• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

C. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan secara statistik dengan menggunakan program SPSS Versi 18.0 maka dapat disimpulkan bahwa net profit margin (NPM), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan earning per share (EPS) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat nilai signifikansi net profit margin (NPM), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan earning

Ho diterima dan Ha ditolak. Selain pembuktian diatas, hal tersebut juga turut didasarkan pada hasil analisis koefisien korelasi antara variabel independen dan dependen tersebut diperoleh standardized coefficients untuk rasio NPM sebesar – 0,100; rasio ROE sebesar –0,006; rasio DER sebesar –0,054; dan rasio EPS sebesar –0,106 yang bermakna bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen dan independen adalah hubungan yang negatif atau berbanding terbalik (lemah). Hal tersebut menunjukkan apabila tingkat rasio NPM, ROE, DER, dan EPS mengalami kenaikan maka tingkat perubahan harga saham mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat rasio NPM, ROE, DER, dan EPS mengalami penurunan maka tingkat perubahan harga saham mengalami kenaikan.

Penjelasan secara rinci keempat variabel independen dan hubungannya dengan incosistency peneliti terdahulu sebagai berikut:

1. Net profit pargin (NPM) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,529 > 0,05 setelah dilakukan uji t yang bermakna bahwa H2 ditolak atau NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Debora (2010) yang menemukan bahwa variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

NPM merupakan perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan operasi. Nilai laba bersih yang besar bukan merupakan faktor penting

dalam menentukan perubahan harga saham. Jika perusahaan memiliki laba bersih dengan perbandingan yang besar terhadap pendapatan operasionalnya, harga sahamnya cenderung menurun di bursa. Perubahan inipun tidaklah signifikan mengingat adanya faktor lain yang akan diperhatikan terlebih dulu oleh investor sebelum melakukan transaksi. Untuk menyiasati keadaan ini, manajemen perusahaan sebaiknya memanfaatkan laba bersihnya untuk melakukan ekspansi kredit.

2. Return on equity (ROE) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,985 > 0,05 setelah dilakukan uji t yang bermakna bahwa H3 ditolak atau ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Haryanto (2003) yang menemukan bahwa variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan industri minuman yang terdaftar di BEI.

ROE merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin tinggi pula harga saham, sebaliknya jika rasio ini mengalami penurunan maka akan menurun pula harga saham. Berdasarkan rasio ROE, para investor dapat mengetahui tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Pada ekonomi konvensional, motif utama investor dalam menanamkan

sehingga apabila suatu perusahaan mempunyai ROE yang tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi pula. Dengan laba yang tinggi, akan semakin tinggi pula besarnya dividen yang akan dibagikan kepada investor. Kondisi seperti inilah yang menjadi daya tarik masyarakat untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Apabila perusahaan dianggap kurang mampu dalam menghasilkan laba, maka akan berdampak pada persepsi negatif investor yang akan berimbas pada menurunnya harga saham.

3. Debt to equity ratio (DER) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,751 > 0,05 setelah dilakukan uji t yang bermakna bahwa H4 ditolak atau DER tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Wathi (2006) yang menemukan bahwa variabel DER berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

DER berpengaruh terhadap harga saham dikarenakan utang jangka panjang lebih besar dari modal yang berasal dari setoran pemilik pada perusahaan, sehinggga rasio DER yang dihasilkan tinggi. Rasio DER yang tinggi berarti semakin besar aktiva yang didanai oleh kreditur dan semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor sehingga dapat menurunkan harga saham pemilik modal. Besarnya utang untuk membiayai aktiva perusahaan mencerminkan kinerja keuangan

perusahaan yang buruk sehingga banyak investor yang enggan untuk membeli saham sehingga dapat menurunkan harga saham.

4. Earning per share (EPS) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,714 > 0,05 setelah dilakukan uji t yang bermakna bahwa H5 ditolak atau EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Sasongko (2007) yang menemukan bahwa variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI.

Seorang investor dalam melakukan investasi cenderung memperhatikan EPS yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena jika perusahaan memiliki EPS yang cenderung naik maka kemungkinan keuntungan yang didapat investor akan lebih besar daripada resiko kerugian yang mungkin terjadi, sehingga pendapatan dari perusahaan sangat berpengaruh terhadap kecenderungan investor untuk menanamkan modalnya. EPS merupakan salah satu rasio yang merupakan rasio pasar yang merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Dengan demikian, besarnya EPS dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu

memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada para pemegang saham.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang terdiri dari net profit margin (NPM) dan return on equity (ROE), rasio leverage yaitu debt to equity ratio (DER), dan rasio pasar yaitu earning per share (EPS) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini dapat disebabkan karena harga saham dapat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kondisi ekonomi secara keseluruhan, pengumuman laporan keuangan dan data keuangan lainnya, faktor psikologis pembeli saham, permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, harga komoditas, inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan pemerintah, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi ekonomi internasional, jumlah uang yang beredar, dan sebagainya.

Hasil analisis koefisien korelasi dan determinasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang lemah antara variabel perubahan harga saham dengan variabel independennya sehingga hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa H1 ditolak. Hal ini didasarkan pada nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,166 yang berada dibawah 0,5 sedangkan besarnya nilai pengaruh rasio keuangan yang ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square = 0,052 yaitu persentase pengaruh rasio net profit margin (NPM), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan earning per share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan real estate dan property hanya sebesar 5,2 % sehingga variabel lain diluar rasio tersebut (faktor eksternal) yang menjelaskan variasi perubahan harga saham perusahaan real estate dan property yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia secara menyeluruh adalah 94,8%. Dengan demikian rasio profitabilitas yang terdiri dari NPM dan ROE, rasio leverage yaitu DER, dan rasio pasar yaitu EPS hanya memberi pengaruh yang kecil terhadap perubahan harga saham

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pengaruh rasio profitabilitas (net profit margin dan return on equity), rasio leverage (debt to equity ratio), dan rasio pasar (earning per share) terhadap perubahan harga saham baik secara parsial maupun simultan adalah :

1. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan net profit margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan real estate dan property.

2. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan real estate dan property.

3. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan real estate dan property.

4. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan earning per share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan real estate dan property.

5. Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara net profit margin (NPM), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan earning per share (EPS) terhadap perubahan harga saham. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan rasio keuangan tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur dasar untuk menentukan tingkat perubahan harga saham yang digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis khususnya pada perusahaan real estate dan property.

Dokumen terkait