• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Analisis hasil Penelitian

Dalam hal ini, penulis akan menganalisis mengenai pengakuan pendapatan dari pembiayaan murabahah serta pengukuran pendapatannya. Pengkhususan ini sangat menarik karena pengakuan pendapatan murabahah serta pengukuran pendapatan murabahah di bank syariah berbeda dengan bank konvensional.

1. Pengakuan Pendapatan Murabahah

Perbedaan penerapan pendapatan antara bank syariah dan bank konvensional adalah dalam metode pengakuan pendapatan. Jika di bank syariah diterapkan metode pengakuan pendapatan secara cash basis sedangkan di bank konvensional diterapkan metode pengakuan pendapatan secara accrual basis.

Alasan syariah menerapkan metode cash basis dalam hal pengakuan pendapatan adalah bahwa pendapatan yang belum secara riil berupa aliran kas masuk meskipun sudah timbul hak tidak dapat diasumsikan dapat diakui sebagai pendapatan mengingat tak seorangpun dapat memastikan apa yang akan terjadi esok hari. Sehingga penerapan pada PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan adalah sebagai berikut :

a). Semua pendapatan diakui sebagai pendapatan bank apabila telah merupakan pendapatan pada periode berjalan dan telah diterima secara efektif (tunai)

b). Pendapatan yang secara efektif telah diterima namun belum merupakan pendapatan periode berjalan dibukukan sebagai pendapatan yang ditangguhkan c). Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari suatu perjanjian ditanggung

oleh nasabah, dan diakui sebagai pendapatan bank.

Berdasarkan pembukuan diatas maka tampak bahwa penerapan metode pengakuan pendapatan secara cash basis di PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan akan diakui pada saat kas atau setara kas diterima yaitu pada setiap tanggal 1 angsuran dibayarkan oleh nasabah, sehingga pendapatan yang termasuk pendapatan murabahah tahun buku 2006 hanya terhitung mulai tanggal 1 April 2006 sampai dengan 1 Desember 2006 yaitu sebesar :

Rp 250.000,- x 9 kali angsuran = Rp 2.250.000,-

Sedangkan pada bank konvensional, pendapatan dan beban bunga diakui secara akrual (accrual basis), yang berarti transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar). Berdasarkan accrual basis ini, pendapatan akan diakui oleh bank setiap bulannya pada tanggal 31 walaupun akan membayarnya pada tanggal 1 bulan berikutnya. Jadi, pendapatan bunga bank konvensional untuk tahun buku 2006 berdasarkan pembukuan transaksi diatas yaitu mulai tanggal 31 Maret 2006 samapai dengan tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar :

Rp 250.000,- x 10 kali angsuran = Rp 2.5000.000,-

Dari total pendapatan yang diterima PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan dan bank konvensional selama tahun 2006 dapat disimpulkan bahwa besarnya pendapatan yang diterima oleh bank konvensional lebih besar dibandingkan dengan PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan. Hal ini terjadi karena di bank konvensional pendapatan untuk tanggal 1 Januari 2007 telah diakui oleh bank pada tanggal 31 Desember 2006 padahal nasabah belum membayar angsurannya tersebut, sedangkan di PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan pendapatan yang diterima bank adalah pendapatan yang memang sudah riil dibayar oleh nasabah.

Perbedaan besarnya pendapatan yang diterima dikedua bank ini semata-mata disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan prinsip pengakuan pendapatan yaitu antara cash basis yang digunakan oleh PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan yang artinya PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan akan mengaku dan mencatat pendapatannya tersebut pada saat pendapatan itu diterima atau dibayarkan dengan accrual basis yang digunakan oleh bank konvensional yang berarti bank akan mengakui dan mencatat pendapatan tersebut dalam periode pendapatan itu dihasilkan.

2. Pengukuran Pendapatan Murabahah

Dalam pengukuran pendapatan, perbedaan diantara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada penilaian pendapatan tersebut. Jika pada bank syariah pendapatan diukur sekali saja yaitu pada saat terjadinya akad sedangkan pada bank

konvensional pendapatan yang diterima berupa pendapatan bunga dan ini dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berubah-ubah setiap tahunnya Hal ini disebabkan karena bank syariah menghitung pendapatannya menggunakan sistem marjin yang disepakati oleh bank syariah dan nasabah.

Berdasarkan contoh kasus diatas, diasumsikan nasabah mengambil pembiayaan murabahah dengan jangka waktu selama 24 bulan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Harga beli sepeda motor = Rp 15.000.000,- Margin murabahah = 20 %

Harga jual barang = Rp 18.000.000,-

Jangka waktu = 24 bulan

Urbun = Rp 3.000.000,-

Angsuran per bulan = Rp 625.000,- Angsuran pokok per bulan = Rp 500.000,- Angsuran marjin per bulan = Rp 125.000,-

Berdasarkan data diatas telah disepakati antara bank syariah dengan nasabah bahwa keuntungan yang akan diterima bank syariah sebesar 20% atau Rp 125.000,- tiap bulannya. Hal ini mengakibatkan besarnya angsuran yang akan dibayar oleh nasabah kepada bank tidak mengalami perubahan hingga angsuran tersebut selesai.

Mengacu kepada data diatas bila bagi bank konvensional, diasumsikan tingkat suku bunga pada saat pengambilan kredit sebesar 12% flat per tahun. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Pinjaman nasabah = Rp 15.000.000,- Tingkat suku bunga per tahun = 12%

Jangka waktu = 24 bulan

Uang muka = Rp 3.000.000

Pendapatan bunga per bulan = Rp 12.000.000 x 12% x 24

12

= Rp 240.000

Perhitungan pendapatan bunga tahun pertama angsuran adalah : Rp 240.000,- x 12 kali angsuran Rp 2.880.000,-

Namun karena alasan tertentu pada tahun kedua angsuran nasabah tingkat suku bunga di pasar naik hingga 15 % maka perhitungannya adalah sebagai berikut : Angsuran pokok yang telah dibayar = Rp 500.000 x 12 = Rp 6.000.000,-

Angsuran bunga yang telah dibayar = Rp 240.000 x 12 = Rp 2.880.000,- Total angsuran yang telah dibayar tahun pertama = Rp 8.880.000,-

Perhitungan angsuran untuk tahun kedua dihitung kembali karena suku bunga yang naik harus disesuaikan dengan nilai pasar sebesar 15%.

Sisa angsuran pokok yang belum dibayar = Rp 500.000 x 12 = Rp 6.000.000,- Perhitungan bunga tahun kedua = Rp 12.000.000 x 15% = Rp 1.800.000,- Total angsuran untuk tahun kedua angsuran = Rp 7.800.000,-

Perubahan besarnya angsuran yang dibayarkan oleh nasabah dikarenakan naiknya tingkat suku bunga tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya oleh pihak bank konvensional. Hal ini sangat membingungkan nasabah karena nasabah juga tidak pernah diberitahukan cara perhitungan mengenai bunga pinjaman dan tanpa ada kata kesepakatan antara kedua belah pihak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah di PT. Bank SUMUT Syariah Cabang Medan telah sesuai dengan ketentuan yang lazim sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 59 dan dalam draft Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Penerapan perlakuan akuntansi tersebut meliputi :

a) Pembukuan pada saat bank memperoleh aset murabahah dari supplier b) Pembukuan pada saat pencairan pembiaya

c) Pembukuan penerimaan pembayaran urbun (uang muka)

d) Pembukuan pembayaran angsuran termasuk perlakuan bila nasabah menunggak membayar angsuran

e) Pembukuan atas pembayaran muqosah (potongan) akibat dipercepatnya pelunasan angsuran oleh nasabah.

2. Pengakuan pendapatan atas pembiayaan murabahah di PT. bank SUMUT Syariah Cabang Medan telah sesuai dengan ketentuan yang lazim, dimana terdapat kecenderungan digunakannya metode cash basis untuk perlakuan pendapatan dengan alasan bahwa pendapatan yang belum diterima secara riil berupa aliran

kas masuk meskipun sudah timbul hak, tidak dapat diasumsikan dapat diakui sebagai pendapatan mengingat tak seorangpun dapat memastikan apa yang akan terjadi esok hari. Dalam masalah pengakuan pendapatan, Bank SUMUT Syariah tidak mmperhitungkan unsur kolektibilitas pembiayaan karena pada dasarnya apapun golongan pembiayaannya baik lancar, kurang lancar, diragukan atau macet, pengakuan pendapatannya tetap sama yaitu menggunakan cash basis, dimana :

a) Semua pendapatan diakui sebagai pendapatan bank apabila telah merupakan pendapatan pada periode berjalan dan telah diterima secara efektif

b) Pendapatan yang secara efektif telah diterima namun belum merupakan pendapatan periode berjalan dibukukan sebagai pendapatan yang ditangguhkan 3. Bila dibandingkan dengan bank konvensional, perlakuan akuntansi yang

diterapkan di Bank SUMUT Syariah berbeda dengan perlakuan akuntansi kredit di bank konvensional yang mengakui pendapatannya secara accrual basis sepanjang kredit tergolong lancar dan mengakui secara cash basis apabila kredit tersebut sudah tergolong non lancar (kurang lancar, diragukan atau macet).

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, maka saran-saran yang dapat diberikan kepada PT. bank SUMUT Syariah Cabang Medan antara lain adalah sebagai berikut :

1. PT. Bank SUMUT Syariah diharapkan senantiasa dapat mempertahankan keberadaaannya dengan tetap konsisten dalam hal menerapkan perlakuan

akuntansi yang sama dengan ketentuan yang lazim baik perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah maupun pengakuan dan pengukuran pendapatannya. 2. Pengembangan produk dalam perbankan syriah dapat mengikuti arah perbankan

konvensional, tetapi asas-asas produk syariah tidak boleh ditinggalkan seperti masalah teknis keuangan untuk memberikan alternatif bagi Bank SUMUT Syariah dalam menetukan tingkat harga jualnya agar tidak merujuk pada tingkat bunga pasar yang digunakan oleh bank konvensional. Atas dasar hal tersebut, maka Bank SUMUT Syariah sebaiknya merujuk kepada tingkat harga di pasar riil dengan masing-masing sektornya yang tampak lebih mencerminkan harga yang sebenarnya terjadi di pasar. Misalnya tingkat keuntungan pada sektor konstruksi adalah 20%. Maka Bank SUMUT Syariah dapat mengenakan harga untuk jual beli konstruksi pada sekitar tingkat itu. Melalui cara tersebut diharapkan pembiayaan di Bank SUMUT Syariah dapat lebih murah dibandingkan dengan di bank konvensional atau setidaknya ada yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional. Hal ini dimaksudkan agar Bnak SUMUT Syariah dapat mempertahankan keberadaannya diantara persaingannya dengan bank konvensional sehingga bank ini dapat membawa misi bagi hasil yang adil dan memenuhi kebutuhan nasabahnya dengan tetap berprinsip pada Al-Qur’an dan hadist.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwrman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Kedua, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004

Al-Qur’anul Karim, Al-Qur’an dan Terjemahan, Asy-Shifa, Semarang, 1998

Belkoui, Ahmed Riahi. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2006

Hamdi, Metode Penelitian Kualitatif, UGM Press, Yogyakarta, 2005

Indra Bastian Suhardjo, Akuntansi Perbankan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2006

Sofyan, Wiroso dan M. Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi Revisi, LPFE - Usakti, Jakarta, 2006

S.S. Harahap, Teori Akuntnasi Laporan Keuangan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1997 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta, 2003

Triyuwono, Iwan, Akuntansi Syariah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006 Departemen Akuntansi, Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penelitian Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2004

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), Cetakan I, Jakarta, 2003

Dokumen terkait