• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Landasan Teori

3. Skala Usaha

Analisis skala usaha (return to scale) digunakan untuk mengkaji kemungkinan perluasan usaha dalam proses produksi, yang merupakan upaya maksimisasi keuntungan. Skala usaha menggambarkan respon pada output akibat perubahan dari input. Suatu usaha yang diteliti mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scaledapat diketahui dengan nilai RTS (Return

To Scale). Dalam fungsi Cobb Douglass dapat dijelaskan oleh jumlah besaran elastisitasnya (b1,b2, ..., bn) yaitu lebih besar dari satu, lebih kecil dari satu atau

sama dengan satu (Soekartawi, 1994).

Ada tiga kemungkinan alternatifnya, yaitu:

a) Decreasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) < 1. Berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

b) Constant return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) = 1. Berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

c) Increasing return to scale, bila (b1 + b2+ … + bn) > 1. Berarti bahwa proporsi

penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

4. Efisiensi Ekonomi

Petani dalam melaksanakan usahataninya dapat menggunakan kombinasi dari beberapa faktor produksi sekaligus seperti lahan, benih, tenaga kerja, pupuk dan modal sehingga petani diharapkan dapat menyesuaikan skala usahataninya. Dengan kombinasi yang tepat berarti petani dapat mengalokasikan faktor produksi sehingga tercapai tingkat efisiensi yang tinggi dan pendapatan yang tinggi pula (Soekartawi, 1994)

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan masukan yang sekecil- kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi ekonomi tertinggi terjadi pada saat keuntungan maksimal yaitu pada saat selisih antara penerimaan dengan biaya yang paling besar. Dalam keadaan ini banyaknya

ongkos yang digunakan untuk menambah penggunaan input sama dengan tambahan output yang dapat diterima. Keuntungan maksimal terjadi saat nilai produk marginal sama dengan harga dari masing-masing faktor produksi yang digunakan dalam usahatani (Mubyarto, 1995).

Dalam terminologi ekonomi pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomis Pengukuran secara teknis terhadap usahatani yang dilaksanakan petani ditunjukkan oleh perbandingan antara produksi aktual dan produksi estimasi potensial usahatani. Dengan memasukkan faktor manajemen yang merupakan tingkat efisiensi teknis (Technical Efficiency Rating, TER), maka dapat diperoleh suatu fungsi produksi yang lebih baik. Secara matematis besar efisiensi teknis (TER) yang merupakan rasio antara tingkat produksi aktual (Y) dengan tingkat produksi potensial (Yi) dapat ditulis:

TER=Y/Yi (Yotopoulos dan Nugent, 1976).

Menurut Yatopoulos dan Nugent (1976), efisiensi akan menunjukkan

pencapaian keluaran yang optimal dari seperangkat sumber daya tertentu. efisiensi

dibagi menjadi dua jenis yaitu efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi teknis (technical efficiency).

Efisiensi harga berkaitan dengan pembuatan keputusan mengenai

pengalokasian dari faktor-faktor produksi variabel, yaitu faktor yang berbeda

dalam kontrol perusahaan. Efisiensi ini biasanya ditunjukkan dengan nilai produk

marjinal untuk suatu input tertentu sama dengan harga input tersebut. efisiensi

sebenarnya dengan produksi maksimum. Sedangkan efisiensi ekonomi adalah

besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya

dengan keuntungan maksimum (Soekartawi, 2003).

Efisiensi ekonomis dicari berdasarkan asumsi petani berorientasi pada

keuntungan jangka pendek yang maksimum. Dalam menganalisis efisiensi

ekonomis, penggunaan faktor produksi didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai

berikut:

a. Harga input dan output ditetapkan oleh pasar persaingan sempurna. Produsen

secara individu tidak dapat mempengaruhi harga hasil produksi dan harga

faktor produksi yang mereka gunakan.

b. Produsen akan berbuat rasional dan mempunyai keinginan untuk mencapai keuntungan bersih yang maksimal.

c. Harga dan hubungan input dengan output diasumsikan diketahui sempurna.

Efisiensi ekonomi merupakan kombinasi dari efisiensi teknis dan efisiensi harga. Menurut Soekartawi (2003), bila efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai maka usahatani tersebut telah mencapai efisiensi ekonomis.

EE = (ET) x (EH)………(3)

Keterangan : EE = efisiensi ekonomi ET = efisiensi teknis EH = efisiensi harga

Secara sederhana ukuran efisiensi menurut Farell dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Gambar 2.1. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrell (Soekartawi, 2003)

Garis lengkung UU’ garis isokuan yang menggambarkan tempat kedudukan titik-titik kombinasi penggunaan input X1 dan X2 terhadap produksi Y.

Dalam gambar tersebut titik D adalah kombinasi optimum yang dapat dicapai (maximum possible yield), sedangkan titik C adalah kombinasi yang digunakan oleh perusahaan. Model Farrell ini menghubungkan efisiensi teknis (OB/OC) dengan kesalahan pemilihan fungsi produksi dan efisiensi harga (OA/OB) dengan kesalahan pemilihan fungsi produksi dan efisiensi harga (OA/OB) menggambarkan pilihan terbaik atau kesalahan pemilihan kombinasi input. Dalam meneliti efisiensi ekonomi (OA/OC) sering kesulitan untuk memisahkan efisiensi teknis dengan efisiensi harga/alokatif.

U P O A D B C U’ P’ Y x2 Y X1

Analisis efisiensi ekonomi biasanya digunakan untuk mengetahui tingkat optimalisasi pemakaian faktor produksi. Efisiensi ekonomi tertinggi tercapai pada saat keuntungan mencapai maksimal. Menurut Suprapto (2005), efisiensi ekonomi maksimum bisa ditentukan dengan memaksimumkan fungsi keuntungan:

Keuntungan = Total Penerimaan- Total Biaya

= (Produksi X Harga Produk) – (Biaya Variabel + Biaya Tetap)

= Y. Py – ( X. Px + TFC)

Keuntungan maksimum terjadi saat turunan pertama fungsi keuntungan = 0

dY / d X = 0

dY/dX. Py – Px = 0

dY/dX. Py = Px MPx. Py = Px

NPMx = Px

Menurut Soekartawi (2003) efisiensi ekonomis terjadi saat nilai produk marginal dari setiap unit tambahan masukan sama dengan harga dari setiap unit masukan tersebut yang dapat dituliskan sebagai berikut:

NPMx = Hx

Dimana NPMx = Nilai produk marginal dari masukan X

Hx = Harga masukan

Namun demikian kenyataan yang banyak terjadi NPMx tidak selalu sama dengan Hx yang sering terjadi :

a. NPMxi > 1 artinya penggunaan masukan (x) belum mencapai efisiensi Hxi

ekonomi tertinggi. Pada kondisi ini masukan (x) masih bisa ditambah.

b. NPMxi < 1 artinya penggunaan masukan tidak efisien, masukan (x) Hxi

perlu dikurangi (Soekartawi, 2003).

Jika petani memperoleh keuntungan besar dalam usahataninya karena pengaruh harga petani tersebut langsung dikatakan mengalokasikan faktor produksi tersebut secara efisien. Selanjutnya jika petani mampu meningkatkan produksi dengan nilai faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksi dengan harga tinggi maka petani telah melaksanakan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan. Situasi yang demikian disebut efisiensi ekonomi (Soekartawi, 2003).

Secara sederhana ukuran efisiensi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kurva Isoquant dan Isocost Sumber : McEachern, 2001

Isoquant merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi efisien dari dua sumber daya (input) yang menghasilkan tingkat output tertentu. Pada gambar 1 di atas kurva isoquant ditunjukan oleh garis lengkung Q1, Q2, Q3 dan Q4. Kurva

isoquant yang semakin menjauhi titik origin menunjukkan bahwa tingkat output yang diproduksi semakin tinggi dengan kombinasi input yang semakin besar. Sifat –sifat isoquant menurut McEachern (2001) adalah isoquant yang semakin jauh dari titik nol mencerminkan tingkat output yang semakin tinggi, isoquant mempunyai slope negatif, isoquant tidak pernah saling berpotongan dan isoquant cembung terhadap titik nol. Isocost merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi sumber daya pada biaya yang sama. Isocost pada gambar 1 ditunjukkan oleh garis TC1, TC2, TC3, TC4. Kurva isocost yang semakin jauh dengan titik nol

menunjukkan biaya yang semakin tinggi. Titik perpotongan antara kurva isoquant dengan isocost yaitu titik a, b, c, d menunjukkan biaya minimum yang diperlukan untuk memproduksi tingkat output tertentu dari kombinasi input yang telah ditetapkan. Kondisi ini berarti bahwa suatu usaha telah mencapai efisiensi.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Analisis Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di DIY” yang dilakukan oleh Heru Irianto dan Sugiharti Mulya Handayani (2005) menggunakan model fungsi produksi Cobb - Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel tenaga kerja, benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk organik, NPK, dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi bawang merah, sedangkan secara individual hanya variabel tenaga kerja, pupuk SP 36 dan pupuk KCL yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah di lahan pantai DIY. Penggunaan faktor produksi yang belum mencapai efisiensi ekonomi adalah tenaga kerja dan SP 36 sehingga perlu ditambah, sedangkan penggunaan faktor produksi yang tidak efisien adalah KCL sehingga penggunaannya harus dikurangi.

Muhamad Nurung (2003) juga melakukan penelitian tentang efisiensi ekonomi usahatani kedelai dan jagung di Propinsi Bengkulu yang menggunakan analisis model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan. umur, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga petani tidak jauh berbeda. sedangkan rata-rata luas lahan usahatani jagung lebih besar dibanding lahan usahatani kedelai. Keuntungan usahatani kedelai dan jagung meningkat yang dipengaruhi oleh naiknya rata-rata harga jual padi, kedelai dan jagung. Faktor produksi (bibit,

pupuk Urea. pupuk KCI), jumlah tanggungan keluarga. dan luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan kedelai dan jagung. Pupuk Sp-36 dan pengalaman bertani berpengaruh negatif terhadap keuntungan usahatani kedelai. Analisis efisiensi menunjukkan penggunaan bibit, pupuk Urea, Sp-3, KCI, herbisida, dan tenaga kerja pada usahatani kedelai dan jagung tidak efisien.

Muhamad Aziz (2004) melakukan penelitian tentang “Analisis Efisiensi Ekonomi Teknologi Usahatani Padi Di Sul-Sel” yang menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi adalah luas lahan, pupuk dan pestisida. Dimana efisiensi produksi tercapai, terutama pengolahan lahan dan pemeliharaan; tingkat teknologi yang digunakan oleh petani sudah dianggap sesuai dengan anjuran, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dalam penelitian sudah tercapai; dan implikasi dari hasil analisis fungsi produksi terutama untuk mendorong produktivitas, maka faktor produksi yang penting menjadi perhatian adalah system distribusi pupuk, pestisida, dan perluasan lahan sawah atau pengolahan secara intensif

Penelitian mengenai efisiensi ekonomi terutama untuk tanaman pangan telah banyak dilakukan, sedangkan untuk tanaman hortikultura, penelitian yang banyak dilakukan adalah penelitian mengenai produk hortikultura unggulan baik di tingkat propinsi Jawa Tengah maupun di tingkat nasional seperti cabe, bawang merah, kentang, dan jeruk. Penelitian mengenai wortel masih jarang dilakukan karena wortel belum menjadi komoditas unggulan di tingkat propinsi maupun nasional. Wortel masih menjadi komoditas potensial yang berarti bahwa wortel

mempunyai potensi yang baik namun belum berkembang pesat dan termasuk prioritas rendah, baik dalam skala penelitian maupun pengembangannya (Rukmana, 1995). Merujuk pada hal-hal tersebut maka penyusun ingin meneliti efisiensi ekonomi wortel terutama di Kabupaten Karanganyar.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menunjukkan hubungan antara hasil produksi wortel dengan faktor produksi input yang meliputi luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik (pupuk kandang), pupuk anorganik (pupuk urea, pupuk ZA, pupuk TSP/ SP 36, pupuk KCL), pestisida dan benih.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Luas Lahan (X1) Jumlah Pupuk Anorganik (X4) Jumlah Pupuk Organik (X3) Jumlah Tenaga Kerja (X2) Jumlah Benih (X6) Jumlah Pestisida (X5) Produksi Wortel (Y) Y = AX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6 Fungsi Produksi Skala Usaha Efisiensi Ekonomis b1+ b2+ b3+ b4+ b5+ b6 NPMXn = bn Y/XnHy HXn HXn

Produksi wortel yang merupakan variabel terikat dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yang meliputi variabel luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik (kandang), jumlah pupuk anorganik (urea, ZA, TSP/SP 36 dan KCL), jumlah pestisida dan jumlah benih.

Luas lahan yang ditanami akan mempengaruhi banyaknya tanaman yang dapat ditanam, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi besarnya produksi wortel. Semakin luas lahan yang ditanami wortel maka akan semakin banyak wortel yang dapat dihasilkan.

Banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani juga mempengaruhi produksi. Kegiatan dalam usahatani seperti sebar benih, penjarangan, pemupukan dapat dilakukan tepat waktu jika tenaga kerja cukup tersedia. Jika salah satu kegiatan tidak dilakukan tepat waktu karena kurangnya tenaga kerja maka akan dapat mengurangi produksi wortel.

Besarnya pupuk kandang, pupuk urea, TSP dan KCL juga turut menentukan produksi wortel karena untuk pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan zat–zat yang terdapat pada pupuk-pupuk tersebut seperti nitrogen, phospat dan kalium untuk pembentukan umbi. Banyaknya umbi wortel yang dihasilkan setiap tanaman akan mempengaruhi produksi wortel. Pestisida digunakan untuk memberantas hama dan penyakit yang biasanya menyerang tanaman wortel. Tanaman wortel yang terserang hama dan penyakit pada tingkat tertentu akan sulit membentuk umbi sehingga aplikasi pestisida diperlukan untuk mencegah turunnya produksi akibat hama dan penyakit.

Semakin tinggi jumlah benih yang digunakan dalam usahatani maka semakin tinggi produksi yang dihasilkan karena banyaknya benih yang disebar akan menentukan jumlah tanaman yang dapat tumbuh sehingga semakin banyak tanaman yang tumbuh maka akan menghasilkan lebih banyak umbi wortel.

Kondisi skala usaha pada usahatani wortel ini dapat diketahui dari besaran elastisitasnya (b1, b2, .... bn) yaitu lebih besar dari satu(Increasing return to scale), lebih kecil dari satu (Decreasing return to scale), dan sama dengan satu (Constant return to scale).

Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui tingkat optimalisasi pemakaian faktor produksi pada usahatani wortel. Efisiensi ekonomi tertinggi tercapai pada saat keuntungan mencapai maksimal. Terjadi apabila nilai produk marginal dari setiap unit tambahan masukan yang terdiri dari pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida sama dengan harga dari setiap unit masukan.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang belum diuji kebenarannya, sehingga dapat dipertegas atau ditolak secara empiris. Berdasarkan penelitian oleh Heru Irianto dan Sugiharti Mulya Handayani tentang “Analisis Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di DIY” yang juga menggunakan model fungsi produksi Cobb – Douglas menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel tenaga kerja, benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk organik, NPK, dan luas lahan berpengaruh terhadap produksi bawang merah, dan penggunaan faktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi maka hipotesis yang diambil penulis adalah sebagai berikut :

1. Diduga faktor produksi jumlah bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pestisida dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap produksi wortel di Kabupaten Karanganyar

2. Diduga skala usaha pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar dalam kondisi increasing return to scale.

3. Diduga petani wortel dalam menggunakan faktor-faktor produksi belum mencapai kombinasi yang memberikan efisiensi ekonomi yang tertinggi.

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengambilan data yang pokok (Singarimbun dan Efendi, 1995).

B. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah usahatani wortel yang di kelola petani yang berada di Kabupaten Karanganyar. Hal-hal yang diteliti meliputi penggunaan benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, tenaga kerja dan pestisida dalam usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar

C. Teknik Penarikan Sampel

Dokumen terkait