• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL (Daucus Carrota) DI KABUPATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL (Daucus Carrota) DI KABUPATEN KARANGANYAR"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL

(

Daucus Carrota

) DI KABUPATEN KARANGANYAR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana S-2

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi

Agribisnis dan Kelembagaan

Oleh :

MEI TRI SUNDARI, SP NIM. S4206016

PROGRAM STUDI MAGISTER

EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL

(Daucus Carrota) DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :

MEI TRI SUNDARI, SP

NIM. S4206016

Telah diterima dan disetujui

Pada tanggal 31 Januari 2009

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Dr. Ir. Kusnandar, MSi.) (Drs. Akhmad Daerobi, MS) NIP. 132 000 808 NIP. 131 569 280

Mengetahui, Ketua

Program Studi MESP

(3)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI WORTEL

(Daucus Carotta) DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :

MEI TRI SUNDARI, SP

NIM. S4206016

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Pada tanggal ………

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji Dr. J.J. Sarungu, MS ...

Dosen Pembimbing I Dr. Ir. Kusnandar, MSi ...

Dosen Pembimbing II Drs. Akhmad Daerobi, MS ...

..

Surakarta, 31 Januari 2009

Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Direktur Pasca Sarjana Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta

(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : MEI TRI SUNDARI

NIM : S4206016

Sebagai Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Ekonomi dan

Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya ini bukan merupakan

jiplakan dari karya orang lain.

Dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2009

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2

pada Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan UNS Surakarta.

Bantuan yang tulus juga telah penulis terima dari berbagai pihak, maka

dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak DR. JJ. Sarungu, MS., sebagai Ketua Program Studi Ekonomi dan

Studi Pernbangunan UNS . dan juga sebagai penguji yang telah banyak

memberikan sara-saran untuk perbaikan tesis ini.

2. Bapak DR. Ir. Kusnandar, MSi sebagai pembimbing utama atas segala

pengarahan, curahan waktu, buku pustaka dan bimbingan yang sangat

berharga.

3. Bapak Drs. Akhmad Daerobi, MS., sebagai pembimbing kedua dan Wakil

Ketua Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan UNS atas segala

bimbingan, fasilitas kepustakaan dan saran – sarannya.

4. Bapak Rektor UNS, Dekan Fakultas Pertanian UNS, Ketua dan Sekretaris

Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ijin,

kesempatan dan dukungan dana kepada penulis selama mengikuti program

pendidikan di MESP UNS

5. Seluruh staf pengajar yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

(6)

6. Bapak Agus, Bapak Taufan, Bapak Bernadin dan Ikhsan sebagai rekan satu

angkatan yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas mata

kuliah yang diberikan.

7. Mbak Ita, mas Upik dan seluruh staf administrasi MESP yang juga sangat

banyak membantu dalam proses perkuliahan.

8. Kepala Bappeda Kabupaten Karanganyar, Dinas Pertanian Kabupaten

Karanganyar, seluruh Camat dan Lurah di lokasi penelitian yang teleh

memberikan informasi berharga kepada penulis.

9. Ibu Wiwit Rahayu, SP, MP, Ibu Umi Barokah SP, MP, Ibu Setyowati SP,MP,

Bapak Ir Suprapto, Ibu Erlyna Wida Riptanti SP, MP dan seluruh rekan di

Agrobisnis yang telah memberikan bantuan dan semangat untuk

menyelesaikan tesis ini.

10. Bapak dan Ibuku, Bapak dan ibu mertua, saudara-saudaraku Mbak Ririn,

Mbak Ana dan Adik Endah, suamiku dr Andang Susilo dan dua putriku

Nabila Indirasari dan Calista Salsabila yang telah memberi semangat,

dorongan, beserta doanya.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sangat

membantu penulis sejak kuliah sampai selesainya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masib banyak kekurangannya, oleh

karena itu saran dan kritik akan diterima dengan terbuka. Akhimya penulis

berharap, meskipun tesis ini sangat sederhana namun bermanfaat bagi yang

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RINGKASAN ... xiv

SUMMARY ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Wortel... 7

(8)

3. Skala Usaha ... 15

4. Efisiensi Ekonomi ... 16

B. Penelitian Terdahulu ... 23

C. Kerangka Pemikiran... 25

D. Hipotesis ... 28

III.METODE PENELITIAN... 29

A. Tipe Penelitian ……….………... 29

B. Unit Analisis ... 29

C. Teknik Penarikan Sampel ... 29

1. Populasi ………...………. 29

2. Sampel ………...………. 29

3. Sampling ………...…………..30

4. Sumber dan Metode Pengumpulan Data ………...……..31

a. Sumber Data ... 31

b. Metode Pengumpulan Data ... 31

D. Teknik Analisis Data ...32

E. Definisi Operasional Variabel... 43

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR... 45

A. Keadaan Alam ... 45

B. Keadaan Penduduk ... 48

C. Keadaan Perekonomian ... 54

(9)

V. HASIL PENELITIAN ...66

A. Identitas Petani Sampel...66

B. Pengelolaan Usahatani Wortel ………...……… 68

C .Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Wortel ... 74

D. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel ………...…... 80

E. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb –Douglass... 84

F. Metode Pengujian... 85

G. Skala Usaha ………..………. 88

H. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor P roduksi... 89

VI. PEMBAHASAN ...92

A. Kondisi Makro Usahatani Wortel di Kab Karanganyar ... 92

B. Kondisi Mikro Usahatani Wortel di Kab Karanganyar...96

1. Luas Lahan ... 99

2. Tenaga Kerja ... 102

3. Pupuk Organik (Pupuk Kandang) ...105

4. Pupuk Anorganik ...109

5. Pestisida ...111

6. Benih ...112

7. Skala Usaha ...114

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... .116

A. Kesimpulan ………..116

B. Saran ... .117

DAFTAR PUSTAKA ... .118

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Wortel di

Kabupaten Karanganyar Tahun 2002-2006 4

Tabel 4.1 Pembagian Luas Wilayah di Kabupaten Karanganyar

Tahun 2005 46

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2001-2005 50

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

Kelompok Umur Tahun 2005 51

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2005

52

Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar Tahun 2004 – 2005 (dalam

Jutaan Rupiah) 54

Tabel 4.6 Pendapatan Perkapita Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 – 2005

56

Tabel 4.8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Sektor Pertanian Kabupaten

Karanganyar Tahun 2004 – 2005 (dalam Jutaan Rupiah) 57

Tabel 4.8 Jenis-jenis Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 60

Tabel 4.9 Jenis-jenis Komoditi Perkebunan di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2005 62

Tabel 5.1 Identitas Petani Sampel pada Usahatani Wortel di

Kabupaten Karanganyar 66

Tabel 5.2 Rata-rata Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar pada Musim Tanam Oktober- Desember 2007

75

(11)

Nomor Judul Halaman Tabel 5.2b Distribusi Pengunaan Tenaga Kerja per Hektar pada

Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.

76

Tabel 5.2c Distribusi Penggunaan Pupuk Organik (Pupuk Kandang) pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.

77

Tabel 5.2d Distribusi Penggunaan Pupuk Anorganik pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.

78

Tabel 5.2e Distribusi Penggunaan Pestisida pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.

79

Tabel 5.2f Distribusi Penggunaan Benih pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.

80

Tabel 5.3 Biaya Usahatani Wortel per Hektar pada Musim Tanam Oktober-Desember 2007 di Kabupaten Karanganyar

82

Tabel 5.4 Rata-rata Pendapatan Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar pada musim tanam Oktober-Desember 2007

83

Tabel 5.5 Hasil Uji t Usahatani Wortel di Kabupaten Karangnyar.

86

Tabel 5.6 Uji Normalitas Data dengan Uji Jarqua-Bera

87

Tabel 5.7 Analisis Matrik koefisien korelasi 88

Tabel 5.8 Nilai Kuadrat Koefisien Korelasi Variabel Bebas

88

Tabel 5.9 Hasil Regresi Residual Kuadrat terhadap Variabel Bebas

89

Tabel 5.10 Nilai Elastisitas Faktor-Faktor Produksi Usahatani Wortel

90

Tabel 5.11 Perhitungan Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel

91

Tabel 5.12 Nilai Optimum Faktor Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrell 19

Gambar 2.2 Kurva Isoquant dan Isocost 22

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 25

Gambar 3.1 Metode Pengambilan Sampel 31

Gambar 4.1 Distribusi Prosentase PDRB Kabupaten Karanganyar Menurut Sektor Perekonomian Tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

(13)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani wortel, mengetahui skala usahatani wortel dan mengetahui alokasi penggunaan faktor produksi tersebut dalam memenuhi syarat efisiensi ekonomi di Kabupaten Karanganyar.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok Penelitian ini menggunakan metode “Multistage Sampling Tehnique”, yaitu dipilih 5 kecamatan yang memproduksi wortel yaitu Kecamatan Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,dan Jenawi, dari kecamatan tersebut dipilih desa yang menghasilkan wortel secara acak. Pemilihan sampel dari tiap desa menggunakan metode ”Simple Random Sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dari tiap desa.

Hubungan antara faktor-faktor produksi wortel dan jumlah produksi wortel dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass diperoleh model swbagai berikut :

Y = 2,428 X10,152 X20,282 X30,112 X40,144 X50,160 X60,177

Dari hasil analisis diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,602. Hal ini berarti bahwa 60,2 % variasi hasil produksi wortel dipengaruhi oleh jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan, sedangkan sisanya yang 39,8 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Hasil Uji F menunjukkan bahwa jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi wortel. Hasil Uji t menunjukkan bahwa jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara individual juga berpengaruh terhadap produksi wortel di Kabupaten Karanganyar.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa skala usaha pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar sebesar 1,028 (lebih besar dari satu), ini berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar atau sering disebut dengan ”Increasing return to scale” . Hal ini berarti apabila semua faktor produksi ditambah satu persen secara bersama-sama, menyebabkan kenaikan produksi wortel sebesar 1,028, dengan demikian petani masih dapat memperbesar pendapatannya dengan menambah semua faktor produksi. yang digunakan.

(14)

SUMMARY

This research aims to know production factors having an effect on carrot farm, to know carrot farm scale and to know allocation used condition of economic efficiency in Karanganyar Regency.

The type of research is survey. This research use “Multistage Sampling Tehnique”, that is selected by 5 district which producing carrot that is Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan and Jenawi. From those district selected villge by random. Selection of Sample of each village use method " Simple Random Sampling"

The relationship between production factors and carrot production using Cobb-Douglass function, obtained this model :

Y = 2,428 X10,152 X20,282 X30,112 X40,144 X50,160 X60,177

From result of analysis obtained by Adjusted R Square 0,602, it means that 60,2 % variation of result carrot production influenced by amount of seed, organic fertilizer, anorganic fertilizer (urea, SP 36 and KCL) pesticide and wide of farm, while the rest which is 39,8 % influenced by other factors outside the model.

The result from F test indicate that seed, organic fertilizer, anorganic fertilizer (urea, SP 36 and KCL) pesticide and wide of farm by together have an effect on to carrot production. Result of t Test t indicate that seed, organic fertilizer, anorganic fertilizer (urea, SP 36 and KCL) pesticide and wide of farm individually also have an effect on to carrot production in Karanganyar. Regency

Result of calculation indicate that scale carrot farm in Karanganyar Regency is 1,028 ( bigger than one), this means that proportion addition factors of production will yield production addition which its proportion is bigger or often referred with " Increasing Return to Scale“.

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Identitas Responden 121

2. Biaya-biaya Input

123

3. Biaya Ekplisit 126

4. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Responden 129

5. Rincian Penggunaan Faktor-faktor Produksi 131

6. Penggunaan Faktor-faktor Produksi 134

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran penting di

Indonesia. Sektor pertanian sangat strategis sebagai basis ekonomi rakyat di

pedesaan, menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk, menyerap tenaga kerja

dan memberikan kontribusi sebesar 12,9 % dari PDB nasional (BPS, 2007).

Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk

mewujudkan ketahanan pangan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu

negara. Kebutuhan produk-produk pertanian semakin meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk dan sektor ini juga merupakan sumber pekerjaan

dan pendapatan bagi sebagian besar penduduk negara berkembang seperti di

Indonesia

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yang meliputi tanaman

bahan makanan, peternakan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan hortikultura.

Komoditas hortikultura memiliki peluang dan prospek untuk dikembangkan.

Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura (2007), tahun 2005 nilai PDB

hortikultura mencapai US$ 44 miliar dan meningkat di tahun 2006 menjadi US$

46 miliar. Ekspor komoditi di sektor ini juga meningkat selama tahun 2001-2005.

Pada 2001 volume ekspor tanaman hortikultura sebesar 340.337 ton dan pada

2005 volume ekspornya meningkat menjadi 354.642 ton. Nilai ekspor juga

(17)

sebesar US$ 172 juta, kemudian meningkat menjadi US$ 206,6 juta pada 2005.

Ekspor komoditi hortikultura Indonesia, antara lain ke Singapura, Taiwan Cina,

Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Eropa lainnya.

Kenaikan volume dan nilai ekspor hortikultura disebabkan oleh semakin

membaiknya produksi tanaman hortikultura. Produksi sayuran dalam lima tahun

terakhir (2001-2005) juga cenderung meningkat, dengan rata-rata peningkatan

sebesar 5,43 % per tahun. Pada tahun 2001, produksi sayuran sebanyak 7.425.861

ton dan meningkat menjadi 9.011.417 ton pada 2005, jika ditotal secara

keseluruhan, produksi hortikultura selama 2001-2005 menunjukkan peningkatan

sebesar rata-rata 9,49 % per tahun.

Wortel merupakan salah satu produk hortikultura yang potensial untuk

dikembangkan karena wortel termasuk sayuran bernilai ekonomis penting di

dunia. Produksi wortel telah menjadi salah satu mata dagang pertanian antar

negara. Peluang ekspor wortel antara lain pasar Jepang. Berdasarkan data dari

Japan External Trade Organization (JETRO), negara tersebut pada tahun 1990

mengimpor wortel beku sebanyak 5.000 ton. (Rukmana, 1995).

Permintaan pasar dunia pada masa mendatang diperkirakan meningkat

terus sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin membaiknya

pendapatan masyarakat dan makin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi.

Menurut data dari International Rice Research Institute (IRRI), perkiraan jumlah

penduduk tahun 2025 nanti naik menjadi 8.345 juta jiwa. Peluang pasar wortel

semakin luas dengan adanya tehnologi pengolahan wortel. Wortel dapat dijual

(18)

chip wortel dan sari wortel. Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya

permintaaan wortel.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentral komoditas wortel di

Propinsi Jawa Tengah, dari 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah hanya 13

kabupaten yang memproduksi wortel. Produksi wortel tertinggi pada tahun 2006

dihasilkan oleh Kabupaten Boyolali sebesar 169,159 Kw, kemudian Kabupaten

Magelang sebesar 143,335 Kw dan Kabupaten Karanganyar sebesar 92,580 Kw.

Produktivitasnya wortel tertinggi dicapai oleh Kabupaten Semarang yaitu sebesar

201,03,27 Kw/Ha, sedangkan Kabupaten Karanganyar menempati urutan yang

ketujuh yaitu sebesar 145,11 Kw/Ha. Karanganyar memberikan kontribusi

produksi wortel sebesar 14,58 % terhadap total produksi wortel di Jawa Tengah

(BPS Jawa Tengah, 2007).

Wortel telah lama dikembangkan di berbagai daerah, termasuk di

Kabupaten Karanganyar. Menurut data dari BPS tahun 2005, usahatani wortel

merupakan usahatani yang menghasilkan komoditas sayuran tertinggi

dibandingkan dengan usahatani sayuran lain di Kabupaten Karanganyar. Produksi

wortel pada tahun 2005 mencapai 85,567 Kw lebih tinggi jika dibandingkan

dengan kubis (20,880 Kw), sawi (15,652 Kw) maupun buncis (9,474 Kw),

meskipun produktivitas wortel lebih rendah (164,55 Kw/Ha) jika dibandingkan

dengan produktivitas kubis yang mencapai 213,06 Kw/Ha (BPS Karanganyar,

2005)

Selama lima tahun terakhir produksi wortel di Kabupaten Karanganyar

(19)

wortel di Kabupaten Karanganyar tahun 2002-2006 dapat dilihat pada tabel

Produktivitas wortel di Kabupaten Karanganyar masih rendah, dari tabel

di atas dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir produktivitas wortel yang

tertinggi dicapai pada tahun 2003 yaitu sebesar 202,57 Kw/Ha atau 20,257

ton/Ha. Produktivitas wortel yang dicapai Kabupaten Karanganyar pada tahun

2003 ini lebih rendah dari potensi daya hasil wortel yang bisa mencapai 25

ton/Ha (Rukmana, 1995). Ini berarti bahwa produktivitas usahatani wortel di

Kabupaten Karanganyar masih jauh dari potensi daya hasil wortel. Rendahnya

produktivitas wortel di Kabupaten Karanganyar disebabkan oleh kurangnya

efisiensi dalam pengelolaan usahatani wortel. Berdasarkan fenomena tersebut

penulis ingin meneliti masalah Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel di

Kabupaten Karanganyar.

Penelitian Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel di Kabupaten

Karanganyar ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

(20)

adanya penelitian ini diharapkan produktivitas usahatani wortel dapat ditingkatkan

melalui pengetahuan tentang faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi

wortel dan jumlah faktor-faktor produksi yang harus digunakan sehingga petani

bisa memperoleh pendapatan maksimal karena dalam usahatani berlaku hukum

Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang, dimana penambahan faktor produksi

secara terus menerus pada suatu titik akan menyebabkan output yang akan

semakin berkurang (Soekartawi, 2003).

B. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan diteliti:

1. Faktor-faktor produksi apa yang berpengaruh terhadap usahatani wortel di

Kabupaten Karangayar ?

2. Bagaimana skala usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar ?

3. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi yang dialokasikan petani sudah

mencapai efisiensi ekonomis ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani

wortel di Kabupaten Karangayar

2. Mengetahui skala usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar.

3. Mengetahui alokasi penggunaan faktor produksi tersebut dalam memenuhi

(21)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai alat untuk mencoba mengaplikasikan teori

yang telah dipelajari selama ini, sehingga dapat membandingkan dengan

keadaan yang sebenarnya dan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat

S-2.

2. Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran ataupun

bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang berhubungan dengan

usahatani wortel .

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian

(22)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Wortel

Wortel termasuk 18 jenis sayuran komersil yang dihasilkan di

Indonesia. Dilihat dari luas panen sayuran nasional tahun 1991, wortel berada

di urutan ke-16 setelah cabai, kacang panjang, bawang merah, ketimun, kubis,

kacang merah, terung, tomat, kentang, petsai dan sawi, bayam, buncis,

bawang daun, kangkung, dan bawang putih. (Rukmana, 1995)

Di Indonesia produksi wortel masih rendah, yakni 20-25 ton per

hektar. Di negara-negara lain, misalnya seperti di Amerika dan Eropa,

produksi wortel dapat mencapai kisaran 30 -35 ton per hektar. Rendahnya

produksi wortel di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor seperti

penggunaan faktor produksi yang kurang tepat dan tehnik budidaya yang

kurang baik, sehingga untuk meningkatkan produksi wortel di Indonesia

harus dilakukan perbaikan dalam penggunaan faktor produksi dan tehnik

budidaya serta pengendalian hama dan penyakit yang lebih intensif dan tepat

sasaran, serta penggunaaan benih yang baik. (Cahyono, 2002)

Menurut Cahyono (2002), taksonomi tumbuhan wortel adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

(23)

Klas : Dicotyledonae

Ordo : Umbelliferales

Famili : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carrota L.

Tanaman wortel diklasifikasikan menjadi tiga jika dilihat dari bentuk

umbinya yaitu:

a) Tipe Chantenay, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tumpul.

b) Tipe Imperator, berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing.

c) Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan antara imperator dan chantenay.

Tanaman wortel dipanen setelah berumur 3 bulan sejak sebar benih

atau tergantung varietasnya dan ukuran umbinya telah maksimal dan tidak

terlalu tua. Panen yang terlalu tua meyebabkan umbi menjadi keras dan

berkayu, sehingga kualitasnya rendah dan tidak laku dijual di pasar

(Rukmana, 1995)

Pada umumnya, kegiatan pemasaran umbi wortel tidak terjadi di

kebun secara langsung antara produsen (petani) dan konsumen, tetapi melalui

lembaga-lembaga tata niaga. Lembaga-lembaga yang berperan dalam

pemasaran wortel adalah tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar

(grosir), pedagang pengecer (pasar, supermarket) dan eksportir. Dengan

adanya lembaga pemasaran ini memudahkan petani memasarkan produknya

tapi juga mempengaruhi harga jual di pasar maupun harga ditingkat petani.

(24)

dan harga di tingkat petani terlalu rendah sehingga pendapatan petani menjadi

rendah dan konsumen harus membayar lebih tinggi. (Cahyono, 2002)

Kuatnya pasaran wortel dapat dilihat dari pertumbuhan dan

perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah umbi wortel

menjadi berbagai bentuk produk (makanan maupun minuman), misalnya jus

wortel dan chips wortel. Selain itu, kuatnya pasaran wortel juga bisa dilihat

dari pertumbuhan dan perkembangan perusahan kosmetik yang memerlukan

bahan baku wortel (Cahyono, 2002)

Menurut Cahyono (2002) usahatani wortel dalam satu kali masa tanam

pada lahan seluas 1 hektar dapat memberikan keuntungan sebesar Rp.

23.654.175 rupiah dengan asumsi harga jual wortel ditingkat petani sebesar

Rp. 800 rupiah/kg. Sedangkan menurut Cahyati (2006) usahatani wortel di

Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar menghasilkan keuntungan Rp.

29.695.000 dengan asumsi harga wortel Rp. 2.300 rupiah/kg. Menurut Dirjen

DIKTI pada artikel Sinar Tani (2007) usahatani wortel memberikan

keuntungan sebesar Rp. 19.156.600 dengan harga jual ditingkat petani Rp.

1.000 rupiah/kg.

2. Fungsi Produksi

Produksi adalah perubahan dua atau lebih input (faktor produksi)

menjadi satu atau lebih output (produk). Ada hubungan antara produksi

dengan input yaitu output maksimum yang dihasilkan dengan penggunaan

input tertentu. Dalam teori produksi diasumsikan produsen berusaha

(25)

biaya yang paling rendah, serta berusaha memaksimumkan keuntungan

(Pindyck dan Rubinfeld, 1999). Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang

menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor

produksi input (Mubyarto, 1995). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi

produksi ini dituliskan sebagai berikut :

Y = f (x1, x2,…....…, xn)

Dimana : Y = hasil produksi fisik

x1,…....…, xn = faktor-faktor produksi

Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi yang sering dipakai

adalah fungsi produksi linear, kuadratik, eksponensial, CES (Constant

Elasticity Substitution), trancendental dan translog.

a. Fungsi Produksi Linear

Rumus matematiknya adalah sebagai berikut :

Y = f (X1, X2,…Xi,…,, xn)

Dimana : Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

Fungsi produksi linear bisaanya dibedakan menjadi dua yaitu

fungsi produksi linear sederhana dan linear berganda. Perbedaan ini

terletak pada jumlah variabel X yang dipakai dalam model. Fungsi

produksi linear sederhana ialah bila hanya satu variabel X yang dipakai

(26)

Y = a + bX

Dimana : a = intersep (perpotongan)

b = koefisien regresi

Bila a = 0, maka Y = bX, dan garis ini akan melewati titik origin.

Koefisien regresi b, sekaligus merupakan slope (kemiringan) dari garis Y

= a + bX dan Y = bX, sehingga merupakan produk marginal dari garis

Y = a + bX atau Y = bX dan dapat ditulis sebagai berikut :

b = (∆Y/∆ X)

b. Fungsi Produksi Linear Berganda (multiple regression)

Fungsi produksi ini mempunyai variabel X yang lebih dari satu, secara

mateatis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f (X1, X2,…....…, Xn) ; atau

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ...+ bi Xi

Dimana a, b, X dan Y telah dijelaskan sebelumnya.

c. Fungsi Produksi Kuadratik

Fungsi produksi kuadratik ini biasanya dituliskan sebagai berikut :

Y = f (Xi ) ; atau dapat dituliskan

Y = a + bX + cX2

Dimana : Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

(27)

d. Fungsi Produksi Eksponensial

Fungsi produksi eksponensial dapat berbeda satu sama lain tergantung pada

ciri data yang ada, tapi umumnya fungsi produksi eksponensial ini dapat

dituliskan sebagai berikut :

Y = a X b (biasanya disebut Fungsi Produksi Cobb-Douglas)

dan

Y = a bX

Penyelesaian fungsi produksi eksponensial ini dengan menggunakan

logaritma karena merupakan bilangan berpangkat.

e. Fungsi Produksi CES

Fungsi ini dipakai bila berlaku asumsi constant return to scale. Rumus

matematis CES adalah sebagai berikut :

Y = γ [δK–p + ( 1 -δ ) L–p ] -1/p

Dimana : Y = output

γ = parameter efisiensi ( γ > 0 )

δ = distribusi parametaer (0 < δ < 1)

K = kapital

L = input tenaga kerja

p = parameter substitusi (p > -1)

f. Fungsi Produksi Transcedental

(28)

Y = A X1b1 ec1x1 x2b2 ec2x2 + u,

Dimana : Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

a, b, c = parameter yang diduga

e = bilangan konstan

u = galat (disturbance term)

g. Fungsi Produksi Translog

Fungsi produksi translog ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Log Y = Log A + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 (log X1log X2 ) + u

Dimana : Y = output

X = input

a, b, c = parameter yang diduga

A = parameter yang berfungsi sebagai intersep

u = galat (disturbance term)

Memilih fungsi produksi yang sesuai dengan keinginan peneliti bukan

pekerjaan yang mudah hal ini disebabkan karena data yang ada belum tentu sesuai

dengan model fungsi produksi yang telah disiapkan sebelumnya. Kejadian ini

sering ditemui pada analisis yang menggunakan data yang tidak terkontrol seperti

data survei sosial ekonomi (Soekartawi, 2003). Pada penelitian ini menggunakan

fungsi produksi Cobb- Douglass karena Soekartawi (2003) mengemukakan

bahwa ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai

(29)

a. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif mudah dibandingkan dengan fungsi

yang lain karena fungsi Cobb-Douglas mudah di transformasikan ke bentuk

linier.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas.

c. Besarnya elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan return to scale.

Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas menurut Debertin, 1986 adalah

sebagai berikut :

Y = Ax1α x2 1-α

Dimana x1 = Tenaga kerja

x2 = Modal

Fungsi tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma

menjadi :

Log y = log A + α log x1 + (1-α) log x2

Bentuk fungsi Cobb Douglas tersebut dapat diperluas menjadi beberapa

variabel x sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = u

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:

Y = f (X1, X2,…Xi,…,, xn)

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

(30)

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka

persamaan tersebut di ubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut. Bentuk logaritma dari persamaan di atas

adalah:

Log Y = Log a + b1 log X1 + b2 log X2 + u

Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglas selalu dilogaritmakan dan

diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi liner, maka ada beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi, antara lain (Soekartawi, 2003) :

a) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol

adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

b) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi

pada setiap pengamatan.

c) Tiap variabel X adalah perfect competition.

d) Perbedaan lokasi seperti iklim termasuk dalam faktor kesalahan, u.

3 Skala Usaha

Analisis skala usaha (return to scale) digunakan untuk mengkaji

kemungkinan perluasan usaha dalam proses produksi, yang merupakan upaya

maksimisasi keuntungan. Skala usaha menggambarkan respon pada output akibat

perubahan dari input. Suatu usaha yang diteliti mengikuti kaidah increasing,

(31)

To Scale). Dalam fungsi Cobb Douglass dapat dijelaskan oleh jumlah besaran

elastisitasnya (b1,b2, ..., bn) yaitu lebih besar dari satu, lebih kecil dari satu atau

sama dengan satu (Soekartawi, 1994).

Ada tiga kemungkinan alternatifnya, yaitu:

a) Decreasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) < 1. Berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

b) Constant return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) = 1. Berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi

yang diperoleh.

c) Increasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) > 1. Berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang

proporsinya lebih besar.

4. Efisiensi Ekonomi

Petani dalam melaksanakan usahataninya dapat menggunakan kombinasi

dari beberapa faktor produksi sekaligus seperti lahan, benih, tenaga kerja, pupuk

dan modal sehingga petani diharapkan dapat menyesuaikan skala usahataninya.

Dengan kombinasi yang tepat berarti petani dapat mengalokasikan faktor produksi

sehingga tercapai tingkat efisiensi yang tinggi dan pendapatan yang tinggi pula

(Soekartawi, 1994)

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan masukan yang

sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi ekonomi

tertinggi terjadi pada saat keuntungan maksimal yaitu pada saat selisih antara

(32)

ongkos yang digunakan untuk menambah penggunaan input sama dengan

tambahan output yang dapat diterima. Keuntungan maksimal terjadi saat nilai

produk marginal sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi yang

digunakan dalam usahatani (Mubyarto, 1995).

Dalam terminologi ekonomi pengertian efisiensi dapat digolongkan

menjadi tiga macam yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan

efisiensi ekonomis Pengukuran secara teknis terhadap usahatani yang

dilaksanakan petani ditunjukkan oleh perbandingan antara produksi aktual dan

produksi estimasi potensial usahatani. Dengan memasukkan faktor manajemen

yang merupakan tingkat efisiensi teknis (Technical Efficiency Rating, TER), maka

dapat diperoleh suatu fungsi produksi yang lebih baik. Secara matematis besar

efisiensi teknis (TER) yang merupakan rasio antara tingkat produksi aktual (Y)

dengan tingkat produksi potensial (Yi) dapat ditulis:

TER=Y/Yi (Yotopoulos dan Nugent, 1976).

Menurut Yatopoulos dan Nugent (1976), efisiensi akan menunjukkan

pencapaian keluaran yang optimal dari seperangkat sumber daya tertentu. efisiensi

dibagi menjadi dua jenis yaitu efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi teknis

(technical efficiency).

Efisiensi harga berkaitan dengan pembuatan keputusan mengenai

pengalokasian dari faktor-faktor produksi variabel, yaitu faktor yang berbeda

dalam kontrol perusahaan. Efisiensi ini biasanya ditunjukkan dengan nilai produk

marjinal untuk suatu input tertentu sama dengan harga input tersebut. efisiensi

(33)

sebenarnya dengan produksi maksimum. Sedangkan efisiensi ekonomi adalah

besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya

dengan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2003).

Efisiensi ekonomis dicari berdasarkan asumsi petani berorientasi pada

keuntungan jangka pendek yang maksimum. Dalam menganalisis efisiensi

ekonomis, penggunaan faktor produksi didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai

berikut:

a. Harga input dan output ditetapkan oleh pasar persaingan sempurna. Produsen

secara individu tidak dapat mempengaruhi harga hasil produksi dan harga

faktor produksi yang mereka gunakan.

b. Produsen akan berbuat rasional dan mempunyai keinginan untuk mencapai

keuntungan bersih yang maksimal.

c. Harga dan hubungan input dengan output diasumsikan diketahui sempurna.

Efisiensi ekonomi merupakan kombinasi dari efisiensi teknis dan efisiensi

harga. Menurut Soekartawi (2003), bila efisiensi teknis dan efisiensi harga

tercapai maka usahatani tersebut telah mencapai efisiensi ekonomis.

EE = (ET) x (EH)………(3)

Keterangan : EE = efisiensi ekonomi

ET = efisiensi teknis

(34)

Secara sederhana ukuran efisiensi menurut Farell dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Gambar 2.1. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrell (Soekartawi, 2003)

Garis lengkung UU’ garis isokuan yang menggambarkan tempat

kedudukan titik-titik kombinasi penggunaan input X1 dan X2 terhadap produksi Y.

Dalam gambar tersebut titik D adalah kombinasi optimum yang dapat dicapai

(maximum possible yield), sedangkan titik C adalah kombinasi yang digunakan

oleh perusahaan. Model Farrell ini menghubungkan efisiensi teknis (OB/OC)

dengan kesalahan pemilihan fungsi produksi dan efisiensi harga (OA/OB) dengan

kesalahan pemilihan fungsi produksi dan efisiensi harga (OA/OB)

menggambarkan pilihan terbaik atau kesalahan pemilihan kombinasi input. Dalam

meneliti efisiensi ekonomi (OA/OC) sering kesulitan untuk memisahkan efisiensi

teknis dengan efisiensi harga/alokatif.

U

P O

A

D B

C U’

P’

Y x2

(35)

Analisis efisiensi ekonomi biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat

optimalisasi pemakaian faktor produksi. Efisiensi ekonomi tertinggi tercapai pada

saat keuntungan mencapai maksimal. Menurut Suprapto (2005), efisiensi ekonomi

maksimum bisa ditentukan dengan memaksimumkan fungsi keuntungan:

Keuntungan = Total Penerimaan- Total Biaya

= (Produksi X Harga Produk) – (Biaya Variabel + Biaya Tetap)

= Y. Py – ( X. Px + TFC)

Keuntungan maksimum terjadi saat turunan pertama fungsi keuntungan = 0

dY / d X = 0

dY/dX. Py – Px = 0

dY/dX. Py = Px MPx. Py = Px

NPMx = Px

Menurut Soekartawi (2003) efisiensi ekonomis terjadi saat nilai produk

marginal dari setiap unit tambahan masukan sama dengan harga dari setiap unit

(36)

NPMx = Hx

Dimana NPMx = Nilai produk marginal dari masukan X

Hx = Harga masukan

Namun demikian kenyataan yang banyak terjadi NPMx tidak selalu sama dengan

Hx yang sering terjadi :

a. NPMxi > 1 artinya penggunaan masukan (x) belum mencapai efisiensi Hxi

ekonomi tertinggi. Pada kondisi ini masukan (x) masih bisa ditambah.

b. NPMxi < 1 artinya penggunaan masukan tidak efisien, masukan (x) Hxi

perlu dikurangi (Soekartawi, 2003).

Jika petani memperoleh keuntungan besar dalam usahataninya karena

pengaruh harga petani tersebut langsung dikatakan mengalokasikan faktor

produksi tersebut secara efisien. Selanjutnya jika petani mampu meningkatkan

produksi dengan nilai faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksi

dengan harga tinggi maka petani telah melaksanakan efisiensi teknis dan efisiensi

harga secara bersamaan. Situasi yang demikian disebut efisiensi ekonomi

(37)

Secara sederhana ukuran efisiensi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kurva Isoquant dan Isocost Sumber : McEachern, 2001

Isoquant merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi efisien dari dua

sumber daya (input) yang menghasilkan tingkat output tertentu. Pada gambar 1 di

atas kurva isoquant ditunjukan oleh garis lengkung Q1, Q2, Q3 dan Q4. Kurva

isoquant yang semakin menjauhi titik origin menunjukkan bahwa tingkat output

yang diproduksi semakin tinggi dengan kombinasi input yang semakin besar. Sifat

–sifat isoquant menurut McEachern (2001) adalah isoquant yang semakin jauh

dari titik nol mencerminkan tingkat output yang semakin tinggi, isoquant

mempunyai slope negatif, isoquant tidak pernah saling berpotongan dan isoquant

cembung terhadap titik nol. Isocost merupakan kurva yang menunjukkan

kombinasi sumber daya pada biaya yang sama. Isocost pada gambar 1 ditunjukkan

(38)

menunjukkan biaya yang semakin tinggi. Titik perpotongan antara kurva isoquant

dengan isocost yaitu titik a, b, c, d menunjukkan biaya minimum yang diperlukan

untuk memproduksi tingkat output tertentu dari kombinasi input yang telah

ditetapkan. Kondisi ini berarti bahwa suatu usaha telah mencapai efisiensi.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Analisis Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Bawang

Merah Lahan Pantai di DIY” yang dilakukan oleh Heru Irianto dan Sugiharti

Mulya Handayani (2005) menggunakan model fungsi produksi Cobb - Douglas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel tenaga kerja,

benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk organik, NPK, dan luas lahan berpengaruh

terhadap produksi bawang merah, sedangkan secara individual hanya variabel

tenaga kerja, pupuk SP 36 dan pupuk KCL yang berpengaruh terhadap produksi

bawang merah di lahan pantai DIY. Penggunaan faktor produksi yang belum

mencapai efisiensi ekonomi adalah tenaga kerja dan SP 36 sehingga perlu

ditambah, sedangkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien adalah KCL

sehingga penggunaannya harus dikurangi.

Muhamad Nurung (2003) juga melakukan penelitian tentang efisiensi

ekonomi usahatani kedelai dan jagung di Propinsi Bengkulu yang menggunakan

analisis model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan. umur,

pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga petani tidak jauh berbeda. sedangkan

rata-rata luas lahan usahatani jagung lebih besar dibanding lahan usahatani

kedelai. Keuntungan usahatani kedelai dan jagung meningkat yang dipengaruhi

(39)

pupuk Urea. pupuk KCI), jumlah tanggungan keluarga. dan luas lahan

berpengaruh positif terhadap pendapatan kedelai dan jagung. Pupuk Sp-36 dan

pengalaman bertani berpengaruh negatif terhadap keuntungan usahatani kedelai.

Analisis efisiensi menunjukkan penggunaan bibit, pupuk Urea, Sp-3, KCI,

herbisida, dan tenaga kerja pada usahatani kedelai dan jagung tidak efisien.

Muhamad Aziz (2004) melakukan penelitian tentang “Analisis Efisiensi

Ekonomi Teknologi Usahatani Padi Di Sul-Sel” yang menggunakan model fungsi

produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

independen yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi adalah luas lahan,

pupuk dan pestisida. Dimana efisiensi produksi tercapai, terutama pengolahan

lahan dan pemeliharaan; tingkat teknologi yang digunakan oleh petani sudah

dianggap sesuai dengan anjuran, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dalam

penelitian sudah tercapai; dan implikasi dari hasil analisis fungsi produksi

terutama untuk mendorong produktivitas, maka faktor produksi yang penting

menjadi perhatian adalah system distribusi pupuk, pestisida, dan perluasan lahan

sawah atau pengolahan secara intensif

Penelitian mengenai efisiensi ekonomi terutama untuk tanaman pangan

telah banyak dilakukan, sedangkan untuk tanaman hortikultura, penelitian yang

banyak dilakukan adalah penelitian mengenai produk hortikultura unggulan baik

di tingkat propinsi Jawa Tengah maupun di tingkat nasional seperti cabe, bawang

merah, kentang, dan jeruk. Penelitian mengenai wortel masih jarang dilakukan

karena wortel belum menjadi komoditas unggulan di tingkat propinsi maupun

(40)

mempunyai potensi yang baik namun belum berkembang pesat dan termasuk

prioritas rendah, baik dalam skala penelitian maupun pengembangannya

(Rukmana, 1995). Merujuk pada hal-hal tersebut maka penyusun ingin meneliti

efisiensi ekonomi wortel terutama di Kabupaten Karanganyar.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menunjukkan hubungan antara hasil produksi wortel dengan faktor produksi input yang meliputi luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik (pupuk kandang), pupuk anorganik (pupuk urea, pupuk ZA, pupuk TSP/ SP 36, pupuk KCL), pestisida dan benih.

(41)

Produksi wortel yang merupakan variabel terikat dipengaruhi oleh

variabel-variabel bebas yang meliputi variabel luas lahan, tenaga kerja, pupuk

organik (kandang), jumlah pupuk anorganik (urea, ZA, TSP/SP 36 dan KCL),

jumlah pestisida dan jumlah benih.

Luas lahan yang ditanami akan mempengaruhi banyaknya tanaman yang

dapat ditanam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi besarnya produksi

wortel. Semakin luas lahan yang ditanami wortel maka akan semakin banyak

wortel yang dapat dihasilkan.

Banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani juga mempengaruhi

produksi. Kegiatan dalam usahatani seperti sebar benih, penjarangan, pemupukan

dapat dilakukan tepat waktu jika tenaga kerja cukup tersedia. Jika salah satu

kegiatan tidak dilakukan tepat waktu karena kurangnya tenaga kerja maka akan

dapat mengurangi produksi wortel.

Besarnya pupuk kandang, pupuk urea, TSP dan KCL juga turut

menentukan produksi wortel karena untuk pertumbuhannya tanaman ini

membutuhkan zat–zat yang terdapat pada pupuk-pupuk tersebut seperti nitrogen,

phospat dan kalium untuk pembentukan umbi. Banyaknya umbi wortel yang

dihasilkan setiap tanaman akan mempengaruhi produksi wortel. Pestisida

digunakan untuk memberantas hama dan penyakit yang biasanya menyerang

tanaman wortel. Tanaman wortel yang terserang hama dan penyakit pada tingkat

tertentu akan sulit membentuk umbi sehingga aplikasi pestisida diperlukan untuk

(42)

Semakin tinggi jumlah benih yang digunakan dalam usahatani maka

semakin tinggi produksi yang dihasilkan karena banyaknya benih yang disebar

akan menentukan jumlah tanaman yang dapat tumbuh sehingga semakin banyak

tanaman yang tumbuh maka akan menghasilkan lebih banyak umbi wortel.

Kondisi skala usaha pada usahatani wortel ini dapat diketahui dari

besaran elastisitasnya (b1, b2, .... bn) yaitu lebih besar dari satu(Increasing return to

scale), lebih kecil dari satu (Decreasing return to scale), dan sama dengan satu

(Constant return to scale).

Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui tingkat

optimalisasi pemakaian faktor produksi pada usahatani wortel. Efisiensi ekonomi

tertinggi tercapai pada saat keuntungan mencapai maksimal. Terjadi apabila nilai

produk marginal dari setiap unit tambahan masukan yang terdiri dari pupuk

kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida sama dengan harga dari

(43)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang belum diuji

kebenarannya, sehingga dapat dipertegas atau ditolak secara empiris. Berdasarkan

penelitian oleh Heru Irianto dan Sugiharti Mulya Handayani tentang “Analisis

Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di DIY” yang

juga menggunakan model fungsi produksi Cobb – Douglas menunjukkan bahwa

secara bersama-sama variabel tenaga kerja, benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk

organik, NPK, dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi bawang merah, dan

penggunaan faktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi maka hipotesis

yang diambil penulis adalah sebagai berikut :

1. Diduga faktor produksi jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP,

pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh

positif terhadap produksi wortel di Kabupaten Karanganyar

2. Diduga skala usaha pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar dalam

kondisi increasing return to scale.

3. Diduga petani wortel dalam menggunakan faktor-faktor produksi belum

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, yaitu suatu

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan

kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan

Efendi, 1995).

B. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah usahatani wortel yang di

kelola petani yang berada di Kabupaten Karanganyar. Hal-hal yang diteliti

meliputi penggunaan benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk

KCL, tenaga kerja dan pestisida dalam usahatani wortel di Kabupaten

Karanganyar

C. Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang diteliti

(Arsyad dan Soeratno, 1999). Populasi mengacu pada keseluruhan

kelompok orang, kejadian atau obyek yang ingin diinvestigasi oleh peneliti

(Sekaran, 2006). Populasi sasaran dalam penelitian ini meliputi seluruh

usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan data BPS

Karanganyar tahun 2005 banyaknya usahatani wortel adalah 2080 usaha

(45)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah

anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Penelitian ini

mengambil sampel sebanyak 100 orang dengan pertimbangan adanya

keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia.

3. Sampling

Sampling merupakan metode untuk memilih dan mengambil

individu-individu ke dalam sampel yang representatif. Metodologi

sampling yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampai

dimanakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu

benar-benar menggambarkan keadaan sebenar-benarnya dari populasi (Arsyad dan

Soeratno, 1999).

Penelitian ini menggunakan metode ”Multistage Sampling

Tehnique” yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dalam beberapa

tahap (Sekaran, 2006). Pengambilan sampel pertama-tama dipilih

kecamatan yang memproduksi wortel Data mengenai produksi wortel di

setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 3.1

(46)

Tabel 3.1 Produksi Wortel di Kabupaten Karanganyar

Karanganyar yang memproduksi wortel yaitu Kecamatan Jatiyoso,

Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,dan Jenawi. yaitu Kecamatan

Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,dan Jenawi

(BPS,2005). Dari kecamatan tersebut dipilih desa yang menghasilkan

wortel secara acak. Pemilihan sampel dari tiap desa menggunakan metode

Simple Random Sampling” yaitu pengambilan sampel secara acak

sederhana dari tiap desa. Jumlah sampel yang diambil dari tiap desa dapat

(47)

Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Setiap Desa Terpilih di Kabupaten Karanganyar

No Nama Desa Jumlah Usahatani Jumlah Sampel

1 Beruk 80 10

2 Blumbang 325 42

3 Berjo 200 26

4 Karang 100 13

5 Gumeng 60 8

Jumlah 765 100

Sumber : Mantri Tani

Besarnya sampel dari tiap desa ditentukan dengan persentase yang

sama dari besarnya populasi petani wortel di tiap desa. Metode

pengambilan sampelnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Kab. Karanganyar

Kec. Jatiyoso Kec. Tawangmangu Kec. Ngargoyoso Kec. Karangpandan Kec. Jenawi

Beruk Blumbang Berjo Karang Gumeng

10 42 26 13 8

Gambar 3.1 Metode Pengambilan Sampel

4. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner pada

petani sampel pada musim tanam bulan Oktober- Desember tahun 2007

dan data sekunder diperoleh dari dinas/instansi yang terkait dengan

(48)

b. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan / Literatur

Teknik yang dimaksudkan untuk memperoleh hal-hal yang

berhubungan dengan penelitian, antara lain meliputi bahan-bahan

bacaan yang relevan berupa jurnal, buku, surat kabar dan lainnya yang

didapatkan dari studi kepustakaan di perpustakaan, internet, maupun

sumber lain guna mendapatkan bahan yang berhubungan dengan

penelitian.

2.. Interview

Interview merupakan tehnik pengumpulan data, dimana

dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada pihak yang

dianggap berkepentingan, yaitu Dinas Pertanian, Kantor Badan Pusat

Statistik dan pada petani sampel di tiap kecamatan yang menjadi

sampel penelitian.

3. Observasi

Melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang

diteliti yaitu pada usahatani wortel lokasi penelitian guna

(49)

4. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan menggali informasi

kepada petani sampel dengan cara bertanya jawab langsung dengan

pemilik usahatani wortel dengan menggunakan daftar

pertanyaan/kuesioner.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

statistik deskiptif yang meliputi transformasi data mentah ke dalam bentuk

yang akan memberi informasi untuk menjelaskan sekumpulan faktor dalam

suatu situasi. Statistik deskriptif juga dapat digunakan untuk mengetahui

(50)

1. Estimasi Fungsi Produksi

Untuk menilai dan mengetahui hubungan serta sumbangan faktor-faktor

produksi terhadap tingkat produksi tanaman wortel, diestimasi dengan model

fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Y = AX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6

……….(1)

Untuk memudahkan analisis dalam menaksir parameter-parameter harus

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga merupakan bentuk

linear berganda yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil

(OLS).

Log Y = log A + b1log X1 + b2logX2 + …..+ b6logX6 + log

………...(2)

Dimana :

Y = produksi wortel (Kg)

X1 = luas lahan (Ha)

X2 = jumlah tenaga kerja (HKP)

X3 = jumlah pupuk organik (Kg)

X4 = jumlah pupuk anorganik (Kg)

X5 = jumlah pestisida (Liter)

X6 = jumlah benih (Kg)

bi. = koefisien regresi

= kesalahan pengganggu

(51)

Metode Pengujian Model

Pengujian terhadap hasil pendugaan parameter meliputi pengujian

normalitas data, pengujian ekonometrik dan pengujian statistik, yaitu:

a. Pengujian Normalitas Data

Salah satu metode yang sering digunakan untuk pengujian normalitas data

adalah uji Jarque Bera (Uji J.B tes). Dalam model regresi tidak semua

variabel harus diuji kenormalannya, cukup diwakili residualnya saja.

Dalam Uji J.B tes jika residual nilai J.B hitung lebih kecil dari J.B tabel

atau jika probabilitas residual lebih besar dari α (0,05) maka dianggap

semua variabel yang ada dalam model dinyatakan normal. Variabel

dikatakan berdistribusi normal jika skewness = 0 dan kurtosis = 3,

dianggap mendekati normal jika nilai skewness dan kurtosisnya berada

dalam toleransi 1.(Guntur, 2007).

Uji J.B tes dapat dilakukan dengan dengan cara :

1. Melakukan estimasi pada regresi sehingga dapat dicari variabel resid.

2. Mencari nilai J.B tes dari normality tes dalam program Eview 3.1.

b. Pengujian Ekonometrik

Pengujian ekonometrika yang dilakukan untuk mengetahui adanya

penyimpangan terhadap asumsi klasik. Asumsi regresi klasik menurut

Maddala (1992) meliputi non autokorelasi yaitu keadaan dimana tidak

terdapat hubungan antara kesalahan-kesalahan (error) yang muncul pada

data runtun waktu (time series), homoskedastisitas yaitu keadaan dimana

(52)

multikolinearitas yaitu keadaan dimana tidak ada hubungan antara

variabel-variabel penjelas. Pengujian asumsi klasik yang akan dilakukan

dalam penelitian ini hanyalah pengujian multikolineritas dan

heteroskedastisitas, sedangkan autokorelasi tidak dilakukan karena

penelitian ini menggunakan data cross section. Pengujian asumsi tersebut

dilakukan dengan menggunakan Sofware Eviews 3.1.

1) Multikolinieritas

Asumsi ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan linier di antara variabel-variabel independen dalam model

regresi tersebut. Jika terdapat hubungan linier di antara variabel

dependen, maka hal tersebut dikatakan terjadi multikolinieritas

(multikol). Ini berarti menyalahi asumsi teori ekonometri yang

menyatakan bahwa seluruh variabel bebas yang termasuk dalam

model mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

dependennya, sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan

tinggi.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

adalah dengan metode Klein, yaitu dengan mencari koefisien korelasi

dari variabel bebas dengan matrix correlation kemudian koefisien

korelasi yang diperoleh dikuadratkan. Nilai kuadrat dari koefisien

korelasi ( r2) dibandingkan dengan nilai Adjust R2 , jika nilai r2 <

(53)

> Adjust R2maka terjadi multikolinearitas (Modul Lab. Ekonometrika,

2000).

2) Heteroskedastisitas

Asumsi ini merupakan asumsi yang membahas mengenai

faktor-faktor gangguan, yaitu distribusi probabilitas gangguan

dianggap tetap sama untuk seluruh pengamatan-pengamatan atas

variabel independen, yaitu varian setiap Ut adalah sama untuk

seluruh nilai-nilai variabel independen. Heteroskedastititas terjadi

jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai

varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik

dalam sampel kecil maupun besar.

Pendeteksian adanya heteroskedastisitas ini dilakukan

dengan Uji Park dengan langkah-langkah (Modul Lab.

Ekonometrika, 2000):

a) Melakukan regresi OLS terhadap model dan mendapatkan

residual ei.

b) Meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel

independent Xi

c) Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melakukan uji t

terhadap koefisien regresi yang dihasilkan dengan melihat

probabilitasnya, jika probabilitas > α (0,05) maka tidak ada

(54)

c. Pengujian Statistik

Pengujian statistik yang dilakukan meliputi:

1) Uji t

Digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan

atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan

pendekatan probabilitas.

a. Formulasi Hipotesa :

H0 : bi = 0 (Variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan secara individual terhadap variabel terikat)

Ho : bi  0 (Variabel bebas mempunyai pengaruh yang

signifikan secara individual terhadap variabel terikat)

b. Alpha = 5 %

c. Kriteria Pengujian :

1. Ho diterima apabila memenuhi syarat :

Nilai prob-value > 0,05, yang berarti variabel bebas tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual

terhadap variabel terikat

2. Ho dtolak apabila memenuhi syarat :

Nilai prob-value < 0,05, yang berarti variabel bebas

mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual

(55)

2) Uji F

Digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji

signifikasinya adalah sebagai berikut (Guntur, 2007):

a. Formulasi Hipotesa :

H0 : bi = 0 (Variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat)

Ho : bi  0 (Variabel bebas mempunyai pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat)

b. Alpha = 5 %

c. Kriteria Pengujian :

1. Ho diterima apabila memenuhi syarat :

Nilai prob-value > 0,05, yang berarti variabel bebas tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual

terhadap variabel terikat

2. Ho dtolak apabila memenuhi syarat :

Nilai prob-value < 0,05, yang berarti variabel bebas

mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual

(56)

3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah koefisien untuk

mengetahui berapa % variasi variabel dependen dapat dijelaskan

oleh variasi independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh

variabel di luar model. Bila R2 semakin mendekati satu maka

menunjukkan bahwa variabel independen yang dipilih dapat

menjelaskan variabel dependen.

2 Skala Usaha

Kondisi skala usaha pada penelitian ini dapat diketahui dari besarnya

koefisien regresi (b1,b2 ,.... b6) dari fungsi produksi Cobb-Doglas yang berupa

persamaan berikut ini :

Y = AX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6

……….(1)

Untuk memudahkan analisis dalam menaksir parameter-parameter harus

ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga merupakan bentuk

linear berganda yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil

(57)

Log Y = log A + b1log X1 + b2logX2 + …..+ b6logX6 + log

………...(2)

Dimana :

Y = produksi wortel (Kg)

X1 = luas lahan (Ha)

X2 = jumlah tenaga kerja (HKP)

X3 = jumlah pupuk organik (Kg)

X4 = jumlah pupuk anorganik (Kg)

X5 = jumlah pestisida (Liter)

X6 = jumlah benih (Kg)

bi = koefisien regresi

= kesalahan pengganggu

A = konstanta

Nilai b1,b2 ,.... b6 yang diperoleh dari fungsi produksi Cobb-Douglass

sekaligus menunjukkan elastisitas produksinya. Besaran elastisitasnya yaitu

lebih besar dari satu, lebih kecil dari satu, sama dengan satu, atau lebih besar

dari satu. Ada tiga kemungkinan alternatifnya, yaitu:

a. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2 + … + b6) < 1. Berarti bahwa

proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan

produksi.

b. Constant return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) = 1. Berarti bahwa

proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan

(58)

c. Increasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + b6) > 1. Berarti bahwa

proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan

produksi yang proporsinya lebih besar.

3. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi dilihat dengan pendekatan efisiensi harga.

Kriteria yang digunakan untuk menilai apakah usahatani yang telah

dilakukan telah mencapai efisiensi yaitu dengan melihat perbandingan

nilai produk marginal dari masukan X dengan harga masukan menurut

Soekartawi, 2003 adalah :

NPMxi > 1, artinya penggunaan masukan (x) belum mencapai efisiensi Pxi

ekonomi tertinggi. Pada kondisi ini masukan (x) masih

bisa ditambah.

NPMxi < 1, artinya penggunaan masukan tidak efisien, masukan (x) Px

perlu dikurangi

NPMx = 1, artinya penggunaan masukan telah mencapai efisiensi. Px

Dimana : NPMx = Nilai produk marginal dari masukan X

Px = Harga masukan (harga sewa lahan, upah tenaga

(59)

NPMx dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

NPMx = PMx. Py

= dY/dX . Py

Elastisitas Produksi (bi) = dY/ Y . 100 % (Suprapto, 2005) dX/ X. 100 %

= dY x X dX Y

= PMx. X PMx = bi. Y Y X

NPMx = bi . Y .Py

X

Keterangan :

bi = elastisitas produksi input i

Y = hasil produksi (Kg)

Py = harga wortel (Rp/Kg)

X = input yang digunakan (luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik,

pupuk anorganik, pestisida dan benih)

Efisiensi usahatani wortel dapat tercapai saat perhitungan rasio NPMxi

dan Px pada masing-masing faktor produksi sama dengan satu, atau dengan kata

lain nilai produk marginal (NPMxi) harus sama dengan harga faktor produksi (Px)

sehingga akan dapat dihitung nilai optimum dari masing-masing faktor produksi

untuk mencapai efisiensi. Perhitungannya dapat dilakukan dengan cara sebagai

Gambar

Gambar 2.1. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrell (Soekartawi, 2003)
Gambar  2.3  Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Produksi Wortel di Kabupaten Karanganyar
Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Setiap Desa Terpilih di Kabupaten Karanganyar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis kepraktisan yang dilakukan menujukkan media pembelajaran praktis digunakan, hal ini didukung oleh hasil analisis data dalam 3 indikator kepraktisan, yaitu

[r]

Penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk peramalan permintaan minuman kesehatan instan jahe DIA dengan menggunakan model jaringan Backpropagation ,

Pasal 33 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah disebutkan bahwa penilaian besarnya nilai ganti kerugian oleh penilai dilakukan bidang per bidang tanah,

Ekstrak etanol 70% daun kelor ( Moringa oleifera Lam.) dengan dosis 300 dan 600 mg/KgBB mempunyai aktivitas yang sama dalam menurunkan kadar trigliserida darah

Antarmuka atau interface sangat mirip dengan kelas,tapi tanpa atribut kelas dan memiliki metode yang dideklarasikan tanpa isi. Deklarasi metode pada sebuah

Dalam penelitian di industri pengeringan kayu di Kalijambe didapatkan data dalam kondisi kapasitor sudah terpasang, sehingga perhitungan dilakukan untuk mencari

Berkendaraan Umum (Pesawat, Kapal laut, Kereta api, Bus, Taxi dan Angkutan umum lainnya). 1) Taruna diperkenankan menaiki kendaraan umum dengan tetap berlaku sopan dan