• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil

Dalam dokumen ATIKA PUSPITA HAPSARI G0009031 (Halaman 50-57)

BAB IV HASILPENELITIAN

B. Analisis Hasil

Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Tanjung Brebes yaitu sebanyak 287 siswa, dimana yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 68 siswa dan yang memenuhi skor Skala Inventori L-MMPI < 10 sebanyak 51 siswa. Jadi, jumlah data yang danalisis sebanyak 51 subjek penelitian. Data diolah dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Output Frekuensi Statistika disajikan dalam Lampiran 8. 1. Deskripsi Statistika Hasil Penelitian Masing-Masing Variabel

Tabel 4.4 Deskripsi Statistika Hasil Penelitian

No Variabel Frek. Rata-rata Std Deviasi Minim. Maks. 1 Kecerdasan

Emosi

51 117,31 9,02 97 135

commit to user

2. Hasil Uji Korelasi Product Moment dari Pearson

Analisis uji korelasi Product Moment dari Pearson didapatkan hasil r = - 0, 681 dan nilai signifikansi 0,000. Dengan demikian α < 0,01; r = negatif, Hipotesis diterima.

Jadi, ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMA.

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Hasil uji hipotesis dengan korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan adanya hubungan negatif yang cukup kuat antara variabel nilai kecerdasan emosi/Emosional Quotient (EQ) dan kecemasan, karena r = - 0, 681 dan nilai signifikan 0,000 (α < 0,01). Korelasi negatif dan signifikan (r mendekati -1), menunjukkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Jadi, ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMA, yaitu bahwa jika semakin tinggi kecerdasan emosi maka tingkat kecemasan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosinya semakin tinggi kecemasannya.

Emotional Quotient (EQ) dalam literatur berbahasa Indonesia disebut sebagai Kecerdasan Emosi. Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.

Istilah “kecerdasan emosi” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosi yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosi atau yang sering disebut EQ sebagai :

commit to user

“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan ” (Shapiro, 1998).

Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu, peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. (Goleman, 2002).

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia (Prawitasari, 1995).

Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang tidak riil atau yang tak terbayangkan, secara nyata disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak diketahui. Penyerta fisiologis berupa denyut jantung bertambah cepat, kecepatan pernapasan tidak teratur, berkeringat, gemetar, lemas, dan lelah ;

commit to user

penyerta psikologis meliputi perasaan-perasaan akan ada bahaya, tidak berdaya, terancam, dan takut (Dorland, 2006).

Perasaan cemas bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah atau resah), maupun respon fisiologis tertentu. Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai dengan adanya kekhawatiran karena tidak dapar memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Durland dan Barlow, 2007).

Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologis yang sama tetapi kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan berasal dari dalam dan sumbernya sebagian besar tidak diketahui sedangkan ketakutan merupakan respon emosional terhadap ancaman atau bahaya yang sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar. Kecemasan dianggap patologis bilamana mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar (Maramis, 2005). Walaupun merupakan hal yang normal dialami, tetapi kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama-kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari. Adanya stres pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005).

Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah diutarakan bahwa Siswa SMA kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional yang tidak mampu memahami

commit to user

perasaan, mengendalikan amarah, mandiri, mengenali dan mengelola emosi, mempertahankan sikap positif masa sulit mengendalikan impuls yang berarti Kecerdasan Emosi Rendah maka Kecemasan Tinggi sedangkan siswa SMA yang Kecerdasan Emosinya tinggi mampu memahami perasaan, mengendalikan amarah, mandiri, mengenali dan mengelola emosi, mempertahankan sikap positif masa sulit mengendalikan impuls maka kecemasan rendah.

Hasil penelitian ini telah memperhitungkan variabel-variabel luar yang mempengaruhi. Dari 287 subjek hanya 51 subjek yang memenuhi syarat untuk diteliti, sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya.

commit to user

46 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional 2012 pada siswa SMA. Korelasi negatif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan pada 51 siswa SMA Negeri 1 Tanjung Brebes dalam menghadapai Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012 dengan nilai koefisien korelasi r = - 0,681 dan nilai sig = 0,000 , karena r = - 0, 681 mendekati -1 menunjukkan hubungan ini cukup kuat. Jadi, semakin tinggi kecerdasan emosi maka tingkat kecemasan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi kecemasannya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain jumlah subjek penelitian hanya 51, serta pengambilan data yang hanya dilakukan sekali dalam satu waktu.

commit to user

47

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan memperhatikan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosi seseorang.

Dalam dokumen ATIKA PUSPITA HAPSARI G0009031 (Halaman 50-57)

Dokumen terkait