jenis kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari Asia. Caisin dapat dibudidayakan didataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian yang paling baik yaitu di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m dpl sampai dengan 1 200 m dpl. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-7. Kandungan yang terdapat pada caisin adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamani B, dan Vitamin C. Caisin dapat dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan dalam bentuk masak. Selain itu daun caisin juga sering dibuat asinan oleh masyarakat Cina (Sunarjono, 2009).

2.1.4. Bawang Daun

Bawang daun (Allium sp.) merupakan tanaman yang berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena yang dikonsumsi hanya daunnya atau bagian daun yang masih muda. Pangkal daunnya membentuk batang semu dan bersifat merumpun, batangnya pendek dan berbentuk cakram. Dicakram inilah muncul tunas daun dan akar serabut. Daerah penanaman yang cocok diketinggian sekitar 250-1 500 m dpl. Curah hujan yang tepat sekitar 1 500-2 000 mm/tahun dengan suhu udara harian 18-250C dan tanah dengan pH netral (6.5-7.5). Bawang daun

4

(26)

10 mengandung vitamin C, banyak vitamin A, dan sedikit vitamin B. Kandungan zat gizi bawang daun lebih baik daripada bawang merah. Dalam kehidupan sehari-hari, bawang daun digunakan sebagai bumbu masakan, terutama masakan Cina (Sunarjono, 2009).

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis efisiensi ekonomi memang telah banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai analisis efisiensi ekonomi secara khusus, dimana responden yang digunakan merupakan petani yang melakukan usahatani tumpangsari wortel dan tergabung dalam kelompok di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur belum pernah dilakukan sebelumnya. Banyak penelitian yang membahas analisis yang sama tetapi dengan komoditas dan lokasi yang berbeda.

2.2.1. Penelitian Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Produksi

(27)

11 2.2.2. Penelitian Efisiensi Ekonomi

Pasaribu (2007) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal. Petani yang digunakan sebagai responden berjumlah 40 orang, dipilih dengan teknik sistem acak sederhana (simple random sampling). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani wortel belum digunakan secara efisien. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio NPM-BKM yang tidak sama dengan satu. Rasio NPM dan NPM-BKM dari lahan sebesar 1.35, benih sebesar 38.6, pupuk urea sebesar 2.37, pupuk TSP sebesar 11.36, pupuk KCl sebesar 10.58, pupuk kandang sebesar 33.78, obat cair sebesar -1.11, tenaga kerja pria sebesar 3.24 dan tenaga kerja wanita sebesar -1.27.

2.2.3. Penelitian Pendapatan Usahatani

(28)

12 masyarakat desa Kerta tidak layak untuk diusahakan dengan nilai BCR yang diperoleh sebesar 0.96

2.3. Kebaruan Penelitian

(29)

13 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang digunakan dalam penelitian ini. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Konsep Usahatani, Teori Fungsi Produksi, Konsep Elastisitas Produksi, Konsep Return to Scale, Konsep Efisiensi Ekonomi, dan Konsep Pendapatan Usahatani.

3.1.1. Konsep Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007).

(30)

14 Berdasarkan sifat dan corak usahatani dibedakan menjadi dua tipe yaitu usahatani subsisten dan komersial. Usahatani subsisten merupakan usahatani yang hasil panennya digunakan untuk memenuhi kebutuhan petani atau keluarganya sendiri tanpa melalui peredaran uang, sedangkan usahatani komersial merupakan yang keseluruhan hasil panennya dijual ke pasar atau melalui perantara (pengumpul, pedagang besar, dan pengecer) maupun langsung ke konsumen. Dalam kenyataannya subsisten murni tidak ada, yang ada adalah transisi. Jika hasil yang dijual lebih dari 70 persen, dapat dikategorikan sebagai usahatani komersial.

3.1.2. Teori Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi et al. (1986), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X). Variabel dependen (Y) merupakan output dan variabel independen (X) merupakan input. Secara matematis rumus sederhana dari fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, ..., Xn)...(3.1)

(31)

15 (cateris paribus). Masukan pada persaimaan (3.1) dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Masukan yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas lahan, jumlah pupuk, tenaga kerja dan lainnya.

2. Masukan yang tidak dapat dikuasai oleh petani seperti iklim.

Masukan yang dapat dikontrol oleh petani dapat berupa masukan yang tetap sifatnya (misalnya tanah, bangunan) dan masukan yang tidak tetap (misalnya jumlah pupuk dan tenaga kerja). Masukan tertentu mungkin sangat penting, tetapi yang lainnya mungkin tidak demikian, tidak semua masukan dipakai dalam analisis. Hal ini tergantung dari penting tidaknya pengaruh masukan itu terhadap produksi. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang dipakai, maka ia dapat menduga berapa produksi yang dihasilkan.

Diantara fungsi produksi yang umum dibahas dan dipakai oleh para peneliti adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Hal ini dikarenakan mudah untuk membandingkan dengan penelitian terdahulu. Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X).

(32)

16 competition, dan perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan. Sementara itu, asumsi lain yang digunakan adalah usahatani yang dilakukan pada saat produk marginal semakin menurut (diminishing returns) dan positif dengan tujuan memaksimumkan keuntungan.

Fungsi produksi Cobb Douglas memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari fungsi Cobb Douglas adalah umum digunakan dalam penelitian pertanian dan penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, karena mudah ditransfer ke bentuk linear. Pada model ini koefisien pangkatnya menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing input dan besarnya elastisitas tersebut menunjukan tingkat besarnya kondisi skala usaha (return to scale). Adapun kelemahan yang umum ditemukan dalam fungsi Cobb Douglas adalah kesalahan pengukuran variabel yang akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, bias terhadap variabel manajemen, dan data tidak boleh ada yang nol atau negatif (Soekartawi, 2002).

3.1.3. Konsep Elastisitas Produksi

Guna mengetahui perubahan produk yang dihasilkan oleh faktor produksi yang digunakan, dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) komoditas pertanian merupakan persentase perbandingan dari hasil produksi

(33)

17 marjinal adalah tambahan satu-satuan input yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output, sedangkan produk rata-rata adalah tingkat produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. Elastisitas produksi secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ep =

Menurut Doll dan Orazem (1984) menjelaskan bahwa berdasarkan nilai elastisitas, fungsi produksi klasik dibagi menjadi tiga daerah (Gambar 1). Daerah produksi I, menggambarkan nilai Produk Marginal (PM) lebih besar dari Produk Rata-rata (PR). Nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Keuntungan maksimum masih belum tercapai, karena produksi masih dapat diperbesar dengan menggunakan faktor produksi dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga daerah produksi satu disebut daerah irrasional.

Daerah produksi II, Produk Marginal menurun lebih kecil dari dari Produk Rata-rata, namun besarnya masih lebih besar dari nol. Nilai elastisitas produksi pada daerah ini bernilai antara nol dan satu. Hal ini berarti setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Penggunaan faktor produksi pada tingkat tertentu dalam daerah ini akan dicapai keuntungan maksimum, sehingga daerah produksi dua disebut daerah yang rasional.

(34)

18 I

penambahan faktor-faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini menggambarkan pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien, sehingga daerah produksi tiga disebut daerah irrasional.

1.

Gambar 1. Fungsi Produksi Klasik Keterangan:

Titik A = Titik balik (inflection point)

(35)

19 3.1.4. Konsep Return to Scale

Kondisi Return to Scale (RTS) merupakan respon dari suatu perubahan output apabila terjadi suatu perubahan dalam penggunaan input secara proporsional. Soekartawi (2002) menyatakan bahwa, skala usaha perlu diketahui agar mengetahui apakah kegiatan usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing return to scale. Jika jumlah elastisitas produksi dari fungsi Cobb Douglas dilambangkan dengan bk, maka kondisi

usahatani dapat dibedakan menjadi:

1. Increasing return to scale, bila bk >1, artinya bahwa proporsi penambahan

output yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi penambahan input produksi.

2. Constant return to scale, bila bk = 1, artinya bahwa proporsi penambahan

output akan proporsional dengan penambahan penggunaan input produksi. 3. Decreasing return to scale, bila bk  1, artinya proporsi penambahan output

yang dihasilkan kurang dari proporsi penambahan penggunaan input produksi. 3.1.5. Konsep Efisiensi Ekonomi

Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem atau proses untuk setiap masukan (Rahim dan Hastuti, 2007). Efisiensi produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi akan tercapai jika Nilai Produk Marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut.

(36)

20 tingkat produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi harus diketahui. Dalam analisis fungsi produksi, syarat keharusan dipenuhi jika petani berproduksi pada daerah rasional II, dimana nilai elastisitas

berada pada kisaran 0 sampai 1 (0 ≤ εp ≤ 1) dan (2) syarat kecukupan yang

berhubungan dengan tujuan bahwa seorang petani diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungannya. Keuntungan maksimum akan tercapai bila Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input (Px) atau

Biaya Korbanan Marjinal (BKM) atau dapat ditulis dengan rumus:

π= PY.f X - PX .X-TFC ………..………...……….(3.3)

Keuntungan maksimum akan dicapai ketika turunan pertama fungsi keuntungan sama dengan nol, sehingga: produksi, maka efisiensi ekonomi dapat dicapai jika:

NPMx1

(37)

21 PRxi = Y/Xi …..…………...………...(3.10)

PMxi = βi . PRxi……...(3.11)

NPMxi = PMxi . P………...(3.12)

dimana kondisi optimal:

NPMxi = Pxi ...(3.13)

PMxi . Py = Pxi...(3.14) βi . PRxi . Py = Pxi...(3.15)

βi . Y Xi . Py = Pxi...(3.16) Persamaan bagi penggunaan faktor produksi pada kondisi optimal dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

Xi= βi.Y. Py

Pxi ………(3.17)

dimana:

βi = Elastisitas faktor produksi ke-i

Y = Jumlah hasil produksi

Py = Harga per unit produk yang dihasilkan

Xi = Jumlah faktor produksi ke-i

Px = Harga faktor produksi ke-i

i = 1,2,3,….n

3.1.6. Konsep Pendapatan Usahatani

(38)

22 petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau benih, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan, sedangkan biaya adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi.

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya, meliputi biaya tetap misalnya pajak tanah dan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, dan biaya untuk tenaga kerja luar keluarga, sedangkan biaya tidak tunai merupakan biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam menjalankan usahataninya namun ikut diperhitungkan, meliputi biaya tetap misalnya sewa lahan, penyusutan alat, dan biaya variabel misalnya biaya benih dan tenaga kerja dari keluarga.

Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari pendapatan yang diterima. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah Return Cost Ratio (R/C) atau analisis imbangan penerimaan dan biaya. Nilai rasio R/C melihat seberapa jauh rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah penerimaan sebagai manfaatnya. Semakin tinggi nilai rasio R/C, maka semakin bagus atau tinggi tingkat efisiensi pendapatan yang diperoleh.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

(39)

23 Usahatani wortel di Desa Sukatani memiliki prospek yang cerah apabila dikelola secara baik dan efisien. Berdasarkan identifikasi peneliti, pada tahun 2011 kontribusi tertinggi diperoleh dari Kecamatan Pacet, namun produktivitasnya rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini karena diduga penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tumpangsari wortel ini adalah benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, gambaran usahatani tumpangsari ini di Desa Sukatani dilakukan secara kualitatif, sedangkan dengan cara kuantitatif yaitu untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi dan pendapatan usahatani tumpangsari wortel.

Analisis efisiensi produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menggunakan NPMxi/BKMxi=1, untuk analisis faktor-faktor produksi

(40)

24 Keterangan: Rekomendasi

Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

 Kontribusi tertinggi diperoleh dari Kecamatan Pacet

 Produktivitas rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya

 Wortel merupakan komoditas utaman di Desa Sukatani dengan pola tanam tumpangsari

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Tumpangsari Wortel

(41)

25 IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan Desa Sukatani merupakan sentra wortel di Kecamatan Pacet yang berpotensial untuk dikembangkan. Pengambilan data primer penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada petani tumpangsari yang tergabung dalam kelompok tani, dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh melalui berbagai instansi, seperti Badan Pusat Statistik, Dirjen Hortikultura, Dinas Pertanian kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Jawa barat, Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPBTPH) Pacet, internet dan berbagai literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Sampel yang dimaksud merupakan petani yang melakukan budidaya wortel dengan sistem tumpangsari dan merupakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Surya Kencana Desa Sukatani. Sampel yang digunakan dihitung dengan rumus Slovin sebanyak 65 orang, berikut merupakan rumus perhitungan Slovin:

n

=

(42)

26 n = 180

1+180.(0.1)2

n = 65

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif meliputi pengolahan dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran usahatani tumpangsari wortel. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah identifikasi faktor-faktor produksi dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas, efisiensi ekonomi, dan analisis pendapatan dengan menggunaka R/C rasio.

4.4.1. Analisis Fungsi Produksi

Model analisis yang digunakan untuk menduga fungsi produksi usahatani tumpangsari adalah model fungsi produksi Cobb Douglas, model yang umum digunakan dalam penelitian. Model fungsi produksi Cobb Douglas untuk usahatani tumpangsari yang dipertimbangkan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel: Y=β

Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear). Model fungsi produksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fungsi Produksi Cobb Douglas Usahatani Tumpangsari Wortel

Ln Y = Ln β0 + β1 LnX1 + β2 LnX2 + β3 LnX3 + β4 LnX4+ β5 LnX5 + u...(4.2)

(43)

27 Ln Y : Produksi tumpangsari (Kg/Ha)

β0 : Intercept/konstanta

β1- β5 : Koefisien arah regresi masing-masing variabel independen X1……X5

X1 :Benih (Kg/Ha)

X2 : Tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha)

X3 : Pupuk organik (Kg/Ha)

X4 : Pupuk urea (Kg/Ha)

X5 : Pupuk phonska (Kg/Ha)

e : Bilangan natural (2.718) u : Error

Nilai parameter dugaan produksi tumpangsari wortel di Desa Sukatani diduga menggunakan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Squares (OLS). Metode pengujian hipotesis terdiri dari uji secara ekonomi, statistik, dan uji ekonometrik. Uji statistik terdiri dari uji t, uji F, dan R2. Uji ekonometrik terdiri dari uji multikolinearitas, uji kenormalan, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Secara Ekonomi

Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap variabel independen dalam model pendugaan. Tanda untuk setiap variabel independen harus bernilai positif. Tanda positif artinya penambahan penggunaan input setiap satu satuan akan meningkatkan produksi tumpangsari wortel.

b. Uji Statistik

(44)

28 secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

1. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter dalam fungsi produksi (Soekartawi, 2003). Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : β1 = β2 = …….= βi = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel independen

yang berpengaruh nyata

H1 : paling tidak ada satu β1 ≠ 0 ; artinya minimal ada satu variabel independen

yang berpengaruh nyata Uji sattistik yang digunakan adalah uji F, yaitu

F-hitung = R2/ (k−1)

1−R2 /(nk)...(4.3)

dimana:

R2 = koefisien determinan

k = jumlah variabel termasuk intersep n = jumlah pengamatan

Kriteria uji:

P-value uji F > α, maka terima H0, artinya variabel independen dalam model

secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

P-value uji F < α, maka tolak H0, artinya variabel independen dalam model secara

(45)

29 2. Uji t

Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dependen (Xn) yang dipakai secara terpisah

berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel independen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 ; artinya suatu variabel independen tidak memiliki

pengaruh nyata terhadap produksi tumpangsari wortel. H1 : β1 > 0 ; i = 1,2,3,...n ; artinya suatu variabel independen memiliki pengaruh

nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

Menurut Soekartawi (2003) uji statistik yang dapat digunakan adalah uji statistik-t sebagai berikut:

t-hitung = bi − βi

Sbi ...(4.4) dimana:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

ßi = parameter ke-i yang dihipotesiskan n = banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi Kriteria uji:

P-value uji t > α, maka terima H0, artinya variabel independen tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi tumpangsari wortel.

P-value uji t < α, maka tolak H0, artinya variabel independen berpengaruh nyata

(46)

30 3. Koefisien Determinasi (R-squared)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen (Soekartawi, 2003). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:

R2 = Jumlah Kuadrat Regresi (JKR )

Jumlah Kuadrat Total (JKT ) ...(4.5) dimana:

JKR = jumalah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total R2 = koefisien determinasi c. Uji Ekonometrika

Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis pengujian yaitu uji multikolinearitas, normalitas dan heteroskedastisitas.

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel independen pada model persamaan. Adanya multikolinearitas dalam persamaan regresi akan berakibat pada varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan. Salah satu pengujian adanya multikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan pengujian Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas, sedangkan VIF > 10 berarti ada korelasi antar variabel prediktor sehingga ada ketidaksesuaian model atau apabila nilai VIF lebih dari 10, maka taksiran parameter kurang baik. Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:

H0 = Tidak ada multikolinearitas

(47)

31 Statistik pengujian yang digunakan adalah:

VIF = 1

(1−R2) ...(4.6)

Kriteria keputusan uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: Jika VIF > 10, maka tolak H0

Jika VIF < 10, maka terima H0

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah serangkaian data mendekati distribusi normal. Penelitian ini menggunakan uji Jarque Berra (JB). Uji JB ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis (Gujarati, 2007). Perumusan hipotesa untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 = Residual menyebar normal

H1 = Residual tidak menyebar normal

Statistik pengujian yang digunakan adalah: JB = n

(48)

32 H0 = Tidak ada heterokedastisitas

H1 = Ada heterokedastisitas

Statistik pengujian yang digunakan adalah:

| Ut | = α + βXt+Vt...(4.8) Dimana:

|Ut| = nilai absolut residual Xt = variabel independen

Kriteria keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Jika P value < α, maka tolak H0, artinya ada heteroskedastisitas

Jika P value> α, maka terima H0, tidak ada heteroskedastisitas

4.4.2. Analisis Efisiensi Ekonomi

Soekartawi (2002), efisiensi ekonomi merupakan kondisi pengalokasian faktor-faktor prosuksi yang optimal untuk mencapai keuntungan maksimal. Kondisi tersebut tercapai apabila nilai produk marjinal suatu input (NPMxi) sama

dengan harga inputnya (Pxi), dimana Pxi sama dengan BKMxi, dapat dituliskan

secara matematis sebagai berikut:

NPMxi = Pxi; atau NPMxi = BKMxi NPMxi / Pxi = 1

Adapun penggunaan lebih dari satu faktor produksi misalnya n faktor produksi, maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila:

(49)

33 4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani

Untuk perhitungan pendapatan petani dilakukan perhitungan analisis penerimaan petani dan biaya total produksi. Soekartawi et al (1986), menyatakan pendapatan petani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai. Biaya tunai terdiri atas upah tenaga kerja luar keluarga, biaya benih kailan, benih caisin, benih bawang daun, pupuk organik, pupuk urea, pupuk phonska, dan pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari biaya benih wortel, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan, dan biaya penyusutan alat.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan cara membagi selisih antara nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal digunakan. Asumsi metode yang digunakan dalam menghitung biaya penyusutan adalah metode garis lurus. Metode ini mengasumsikan penyusutan alat pertanian yang digunakan sama setiap tahunnya dan alat pertanian tidak laku untuk dijual saat habis umur ekonomisnya.

Rumus biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Biaya Penyusutan = (Nb – nilai sisa) / n...(4.10) Keterangan:

Nb : Nilai pembelian (Rp) n : Umur ekonomis (Tahun)

Analisis pendapatan petani tumpangsari wortel ini dilakukan dengan pencatatan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu musim produksi. Pendapatan petani dapat dirumuskan sebagai berikut:

(50)

34 = (Py.y) – (Px.x)

Π Total = TR – (TC + CC)...(4.12) Keterangan:

Π = Pendapatan (Rp/Ha) TR = Total penerimaan (Rp/Ha) TC = Biaya tunai produksi (Rp/Ha) CC = Biaya yang diperhitungkan (Rp/Ha)

Py = Harga jual komoditas tumpangsari (Rp/Kg) Px = Harga jual input produksi tumpangsari (Rp/Kg) Y = jumlah output total (Kg/Ha)

X = jumlah input produksi (Kg/Ha)

Besar kecilnya keuntungan suatu usahatani dapat dinilai dengan analisis Cost Ratios (R/C Ratio). Imbangan penerimaan dan biaya (R/C) rasio merupakan perbandingan anatar total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Analisis ini dilakukan atas biaya tunai dan biaya total yang dirumuskan sebagai berikut:

R/C atas biaya tunai = Total Penerimaan

Total Biaya Tunai...(4.13) R/C atas biaya total = Total Penerimaan

Total Biaya ...(4.14) Keterangan:

a. R/C > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya. Kegiatan usahatani tumpangsari tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan. b. R/C < 1, artinya tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan

tambahan menguntungkan dan tidak layak dilaksanakan.

(51)

35 4.4.4. Definisi Operasional

Terdapat beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Petani adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani dan melakukan usahatani tumpangsari wortel selama satu musim tanam yaitu pada bulan Februari-Mei 2012.

2. Komoditas yang ditumpangsari adalah wortel, kailan, caisin, dan bawang daun, dimana wortel merupakan komoditas utamanya.

3. Luas lahan garapan adalah luas lahan usahatani tumpangsari wortel dalam satu hektar.

4. Modal berupa lahan, alat-alat, sarana produksi, uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan produksi tumpangsari.

5. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan penyiangan. Tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan, yang dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga.

6. Produksi total adalah hasil dari pemanenan wortel, kailan, caisin, dan bawang daun yang berasal dari luas lahan tertentu, diukur dalam kilogram, dimana jumlah hasil panen kailan, caisin, dan bawang daun sudah disetarakan dengan wortel menggunakan rasio harga.

(52)

36 wortel, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan.

8. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

9. Harga produk adalah harga wortel di tingkat petani dalam satu musim panen dalam satuan rupiah per kilogram. Alasan menggunakan harga wortel yaitu karena total produksi dari tumpangsari ini sudah disetarakan dengan wortel.

Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi tumpangsari wortel (Y), benih (X1), tenaga kerja setara

laki-laki (X2), pupuk organik (X3), pupuk urea (X4), dan pupuk phonska (X5)secara

jelas diuraikan sebagai berikut: 1. Produksi tumpangsari (Y)

Produksi wortel, kailan, caisin, dan bawang daun adalah total produksi pada sebidang tanah dengan luasan satu hektar dalam satuan kilogram. Produksi kailan, caisin, dan bawang daun disetarakan dengan produksi wortel, sehingga diperoleh produksi tumpangsari wortel.

2. Benih (X1)

Benih adalah jumlah benih yang digunakan dalam proses produksi usahatani tumpangsari wortel, kailan, caisin, dan bawang daun dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga benih dalam satu rupiah per kilogram. Benih kailan, caisin, dan bawang daun disetarakan dengan benih wortel, sehingga diperoleh benih tumpangsari wortel. 3. Tenaga Kerja (X2) adalah tenaga kerja yang digunakan dalam produksi

(53)

37 perempuan distratakan dengan tenaga kerja laki-laki dengan menggunakan rasio upah karena ada perbedaan upah laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki sebesar Rp 25 000 dan perempuan sebesar Rp 10 000 per hari, sehingga diperoleh tenaga kerja stara laki-laki dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK). Satu hari kerja yaitu delapan jam dan biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam satu hari kerja.

4. Pupuk Organik(X3)

Pupuk organik adalah jumlah pupuk organik yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk organik dalam satu rupiah per kilogram.

5. Pupuk Urea (X4)

Pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi usahatani dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk urea dalam satu rupiah per kilogram. 6. Pupuk Phonska (X5)

(54)

38 V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Desa Sukatani

Desa Sukatani yang menjadi lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Menurut monografi desa, sebelah utara Desa Sukatani berbatasan dengan Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cipendawa Kecamatan Pacet, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cipanas Kecamatan Cipanas, dan sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Pangrango Kabupaten Sukabumi. Jarak Desa Sukatani ke ibukota kecamatan sekitar enam kilometer dengan waktu tempuh 30 menit. Jarak Desa Sukatani ke ibukota kabupaten sekitar 33 kilometer dengan waktu tempuh 90 menit dan kendaraan umum yang biasa digunakan adalah angkutan umum dan ojek.

(55)

39 Tabel 6. Luas Wilayah di Desa Sukatani Menurut Penggunaannya Tahun

2009 untuk tegal/ladang, pemukiman, perkebunan, kuburan, pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainya. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa persentase terbesar yaitu luas penggunaan wilayah untuk tegal atau ladang dengan persentase 64.61 persen, sehingga terlihat bahwa di Desa Sukatani ini memiliki potensi besar di bidang pertanian khususnya budidaya sayuran yang merupakan komoditas unggulan.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi luas lahan, status kepemilikan lahan, umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan status usahatani. Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 65 orang.

5.2.1. Luas lahan

(56)

40 sebesar 0.16 Ha. Lahan terluas yang dimiliki petani responden adalah 1 Ha dan lahan tersempit 0.03 Ha. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki luas lahan kurang dari 0.16 Ha, hal ini menunjukkan bahwa usahtani tumpangsari ini di daerah penelitian masih termasuk dalam usahatani skala kecil. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Desa Sukatani Tahun 2012.

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa

Status kepemilikan lahan dari petani responden di Desa Sukatani terdiri dari petani yang memiliki lahan sendiri dan lahan sewa. Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden berstatus sebagai petani dengan lahan milik sendiri, hal ini dikarena lahan yang akan disewakan di Desa Sukatani sangat sulit. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukatani Tahun 2012.

Tabel 8. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Desa Sukatani Tahun 2012

(57)

41 5.2.3. Umur Petani

Umur termuda petani responden yaitu 21 tahun dan umur tertua yaitu 75 tahun. Berdasarkan Tabel 9, rata-rata umur petani responden yaitu berkisar antara 31-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani tumpangsari di Desa Sukatani diminati oleh petani yang berusia muda. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan sebaran petani responden berdasarkan umur petani di Desa Sukatani Tahun 2012.

Tabel 9. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Sukatani Tahun 2012

Kelompok Umur (tahun) Total

Jumlah (orang) Persen (%)

≤ 30 10 15.38

31-40 22 33.85

41-50 16 24.62

51-60 9 13.85

> 61 8 12.31

Jumlah 65 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

5.2.4. Tingkat Pendidikan Petani

(58)

42 Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Sukatani Tahun 2012

Tingkat Pendidikan Total

Jumlah (orang) Persen (%)

SD 46 70.77

SMP 12 18.46

SMA 6 9.23

S1 1 1.54

Jumlah 65 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

5.2.5. Pengalaman Berusahatani

(59)

43 Tabel 11. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman

Berusahatani di Desa Sukatani Tahun 2012

Pengalaman berusahatani (tahun) Total

Jumlah (orang) Persen (%)

≤ 10 28 43.08

11 - 20 18 27.69

21 - 30 10 15.38

> 31 9 13.85

Jumlah 65 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

(60)

44 Tabel 12. Penerimaan Petani Berdasarkan Komoditas yang Ditanam di Desa

Sukatani Tahun 2012

No Komoditas Penerimaan (Rp) Persentase (%)

1 Wortel 11 519 230.35 51.09

2 Kailan 1 193 572.28 5.29

3 Caisin 1 888 616.283 8.38

4 Bawang Daun 7 944 318.31 35.24

Jumlah 22 545 737.23 100.00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden di Desa Sukatani, alasan budidaya wortel yaitu karena sudah tradisi keluarga atau usahatani ini merupakan turun temurun dari masyarakat setempat. Selain itu budidaya ini mudah dibudidayakan karena petani responden tidak perlu melakukan perawatan yang intensif, hal ini terkait dengan pupuk yang digunakan. Kegiatan usahatani dengan pola tanam tumpangsari di Desa Sukatani relatif seragam, baik dalam proses kegiatan persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan penyiangan.

Benih wortel yang digunakan oleh para petani berasal dari pembenihan sendiri dengan alasan untuk meringankan biaya produksi, benih wortel selain untuk digunakan sendiri oleh para petani, benih ini dapat dijual kepada petani lokal maupun petani yang berasal dari Bandung atau Garut, sehingga dapat menambah pendapatan para petani di Desa Sukatani. Benih kailan, caisin, dan bawang daun yang digunakan oleh petani tidak berasal dari pembenihan sendiri, melaikan petani membeli di toko yang menyediakan input produksi misalnya di kios atau Pasar Cipanas.

(61)

45 penanaman petani melakukan pemupukan pertama dengan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan oleh petani di daerah penelitian yaitu pupuk kotoran ayam yang diperoleh dari peternakan ayam yang berada di daerah Desa Sukatani, sehingga tidak sulit untuk mendapatkan pupuk organik. Kegunaan dari pupuk organik yaitu untuk menyuburkan lahan. Setelah itu petani melakukan penyebaran benih wortel, caisin, kailan, dan menanam bibit bawang daun diatas bedengan dengan pola yang teratur, kemudian ditutup dengan tanah tipis yang telah tercampur dengan pupuk organik.

Setelah penaburan benih dilakukan pemeliharaan meliputi kegiatan pemupukan dan penyiangan, pada umumnya penyiangan yang dilakukan petani responden selama satu musim tanam adalah sebanyak tiga kali. Penyiangan pertama dikenal dengan istilah notogo, penyiangan kedua disebut dengan ngaramas, dan penyiangan ketiga disebut dengan mancug. Pada umur satu bulan caisin sudah bisa dipanen dan penyiangan pertama dilakukan, perlakuan yang sama dapat diterapkan pada kailan saat berumur dua bulan dan bawang daun pada umur tiga bulan.

(62)

46 Februari-Mei 2012 merupakan musim hujan. Selain itu tanaman wortel tidak memerlukan banyak air karena umbi wortel akan cepat busuk apabila banyak air.

(63)

47 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Produksi Tumpangsari Wortel

6.1.1. Analisis Penggunaan Faktor Produksi

Penggunaan faktor produksi usahatani tumpangsari wortel di Desa Sukatani terdiri dari benih, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk phonska. Lahan yang digunakan petani tumpangsari wortel sebagian besar adalah lahan milik. Namun, ada sebagian petani responden yang menggarap diatas lahan sewa. Adapun pajak lahan petani responden per hektar sebesar Rp 300 000/tahun, jadi pajak lahan per musin tanam yaitu sebesar Rp 100 000. Nilai sewa lahan di Desa Sukatani Rp 10 000 000/tahun, sehingga nilai sewa per musim Rp 3 300 000 dengan asumsi bahwa dalam satu tahun wortel memiliki tiga kali panen.

Rata-rata penggunaan benih per hektar di Desa Sukatani untuk benih wortel sebesar 7.65 Kg/Ha, kalian sebesar 0.57 Kg/Ha, caisin sebesar 0.48 Kg/Ha, dan bawang daun sebesar 1 164.62 Kg/Ha. Harga benih wortel sebesar Rp 167 000/Kg, benih kailan dan caisin Rp 500 000/Kg, dan bawang daun sebesar Rp 2 000/Kg. Benih wortel diperoleh dari penangkaran sendiri oleh petani jadi petani tidak membeli benih, sedangkan untuk benih kailan, caisin, dan bawang daun petani tidak menangkar sendiri melainkan membeli.

(64)

48 dan penyiangan. Kegiatan penyiangan umumnya dilakukan oleh tenaga kerja perempuan baik dari dalam keluarga maupun luar keluarga, sedangkan kegiatan yang lainnya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Kegiatan pemanenan tidak dilakukan oleh para petani, karena mereka biasanya memborongkan kepada tengkulak. TKLK berasal dari warga Desa Sukatani yang bekerja sebagai buruh tani. Adapun lamanya jam kerja per hari adalah delapan jam dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 25.000/HOK.

Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga laki-laki per hektar sebesar 99.41 HOK dan perempuan sebesar 120.53 HOK. Tenaga kerja luar keluarga lebih banyak perempuan daripada laki-laki karena dari semua kegiatan usahatani, yang paling banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga yaitu pada saat penyiangan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga laki-laki sebesar 61.81 HOK dan perempuan sebesar 11.08 HOK. Rata-rata penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar 219.94 HOK sedangkan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 72.89 HOK, sehingga pada kegiatan usahatani ini lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga daripada dalam keluarga. Hal ini karena berdasarkan hasil wawancara lebih membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarg agar terjadi efisiensi waktu untuk produksi dan penyebab lainnya yaitu beberapa faktor dari anggota kelompok, seperti faktor usia dan kewajiban rumah tangga yang menyebabkan mereka tidak dapat membantu dalam proses produksi.

Gambar

GAMBARAN UMUM ...........................................................................
Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Wortel di Provinsi Jawa Barat Tahun
Gambar 1. Fungsi Produksi Klasik
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh petani, menganalisis saluran dan fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga.. pemasaran wortel, dan menganalisis efisiensi pemasaran wortel yang dilihat

[r]

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kacang tanah adalah luas lahan, benih, pupuk urea dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Faktor Produksi (bibit, pupuk organik, pupuk N, insektisida, fungisida dan tenaga kerja) secara serempak (bersamaan) berpengaruh secara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Faktor Produksi (bibit, pupuk organik, pupuk N, insektisida, fungisida dan tenaga kerja) secara serempak (bersamaan) berpengaruh secara

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penggunaan faktor-faktor produksi ketela pohon yang berupa luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk

Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, sedangkan variabel benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk NPK, pestisida,

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan dalam produksi jagung di Desa Singgamanik adalah luas lahan (X1), benih (X2), pupuk Urea (X3), pupuk