• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Analisis Hasil Penelitian

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory

berupa data keuangan sampel perusahaan manufaktur dari tahun 2007 sampai

tahun 2009 yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel dari penelitian ini

terdiri dari good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai

variabel bebas (independent variable) dan manajemen laba sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan manufaktur selama periode 2007 sampai dengan tahun

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan Manajerial 60 15.5300 .0000 15.5300 2.298667 3.9139180

Proporsi dewan komiaris 60 .6000 .2000 .8000 .378500 .1097428

Komite audit 60 .5000 .0000 .5000 .320000 .1433261

Manjemen laba 60 6.7030 -4.4990 2.2040 -.058817 .7256633

Valid N (listwise) 60

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2011

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel good corporate governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan

komite audit memiliki nilai minimum yang negatif dan manajemen laba juga

negatif. Nilai maksimum komisaris independen, komite audit dan manajemen

laba memiliki nilai yang negatif, sedangkan kepemilikan manajerial memiliki

nilai positif. Akan tetapi, ini bukan berarti kepemilikan manajerial memiliki

pengaruh yang positif karena nilai diatas merupakan hasil pengolahan data

yang telah diproksikan dengan menggunakan log natural.

Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:

a. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum 0,0000 dan

maksimum 15,5300 dengan rata-rata kepemilikan manajerial sebesar

2,298667 dengan jumlah sampel sebanyak 60,

b. Variabel proporsi dewan komisaris memiliki nilai minimum 0,2000 dan

nilai maksimum 0,8000 dengan rata-rata proporsi dewan komisaris

c. Variabel komite audit memiliki nilai minimum 0,000 dan nilai maksimum

0,5000 dengan rata-rata komite audit sebesar 0,320000 dengan jumlah

sampel sebanyak 60,

d. variabel manajemen laba memiliki nilai minimum -4,4990 dan nilai

maksimum 2,2040 dengan rata-rata manajemen laba sebesar -0,58817

dengan jumlah sampel sebanyak 60.

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji data statistik dengan model kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali

(2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data

mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari :

1. nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak

normal.

2. nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah

1) Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi

Tabel 4.3

Uji Normalitas Sebelum Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .71639687

Most Extreme Differences Absolute .340

Positive .263

Negative -.340

Kolmogorov-Smirnov Z 2.636

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil pengolahan SPSS 17, 2011

Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmograv-Smirnov

adalah 2,636 dan signifikansi pada 0.00, maka dapat disimpulkan data tidak

terdistribusi secara normal karena 0,00 < 0,05. Data yang tidak terdistribusi secara

normal dapa dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data secara

Gambar 4.1

Grafik Histogram (sebelum transformasi) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17, 2011

Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati distribusi secara normal, grafik di atas dapa disimpulkan bahwa

distribusi data tidak normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data

Gambar 4.2

Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual (sebelum transformasi)

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17, 2011

Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik

plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak

menjauh dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dala model

regresi tidak terdistribusi secara normal. Dari hasil uji normalitas dengan

Kolmograv-Smirnov (K-S), grafik histogram dan grafik normal plot menunjukkan

2) Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi

Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut

Jogiyanto (2004: 172), yaitu:

1) Dengan melakukan transformasi data,

2) Lakukan trimming,

3) Lakukan winsorizing.

Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti melakukan

transformasi data ke model LN dari persamaan manj.laba =

f(kep.manjerial,prop.dewankomisaris, komiteaudit) menjadi LN_ manj.laba =

f(kep.manjerial,prop.dewankomisaris, komiteaudit). Transformasi data ke dalam

bentuk LN menyebabkan data yang bernilai negative tidak ditransformasi

sehingga menghasilkan missing values.

Setiap data yang terdapat missing values akan diganti dengan data mean

(rata-rata). Kemudian, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini hasil

Tabel 4.4

Uji Normalitas Setelah Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.01702273 Most Extreme Differences Absolute .098 Positive .098 Negative -.092 Kolmogorov-Smirnov Z .534

Asymp. Sig. (2-tailed) .938

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Hasil Olah Data SPSS oleh Peneliti, 2011

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4-3 dapat dilihat dari signifikan (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov dari variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit dan manajemen lebih besar dari 0,05 atau telah terdistribusi dengan normal.

Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji

asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini dilampirkan grafik histogram

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber: Hasil olah Data SPSS oleh Peneliti

Gambar 4.3

Grafik Histogram (setelah transformasi) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17, 2011

Gambar 4.4

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual (Setelah Data Ditransformasi)

Sumber: Hasil olah data oleh peneliti

Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa

distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data

mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan atau normal.

Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik

plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal serta

penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat

disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear

ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering

ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson.

Hasil pengujian autokorelasi terhadap variabel dependen Manajemen Laba akan disajikan pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .560a .313 .234 1.07410 2.254

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan manajerial, Proporsi Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: manajemen laba

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,254. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%,

jumlah sampel sebanyak 30 (n = 30) dan jumlah variabel independen sebanyak 3 (k = 3), maka dari tabel statistik Durbin-Watson didapatkan nilai batas bawah (DL) sebesar 1,006 dan nilai batas atas (DU) sebesar 1,421. oleh karena itu, nilai DW

berada di antara DL dan DU (1,006 ≤ 2,254 ≤ 1,421), maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi autokorelasi positif.

c. Uji Multikolinearitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala

multikolonieritas adalah dengan melihat besaran korelasi antar variabel

independen dan besarnya tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir,

yaitu: Tolerance > 0.10 dan Variance Inflation Factor (VIF) < 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Collinearity Statistics

Std. Error Tolerance VIF

1 (Constant) 1.376

LN_kepemilikan manajerial .099 .906 1.104

LN_proporsi dewan komisaris .796 .987 1.013

LN_komite audit 1.140 .912 1.096

a. Dependent Variable: LNmanj.laba

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen memiliki

nilai tolerance > 0,10 yaitu 0, 988 untuk variabel kpemilikan manjerial, 0,987

yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel indepeden. Hasil perhitungan VIF

juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF

kurang dari 10 yaitu 1,013 untuk variabel kepemilikan manajerial, 1,014 untuk

variabel proporsi dewan komisaris, dan 1,004 untuk variabel komite audit.

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas

antar variabel independen model ini.

Tabel 4.7 Koefisien Korelasi Coefficient Correlationsa Model LN_komite audit LN_proporsi dewan komisaris LN_kepemilikan manajerial

1 Correlations LN_komite audit 1.000 .037 .289

LN_proporsi dewan komisaris .037 1.000 -.091

LN_kepemilikan manejerial .289 -.091 1.000

Covariances LN_komite audit 1.300 .034 .032

LN_proprsi dewan komisaris .034 .634 -.007

LN_kepemilikan manajerial .032 -.007 .010

a. Dependent Variable: LNmanj.laba

Hasil besaran korelasi antar variabel memperlihatkan bahwa antara

variabel independen yang diuji variabel kepemilikan manajerial mempunyai

korelasi paling tinggi yaitu sebesar 0,289 atau 28,9%. Hal ini tidak menunjukkan

gejala korelasi karena masih di bawah 0,95 sehingga dapat disimpulkan bahwa

d. Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala

heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan

keputusannya adalah:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

atau terjadi homoskedastisitas.

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran

Gambar 4.5 Scatterplot

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Adanya

titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya

data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain. Hasil output

menunjukkan SPSS ini dengan jelas menunjukkan tidak ada indikasi terjadi

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengethui apakah variabel independen

dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Untuk menguji

apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan

uji F (F-test).

Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang

dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear

Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil pengolahan data program SPSS 17, maka diporeleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.8 Analisis Hasil Regresi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -5.172 1.292 -4.002 .000 Kepemilikan Manajerial -.147 .065 -.368 -2.250 .033 Proporsi Dewan Komisaris -1.789 .761 -.385 -2.352 .027 KomiteAudit -.167 1.057 -.026 -.158 .876

a. Dependent Variable: manajemen laba

Dari tabel 4.7 diatas maka dapat disusun persmaan regresi sebagai berikut:

Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna:

1) Konstanta sebesar -5,172 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0) maka manajemen laba sebesar -5,172.

2) b1 sebesar -0,147 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebsar 1% akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0,147.

3) b2 sebesar -1,789 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebsar 1% akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -1,789.

4) b3 sebesar -0,167 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebsar 1% akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar -0,167.

a. Koefisien determinasi

Dalam uji ini regresi dianalisis pula besarnya koefisien determinasi

(R2). Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengukur dan

mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap

perubahan variabel dependen. Jika nilai R2 mendekati 1 maka dapat

dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model

regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya.

Sebaliknya, semakin kecil nilai R2, maka kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen

semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel

independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9 Model Summary

Nilai Adjusted R Square pada tabel 4.7 diatas sebesar 0,234. Hal ini

menunjukkan bahwa 2,34% variabel manajemen laba dapat dijelaskan

variabel yang ada yaitu, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris

dan komite audit sedangkan sisanya 97,66 (100% - 2,34%) dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

b. Uji parsial (Uji T)

Uji T digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap

variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hasil Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .560a .313 .234 1.07410 2.254

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen

b. Dependent Variable: manajemen laba sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17, 2011

B Std. Error Beta 1 (Constant) -5.172 1.292 -4.002 .000 Kepemilikan Manajerial -.147 .065 -.368 -2.250 .033 Proporsi Dewan Komisaris -1.789 .761 -.385 -2.352 .027 KomiteAudit -.167 1.057 -.026 -.158 .876

a. Dependent Variable: manajemen laba

Dari Tabel 5.10 diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Nilai thitung untuk variabel kepemilikan manajerial = -2,250 sedangkan nilai

ttabel pada tingkat keyakinan 95% adalah sebesar 2,042 berarti thitung < ttabel

atau -2,250 < 2,042; sedangkan nilai signifikansi = 0,033 dengan (á) =

0,05 berarti nilai signifikansi < 0,05 atau 0,033 < 0,05. Karena thitung < ttabel

dan signifikansi < 0,05 maka H0 diterima, artinya kepemilikan manajerial

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

2) Nilai thitung untuk variabel proporsi dewan komisaris independen = -2,352

sedangkan nilai ttabel pada tingkat keyakinan 95% adalah sebesar 2,042

berarti thitung >ttabel atau -2,588 < 2,042; sedangkan nilai signifikansi =

0,027 dengan (á) = 0,05 berarti nilai signifikansi < 0,05 atau 0,027 < 0,05.

Karena thitung > ttabel dan signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak , artinya

komposisi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap manajemen laba.

3) Nilai thitung untuk variabel komite audit = -0,158 sedangkan nilai ttabel pada

tingkat keyakinan 95% adalah sebesar 2,042 berarti thitung < ttabel atau

-0,158 < 2,042; sedangkan nilai signifikansi = 0,876 dengan (á) = 0,05

signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya komite audit tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba (ML).

c. Uji Simultan (Uji F)

Indikator signifikansi parameter koefisien Adjusted R2 signifikan atau

tidak, maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik uji

metode F dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95%. kriteria

pengujian yang digunakan adalah apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak;

dan apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima. Hal tersebut ditunjukkan

dalam tabel:

Tabel 4.11

Hasil Uji Simultan F ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.682 3 4.561 3.953 .019a

Residual 29.996 26 1.154

Total 43.678 29

a. Predictors: (Constant), KomiteAudit, KepemilikanManajerial, KomisarisIndependen

b. Dependent Variable: manajemen laba

Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh Fhitung sebesar 3,953 dengan

tingkat signifikansi 0,019, sedangkan Ftabel sebesar 2,92 dengan

signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap manajemen laba

karena Fhitung > Ftabel (3,953 > 2,92).

Dokumen terkait