• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SWOT

Analisis SWOT bertujuan untuk memperoleh berbagai strategi pengembangan, analisis ini terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Dalam upaya pengembangan hutan tanaman rakyat, perlu diketahui kekuatan/potensi dan kelemahan/kendala yang dimiliki berdasarkan analisis terhadap berbagai kondisi yang ada di masyarakat. Disamping itu, perlu juga diketahui peluang dan tantangan/ancaman yang mungkin dihadapi dalam pengembangan hutan tanaman rakyat.

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan, hasil wawancara dan pengisian kueisioner oleh masyarakat dapat dirumuskan beberapa isu-isu strategis baik internal maupun eksternal. Isu strategis internal meliputi kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness), sedangkan isu strategis eksternal meliputi peluang (Opportunity) dan ancaman (Threath). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh hasil penerimaan SWOT faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini merupakan penerimaan SWOT faktor internal pada tabel 16.

Tabel 16. Penerimaan SWOT Faktor Internal

Kekuatan (strength)

Berdasarkan faktor internal diperoleh beberapa kekuatan yaitu terdapat

keinginan yang besar dari masyarakat, masih ada hutan di sekitar kawasan, potensi tenaga kerja serta kebutuhan yang meningkat.

Sebanyak 100% responden menyatakan setuju untuk dapat dilakukannya program HTR dengan potensi yaitu keinginan yang besar dari masyarakat, lahan yang masih tersedia, masih ada hutan disekitar kawasan, dan juga karena kebutuhan masyarakat yang meningkat. Kemudian, sebanyak 93% faktor kekuatan untuk melaksanakan HTR adalah potensi tenaga kerja. Karena tanpa adanya tenaga kerja dari masyarakat sekitar hutan maka HTR tidak akan dapat terlaksana.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa masyarakat Desa Securai Selatan memiliki kekuatan dalam pelaksanaan HTR. Sebab dapat kita lihat bahwa masyarakat memiliki keinginan yang besar terhadap program HTR tersebut. Hal ini disebabkan karena masyarakat ingin maju dan ingin meningkatkan pendapatan mereka. Kemudian di Desa Securai Selatan masih ada hutan disekitar kawasan

No Faktor Internal F %

Penerimaan Kekuatan (Strength)

Keinginan yang besar dari masyarakat 60 100

Masih ada hutan di sekitar kawasan 60 100

Potensi tenaga kerja 56 93

Kebutuhan masyarakat yang meningkat 60 100 Kelemahan (Weakness)

Kurangnya tenaga penyuluh kehutanan 56 93

Permodalan 60 100

Kurangnya pengetahuan masyarakat 41 68

Belum adanya mitra usaha bagi masyarakat 30 50

masyarakat yang boleh ikut dalam program HTR adalah masyarakat yang tinggal disekitar hutan. Masyarakat tersebut juga memiliki potensi tenaga kerja yang dimilikinya. Dengan tingkat pendapatan masyarakat Desa Securai Selatan tergolong rendah padahal kebutuhan masyarakat terus-menerus yang semakin meningkat menjadikan kekuatan masyarakat dalam mengikuti program HTR. Hal demikian juga sesuai dengan kondisi masyarakat Desa Bintang Mariah.

Kelemahan (Weakness)

Ada berbagai hal yang menjadi kelemahan dari program HTR diantaranya adalah kurangnya tenaga penyuluh kehutanan, permodalan, kurangnya pengetahuan masyarakat, belum adanya mitra usaha bagi masyarakat serta pelaksanaan masyarakat yang berkurang. Namun kelemahan yang paling menonjol adalah permodalan sebesar 100% responden menyatakan salah satu kelemahan yang mengakibatkan program HTR ini belum berjalan. Masyarakat pada lokasi penelitian, sudah dapat dipastikan akan kesulitan dalam hal modal untuk pembangunan HTR karena HTR memerlukan biaya untuk penanaman, pemeliharaan dan perlindungan.

Faktor kelemahan lain adalah sebanyak 96% pelaksanaan masyarakat berkurang dalam pengembangan program HTR ini. Pelaksanaan baik dari Pemerintah maupun masyarakat sampai saat ini belum selaras. Pelaksanaan masyarakat dilapangan yang mungkin mulai berkurang bisa saja terjadi. Maka dengan adanya pihak-pihak terkait yang membantu sebagai pendamping HTR maka bisa membantu masyarakat.

Kemudian, sebanyak 93% kurangnya tenaga penyuluh menjadi faktor kelemahan juga dalam pelaksanaan program HTR. Kegiatan penyuluhan memang

belum terlalu banyak karena kurangnya tenaga penyuluh. Sehingga kurangnya pengetahuan masyarakat menjadi faktor kelemahan sebanyak 68%.

Sementara itu berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Desa Securai Selatan bahwa pengetahuan masyarakat menjadi kelemahan dalam pelaksanaan program HTR. Pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan di desa tersebut masih dibilang belum maksimal hal ini disebabkan karena masih

kurangnya tenaga penyuluh kehutanan. Kemudian sistem permodalan dalam pelaksanaan HTR termasuk dalam kelemahan karena pendapatan masyarakat tidak cukup untuk mendanai program HTR. Untuk pelaksanaan HTR perlu mitra usaha bagi masyarakat namun masyarakat Desa Securai Selatan tidak kuatir karena masyarakat tersebut sudah membentuk mitra (koperasi) untuk bekerja sama untuk pelaksanaan HTR. Hal demikian juga sesuai dengan kondisi masyarakat Desa Bintang Mariah.

Sementara itu isu strategis eksternal meliputi peluang (Opportunity) dan ancaman (Threath) dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Penerimaan SWOT Faktor Eksternal

Sumber : Pengolahan data kuisioner Keterangan: F = Frekuensi

No Faktor Eksternal F %

Penerimaan Peluang (Opportunity)

Masyarakat memiliki luas lahan untuk dikelola 58 96

Pengembangan komoditi tanaman berkayu dan tanaman buah-buahan

50 83

Peluang bagi investor dalam membangun kemitraan dengan masyarakat

4 6

Penyerapan tenaga kerja lokal 60 100

Peningkatan ekonomi masyarakat 60 100 Ancaman (Threat)

Aksesibilitas menuju lokasi HTR 39 65

Hasil produksi kayu yang dicapai tidak maksimal 40 66

Kebakaran hutan dan lahan 1 2

Peluang (Opportunity)

Ada beberapa peluang dengan adanya program HTR yaitu masyarakat memiliki luas lahan untuk dikelola, pengembangan komoditi tanaman berkayu dan tanaman buah-buahan, peluang bagi investor dalam membangun kemitraan dengan masyarakat, penyerapan tenaga kerja lokal, peningkatan ekonomi masyarakat. Namun sebanyak 100% penyerapan tenaga kerja dan peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan adanya program HTR ini maka masyarakat berharap kedepannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat serta memberi peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha baru sehingga dapat memberi pekerjaan bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan.

Sebanyak 96% yang menjadi faktor peluang adalah pembagian luas lahan yang jelas bagi masyarakat sesuai kesanggupannya untuk melaksanakan program HTR. Menurut Hakim (2009) bahwa Program pembangunan HTR yang akan dilaksanakan pada tingkat petani memerlukan kepastian areal HTR yang jelas dan baik (clear and clean). Areal tersebut bisa merupakan areal kawasan hutan yang tidak produktif atau dapat pula merupakan areal yang sudah terlebih dahulu digarap oleh masyarakat setempat seperti areal HPH atau areal HTI.

Kemudian, faktor peluang lain adalah sebanyak 83% pengembangan

komoditi tanaman berkayu dan tanaman buah-buahan lainnya. Dengan adanya program HTR maka masyarakat dapat mengembangkan jenis-jenis tanaman berkayu yang dimiliki oleh masyarakat ataupun tanaman berkayu lainnya yang cukup potensial untuk dikembangkan atau dikelola.

masyarakat. Sebab pada umumnya masyarakat tersebut tidak memiliki lahan untuk dikelola. Maka dengan adanya program HTR masyarakat yang tidak memiliki luas lahan akhirnya memiliki luas lahan untuk mereka kelola sehingga dapat mengembangkan komoditi tanaman berkayu dan tanaman buah-buahan. Peluang lain bagi masyarakat sekitar adalah dapat menyerap tenaga kerja lokal sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar hutan.

Sementara bagi masyarakat Desa Bintang Mariah peluang yang mereka dapat dari program HTR yaitu mendapatkan luas lahan bagi mereka yang tidak memiliki lahan. Kemudian dapat mengembangkan komoditi lain selain tanaman yang mereka tanam, dapat meningkatkan tenaga kerja bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Ancaman (Threat)

Ada beberapa ancaman yang mungkin bisa terjadi dengan adanya HTR seperti aksesibilitas menuju lokasi HTR, hasil produksi kayu yang dicapai tidak maksimal, kebakaran hutan dan lahan, faktor keamanan (pencurian kayu). Masyarakat sekitar hutan merupakan komponen penting dalam kesuksesan program HTR. Sebanyak 66% hasil produksi yang dicapai tidak maksimal juga bisa menjadi ancaman bagi masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Kemudian sebanyak 65% aksesibilitas menuju lokasi HTR juga menjadi ancaman bagi masyarakat. Kemudahan dalam menjangkau kawasan ini dan kenyamanan pada saat melakukan perjalanan merupakan hal yang paling penting dalam menuju lokasi HTR.

Aksesibilitas menuju lokasi HTR bukan merupakan ancaman bagi masyarakat Desa Securai Selatan. Sebab kondisi jalan menuju lokasi HTR di Desa Securai Selatan tergolong baik karena tidak banyak jalan yang rusak. Sementara ancaman bagi masyarakat Desa Securai Selatan, hasil produksi kayu yang dicapai tidak maksimal, hal ini bisa saja terjadi karena faktor umur dan kurangnya pendamping di lapangan.

Sementara di Desa Bintang Mariah aksesibilitas menuju lokasi HTR tergolong buruk karena kondisi jalan yang mendaki dengan jenis tanah liat sehingga sangat sulit untuk menjangkaunya apalagi saat hujan. Hal tersebut menjadi ancaman bagi masyarakat dalam pelaksanaan HTR. Untuk faktor keamanan seperti pencurian kayu dan kebakaran bisa juga menjadi ancaman namun masyarakat tetap berusaha menjaga kelestarian hutan dari tangan-tangan orang yang tidak bertanggung jawab agar program HTR terus berkesinambungan.

Berdasarkan BP2HP Wilayah II Medan (2009) bahwa untuk pelaksanaan HTR memang diperlukan pendampingan baik yang bersifat teknis maupun bersifat penguatan lembaga, dimana yang bersangkutan telah berpengalaman atau memperoleh pelatihan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pendampingan saat dilapangan sangat diperlukan untuk dapat mangatasi berbagai kendala yang ada dilapangan nanti.

Dari hasil penerimaan SWOT dilakukan analisis lanjutan untuk menentukan strategi pengembangan yang akan dilakukan pada kawasan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat khususnya pada Desa Securai Selatan, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat dan Desa Bintang Mariah, Kecamatan Panombean Pane, Kabupaten Simalungun dengan memasukkan faktor-faktor

tersebut ke dalam matriks SWOT. Berdasarkan hasil dapat diperoleh hasil analisis strategi pengembangan HTR pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Hasil Analisis dengan Matriks SWOT Pengembangan HTR Faktor internal

Faktor eksternal

Kekuatan (Stengths)

1. Keinginan yang besar dari masyarakat

2. Masih ada hutan di sekitar kawasan

3. Potensi tenaga kerja

4. Kebutuhan yang meningkat Kelemahan (Weaknesses) 1.Kurangnya tenaga penyuluh 2.Permodalan 3.Pelaksanaan masyarakat yang berkurang 4.Kurangnya pengetahuan masyarakat Peluang (Opportunities) 1. Penyerapan tenaga kerja

lokal

2. Peningkatan ekonomi masyarakat

3. Masyarakat memiliki luas lahan untuk dikelola 4. Pengembangan komoditi

tanaman berkayu dan tanaman buah-buahan

Strategi (SO)

1. Memberikan pembinaan kepada masyarakat yang berkelanjutan

2. Memprioritaskan

masyarakat sekitar hutan sebagai tenaga kerja lokal

3. Meningkatkan jenis komoditi yang sesuai dan memiliki nilai jual yang tinggi

Strategi (WO)

1.Meningkatkan tenaga penyuluh

2.Membentuk lembaga kemitraan yang dapat bekerjasama untuk membantu masyarakat

3. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat oleh pihak-pihak terkait

Ancaman (Threats) 1. Aksesibilitas menuju

lokasi HTR

2. Hasil produksi kayu yang dicapai tidak maksimal

Strategi (ST)

1. Penyediaan dan peningkatan sarana dan

prasarana di kawasan tersebut 2. Melestarikan dan menjaga kelestarian hutan. 3. Memberikan jaminan pasar bagi produk yang dihasilkan HTR.

Strategi (WT)

1. Melatih SDM untuk pelaksanaan dilapangan 2. Meningkatkan kerjasama

yang baik antara masyarakat dan pihak-pihak terkait 3. Keseriusan/kesungguhan masyarakat dalam mewujudkan HTR 4. Memberikan pendampingan bagi masyarakat

Berdasarkan pada tabel 17 dapat dilihat strategi pengembangan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan HTR yaitu.

1. Strategi (SO)

a. Memberikan pembinaan kepada masyarakat

Dengan memberikan pembinaan kepada masyarakat maka diharapkan bisa memberi pengetahuan dan ketrampilan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Departemen Kehutanan (2007) bahwa Pembinaan masyarakat menjadi hal yang penting, hal ini perlu mendapat perhatian yang cukup serius.

b. Memprioritaskan masyarakat sekitar hutan sebagai tenaga kerja lokal Masyarakat sekitar hutan merupakan masyarakat yang berhak dalam mengelola HTR. Menurut Departemen Kehutanan (2007) bahwa untuk menjaga kesinambungan kegiatan pengembangan HTR keterlibatan masyarakat sekitar menjadi sangat penting. Pelibatan masyarakat ini dapat secara langsung maupun tidak langsung.

c. Meningkatkan jenis komoditi yang sesuai dan memiliki nilai jual yang tinggi

Untuk pengembangan HTR diperlukan komoditi yang sesuai dan memiliki prospek pasar yang menjanjikan. Oleh karena itu, menurut Hakim (2009) bahwa Dalam pembangunan HTR harus ada proses alih teknologi tepat guna kepada masyarakat, mulai dari pemilihan jenis tanaman, pemilihan benih/bibit unggul, pola tanam yang tepat dan pemeliharaan tanaman. Dalam hal ini, masyarakat/petani memerlukan pedoman pengelolaan HTR terutama untuk jenis-jenis pohon komersial

pada tahun-tahun awal pertumbuhan tegakan yang sudah memiliki saluran pasar dan industri penggunanya.

2. Strategi (WO)

a. Meningkatkan tenaga penyuluh

Tenaga penyuluh sangat penting untuk memberi informasi bagi masyarakat. Tenaga penyuluh selain memberi informasi dan pengetahuan bagi masyarakat juga diharapkan mampu sebagai pendamping masyarakat. Berdasarkan Departemen Kehutanan (2007) bahwa penempatan tenaga penyuluh nantinya diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan pengetahuan masyarakat dalam mengelola hutan dan lahan perkebunannya.

b. Membentuk lembaga kemitraan yang dapat bekerjasama untuk membantu masyarakat

Dengan membentuk lembaga kemitraan dapat membantu masyarakat dalam pengelolaan HTR. Menurut Departemen Kehutanan (2007) bahwa lembaga kerjasama diperlukan untuk memudahkan koordinasi yang berkaitan dengan pengembangan HTR. Lembaga ini nantinya dibentuk dan dipilih oleh masyarakat sehingga nantinya hubungan kemitraan yang akan dilakukan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

c. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat oleh pihak-pihak terkait

Memberikan sosialisasi kepada masyarakat diharapkan mampu memberi informasi dan pengetahuan bagi masyarakat. Menurut Departemen Kehutanan (2007) bahwa sosialisasi ini menjadi sangat penting agar masyarakat mengetahui manfaat HTR baik manfaat lingkungan maupun manfaat ekonomi yang diperoleh oleh masyarakat. Persepsi ini penting guna menjaga kelangsungan usaha yang dilakukan dalam pengembangan hutan tanaman rakyat.

3. Strategi (ST)

a. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana di kawasan tersebut Penyediaan sarana pendukung ini untuk memudahkan upaya pengembangan hutan tanaman rakyat seperti jalan, kendaraan, pondok-pondok pertemuan, pemasangan petunjuk jalan. Sarana pendukung ini diharapkan dapat memudahkan dalam pengembangan HTR.

b. Melestarikan dan menjaga kelestarian hutan

Dengan adanya program HTR tersebut mampu melestarikan serta menjaga kelestarian hutan. Menurut BP2HP Wilayah II Medan (2009) bahwa Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah Hutan Tanaman pada Hutan Produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian SDH.

c. Memberikan jaminan pasar bagi produk yang dihasilkan HTR.

Jaminan pasar bagi produk yang dihasilkan HTR sangat mempengaruhi keberlanjutan HTR karena dengan jaminan pasar yang baik juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Jaminan akses ke pasar atau industri yang dapat menampung produk bahan baku kayu dari HTR. Menurut Hakim (2009) bahwa Untuk menjamin keberhasilan pembangunan HTR, salah satu di antaranya adalah adanya jaminan pasar bagi produk yang dihasilkan HTR.

4. Strategi (WT)

a. Melatih SDM untuk pelaksanaan dilapangan

Masyarakat sekitar hutan masih memiliki pengetahuan yang rendah terhadap pengelolaan hutan. Masyarakat masih menggunakan pengetahuan dan peralatan seadanya saja dalam pengelolaan hutan. Oleh karena itu, dengan memberikan sosialisasi secara berkelanjutan dapat melatih masyarakat untuk pelaksanaan HTR dilapangan.

b. Meningkatkan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pihak-pihak terkait

Kerjasama antara masyarakat dan pihak-pihak terkait diperlukan untuk memudahkan koordinasi yang berkaitan dengan pengembangan HTR. Menurut Departemen Kehutanan (2007) bahwa keberhasilan kegiatan pengembangan HTR perlu ditopang berbagai pihak ,sehingga pengembangan yang dilakukan mejadi tugas bersama untuk mencapai

kesejahteraan sebagaimana yang diinginkan dalam pengembangan hutan tanaman rakyat.

c. Keseriusan/kesungguhan masyarakat dalam mewujudkan HTR

Disadari bahwa untuk kegiatan yang besar ini tidak mungkin terwujud dengan mudah, oleh karena itu diperlukan keseriusan dari semua pihak agar pelaksanaan HTR dapat berjalan sesuai kebijakan Pemerintah.

Keseriusan masyarakat dan pihak-pihak terkait dapat mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera dan pengelolaan hutan lestari melalui pembangunan HTR.

d. Memberikan pendampingan bagi masyarakat

Dalam pelaksanaan HTR tidak hanya memberikan penyuluhan dan sosialisasi tapi perlu adanya pendampingan bagi masyarakat dalam pelaksanaan HTR di lapangan. Sebab dalam mewujudkan HTR bukan pekerjaan mudah, diperlukan suatu kebersamaan untuk mewujudkannya sesuai dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Dokumen terkait