• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis HANPP (Human Appropriation of Net Primary Production) .1 Profil Metabolik

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-50)

Profil metabolik masyarakat lokal dan regional dapat digambarkan secara statistik melalui pertambahan dan kepadatan penduduk (Tabel 52).

Tabel 52 Parameter demografi Kecamatan Una-Una dan Kabupaten Tojo Una-Una

Parameter Lokal Regional Unit

Jumlah Penduduk 2008 13 106 131 283 Jiwa

Kepadatan Penduduk 2008 42 23 Jiwa/km2

Rumah Tangga (RT) 2008 3 547 33 872 RT

Sebaran rata-rata Rumah Tangga 4 4 Jiwa/RT

Sex Rasio Laki-laki/Perempuan 104 104

Tingkat Ketergantungan penduduk (Usia Non Produktif terhadap Usia Produktif)

67.60 70.24 %

Pertumbuhan Penduduk Tahun 2001-2008 2.0 2.39 %/Tahun

Tingkat Kelahiran penduduk Tahun 2008 0.013 0.0086

Tingkat Kematian Penduduk Tahun 2008 0.005 0.0034

Sumber : BPS (2002-2009)

Hasil registrasi penduduk tahun 2001-2008, penduduk Kecamatan Una-Una peningkatan 2%/tahun, sedangkan Kabupaten Tojo Una -Una mengalami peningkatan 2.39% setiap tahunnya, dengan tingkat kelahiran dan kematian yang lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan penduduk. Salah satu pendorong tingginya pertumbuhan penduduk adalah arus migrasi masuk yang cukup signifikan, sebagian besar adalah pendatang yang mencari nafkah di daerah ini.

Produksi hasil tangkapan nelayan di laut tidak terlepas daripada keadaan alam, yang berkaitan dengan musim penangkapan ikan. Hasil tangkapan melimpah pada musim puncak dan pada musim panceklik, dimana keadaan alam ditandai dengan angin kencang (musim timur dan barat) hasil tangkapan menurun bahkan tidak sedikit nelayan tidak mendapatkan hasil. Laju tangkap dan estimasi produksi beberapa alat tangkap yang beroperasi di perairan Kecamatan Una-Una (Tabel 53). Berdasarkan jumlah alat tangkap yang ada di kecamatan Una-Una maka estimasi produksi perikanan pada Tahun 2009 sebesar 1 698.67 ton (DKP Kecamatan Una-Una 2010).

Produksi perikanan laut Kecamatan Una-Una pada Tahun 2008 sebesar 1 123 ton (BPS Touna 2009), sedangkan menurut Bappeda Touna (2009) sebesar 1 759.68 ton. Tabel 53 Laju tangkap dan estimasi produksi beberapa alat tangkap yang beroperasi di perairan Kecamatan Una-Una Tahun 2009

No Alat Tangkap Jumlah

(unit)

Trip/tahun Laju Tangkap rata-rata (kg/trip) Estimasi Produksi rata-rata (ton/tahun) 1 Pancing 317 96 10 304.32 2 Jaring Ingsang 211 120 50 1266.00 3 Bagan 11 96 100 105.60 4 Bubu 158 48 3 22.75

Sumber : DKP UPTD Kecamatan Una-Una (2010)

Hal ini menunjukkan bahwa teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana dan didominasi penggunaan perahu tanpa motor sehingga berdampak pada hasil penangkapan yang tidak maksimal. Pada tingkat regional dimana hasil tangkapan nelayan tidak semua didaratkan ke TPI-TPI Kabupaten Tojo Una-Una namun lebih banyak didaratkan ke TPI di Gorontalo, Poso maupun Pagimana Kabupaten Luwuk. Jumlah TPI di Kabupaten Tojo Una-Una sebanyak 3 buah yang bertempat di Kecamatan Ampana Kota, Kecamatan Tojo dan Kecamatan Walea Kepulauan tetapi dari ketiga TPI tersebut belum ada yang difungsikan secara maksimal. Luas area dan produksi perikanan menurut kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una tertera pada Tabel 54.

Tabel 54 Luas area dan produksi perikanan menurut kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2008

NO Kecamatan

Perairan Umum Perairan Kolam Budidaya Tambak Perikanan Laut

Luas

(Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Kg) Produksi (Ton)

1 Tojo Barat 0 0 0 0 4.10 400 6 383 2 Tojo 5.10 0 7.50 0.60 120.00 1 300 1 901 3 Ulubongka 0 0 13.02 0.40 0 0 953 4 Ampana Tete 0.70 0 3 0.30 0 0 2 817 5 Ampana Kota 0 0 19.15 1.20 0 0 55 099 6 Una-una 10.40 1.40 0 0 20.90 2 800 1 123 7 Togean 0 0 0 0 0 0 2 083 8 Walea Kepulauan 0 0 0 0 0 0 852 9 Walea Besar 0 0 0 0 0 0 558

Kab. Tojo Unauna 16.20 1.40 42.67 2.50 145.00 4 500 71 773

Produksi perikanan laut terbesar terdapat di Kecamatan Ampana Kota yaitu sebesar 55 099 ton, yang disusul oleh Kecamatan Tojo Barat yaitu sebesar 6 383 ton, artinya sebagian besar hasil tangkapan nelayan dari kecamatan kepulauan di Teluk Tomini didaratkan di kecamatan tersebut. Kecamatan Una-Una memberikan kontribusi sebesar 1.56% dari seluruh produksi perikanan laut di Kabupaten Tojo Una-Una.

Jenis ikan dominan yang dtangkap nelayan pada kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 m adalah kelompok ikan demersal dan ikan karang, sedangkan pada kedalaman lebih dari 10 m, jenis ikan dominan yang ditangkap adalah kelompok pelagis dan beberapa jenis ikan pada kelompok ikan demersal dan Karang. Berdasarkan jumlah hasil tangkapan ikan, jumlah tangkapan tertinggi per tahun diperoleh nelayan di wilayah pulau yang mengoperasikan alat tangkap purse seine dan bagan yakni untuk jenis ikan pelagis kecil, sedangkan jumlah tangkapan terendah diperoleh nelayan yang mengoperasikan alat tangkap bubu dan pancing ulur untuk ikan karang dan demersal. Produksi ikan yang tertangkap di Kabupaten Tojo Una-Una tertera pada Lampiran 2. Jumlah hasil tangkapan ikan demersal tersebut tertera pada Tabel 55.

Tabel 55 Hasil tangkapan ikan demersal di perairan Kabupaten Tojo Una-Una (ton)

NO JENIS IKAN TAHUN

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Bawal Hitam 1.36 1.20 1.20 1.80 8.00 10.00 1.28 2 Bawal Putih 1.20 1.00 1.00 2.80 13.50 11.50 0.92 3 Kakap 56.80 49.50 52.50 15.10 26.70 23.60 48.24 4 Kakap merah 53.76 46.80 49.80 16.10 34.70 41.00 44.73 5 Kerapu Sunu 73.44 63.90 67.90 101.60 464.20 507.00 62.54 6 Kurisi 8.40 7.30 8.30 5.80 22.10 15.60 7.50 7 Sunglir 18.56 16.20 17.20 7.90 24.00 15.00 15.46 8 Tenggiri 23.36 20.30 21.30 22.40 96.00 50.00 19.14 9 Tenggiri Papan 20.24 17.60 18.60 8.90 28.20 15.00 16.66

Sumber : DKP Prov Sulteng (2010)

Data hasil perikanan tangkap ikan demersal menunjukkan bahwa kerapu sunu dan kakap merupakan jenis yang dominan penting dengan kecenderungan yang fluktuatif dari tahun ke tahun.

Upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap pada perairan Kabupaten Tojo Una-Una meliputi total jam dan hari kerja melaut, jumlah trip per bulan dan per tahun, jumlah hasil tangkapan per trip dan dalam tahun. Jumlah jam kerja melaut pada setiap trip melaut berkisar antara 7-24 jam kerja, sedangkan hari kerja melaut yang diperlukan pada setiap trip penangkapan ikan berkisar 1.0-2 hari. Trip penangkapan ikan sepanjang tahun selalu berbeda di setiap musim, namun antara nelayan di pesisir dengan pulau hampir tidak ada perbedaan dalam jumlah jam dan hari melaut. Musim penangkapan ikan di wilayah penelitian terbagi atas dua musim yakni musim puncak dan paceklik. Musim puncak (surplus ikan) umumnya berlangsung selama 8-10 bulan (September/Oktober sampai April/Mei). Jumlah trip penangkapan ikan tertinggi pada musim puncak dilakukan oleh unit usaha purse seine yakni 25 trip per bulan. Musim paceklik (kekurangan ikan) umumnya berlangsung selama 2-4 bulan (Mei/Juni sampai Agustus/September). Jumlah trip penangkapan ikan pada musim paceklik pada setiap unit usaha penangkapan yakni berkisar antara 2-12 trip per bulan. Trip terendah terjadi pada unit usaha Bagan antara 2 - 5 trip per bulan (Laapo et al. 2006). Tinggi rendahnya jumlah trip penangkapan ikan, selain dipengaruhi oleh keadaan musim (perubahan iklim dan cuaca), juga dipengaruhi oleh harga ikan, hari kerja melaut, sarana penangkapan dan ketersediaan tenaga kerja melaut. Jam dan hari kerja melaut yang lebih lama menyebabkan jumlah trip per bulan dan tahun menjadi lebih kecil jumlahnya.

Pada kondisi iklim dan cuaca yang tidak kondusif dan tidak menentu, hasil tangkapan menurun, nelayan lebih memilih untuk tidak melaut oleh karena biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada hasil penjualan ikan. Pada kondisi yang sama, harga ikan mengalami peningkatan, sehingga ada insentif bagi nelayan untuk melaut terutama bagi nelayan yang mengusahakan alat tangkap dengan wilayah perairan maksimum 4 mil. Ketersediaan sarana penangkapan, tenaga kerja melaut dan sarana penunjang berpengaruh pada peningkatan aktivitas dan mobilitas melaut secara intensif.

5.3.2 HANPP (Human Appropriation of Net Primary Productvity)

Tiga langkah dalam menghitung HANPP perikanan atau disebut pula sebagai Exosomatic energy di Gugus Pulau Batudaka Kecamatan Una-Una (tingkat lokal) dan Kabupaten Una-Una (tingkat regional) yaitu (1) menghitung potensi kebutuhan produktivitas primer (2) Produktivitas aktual (produksi tiap spesies ikan (volume of landing) (DKP Prov. Sulteng 2005-2008); (3) kandungan energi tiap spesies ikan (Adrianto 2004), perhitungannya secara lengkap tertera pada Lampiran 5. Hasil analisis HANPP tersebut tertera pada Tabel 56 dan Gambar 50.

Tabel 56 Perhitungan exosomatic energy lokal dan regional Tahun Produksi Aktual/NPP PPR (kJ) HANPP (kJ) Colonizing Efficiency Rasio HANPP NPP Lokal (kJ) (kJ) (kJ) (%) 2005 159 367 245 9 010 184 221 8 850 816 976 1.80 55.54 2006 141 073 720 7 146 220 211 7 005 146 491 2.01 49.66 2007 132 943 895 7 570 285 074 7 437 341 179 1.79 55.94 2008 138 459 890 8 559 664 732 8 421 204 842 1.64 60.82 Rata-rata 142 961 188 8 071 588 559 7 928 627 372 1.81 55.49 Regional (MJ) (MJ) (MJ) (%) 2005 31 623 085 1 164 740 859 1 133 117 774 2.79 35.83 2006 33 942 042 1 251 164 735 1 217 222 693 2.79 35.86 2007 31 815 755 1 338 174 994 1 306 359 239 2.44 41.06 2008 36 261 576 2 183 193 633 2 146 932 057 1.69 59.21 Rata-rata 33 410 614 1 484 318 555 1 450 907 941 2.43 42.99

Sumber : Data Primer Terolah (2010)

Hasil perhitungan exosomatic energy pada tingkat lokal (kecamatan) bahwa rata-rata exosomatic energy perikanan dari Tahun 2005-2008 sebesar 7.93x109 kJ dengan efisiensi koloni ikan yang tertangkap sebesar 1.81 dan rasio HANPP-NPP sebesar 55.50, sedangkan tingkat regional sebesar 1.45x1012 kJ dengan efisiensi koloni ikan yang tertangkap sebesar 2.43 dan rasio HANPP-NPP sebesar 42.99. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan produktivitas primer yang merupakan sebuah proses energi dari luar pelaku sebagai penggabungan faktor manusia dan alam untuk nelayan lokal mempunyai nilai efisiensi yang rendah, artinya

mereka memerlukan energi yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan produktivitas primernya dibandingkan nelayan regional. Pada ekosistem global, rasio HANPP dengan NPP potensial sekitar 40 di seluruh dunia (Martines-Alier 2005); HANPP menghitung secara luas dominasi manusia atau kolonisasi sosial ekonomi dari suatu ekosistem, tingginya rasio tersebut menggambarkan dominasi manusia terhadap ekosistem dimana pengurangan produktivitas aktual (NPP) yang besar sebagai indikasi kurang efisiennya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan (Haberl et al. 2004). Perbandingan HANPP lokal dan regional tertera pada Gambar 49.

Gambar 49 HANPP perikanan lokal dan regional

HANPP perikanan besarnya tergantung dari banyak hasil tangkapan tiap jenis ikan dan kandungan energi tiap energi ikan. Gambar diatas mengindikasikan secara proporsional bila dibandingkan kebutuhan produktivitas primer potensial (NPPo) dengan HANPP maka untuk tingkat regional lebih tinggi dibandingkan tingkat lokal, sehingga pengaturan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya lebih ditekankan pada penentuan alokasi sumberdaya, peningkatan SDM perikanan, peningkatan teknologi, pengaturan yang mengendalikan kegiatan perikanan dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan produksi dari sumberdaya dan tercapainya tujuan perikanan yang lainnya sesuai yang diamanatkan dalam CCRF atau Kode Etik Perikanan yang Bertanggung (FAO 1995).

5.4 Analisis Keberkelanjutan Mata Pencaharian (Coastal Livelihood System

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-50)

Dokumen terkait