• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER

KABUPATEN GROBOGAN

Bagus Indra Dwi Saputra, Endang Siti Rahayu, Sugiharti Mulya Handayani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon : +62 271 637457

Email: funck_mail_indra89@yahoo.co.id. Telp. 08562518611

Abstract: This research aim to studying the combination and the effect of the

production factors useon the corn productivity, the economic efficiency level of production factors use and at studying the cost, revenue, and income of corn farming in Grobogan Regency. The basic method used was an analytical descriptive method with survey technique. This study was taken place in Geyer Subdistrict. The result of research showed the use of corn production factors expressed in the Cobb-Douglas production function model, as follows: Y = 202,768. X10.447. X20.027.X30.326. X40.243. X50.094. X60.051. Individually, the land width,

seed and urea fertilizer factors affected significantly to the corn productivity, but the labor, Phonska fertilizer, and SP-36 fertilizer factors did not. The analysis on corn farming indicated land width of 0.71 Ha, corn cultivation cost of IDR 2,045,949.00/Ha/MT, revenue of IDR 10,543,661.00/Ha/MT and income of IDR 7,562,312.67/Ha/MT. Considering the result of research, the combined use of production factors in corn farming had not reached yet the highest economic efficiency. From the result of research, it was recommended to improve the economic efficiency in corn farming, perhaps by means of optimizing the use of land width, seed and urea fertilizer.

Keywords: Corn Farming, Cobb-Douglas, Economic Efficiency.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji kombinasi dan pengaruh

penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi jagung, tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi dan besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi jagung dinyatakan dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas, sebagai berikut : Y = 202,768. X10,447. X20,027. X30,326. X40,243. X50,094. X60,051. Secara individual,

faktor produksi luas lahan, benih, dan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produksi jagung sedangkan faktor produksi tenaga kerjs, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Analisis usahatani jagung luas lahan sebesar 0,71 Ha, biaya usahatani jagung Rp 2.045.949,00/Ha/MT, penerimaan usahatani Rp 10.543.661.00/Ha/MT dan pendapatan usahatani sebesar Rp7.562.312,67/Ha/MT. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Maka untuk meningkatkan efisiensi ekonomi pada usahatani jagung, petani perlu mengoptimalkan penggunaan luas lahan, benih dan pupuk urea.

Kata Kunci: Usahatani Jagung, Cobb-Douglas, Effisiensi Ekonomi.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian di Indonesia karena pertanian memberikan proporsi yang sangat besar memberikan sumbangan untuk kas pemerintah. Hal ini kemudian menjadikan sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk-produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun untuk barang konsumsi, terutama produk yang dihasilkan oleh sub sektor tanaman pangan (Siswi, 2006:1).

Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Adapun konsumsi jagung terbesar untuk pangan dan industri pakan ternak. Hal ini dikarenakan sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan pakan ternak. Selain itu juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan untuk pembuatan produk pangan (Budiman, 2011:10)

Kabupaten Grobogan

merupakan salah satu daerah produsen jagung terbesar nasional. Menurut Badan Pusat Statistik Grobogan, pada tahun 2010, produksi jagung Kabupaten

Grobogan telah mencapai 708.013 ton. Berdasarkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kabupaten Grobogan tahun 2010, kebutuhan jagung masyarakatnya sendiri setiap tahunnya sebesar 23.425 ton. Hal Ini berarti tahun 2010 telah mengalami surplus sebesar 684.588 ton. Produksi jagung di Kabupaten Grobogan tiap tahun mengalami peningkatan signifikan. Ini dikarenakan para petani lebih selektif memilih benih jagung hibrida. Kabupaten Grobogan terdiri 19 kecamatan yang mengusahakan jagung. Tabel 1 menunjukkan ada 5 kecamatan terbesar yang sangat produktif dalam mengusahakan jagung (Kabupaten Grobogan Dalam Angka, 2011). Salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Kabupaten Grobogan adalah Kecamatan Geyer. Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta berada pada ketinggian sampai 100 - 500 m di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15°. Dilihat dari Peta Kabupaten Grobogan, Kecamatan Geyer terletak di bagian selatan Kota Purwodadi dan merupakan perbatasan antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Sragen. Dilihat dari aspek agroekosistem, sebagian besar daerah di Kecamatan Geyer merupakan lahan kering dan cocok untuk pengembangan tanaman jagung dibandingkan dengan daerah- daerah lain. Hal ini dapat dilihat dari jumlah luas panen yang mencapai23.099 Ha dan produksi sebesar 125.356 ton (Kecamatan Geyer Dalam Angka, 2011).

(3)

Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Jagung pada 19 Kecamatan Penghasil Jagung di Kabupaten Grobogan tahun 2010.

No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (ton)

1 Geyer 23.099 125.356 2 Wirosari 15.818 85.460 3 Toroh 15.080 81.171 4 Pulokulon 11.321 60.319 5 Kradenan 7.151 38.375 6 Karangrayung 7.071 37.938 7 Tanggungharjo 6.996 37.985 8 Gabus 6.749 36.268 9 Grobogan 6.085 32.914 10 Kedungjati 6.001 33.431 11 Tawangharjo 5.807 31.455 12 Ngaringan 5.003 26.677 13 Penawangan 3.156 16.973 14 Purwodadi 3.091 16.377 15 Brati 2.793 15.207 16 Klambu 2.145 11.697 17 Gubug 2.000 10.926 18 Tegowanu 1.617 8.812 19 Godong 120 672 Jumlah 131.103 708.013

Sumber : Grobogan Dalam Angka 2011 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska terhadap produksi jagung; besarnya tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi; dan besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Populasi pada penelitian ini adalah petani yang menjalankan usahatani jagung di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Sampel

desa diambil berdasarkan pertimbangan daerah ini terletak di pinggiran hutan yang sumberdayanya akan habis, sehingga masyarakat mengusahakan tanaman jagung untuk mengganti sumberdaya di daerah tersebut, sehingga dipilihlah Desa Jambangan, dan Desa Ngrandu sebagai lokasi penelitian. Pengambilan sampel petani jagung menggunakan metode proportional random sampling, yaitu pengambilan petani sampel berdasarkan perbandingan besar kecilnya dari sub-sub populasi petani dan diambil secara random (Soekartawi, 1995:23). Penentuan jumlah petani sampel dari masing-masing desa dilakukan dengan menggunakan rumus :

(4)

Ni = 30 N Nk

x

Dimana Ni adalah jumlah petani sampel dari desa i, Nk adalah jumlah populasi petani dari desa i yang memenuhi syarat dan N merupakan jumlah petani dari seluruh desa sampel.

Tabel 2. Jumlah Petani Sampel Kecamatan Geyer

Sumber: Data Primer

Analisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung menggunakan rumus:

Pd = TR – TC

= Py x Y – BM (1) Dimana Pd adalah pendapatan usahatani jagung (Rp/Ha/MT), TR adalah penerimaan total usahatani jagung (Rp/Ha/MT), TC adalah biaya total usahatani jagung (Rp/Ha/MT), Py merupakan harga jagung per kg (Rp), Y merupakan produksi jagung (kg), dan BM adalah biaya mengusahakan usahatani (Rp/kg/MT).

Analisis pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usahatani jagung menggunakan model modifikasi fungsi produksi Cobb Douglas dengan rumus:

Y = a X1b1 .X2b2 .X3b3.X4b4 .X5b5 X6b6

(2) Dimana Y = Hasil produksi jagung (Kg), X1 = Luas lahan (Ha), X2 = Tenaga kerja (HKP), X3 = Benih (Kg), X4 = Pupuk urea (Kg), X5

= Pupuk Phonska (Kg), X6 =

SP-36 (Kg), a = Konstanta dan b1 – b6 = Koefisien regresi.

Hubungan fungsional antara faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi dianalisis menggunakan Regresi Linier Berganda dengan cara persamaan fungsi produksi Cobb Douglas dilogaritmakan menjadi: Log Y = log a + b1 log X1 + b2

log X2 + b3 log X3 + b4 log X4+ b5 log X5 +b6 log X6 (3) Selanjutnya untuk menguji apakah faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil produksi jagung dilakukan Uji F (F-test). Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi jagung digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t dan untuk mengetahui faktor produksi mana yang paling berpengaruh diantara faktor produksi yang lain digunakan uji standard koefisien regresi (bi’) dengan rumus :

Si Sy bi bi' 

(4) Dimana : bi’ = standard koefisien regresi parsial, bi = koefisien regresi untuk faktor produksi ke-i, Si = standard deviasi faktor produksi ke-i dan Sy = standard deviasi hasil produksi. Nilai standard koefisien regresi parsial yang paling besar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap produksi jagung (Arief, 1993 : 11).

Sementara besarnya proporsi atau sumbangan faktor-faktor produksi terhadap variasi hasil produksi digunakan Uji Adjusted R2 dengan rumus :

No Desa Populasi Sampel 1 Jambangan 394 20

2 Ngrandu 212 10

(5)

= 1 – (1 –R2) k n n  1 (5) Dimana = R2 yang disesuaikan, n = jumlah sampel, R2 = R2 yang belum disesuaikan dan k = jumlah variabel (Supranto, 2005:272)

Untuk mengkaji penggunaan faktor-faktor produksi jagung yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, SP-36, dan pupuk Phonska mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi menggunakan rumus: 1 1 Px NPMx = 2 2 Px NPMx = 3 3 Px NPMx = 4 4 Px NPMx = 5 5 Px NPMx = 6 6 Px NPMx = 1 (6) Dimana NPMxi = Nilai produk

marginal untuk faktor produksi Xi. Dimana nilai NPMxi merupakan hasil kali dari Produk Fisik Marginal (PFM) dengan Harga hasil produksi (Py). Pxi = Harga faktor produksi Xi.

Kriteria yang digunakan sebagai berikut: (1) Apabila NPMx/Px = 1, berarti penggunaan faktor produksi xi telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, (2) Apabila NPMx/Px > 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak

efisien. (3) Apabila NPMx/Px < 1, berarti penggunaan faktor produksi xi tidak efisien.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Petani Sampel

Identitas petani sampel merupakan gambaran umum mengenai kondisi petani sebagai pelaku usahatani. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani jagung adalah 43 tahun, yang berarti termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun). Pada usia yang demikian, petani secara fisik mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam penanganan usahatani sehingga dapat mendukung kemajuan usahataninya. Pendidikan formal yang ditempuh petani sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar. Jumlah anggota keluarga petani rata-rata adalah 4 orang, dan dari 4 orang ini hanya 2 orang yang aktif dalam usahatani. Anggota keluarga yang aktif dalam usahatani adalah suami dan isteri, sedangkan sebagian besar anak petani bekerja sebagai buruh maupun wiraswasta di luar kota.

(6)

Tabel 3. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung MT Agustus-November 2010 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

No. Identitas Petani Keterangan %

1. 2. 3.

4. 5.

Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th)

Pendidikan a. Tidak Sekolah b. Tamat SD (orang) c. Tamat SLTP (orang) d. Tamat SLTA (orang) e. Tidak Tamat SD (orang)

Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata luas lahan garapan (Ha)

30 43 8 14 4 1 3 4 0,71 26,7 46,7 13,3 3,3 10

Sumber : Analisis Data Primer Hubungan Faktor-faktor Produksi dengan Produksi Jagung

Hubungan antara faktor produksi dengan produksi dalam usahatani jagung ditunjukkan dengan modifikasi fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36.

Model modifikasi fungsi Cobb-Douglas adalah regresi non linier berganda sehingga untuk melakukan analisis regresi linier berganda harus diubah ke dalam bentuk persamaan linier. Untuk itu persamaan yang ada dilogaritmakan menjadi model regresi linier berganda. Dalam model Cobb Douglas ini, uji yang dilakukan adalah uji F, uji keberartian koefisien regresi dengan uji t. Adapun model fungsi produksi jagung adalah sebagai berikut:

Log Y = Log 2,037 + 0,447 Log X1 + 0,027 Log X2 + 0,326 Log X3 + 0,243 Log X4 + 0,094 Log X5 + 0,051 Log X6.

Dimana Y = Produksi jagung (kg), X1 = Luas lahan (Ha), X2 = Tenaga kerja (HKP), X3 = Benih (kg), X4 = Pupuk urea (kg), X5 = Pupuk Phonska (kg) dan X6 = Pupuk SP-36 (kg).

Uji Determinasi. Hasil analisis menunjukkan nilai adjusted

R2 sebesar 0,970. Ini berarti bahwa variasi produksi jagung 97,0 persen dipengaruhi oleh variabel luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36, sedangkan 3 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain seperti kondisi kesuburan tanah, cuaca, serta faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produksi Jagung. Pengaruh penggunaan faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36 secara bersama-sama terhadap produksi jagung dapat diketahui dengan melakukan uji F (F-test) dan uji t terhadap persamaan model fungsi produksi yang telah diperoleh. Hasil uji F yang disajikan pada Tabel 4.

(7)

menunjukkan nilai F hitung sebesar 157,373 lebih besar dari F tabel (2,64). Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk Phonska,dan pupuk SP-36 secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

Sementara itu uji t untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara individu atau masing-masing terhadap produksi jagung pada taraf kepercayaan 95 %atau nilai signifikansi 0,05 yang disajikan pada Tabel 5. menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang terdiri dari luas lahan, benih dan pupuk urea merupakan faktor-faktor produksi yang secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi faktor-faktor tersebut yang lebih kecil daripada taraf signifikansi yang diujikan yakni 0,05. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja, pupuk Phonska dan pupuk SP-36 secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Hal ini terlihat dari nilai signifikasi yang

lebih besar dari nilai signifikansi yang diujikan (0,05).

Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung menghasilkan fungsi produksi jagung sebagai berikut:

Y = 202,768. X10,447. X20,027. X30,326. X40,243. X50,094. X60,051 Dimana Y = Produksi jagung (kg), X1 = Luas lahan (Ha), X2 = Tenaga kerja (HKP), X3 = Benih (kg), X4 = Pupuk urea (kg), X5 = Pupuk Phonska (kg) dan X6 = Pupuk SP-36 (kg).

Hasil analisis menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap jagung dan nilai elastisitas produksi luas lahan sebesar 0,447, yang artinya setiap peningkatan lahan sebesar 1%, maka akan meningkatkan produksi jagung sebesar 0,447%. Hal ini menunjukan bahwa faktor produksi luas lahan memiliki hubungan positif terhadap produksi jagung. Benih berpengaruh nyata dan berhubungan positif terhadap produksi jagung, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,316. Hal ini berarti setiap penambahan 1% benih dapat meningkatkan produksi jagung 0,316%. Faktor Tabel 4. Analisis Varians Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani

Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan Model Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhitumg Nilai Signifikansi Regression Residual 3,034 0,074 6 23 0,506 0,003 157,373 0,000** Total 3,107 29

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% R2 : 0,970

(8)

Tabel 5. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

No Variabel Koefisien Regresi t hitung Nilai Signifikansi 1. 2. 3. 4. 5. Luas Lahan Tenaga Kerja Benih Pupuk Urea Pupuk Phonska 0,447 0,027 0,316 0,143 0,094 4,585 0,268 3,167 2,884 1,398 0,000*** 0,791 ns 0,004** 0,008** 0,176 ns 6. Pupuk SP-36 0,051 0,639 0,529 ns

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan : ***) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99% **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

ns

) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% produksi pupuk urea berpengaruh

nyata dan berhubungan positif terhadap produksi jagung dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,143. Hal ini berarti setiap penambahan 1% pupuk kandang dapat meningkatkan produksi jagung sebesar 0,143%.

Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Jagung

Untuk mengetahui efisiensi ekonomi tertinggi dapat dilakukan melalui pendekatan keuntungan maksimum. Efisiensi ekonomi tertinggi dapat tercapai jika nilai produk marjinal faktor produksi sama dengan harga faktor produksi tesebut atau dapat dituliskan NPMx = Px. Nilai perbandingan produk marginal dengan harga dari masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-faktor Produk- pada Usahatani Jagung MT Agustus - November 2011 di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

Sumber : Analisis Data Primer

Nilai efisiensi ekonomi, benih dan pupuk urea lebih dari satu, artinya kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa benih dan pupuk urea pada usahatani jagung belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Sedangkan nilai efisiensi ekonomi untuk faktor produksi

berupa luas lahan kurang dari satu yang artinya penggunaan faktor produksi luas lahan pada usahatani jagung tidak efisien.

Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Jagung

Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani Faktor Produksi xi Bi PFMxi NPMxi Pxi NPMxi

Pxi Luas Lahan (X1) Benih (X3) 0,71 11,04 0,447 0,316 1.764,9 75,19 5.042.319 214.817 6.000.000 65.000 0,840 3,304 Pupuk Urea (X4) 205 0,143 1,83 5.235 1.800 2,908

(9)

jagung adalah biaya pengadaan benih sebesar Rp 814.788,73. Petani dalam menjalankan usahatani jagung menggunakan benih dengan jumlah yang relatif besar. Sehingga pengeluaran biaya untuk pengadaan benih menjadi tinggi. Petani mengunakan benih hibrida P-21 karena hasil produksi yang didapatkan meningkat, karena jenis benih ini dapat menghasilkan jagung dengan kualitas yang bagus.

Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian adalah tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam (keluarga). Upah tenaga kerja dinyatakan dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Pekerjaan petani dilakukan dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Upah tenaga kerja untuk satu HKP adalah Rp 50.000,00. Adapun tenaga kerja wanita juga sering terlibat dalam usahatani jagung dengan upah sebesar Rp 40.000,00 atau 0,8 HKP. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani yang aktif dalam kegiatan usahatani hanya dua orang. Oleh karena itu untuk pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga, seperti pengolahan tanah, penanaman, dan pemanenan dan pengangkutan, petani harus mempekerjakan tenaga dari luar keluarga petani.

Biaya saprodi meliputi biaya pengadaan benih, pupuk urea, pupuk Phonska, dan Pupuk SP-36. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan benih merupakan pengeluaran biaya saprodi yang paling besar yaitu, Rp 814.788,73/Ha/MT dengan harga pupuk urea Rp 65.000/Kg. Petani dalam menjalankan usahatani jagung menggunakan benih dengan jumlah yang relatif besar. Sehingga pengeluaran biaya untuk pengadaan

benih menjadi tinggi. Petani mengunakan benih hibrida P-21 karena hasil produksi yang didapatkan meningkat, karena jenis benih ini dapat menghasilkan jagung dengan kualitas yang bagus. Komponen biaya saprodi yang paling kecil yaitu, pengeluaran untuk pupuk

Phonska sebesar Rp

172.488,26/Ha/MT dengan harga sebesar Rp 2.200/kg. Petani di daerah penelitian membeli pupuk Phonska dalam kemasan 50 kilogram (kemasan sak) dengan harga Rp 110.000,00. Sarana produksi yang digunakan petani dalam menjalankan usahatani sebagian besar diperoleh melalui pembelian di Kelompok Tani, namun jika terjadi keterlambatan dalam pendistribusian pupuk ke kelompok tani maka, petani membeli sarana produksi di toko-toko saprodi yang berada di Kecamatan Geyer. Hal ini dilakukan agar usahatani dapat terus berjalan. Harga pembelian saprodi merupakan harga subsidi dari pemerintah, sehingga petani masih bisa mendapatkan sarana produksi dengan harga terjangkau.

Biaya lain-lain yang dalam usahatani jagung meliputi, biaya pajak tanah, dan biaya selametan. Biaya selametan adalah pengeluaran biaya yang paling kecil diantara komponen biaya lain-lain. Biaya selametan dari masing-masing petani berbeda-beda, hal ini berdasarkan kebijakan masing-masing desa. Selain itu tidak semua warga membayar iuran selametan dikarenakan faktor ekonomi warga setempat dan kelurahan tidak mewajibkan untuk membayar iuran selametan.

(10)

Biaya total yang dikeluarkan petani dalam mengusahakan jagung selama satu musim tanam adalah sebesar Rp 3.150.774,16/Ha/MT. Pengeluaran biaya yang paling besar adalah untuk biaya sarana produksi. Hal ini dikarenakan rata-rata luas lahan cukup besar,sehingga sarana produksi yang meliputi benih dan pupuk membutuhkan biaya yang besar daripada biaya lainnya.

Penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi jagung dengan harga jagung per satuan. Besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh petani dapat digunakan untuk menghitung pendapatannya. Dengan cara menghitung selisih antara penerimaan dengan biaya yang digunakan akan diperoleh pendapatan usahatani. Harga jagung di daerah penelitian adalah Rp 2.857,00 per kilogram diperoleh penerimaan petani pada usahatani

jagung sebesar Rp.

10.543.661,97/Ha/MT dan diperoleh rata-rata pendapatan usahatani

jagung sebesar Rp

7.562.312,67/Ha/MT. Berdasarkan uji inferensi statistic, tingkat signifikansi (sig. 2-tailed) penerimaan dan pendapatan usahatani jagung adalah 0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata penerimaan dan pendapatan usahatani jagung berbeda nyata.

Petani dalam menjual hasil panenan biasanya telah bekerja sama dengan pedagang pengumpul. Pada saat musim panen jagung pedagang pengumpul mendatangi ke rumah petani jagung untuk membeli hasil

panen jagung, sehingga petani jagung tidak perlu lagi menjual jagung di pasar maupun di toko-toko hasil pertanian. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani jagung ini digunakan untuk menjalankan usahatani pada musim yang selanjutnya dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Jagung di Kecamatan Geyer

Kabupaten Grobogan dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36 secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi jagung. Pengaruh dari setiap faktor produksi menunjukkan bahwa luas lahan, benih, dan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produksi jagung, sedangkan faktor produksi tenaga kerja, pupuk Phonska dan pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36 pada usahatani jagung di Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Sementara itu hasil analisis usahatani jagung memperlihatkan bahwa besarnya biaya mengusahakan adalah Rp 2.981.349,29/Ha/MT, besarnya penerimaan usahatani adalah Rp 10.543.661,97/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani

(11)

dari usahatani jagung adalah sebesar Rp 7.562.312,67/Ha/MT.

Saran

Adanya kendala keterbatasan luas lahan untuk meningkatkan produksi jagung maka dapat dilakukan dengan intensifikasi pertanian melalui penerapan panca dan saptatani. Selain itu penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk Phonska, dan pupuk SP-36 oleh petani, hendaknya disesuaikan dengan anjuran dari Dinas Pertanian agar bisa mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta.

BPS Kab. Grobogan. 2011.

Grobogan Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik. Grobogan.

, 2011. Kecamatan Geyer dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik. Grobogan. Budiman, H. 2011. Sukses Bertanam

Jagung. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Siswi, Y. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usaha Tani Bawang Merah di Kabupaten Brebes (Studi Kasus di Desa Larangan) Skripsi. Sarjana IESP FE-UNDIP. Semarang Soekartawi. 1995. Analisis

Usahatani. UI-Press. Jakarta

Supranto, J. 2005. Ekonometri.

Gambar

Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Jagung pada 19 Kecamatan Penghasil  Jagung di Kabupaten Grobogan tahun 2010
Tabel 3. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung MT Agustus-November  2010 di Kecamatan Geyer,  Kabupaten Grobogan
Tabel 5. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Penggunaan Faktor  Produksi pada Usahatani Jagung MT Agustus  - November 2011 di  Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh faktor produksi luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan benih terhadap produksi usahatani jagung, dan besarnya pendapatan

mengurangi penggunaan benih, pupuk Urea, pestisidadan tenaga kerja agar. tercapai efisiensi ekonomi sehingga petani dapat memperoleh

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu, apakah luas lahan , tenaga kerja , benih , pupuk urea ,

Dari studi yang telah dilakukan dapat ditunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung pada musim panen yang diamati adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit,

(2009) menggunakan Fungsi produksi Transendental dan analisis optimasi (efisiensi ekonomis) diperoleh hasil bahwa luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, jarak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yaitu luas lahan X1, benih X2, pupuk phonska X3, pupuk urea X4, pestisida X5 dan jumlah tenaga kerja X6 berpengaruh secara

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasakan hasil hasil penelitian faktor luas lahan, benih, pupuk urea, dan pupuk NPK Phonska, secara simultan mempengaruhi produksi jagung di Desa Bahutara

Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan faktor produksi yang digunakan yang terdiri dari benih X1, pupuk phonska X2, pupuk urea X3, tenaga kerja X4, dan luas lahan X5 berpengaruh