ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL
(
Daucus Carrota
) DI KABUPATEN KARANGANYAR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-2
Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi
Agribisnis dan Kelembagaan
Oleh :
MEI TRI SUNDARI, SP NIM. S4206016
PROGRAM STUDI MAGISTER
EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL
(Daucus Carrota) DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh :
MEI TRI SUNDARI, SP
NIM. S4206016
Telah diterima dan disetujui
Pada tanggal 31 Januari 2009
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Dr. Ir. Kusnandar, MSi.) (Drs. Akhmad Daerobi, MS) NIP. 132 000 808 NIP. 131 569 280
Mengetahui, Ketua
Program Studi MESP
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL
(Daucus Carotta) DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh :
MEI TRI SUNDARI, SP
NIM. S4206016
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal ………
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Tim Penguji Dr. J.J. Sarungu, MS ...
Dosen Pembimbing I Dr. Ir. Kusnandar, MSi ...
Dosen Pembimbing II Drs. Akhmad Daerobi, MS ...
..
Surakarta, 31 Januari 2009
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Direktur Pasca Sarjana Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : MEI TRI SUNDARI
NIM : S4206016
Sebagai Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya ini bukan merupakan
jiplakan dari karya orang lain.
Dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Januari 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2
pada Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan UNS Surakarta.
Bantuan yang tulus juga telah penulis terima dari berbagai pihak, maka
dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. JJ. Sarungu, MS., sebagai Ketua Program Studi Ekonomi dan
Studi Pernbangunan UNS . dan juga sebagai penguji yang telah banyak
memberikan sara-saran untuk perbaikan tesis ini.
2. Bapak DR. Ir. Kusnandar, MSi sebagai pembimbing utama atas segala
pengarahan, curahan waktu, buku pustaka dan bimbingan yang sangat
berharga.
3. Bapak Drs. Akhmad Daerobi, MS., sebagai pembimbing kedua dan Wakil
Ketua Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan UNS atas segala
bimbingan, fasilitas kepustakaan dan saran – sarannya.
4. Bapak Rektor UNS, Dekan Fakultas Pertanian UNS, Ketua dan Sekretaris
Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ijin,
kesempatan dan dukungan dana kepada penulis selama mengikuti program
pendidikan di MESP UNS
5. Seluruh staf pengajar yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
6. Bapak Agus, Bapak Taufan, Bapak Bernadin dan Ikhsan sebagai rekan satu
angkatan yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas mata
kuliah yang diberikan.
7. Mbak Ita, mas Upik dan seluruh staf administrasi MESP yang juga sangat
banyak membantu dalam proses perkuliahan.
8. Kepala Bappeda Kabupaten Karanganyar, Dinas Pertanian Kabupaten
Karanganyar, seluruh Camat dan Lurah di lokasi penelitian yang teleh
memberikan informasi berharga kepada penulis.
9. Ibu Wiwit Rahayu, SP, MP, Ibu Umi Barokah SP, MP, Ibu Setyowati SP,MP,
Bapak Ir Suprapto, Ibu Erlyna Wida Riptanti SP, MP dan seluruh rekan di
Agrobisnis yang telah memberikan bantuan dan semangat untuk
menyelesaikan tesis ini.
10. Bapak dan Ibuku, Bapak dan ibu mertua, saudara-saudaraku Mbak Ririn,
Mbak Ana dan Adik Endah, suamiku dr Andang Susilo dan dua putriku
Nabila Indirasari dan Calista Salsabila yang telah memberi semangat,
dorongan, beserta doanya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sangat
membantu penulis sejak kuliah sampai selesainya tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masib banyak kekurangannya, oleh
karena itu saran dan kritik akan diterima dengan terbuka. Akhimya penulis
berharap, meskipun tesis ini sangat sederhana namun bermanfaat bagi yang
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
RINGKASAN ... xiv
SUMMARY ... xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Landasan Teori ... 7
1. Wortel... 7
3. Skala Usaha ... 15
4. Efisiensi Ekonomi ... 16
B. Penelitian Terdahulu ... 23
C. Kerangka Pemikiran... 25
D. Hipotesis ... 28
III.METODE PENELITIAN... 29
A. Tipe Penelitian ……….………... 29
B. Unit Analisis ... 29
C. Teknik Penarikan Sampel ... 29
1. Populasi ………...………. 29
2. Sampel ………...………. 29
3. Sampling ………...…………..30
4. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ………...……..31
a. Sumber Data ... 31
b. Metode Pengumpulan Data ... 31
D. Teknik Analisis Data ...32
E. Definisi Operasional Variabel... 43
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR... 45
A. Keadaan Alam ... 45
B. Keadaan Penduduk ... 48
C. Keadaan Perekonomian ... 54
V. HASIL PENELITIAN ...66
A. Identitas Petani Sampel...66
B. Pengelolaan Usahatani Wortel ………...……… 68
C .Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Wortel ... 74
D. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel ………...…... 80
E. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb –Douglass... 84
F. Metode Pengujian... 85
G. Skala Usaha ………..………. 88
H. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor P roduksi... 89
VI. PEMBAHASAN ...92
A. Kondisi Makro Usahatani Wortel di Kab Karanganyar ... 92
B. Kondisi Mikro Usahatani Wortel di Kab Karanganyar...96
1. Luas Lahan ... 99
2. Tenaga Kerja ... 102
3. Pupuk Organik (Pupuk Kandang) ...105
4. Pupuk Anorganik ...109
5. Pestisida ...111
6. Benih ...112
7. Skala Usaha ...114
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... .116
A. Kesimpulan ………..116
B. Saran ... .117
DAFTAR PUSTAKA ... .118
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel di
Kabupaten Karanganyar Tahun 2002-2006 4
Tabel 4.1 Pembagian Luas Wilayah di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2005 46
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2001-2005 50
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut
Kelompok Umur Tahun 2005 51
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2005
52
Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar Tahun 2004 – 2005 (dalam
Jutaan Rupiah) 54
Tabel 4.6 Pendapatan Perkapita Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 – 2005
56
Tabel 4.8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor Pertanian Kabupaten
Karanganyar Tahun 2004 – 2005 (dalam Jutaan Rupiah) 57
Tabel 4.8 Jenis-jenis Komoditi Tanaman Bahan Makanan di
Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 60
Tabel 4.9 Jenis-jenis Komoditi Perkebunan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2005 62
Tabel 5.1 Identitas Petani Sampel pada Usahatani Wortel di
Kabupaten Karanganyar 66
Tabel 5.2 Rata-rata Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar pada Musim Tanam Oktober- Desember 2007
75
Nomor Judul Halaman Tabel 5.2b Distribusi Pengunaan Tenaga Kerja per Hektar pada
Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
76
Tabel 5.2c Distribusi Penggunaan Pupuk Organik (Pupuk Kandang) pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
77
Tabel 5.2d Distribusi Penggunaan Pupuk Anorganik pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
78
Tabel 5.2e Distribusi Penggunaan Pestisida pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
79
Tabel 5.2f Distribusi Penggunaan Benih pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
80
Tabel 5.3 Biaya Usahatani Wortel per Hektar pada Musim Tanam Oktober-Desember 2007 di Kabupaten Karanganyar
82
Tabel 5.4 Rata-rata Pendapatan Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar pada musim tanam Oktober-Desember 2007
83
Tabel 5.5 Hasil Uji t Usahatani Wortel di Kabupaten Karangnyar.
86
Tabel 5.6 Uji Normalitas Data dengan Uji Jarqua-Bera
87
Tabel 5.7 Analisis Matrik koefisien korelasi 88
Tabel 5.8 Nilai Kuadrat Koefisien Korelasi Variabel Bebas
88
Tabel 5.9 Hasil Regresi Residual Kuadrat terhadap Variabel Bebas
89
Tabel 5.10 Nilai Elastisitas Faktor-Faktor Produksi Usahatani Wortel
90
Tabel 5.11 Perhitungan Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel
91
Tabel 5.12 Nilai Optimum Faktor Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrell 19
Gambar 2.2 Kurva Isoquant dan Isocost 22
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 25
Gambar 3.1 Metode Pengambilan Sampel 31
Gambar 4.1 Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Karanganyar Menurut Sektor Perekonomian Tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani wortel, mengetahui skala usahatani wortel dan mengetahui alokasi penggunaan faktor produksi tersebut dalam memenuhi syarat efisiensi ekonomi di Kabupaten Karanganyar.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok Penelitian ini menggunakan metode “Multistage Sampling Tehnique”, yaitu dipilih 5 kecamatan yang memproduksi wortel yaitu Kecamatan Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,dan Jenawi, dari kecamatan tersebut dipilih desa yang menghasilkan wortel secara acak. Pemilihan sampel dari tiap desa menggunakan metode ”Simple Random Sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dari tiap desa.
Hubungan antara faktor-faktor produksi wortel dan jumlah produksi wortel dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass diperoleh model swbagai berikut :
Y = 2,428 X10,152 X20,282 X30,112 X40,144 X50,160 X60,177
Dari hasil analisis diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,602. Hal ini berarti bahwa 60,2 % variasi hasil produksi wortel dipengaruhi oleh jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan, sedangkan sisanya yang 39,8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Hasil Uji F menunjukkan bahwa jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi wortel. Hasil Uji t menunjukkan bahwa jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara individual juga berpengaruh terhadap produksi wortel di Kabupaten Karanganyar.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa skala usaha pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar sebesar 1,028 (lebih besar dari satu), ini berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar atau sering disebut dengan ”Increasing return to scale” . Hal ini berarti apabila semua faktor produksi ditambah satu persen secara bersama-sama, menyebabkan kenaikan produksi wortel sebesar 1,028, dengan demikian petani masih dapat memperbesar pendapatannya dengan menambah semua faktor produksi. yang digunakan.
SUMMARY
This research aims to know production factors having an effect on carrot farm, to know carrot farm scale and to know allocation used condition of economic efficiency in Karanganyar Regency.
The type of research is survey. This research use “Multistage Sampling Tehnique”, that is selected by 5 district which producing carrot that is Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan and Jenawi. From those district selected villge by random. Selection of Sample of each village use method " Simple Random Sampling"
The relationship between production factors and carrot production using Cobb-Douglass function, obtained this model :
Y = 2,428 X10,152 X20,282 X30,112 X40,144 X50,160 X60,177
From result of analysis obtained by Adjusted R Square 0,602, it means that 60,2 % variation of result carrot production influenced by amount of seed, organic fertilizer, anorganic fertilizer (urea, SP 36 and KCL) pesticide and wide of farm, while the rest which is 39,8 % influenced by other factors outside the model.
The result from F test indicate that seed, organic fertilizer, anorganic fertilizer (urea, SP 36 and KCL) pesticide and wide of farm by together have an effect on to carrot production. Result of t Test t indicate that seed, organic fertilizer, anorganic fertilizer (urea, SP 36 and KCL) pesticide and wide of farm individually also have an effect on to carrot production in Karanganyar. Regency
Result of calculation indicate that scale carrot farm in Karanganyar Regency is 1,028 ( bigger than one), this means that proportion addition factors of production will yield production addition which its proportion is bigger or often referred with " Increasing Return to Scale“.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Identitas Responden 121
2. Biaya-biaya Input
123
3. Biaya Ekplisit 126
4. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Responden 129
5. Rincian Penggunaan Faktor-faktor Produksi 131
6. Penggunaan Faktor-faktor Produksi 134
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran penting di
Indonesia. Sektor pertanian sangat strategis sebagai basis ekonomi rakyat di
pedesaan, menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk, menyerap tenaga kerja
dan memberikan kontribusi sebesar 12,9 % dari PDB nasional (BPS, 2007).
Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu
negara. Kebutuhan produk-produk pertanian semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan sektor ini juga merupakan sumber pekerjaan
dan pendapatan bagi sebagian besar penduduk negara berkembang seperti di
Indonesia
Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yang meliputi tanaman
bahan makanan, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan hortikultura.
Komoditas hortikultura memiliki peluang dan prospek untuk dikembangkan.
Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura (2007), tahun 2005 nilai PDB
hortikultura mencapai US$ 44 miliar dan meningkat di tahun 2006 menjadi US$
46 miliar. Ekspor komoditi di sektor ini juga meningkat selama tahun 2001-2005.
Pada 2001 volume ekspor tanaman hortikultura sebesar 340.337 ton dan pada
2005 volume ekspornya meningkat menjadi 354.642 ton. Nilai ekspor juga
sebesar US$ 172 juta, kemudian meningkat menjadi US$ 206,6 juta pada 2005.
Ekspor komoditi hortikultura Indonesia, antara lain ke Singapura, Taiwan Cina,
Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Eropa lainnya.
Kenaikan volume dan nilai ekspor hortikultura disebabkan oleh semakin
membaiknya produksi tanaman hortikultura. Produksi sayuran dalam lima tahun
terakhir (2001-2005) juga cenderung meningkat, dengan rata-rata peningkatan
sebesar 5,43 % per tahun. Pada tahun 2001, produksi sayuran sebanyak 7.425.861
ton dan meningkat menjadi 9.011.417 ton pada 2005, jika ditotal secara
keseluruhan, produksi hortikultura selama 2001-2005 menunjukkan peningkatan
sebesar rata-rata 9,49 % per tahun.
Wortel merupakan salah satu produk hortikultura yang potensial untuk
dikembangkan karena wortel termasuk sayuran bernilai ekonomis penting di
dunia. Produksi wortel telah menjadi salah satu mata dagang pertanian antar
negara. Peluang ekspor wortel antara lain pasar Jepang. Berdasarkan data dari
Japan External Trade Organization (JETRO), negara tersebut pada tahun 1990
mengimpor wortel beku sebanyak 5.000 ton. (Rukmana, 1995).
Permintaan pasar dunia pada masa mendatang diperkirakan meningkat
terus sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin membaiknya
pendapatan masyarakat dan makin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi.
Menurut data dari International Rice Research Institute (IRRI), perkiraan jumlah
penduduk tahun 2025 nanti naik menjadi 8.345 juta jiwa. Peluang pasar wortel
semakin luas dengan adanya tehnologi pengolahan wortel. Wortel dapat dijual
chip wortel dan sari wortel. Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya
permintaaan wortel.
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentral komoditas wortel di
Propinsi Jawa Tengah, dari 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah hanya 13
kabupaten yang memproduksi wortel. Produksi wortel tertinggi pada tahun 2006
dihasilkan oleh Kabupaten Boyolali sebesar 169,159 Kw, kemudian Kabupaten
Magelang sebesar 143,335 Kw dan Kabupaten Karanganyar sebesar 92,580 Kw.
Produktivitasnya wortel tertinggi dicapai oleh Kabupaten Semarang yaitu sebesar
201,03,27 Kw/Ha, sedangkan Kabupaten Karanganyar menempati urutan yang
ketujuh yaitu sebesar 145,11 Kw/Ha. Karanganyar memberikan kontribusi
produksi wortel sebesar 14,58 % terhadap total produksi wortel di Jawa Tengah
(BPS Jawa Tengah, 2007).
Wortel telah lama dikembangkan di berbagai daerah, termasuk di
Kabupaten Karanganyar. Menurut data dari BPS tahun 2005, usahatani wortel
merupakan usahatani yang menghasilkan komoditas sayuran tertinggi
dibandingkan dengan usahatani sayuran lain di Kabupaten Karanganyar. Produksi
wortel pada tahun 2005 mencapai 85,567 Kw lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kubis (20,880 Kw), sawi (15,652 Kw) maupun buncis (9,474 Kw),
meskipun produktivitas wortel lebih rendah (164,55 Kw/Ha) jika dibandingkan
dengan produktivitas kubis yang mencapai 213,06 Kw/Ha (BPS Karanganyar,
2005)
Selama lima tahun terakhir produksi wortel di Kabupaten Karanganyar
wortel di Kabupaten Karanganyar tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel
Produktivitas wortel di Kabupaten Karanganyar masih rendah, dari tabel
di atas dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir produktivitas wortel yang
tertinggi dicapai pada tahun 2003 yaitu sebesar 202,57 Kw/Ha atau 20,257
ton/Ha. Produktivitas wortel yang dicapai Kabupaten Karanganyar pada tahun
2003 ini lebih rendah dari potensi daya hasil wortel yang bisa mencapai 25
ton/Ha (Rukmana, 1995). Ini berarti bahwa produktivitas usahatani wortel di
Kabupaten Karanganyar masih jauh dari potensi daya hasil wortel. Rendahnya
produktivitas wortel di Kabupaten Karanganyar disebabkan oleh kurangnya
efisiensi dalam pengelolaan usahatani wortel. Berdasarkan fenomena tersebut
penulis ingin meneliti masalah Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel di
Kabupaten Karanganyar.
Penelitian Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel di Kabupaten
Karanganyar ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya penelitian ini diharapkan produktivitas usahatani wortel dapat ditingkatkan
melalui pengetahuan tentang faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi
wortel dan jumlah faktor-faktor produksi yang harus digunakan sehingga petani
bisa memperoleh pendapatan maksimal karena dalam usahatani berlaku hukum
Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang, dimana penambahan faktor produksi
secara terus menerus pada suatu titik akan menyebabkan output yang akan
semakin berkurang (Soekartawi, 2003).
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan diteliti:
1. Faktor-faktor produksi apa yang berpengaruh terhadap usahatani wortel di
Kabupaten Karangayar ?
2. Bagaimana skala usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar ?
3. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi yang dialokasikan petani sudah
mencapai efisiensi ekonomis ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani
wortel di Kabupaten Karangayar
2. Mengetahui skala usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui alokasi penggunaan faktor produksi tersebut dalam memenuhi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai alat untuk mencoba mengaplikasikan teori
yang telah dipelajari selama ini, sehingga dapat membandingkan dengan
keadaan yang sebenarnya dan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat
S-2.
2. Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran ataupun
bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang berhubungan dengan
usahatani wortel .
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Wortel
Wortel termasuk 18 jenis sayuran komersil yang dihasilkan di
Indonesia. Dilihat dari luas panen sayuran nasional tahun 1991, wortel berada
di urutan ke-16 setelah cabai, kacang panjang, bawang merah, ketimun, kubis,
kacang merah, terung, tomat, kentang, petsai dan sawi, bayam, buncis,
bawang daun, kangkung, dan bawang putih. (Rukmana, 1995)
Di Indonesia produksi wortel masih rendah, yakni 20-25 ton per
hektar. Di negara-negara lain, misalnya seperti di Amerika dan Eropa,
produksi wortel dapat mencapai kisaran 30 -35 ton per hektar. Rendahnya
produksi wortel di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor seperti
penggunaan faktor produksi yang kurang tepat dan tehnik budidaya yang
kurang baik, sehingga untuk meningkatkan produksi wortel di Indonesia
harus dilakukan perbaikan dalam penggunaan faktor produksi dan tehnik
budidaya serta pengendalian hama dan penyakit yang lebih intensif dan tepat
sasaran, serta penggunaaan benih yang baik. (Cahyono, 2002)
Menurut Cahyono (2002), taksonomi tumbuhan wortel adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
Tanaman wortel diklasifikasikan menjadi tiga jika dilihat dari bentuk
umbinya yaitu:
a) Tipe Chantenay, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tumpul.
b) Tipe Imperator, berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing.
c) Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan antara imperator dan chantenay.
Tanaman wortel dipanen setelah berumur 3 bulan sejak sebar benih
atau tergantung varietasnya dan ukuran umbinya telah maksimal dan tidak
terlalu tua. Panen yang terlalu tua meyebabkan umbi menjadi keras dan
berkayu, sehingga kualitasnya rendah dan tidak laku dijual di pasar
(Rukmana, 1995)
Pada umumnya, kegiatan pemasaran umbi wortel tidak terjadi di
kebun secara langsung antara produsen (petani) dan konsumen, tetapi melalui
lembaga-lembaga tata niaga. Lembaga-lembaga yang berperan dalam
pemasaran wortel adalah tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar
(grosir), pedagang pengecer (pasar, supermarket) dan eksportir. Dengan
adanya lembaga pemasaran ini memudahkan petani memasarkan produknya
tapi juga mempengaruhi harga jual di pasar maupun harga ditingkat petani.
dan harga di tingkat petani terlalu rendah sehingga pendapatan petani menjadi
rendah dan konsumen harus membayar lebih tinggi. (Cahyono, 2002)
Kuatnya pasaran wortel dapat dilihat dari pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah umbi wortel
menjadi berbagai bentuk produk (makanan maupun minuman), misalnya jus
wortel dan chips wortel. Selain itu, kuatnya pasaran wortel juga bisa dilihat
dari pertumbuhan dan perkembangan perusahan kosmetik yang memerlukan
bahan baku wortel (Cahyono, 2002)
Menurut Cahyono (2002) usahatani wortel dalam satu kali masa tanam
pada lahan seluas 1 hektar dapat memberikan keuntungan sebesar Rp.
23.654.175 rupiah dengan asumsi harga jual wortel ditingkat petani sebesar
Rp. 800 rupiah/kg. Sedangkan menurut Cahyati (2006) usahatani wortel di
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar menghasilkan keuntungan Rp.
29.695.000 dengan asumsi harga wortel Rp. 2.300 rupiah/kg. Menurut Dirjen
DIKTI pada artikel Sinar Tani (2007) usahatani wortel memberikan
keuntungan sebesar Rp. 19.156.600 dengan harga jual ditingkat petani Rp.
1.000 rupiah/kg.
2. Fungsi Produksi
Produksi adalah perubahan dua atau lebih input (faktor produksi)
menjadi satu atau lebih output (produk). Ada hubungan antara produksi
dengan input yaitu output maksimum yang dihasilkan dengan penggunaan
input tertentu. Dalam teori produksi diasumsikan produsen berusaha
biaya yang paling rendah, serta berusaha memaksimumkan keuntungan
(Pindyck dan Rubinfeld, 1999). Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor
produksi input (Mubyarto, 1995). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi
produksi ini dituliskan sebagai berikut :
Y = f (x1, x2,…....…, xn)
Dimana : Y = hasil produksi fisik
x1,…....…, xn = faktor-faktor produksi
Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi yang sering dipakai
adalah fungsi produksi linear, kuadratik, eksponensial, CES (Constant
Elasticity Substitution), trancendental dan translog.
a. Fungsi Produksi Linear
Rumus matematiknya adalah sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,…Xi,…,, xn)
Dimana : Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
Fungsi produksi linear bisaanya dibedakan menjadi dua yaitu
fungsi produksi linear sederhana dan linear berganda. Perbedaan ini
terletak pada jumlah variabel X yang dipakai dalam model. Fungsi
produksi linear sederhana ialah bila hanya satu variabel X yang dipakai
Y = a + bX
Dimana : a = intersep (perpotongan)
b = koefisien regresi
Bila a = 0, maka Y = bX, dan garis ini akan melewati titik origin.
Koefisien regresi b, sekaligus merupakan slope (kemiringan) dari garis Y
= a + bX dan Y = bX, sehingga merupakan produk marginal dari garis
Y = a + bX atau Y = bX dan dapat ditulis sebagai berikut :
b = (∆Y/∆ X)
b. Fungsi Produksi Linear Berganda (multiple regression)
Fungsi produksi ini mempunyai variabel X yang lebih dari satu, secara
mateatis dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f (X1, X2,…....…, Xn) ; atau
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ...+ bi Xi
Dimana a, b, X dan Y telah dijelaskan sebelumnya.
c. Fungsi Produksi Kuadratik
Fungsi produksi kuadratik ini biasanya dituliskan sebagai berikut :
Y = f (Xi ) ; atau dapat dituliskan
Y = a + bX + cX2
Dimana : Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
d. Fungsi Produksi Eksponensial
Fungsi produksi eksponensial dapat berbeda satu sama lain tergantung pada
ciri data yang ada, tapi umumnya fungsi produksi eksponensial ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
Y = a X b (biasanya disebut Fungsi Produksi Cobb-Douglas)
dan
Y = a bX
Penyelesaian fungsi produksi eksponensial ini dengan menggunakan
logaritma karena merupakan bilangan berpangkat.
e. Fungsi Produksi CES
Fungsi ini dipakai bila berlaku asumsi constant return to scale. Rumus
matematis CES adalah sebagai berikut :
Y = γ [δK–p + ( 1 -δ ) L–p ] -1/p
Dimana : Y = output
γ = parameter efisiensi ( γ > 0 )
δ = distribusi parametaer (0 < δ < 1)
K = kapital
L = input tenaga kerja
p = parameter substitusi (p > -1)
f. Fungsi Produksi Transcedental
Y = A X1b1 ec1x1 x2b2 ec2x2 + u,
Dimana : Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
a, b, c = parameter yang diduga
e = bilangan konstan
u = galat (disturbance term)
g. Fungsi Produksi Translog
Fungsi produksi translog ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Log Y = Log A + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 (log X1log X2 ) + u
Dimana : Y = output
X = input
a, b, c = parameter yang diduga
A = parameter yang berfungsi sebagai intersep
u = galat (disturbance term)
Memilih fungsi produksi yang sesuai dengan keinginan peneliti bukan
pekerjaan yang mudah hal ini disebabkan karena data yang ada belum tentu sesuai
dengan model fungsi produksi yang telah disiapkan sebelumnya. Kejadian ini
sering ditemui pada analisis yang menggunakan data yang tidak terkontrol seperti
data survei sosial ekonomi (Soekartawi, 2003). Pada penelitian ini menggunakan
fungsi produksi Cobb- Douglass karena Soekartawi (2003) mengemukakan
bahwa ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai
a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif mudah dibandingkan dengan fungsi
yang lain karena fungsi Cobb-Douglas mudah di transformasikan ke bentuk
linier.
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas.
c. Besarnya elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan return to scale.
Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas menurut Debertin, 1986 adalah
sebagai berikut :
Y = Ax1α x2 1-α
Dimana x1 = Tenaga kerja
x2 = Modal
Fungsi tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma
menjadi :
Log y = log A + α log x1 + (1-α) log x2
Bentuk fungsi Cobb Douglas tersebut dapat diperluas menjadi beberapa
variabel x sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = u
Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:
Y = f (X1, X2,…Xi,…,, xn)
Dimana :
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural, e = 2,718
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka
persamaan tersebut di ubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut. Bentuk logaritma dari persamaan di atas
adalah:
Log Y = Log a + b1 log X1 + b2 log X2 + u
Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglas selalu dilogaritmakan dan
diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi liner, maka ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, antara lain (Soekartawi, 2003) :
a) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
b) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan.
c) Tiap variabel X adalah perfect competition.
d) Perbedaan lokasi seperti iklim termasuk dalam faktor kesalahan, u.
3 Skala Usaha
Analisis skala usaha (return to scale) digunakan untuk mengkaji
kemungkinan perluasan usaha dalam proses produksi, yang merupakan upaya
maksimisasi keuntungan. Skala usaha menggambarkan respon pada output akibat
perubahan dari input. Suatu usaha yang diteliti mengikuti kaidah increasing,
To Scale). Dalam fungsi Cobb Douglass dapat dijelaskan oleh jumlah besaran
elastisitasnya (b1,b2, ..., bn) yaitu lebih besar dari satu, lebih kecil dari satu atau
sama dengan satu (Soekartawi, 1994).
Ada tiga kemungkinan alternatifnya, yaitu:
a) Decreasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) < 1. Berarti bahwa proporsi
penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
b) Constant return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) = 1. Berarti bahwa proporsi
penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi
yang diperoleh.
c) Increasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) > 1. Berarti bahwa proporsi
penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang
proporsinya lebih besar.
4. Efisiensi Ekonomi
Petani dalam melaksanakan usahataninya dapat menggunakan kombinasi
dari beberapa faktor produksi sekaligus seperti lahan, benih, tenaga kerja, pupuk
dan modal sehingga petani diharapkan dapat menyesuaikan skala usahataninya.
Dengan kombinasi yang tepat berarti petani dapat mengalokasikan faktor produksi
sehingga tercapai tingkat efisiensi yang tinggi dan pendapatan yang tinggi pula
(Soekartawi, 1994)
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan masukan yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi ekonomi
tertinggi terjadi pada saat keuntungan maksimal yaitu pada saat selisih antara
ongkos yang digunakan untuk menambah penggunaan input sama dengan
tambahan output yang dapat diterima. Keuntungan maksimal terjadi saat nilai
produk marginal sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi yang
digunakan dalam usahatani (Mubyarto, 1995).
Dalam terminologi ekonomi pengertian efisiensi dapat digolongkan
menjadi tiga macam yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan
efisiensi ekonomis Pengukuran secara teknis terhadap usahatani yang
dilaksanakan petani ditunjukkan oleh perbandingan antara produksi aktual dan
produksi estimasi potensial usahatani. Dengan memasukkan faktor manajemen
yang merupakan tingkat efisiensi teknis (Technical Efficiency Rating, TER), maka
dapat diperoleh suatu fungsi produksi yang lebih baik. Secara matematis besar
efisiensi teknis (TER) yang merupakan rasio antara tingkat produksi aktual (Y)
dengan tingkat produksi potensial (Yi) dapat ditulis:
TER=Y/Yi (Yotopoulos dan Nugent, 1976).
Menurut Yatopoulos dan Nugent (1976), efisiensi akan menunjukkan
pencapaian keluaran yang optimal dari seperangkat sumber daya tertentu. efisiensi
dibagi menjadi dua jenis yaitu efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi teknis
(technical efficiency).
Efisiensi harga berkaitan dengan pembuatan keputusan mengenai
pengalokasian dari faktor-faktor produksi variabel, yaitu faktor yang berbeda
dalam kontrol perusahaan. Efisiensi ini biasanya ditunjukkan dengan nilai produk
marjinal untuk suatu input tertentu sama dengan harga input tersebut. efisiensi
sebenarnya dengan produksi maksimum. Sedangkan efisiensi ekonomi adalah
besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya
dengan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2003).
Efisiensi ekonomis dicari berdasarkan asumsi petani berorientasi pada
keuntungan jangka pendek yang maksimum. Dalam menganalisis efisiensi
ekonomis, penggunaan faktor produksi didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Harga input dan output ditetapkan oleh pasar persaingan sempurna. Produsen
secara individu tidak dapat mempengaruhi harga hasil produksi dan harga
faktor produksi yang mereka gunakan.
b. Produsen akan berbuat rasional dan mempunyai keinginan untuk mencapai
keuntungan bersih yang maksimal.
c. Harga dan hubungan input dengan output diasumsikan diketahui sempurna.
Efisiensi ekonomi merupakan kombinasi dari efisiensi teknis dan efisiensi
harga. Menurut Soekartawi (2003), bila efisiensi teknis dan efisiensi harga
tercapai maka usahatani tersebut telah mencapai efisiensi ekonomis.
EE = (ET) x (EH)………(3)
Keterangan : EE = efisiensi ekonomi
ET = efisiensi teknis
Secara sederhana ukuran efisiensi menurut Farell dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Gambar 2.1. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrell (Soekartawi, 2003)
Garis lengkung UU’ garis isokuan yang menggambarkan tempat
kedudukan titik-titik kombinasi penggunaan input X1 dan X2 terhadap produksi Y.
Dalam gambar tersebut titik D adalah kombinasi optimum yang dapat dicapai
(maximum possible yield), sedangkan titik C adalah kombinasi yang digunakan
oleh perusahaan. Model Farrell ini menghubungkan efisiensi teknis (OB/OC)
dengan kesalahan pemilihan fungsi produksi dan efisiensi harga (OA/OB) dengan
kesalahan pemilihan fungsi produksi dan efisiensi harga (OA/OB)
menggambarkan pilihan terbaik atau kesalahan pemilihan kombinasi input. Dalam
meneliti efisiensi ekonomi (OA/OC) sering kesulitan untuk memisahkan efisiensi
teknis dengan efisiensi harga/alokatif.
U
P O
A
D B
C U’
P’
Y x2
Analisis efisiensi ekonomi biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat
optimalisasi pemakaian faktor produksi. Efisiensi ekonomi tertinggi tercapai pada
saat keuntungan mencapai maksimal. Menurut Suprapto (2005), efisiensi ekonomi
maksimum bisa ditentukan dengan memaksimumkan fungsi keuntungan:
Keuntungan = Total Penerimaan- Total Biaya
= (Produksi X Harga Produk) – (Biaya Variabel + Biaya Tetap)
= Y. Py – ( X. Px + TFC)
Keuntungan maksimum terjadi saat turunan pertama fungsi keuntungan = 0
dY / d X = 0
dY/dX. Py – Px = 0
dY/dX. Py = Px MPx. Py = Px
NPMx = Px
Menurut Soekartawi (2003) efisiensi ekonomis terjadi saat nilai produk
marginal dari setiap unit tambahan masukan sama dengan harga dari setiap unit
NPMx = Hx
Dimana NPMx = Nilai produk marginal dari masukan X
Hx = Harga masukan
Namun demikian kenyataan yang banyak terjadi NPMx tidak selalu sama dengan
Hx yang sering terjadi :
a. NPMxi > 1 artinya penggunaan masukan (x) belum mencapai efisiensi Hxi
ekonomi tertinggi. Pada kondisi ini masukan (x) masih bisa ditambah.
b. NPMxi < 1 artinya penggunaan masukan tidak efisien, masukan (x) Hxi
perlu dikurangi (Soekartawi, 2003).
Jika petani memperoleh keuntungan besar dalam usahataninya karena
pengaruh harga petani tersebut langsung dikatakan mengalokasikan faktor
produksi tersebut secara efisien. Selanjutnya jika petani mampu meningkatkan
produksi dengan nilai faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksi
dengan harga tinggi maka petani telah melaksanakan efisiensi teknis dan efisiensi
harga secara bersamaan. Situasi yang demikian disebut efisiensi ekonomi
Secara sederhana ukuran efisiensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kurva Isoquant dan Isocost Sumber : McEachern, 2001
Isoquant merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi efisien dari dua
sumber daya (input) yang menghasilkan tingkat output tertentu. Pada gambar 1 di
atas kurva isoquant ditunjukan oleh garis lengkung Q1, Q2, Q3 dan Q4. Kurva
isoquant yang semakin menjauhi titik origin menunjukkan bahwa tingkat output
yang diproduksi semakin tinggi dengan kombinasi input yang semakin besar. Sifat
–sifat isoquant menurut McEachern (2001) adalah isoquant yang semakin jauh
dari titik nol mencerminkan tingkat output yang semakin tinggi, isoquant
mempunyai slope negatif, isoquant tidak pernah saling berpotongan dan isoquant
cembung terhadap titik nol. Isocost merupakan kurva yang menunjukkan
kombinasi sumber daya pada biaya yang sama. Isocost pada gambar 1 ditunjukkan
menunjukkan biaya yang semakin tinggi. Titik perpotongan antara kurva isoquant
dengan isocost yaitu titik a, b, c, d menunjukkan biaya minimum yang diperlukan
untuk memproduksi tingkat output tertentu dari kombinasi input yang telah
ditetapkan. Kondisi ini berarti bahwa suatu usaha telah mencapai efisiensi.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang “Analisis Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Bawang
Merah Lahan Pantai di DIY” yang dilakukan oleh Heru Irianto dan Sugiharti
Mulya Handayani (2005) menggunakan model fungsi produksi Cobb - Douglas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel tenaga kerja,
benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk organik, NPK, dan luas lahan berpengaruh
terhadap produksi bawang merah, sedangkan secara individual hanya variabel
tenaga kerja, pupuk SP 36 dan pupuk KCL yang berpengaruh terhadap produksi
bawang merah di lahan pantai DIY. Penggunaan faktor produksi yang belum
mencapai efisiensi ekonomi adalah tenaga kerja dan SP 36 sehingga perlu
ditambah, sedangkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien adalah KCL
sehingga penggunaannya harus dikurangi.
Muhamad Nurung (2003) juga melakukan penelitian tentang efisiensi
ekonomi usahatani kedelai dan jagung di Propinsi Bengkulu yang menggunakan
analisis model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan. umur,
pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga petani tidak jauh berbeda. sedangkan
rata-rata luas lahan usahatani jagung lebih besar dibanding lahan usahatani
kedelai. Keuntungan usahatani kedelai dan jagung meningkat yang dipengaruhi
pupuk Urea. pupuk KCI), jumlah tanggungan keluarga. dan luas lahan
berpengaruh positif terhadap pendapatan kedelai dan jagung. Pupuk Sp-36 dan
pengalaman bertani berpengaruh negatif terhadap keuntungan usahatani kedelai.
Analisis efisiensi menunjukkan penggunaan bibit, pupuk Urea, Sp-3, KCI,
herbisida, dan tenaga kerja pada usahatani kedelai dan jagung tidak efisien.
Muhamad Aziz (2004) melakukan penelitian tentang “Analisis Efisiensi
Ekonomi Teknologi Usahatani Padi Di Sul-Sel” yang menggunakan model fungsi
produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
independen yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi adalah luas lahan,
pupuk dan pestisida. Dimana efisiensi produksi tercapai, terutama pengolahan
lahan dan pemeliharaan; tingkat teknologi yang digunakan oleh petani sudah
dianggap sesuai dengan anjuran, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dalam
penelitian sudah tercapai; dan implikasi dari hasil analisis fungsi produksi
terutama untuk mendorong produktivitas, maka faktor produksi yang penting
menjadi perhatian adalah system distribusi pupuk, pestisida, dan perluasan lahan
sawah atau pengolahan secara intensif
Penelitian mengenai efisiensi ekonomi terutama untuk tanaman pangan
telah banyak dilakukan, sedangkan untuk tanaman hortikultura, penelitian yang
banyak dilakukan adalah penelitian mengenai produk hortikultura unggulan baik
di tingkat propinsi Jawa Tengah maupun di tingkat nasional seperti cabe, bawang
merah, kentang, dan jeruk. Penelitian mengenai wortel masih jarang dilakukan
karena wortel belum menjadi komoditas unggulan di tingkat propinsi maupun
mempunyai potensi yang baik namun belum berkembang pesat dan termasuk
prioritas rendah, baik dalam skala penelitian maupun pengembangannya
(Rukmana, 1995). Merujuk pada hal-hal tersebut maka penyusun ingin meneliti
efisiensi ekonomi wortel terutama di Kabupaten Karanganyar.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menunjukkan hubungan antara hasil produksi wortel dengan faktor produksi input yang meliputi luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik (pupuk kandang), pupuk anorganik (pupuk urea, pupuk ZA, pupuk TSP/ SP 36, pupuk KCL), pestisida dan benih.
Produksi wortel yang merupakan variabel terikat dipengaruhi oleh
variabel-variabel bebas yang meliputi variabel luas lahan, tenaga kerja, pupuk
organik (kandang), jumlah pupuk anorganik (urea, ZA, TSP/SP 36 dan KCL),
jumlah pestisida dan jumlah benih.
Luas lahan yang ditanami akan mempengaruhi banyaknya tanaman yang
dapat ditanam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi besarnya produksi
wortel. Semakin luas lahan yang ditanami wortel maka akan semakin banyak
wortel yang dapat dihasilkan.
Banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani juga mempengaruhi
produksi. Kegiatan dalam usahatani seperti sebar benih, penjarangan, pemupukan
dapat dilakukan tepat waktu jika tenaga kerja cukup tersedia. Jika salah satu
kegiatan tidak dilakukan tepat waktu karena kurangnya tenaga kerja maka akan
dapat mengurangi produksi wortel.
Besarnya pupuk kandang, pupuk urea, TSP dan KCL juga turut
menentukan produksi wortel karena untuk pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan zat–zat yang terdapat pada pupuk-pupuk tersebut seperti nitrogen,
phospat dan kalium untuk pembentukan umbi. Banyaknya umbi wortel yang
dihasilkan setiap tanaman akan mempengaruhi produksi wortel. Pestisida
digunakan untuk memberantas hama dan penyakit yang biasanya menyerang
tanaman wortel. Tanaman wortel yang terserang hama dan penyakit pada tingkat
tertentu akan sulit membentuk umbi sehingga aplikasi pestisida diperlukan untuk
Semakin tinggi jumlah benih yang digunakan dalam usahatani maka
semakin tinggi produksi yang dihasilkan karena banyaknya benih yang disebar
akan menentukan jumlah tanaman yang dapat tumbuh sehingga semakin banyak
tanaman yang tumbuh maka akan menghasilkan lebih banyak umbi wortel.
Kondisi skala usaha pada usahatani wortel ini dapat diketahui dari
besaran elastisitasnya (b1, b2, .... bn) yaitu lebih besar dari satu(Increasing return to
scale), lebih kecil dari satu (Decreasing return to scale), dan sama dengan satu
(Constant return to scale).
Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui tingkat
optimalisasi pemakaian faktor produksi pada usahatani wortel. Efisiensi ekonomi
tertinggi tercapai pada saat keuntungan mencapai maksimal. Terjadi apabila nilai
produk marginal dari setiap unit tambahan masukan yang terdiri dari pupuk
kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida sama dengan harga dari
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang belum diuji
kebenarannya, sehingga dapat dipertegas atau ditolak secara empiris. Berdasarkan
penelitian oleh Heru Irianto dan Sugiharti Mulya Handayani tentang “Analisis
Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di DIY” yang
juga menggunakan model fungsi produksi Cobb – Douglas menunjukkan bahwa
secara bersama-sama variabel tenaga kerja, benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk
organik, NPK, dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi bawang merah, dan
penggunaan faktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi maka hipotesis
yang diambil penulis adalah sebagai berikut :
1. Diduga faktor produksi jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP,
pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap produksi wortel di Kabupaten Karanganyar
2. Diduga skala usaha pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar dalam
kondisi increasing return to scale.
3. Diduga petani wortel dalam menggunakan faktor-faktor produksi belum
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, yaitu suatu
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan
kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan
Efendi, 1995).
B. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah usahatani wortel yang di
kelola petani yang berada di Kabupaten Karanganyar. Hal-hal yang diteliti
meliputi penggunaan benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk
KCL, tenaga kerja dan pestisida dalam usahatani wortel di Kabupaten
Karanganyar
C. Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang diteliti
(Arsyad dan Soeratno, 1999). Populasi mengacu pada keseluruhan
kelompok orang, kejadian atau obyek yang ingin diinvestigasi oleh peneliti
(Sekaran, 2006). Populasi sasaran dalam penelitian ini meliputi seluruh
usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan data BPS
Karanganyar tahun 2005 banyaknya usahatani wortel adalah 2080 usaha
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah
anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini
mengambil sampel sebanyak 100 orang dengan pertimbangan adanya
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia.
3. Sampling
Sampling merupakan metode untuk memilih dan mengambil
individu-individu ke dalam sampel yang representatif. Metodologi
sampling yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampai
dimanakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu
benar-benar menggambarkan keadaan sebenar-benarnya dari populasi (Arsyad dan
Soeratno, 1999).
Penelitian ini menggunakan metode ”Multistage Sampling
Tehnique” yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dalam beberapa
tahap (Sekaran, 2006). Pengambilan sampel pertama-tama dipilih
kecamatan yang memproduksi wortel Data mengenai produksi wortel di
setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Produksi Wortel di Kabupaten Karanganyar
Karanganyar yang memproduksi wortel yaitu Kecamatan Jatiyoso,
Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,dan Jenawi. yaitu Kecamatan
Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,dan Jenawi
(BPS,2005). Dari kecamatan tersebut dipilih desa yang menghasilkan
wortel secara acak. Pemilihan sampel dari tiap desa menggunakan metode
”Simple Random Sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak
sederhana dari tiap desa. Jumlah sampel yang diambil dari tiap desa dapat
Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Setiap Desa Terpilih di Kabupaten Karanganyar
No Nama Desa Jumlah Usahatani Jumlah Sampel
1 Beruk 80 10
2 Blumbang 325 42
3 Berjo 200 26
4 Karang 100 13
5 Gumeng 60 8
Jumlah 765 100
Sumber : Mantri Tani
Besarnya sampel dari tiap desa ditentukan dengan persentase yang
sama dari besarnya populasi petani wortel di tiap desa. Metode
pengambilan sampelnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Kab. Karanganyar
Kec. Jatiyoso Kec. Tawangmangu Kec. Ngargoyoso Kec. Karangpandan Kec. Jenawi
Beruk Blumbang Berjo Karang Gumeng
10 42 26 13 8
Gambar 3.1 Metode Pengambilan Sampel
4. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner pada
petani sampel pada musim tanam bulan Oktober- Desember tahun 2007
dan data sekunder diperoleh dari dinas/instansi yang terkait dengan
b. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan / Literatur
Teknik yang dimaksudkan untuk memperoleh hal-hal yang
berhubungan dengan penelitian, antara lain meliputi bahan-bahan
bacaan yang relevan berupa jurnal, buku, surat kabar dan lainnya yang
didapatkan dari studi kepustakaan di perpustakaan, internet, maupun
sumber lain guna mendapatkan bahan yang berhubungan dengan
penelitian.
2.. Interview
Interview merupakan tehnik pengumpulan data, dimana
dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada pihak yang
dianggap berkepentingan, yaitu Dinas Pertanian, Kantor Badan Pusat
Statistik dan pada petani sampel di tiap kecamatan yang menjadi
sampel penelitian.
3. Observasi
Melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang
diteliti yaitu pada usahatani wortel lokasi penelitian guna
4. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan menggali informasi
kepada petani sampel dengan cara bertanya jawab langsung dengan
pemilik usahatani wortel dengan menggunakan daftar
pertanyaan/kuesioner.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik deskiptif yang meliputi transformasi data mentah ke dalam bentuk
yang akan memberi informasi untuk menjelaskan sekumpulan faktor dalam
suatu situasi. Statistik deskriptif juga dapat digunakan untuk mengetahui
1. Estimasi Fungsi Produksi
Untuk menilai dan mengetahui hubungan serta sumbangan faktor-faktor
produksi terhadap tingkat produksi tanaman wortel, diestimasi dengan model
fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :
Y = AX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6
……….(1)Untuk memudahkan analisis dalam menaksir parameter-parameter harus
ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga merupakan bentuk
linear berganda yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil
(OLS).
Log Y = log A + b1log X1 + b2logX2 + …..+ b6logX6 + log
………...(2)Dimana :
Y = produksi wortel (Kg)
X1 = luas lahan (Ha)
X2 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X3 = jumlah pupuk organik (Kg)
X4 = jumlah pupuk anorganik (Kg)
X5 = jumlah pestisida (Liter)
X6 = jumlah benih (Kg)
bi. = koefisien regresi
= kesalahan penggangguMetode Pengujian Model
Pengujian terhadap hasil pendugaan parameter meliputi pengujian
normalitas data, pengujian ekonometrik dan pengujian statistik, yaitu:
a. Pengujian Normalitas Data
Salah satu metode yang sering digunakan untuk pengujian normalitas data
adalah uji Jarque Bera (Uji J.B tes). Dalam model regresi tidak semua
variabel harus diuji kenormalannya, cukup diwakili residualnya saja.
Dalam Uji J.B tes jika residual nilai J.B hitung lebih kecil dari J.B tabel
atau jika probabilitas residual lebih besar dari α (0,05) maka dianggap
semua variabel yang ada dalam model dinyatakan normal. Variabel
dikatakan berdistribusi normal jika skewness = 0 dan kurtosis = 3,
dianggap mendekati normal jika nilai skewness dan kurtosisnya berada
dalam toleransi 1.(Guntur, 2007).
Uji J.B tes dapat dilakukan dengan dengan cara :
1. Melakukan estimasi pada regresi sehingga dapat dicari variabel resid.
2. Mencari nilai J.B tes dari normality tes dalam program Eview 3.1.
b. Pengujian Ekonometrik
Pengujian ekonometrika yang dilakukan untuk mengetahui adanya
penyimpangan terhadap asumsi klasik. Asumsi regresi klasik menurut
Maddala (1992) meliputi non autokorelasi yaitu keadaan dimana tidak
terdapat hubungan antara kesalahan-kesalahan (error) yang muncul pada
data runtun waktu (time series), homoskedastisitas yaitu keadaan dimana
multikolinearitas yaitu keadaan dimana tidak ada hubungan antara
variabel-variabel penjelas. Pengujian asumsi klasik yang akan dilakukan
dalam penelitian ini hanyalah pengujian multikolineritas dan
heteroskedastisitas, sedangkan autokorelasi tidak dilakukan karena
penelitian ini menggunakan data cross section. Pengujian asumsi tersebut
dilakukan dengan menggunakan Sofware Eviews 3.1.
1) Multikolinieritas
Asumsi ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan linier di antara variabel-variabel independen dalam model
regresi tersebut. Jika terdapat hubungan linier di antara variabel
dependen, maka hal tersebut dikatakan terjadi multikolinieritas
(multikol). Ini berarti menyalahi asumsi teori ekonometri yang
menyatakan bahwa seluruh variabel bebas yang termasuk dalam
model mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependennya, sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan
tinggi.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas
adalah dengan metode Klein, yaitu dengan mencari koefisien korelasi
dari variabel bebas dengan matrix correlation kemudian koefisien
korelasi yang diperoleh dikuadratkan. Nilai kuadrat dari koefisien
korelasi ( r2) dibandingkan dengan nilai Adjust R2 , jika nilai r2 <
> Adjust R2maka terjadi multikolinearitas (Modul Lab. Ekonometrika,
2000).
2) Heteroskedastisitas
Asumsi ini merupakan asumsi yang membahas mengenai
faktor-faktor gangguan, yaitu distribusi probabilitas gangguan
dianggap tetap sama untuk seluruh pengamatan-pengamatan atas
variabel independen, yaitu varian setiap Ut adalah sama untuk
seluruh nilai-nilai variabel independen. Heteroskedastititas terjadi
jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai
varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik
dalam sampel kecil maupun besar.
Pendeteksian adanya heteroskedastisitas ini dilakukan
dengan Uji Park dengan langkah-langkah (Modul Lab.
Ekonometrika, 2000):
a) Melakukan regresi OLS terhadap model dan mendapatkan
residual ei.
b) Meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel
independent Xi
c) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melakukan uji t
terhadap koefisien regresi yang dihasilkan dengan melihat
probabilitasnya, jika probabilitas > α (0,05) maka tidak ada
c. Pengujian Statistik
Pengujian statistik yang dilakukan meliputi:
1) Uji t
Digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan
pendekatan probabilitas.
a. Formulasi Hipotesa :
H0 : bi = 0 (Variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara individual terhadap variabel terikat)
Ho : bi 0 (Variabel bebas mempunyai pengaruh yang
signifikan secara individual terhadap variabel terikat)
b. Alpha = 5 %
c. Kriteria Pengujian :
1. Ho diterima apabila memenuhi syarat :
Nilai prob-value > 0,05, yang berarti variabel bebas tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual
terhadap variabel terikat
2. Ho dtolak apabila memenuhi syarat :
Nilai prob-value < 0,05, yang berarti variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual
2) Uji F
Digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji
signifikasinya adalah sebagai berikut (Guntur, 2007):
a. Formulasi Hipotesa :
H0 : bi = 0 (Variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat)
Ho : bi 0 (Variabel bebas mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat)
b. Alpha = 5 %
c. Kriteria Pengujian :
1. Ho diterima apabila memenuhi syarat :
Nilai prob-value > 0,05, yang berarti variabel bebas tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual
terhadap variabel terikat
2. Ho dtolak apabila memenuhi syarat :
Nilai prob-value < 0,05, yang berarti variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual
3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah koefisien untuk
mengetahui berapa % variasi variabel dependen dapat dijelaskan
oleh variasi independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel di luar model. Bila R2 semakin mendekati satu maka
menunjukkan bahwa variabel independen yang dipilih dapat
menjelaskan variabel dependen.
2 Skala Usaha
Kondisi skala usaha pada penelitian ini dapat diketahui dari besarnya
koefisien regresi (b1,b2 ,.... b6) dari fungsi produksi Cobb-Doglas yang berupa
persamaan berikut ini :
Y = AX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6
……….(1)Untuk memudahkan analisis dalam menaksir parameter-parameter harus
ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga merupakan bentuk
linear berganda yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil
Log Y = log A + b1log X1 + b2logX2 + …..+ b6logX6 + log
………...(2)Dimana :
Y = produksi wortel (Kg)
X1 = luas lahan (Ha)
X2 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X3 = jumlah pupuk organik (Kg)
X4 = jumlah pupuk anorganik (Kg)
X5 = jumlah pestisida (Liter)
X6 = jumlah benih (Kg)
bi = koefisien regresi
= kesalahan penggangguA = konstanta
Nilai b1,b2 ,.... b6 yang diperoleh dari fungsi produksi Cobb-Douglass
sekaligus menunjukkan elastisitas produksinya. Besaran elastisitasnya yaitu
lebih besar dari satu, lebih kecil dari satu, sama dengan satu, atau lebih besar
dari satu. Ada tiga kemungkinan alternatifnya, yaitu:
a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2 + … + b6) < 1. Berarti bahwa
proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan
produksi.
b. Constant return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) = 1. Berarti bahwa
proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan
c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + b6) > 1. Berarti bahwa
proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan
produksi yang proporsinya lebih besar.
3. Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi dilihat dengan pendekatan efisiensi harga.
Kriteria yang digunakan untuk menilai apakah usahatani yang telah
dilakukan telah mencapai efisiensi yaitu dengan melihat perbandingan
nilai produk marginal dari masukan X dengan harga masukan menurut
Soekartawi, 2003 adalah :
NPMxi > 1, artinya penggunaan masukan (x) belum mencapai efisiensi Pxi
ekonomi tertinggi. Pada kondisi ini masukan (x) masih
bisa ditambah.
NPMxi < 1, artinya penggunaan masukan tidak efisien, masukan (x) Px
perlu dikurangi
NPMx = 1, artinya penggunaan masukan telah mencapai efisiensi. Px
Dimana : NPMx = Nilai produk marginal dari masukan X
Px = Harga masukan (harga sewa lahan, upah tenaga
NPMx dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NPMx = PMx. Py
= dY/dX . Py
Elastisitas Produksi (bi) = dY/ Y . 100 % (Suprapto, 2005) dX/ X. 100 %
= dY x X dX Y
= PMx. X PMx = bi. Y Y X
NPMx = bi . Y .Py
X
Keterangan :
bi = elastisitas produksi input i
Y = hasil produksi (Kg)
Py = harga wortel (Rp/Kg)
X = input yang digunakan (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik,
pupuk anorganik, pestisida dan benih)
Efisiensi usahatani wortel dapat tercapai saat perhitungan rasio NPMxi
dan Px pada masing-masing faktor produksi sama dengan satu, atau dengan kata
lain nilai produk marginal (NPMxi) harus sama dengan harga faktor produksi (Px)
sehingga akan dapat dihitung nilai optimum dari masing-masing faktor produksi
untuk mencapai efisiensi. Perhitungannya dapat dilakukan dengan cara sebagai