• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Hasil Penelitian

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 60-74)

Inti kajian pembahasan dari hasil penelitian ini penulis berusaha untuk menganalisa lebih lanjut hasil penafsiran sementara dari berbagai data yang terangkum dalam tabel 1-34, dan sekaligus menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, dengan landasan teoritis yang relevan dan hasil wawancara.

Berdasarkan tujuan penelitian, dengan diantaranya adalah untuk mengetahui program pembinaan disiplin, pola pembinaan, kesulitan yang dihadapi beserta upaya untuk menanggulanginya, dan yang terakhir ialah mengetahui hasil dari pola pembinaan kedisiplinan yang diterapkan atau diberikan di Panti Asuhan bagi anak asuhnya.

Program pembinaan disiplin mengacu pada tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, yang berhubungan erat dengan pengetahuan agama, kultum pembinaan akhlak, belajar mengaji, dan shalat berjamaah. Yang kedua yaitu aspek sikap diantaranya tata karma atau bersikap pada semua orang ( pada yang lebih muda/tua ), bersikap jujur, dan bagaimana setiap anak asuh dapat melaksanakan dan mempertanggung jawabkan tugas dan kewajibannya, yang ketiga adalah aspek keterampilan, dimana setiap anak asuh harus mampu berdisiplin dalam mengikuti segala kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar Panti, seperti sekolah, belajar tambahan/les dan kursus, seperti komputer, menjahit, memasak dan kerajinan tangan lainnya. Program keterangan ini memberikan mereka bekal sebagai modal dikemudian hari. Seperti pada tabel 11 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya anak asuh dengan adanya kegiatan-kegiatan yang ada di Panti

khususnya dalam bidang keagamaan, memberikan banyak manfaat selain bekal sebagai modal dikemudian hari juga kegiatan-kegiatan yang ada di Panti bermanfaat untuk menjauhkan mereka dari perbuatan yang negatif dan menambah pengetahuan mereka.

Dengan demikian jelaslah bahwa program pembinaan disiplin dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang terprogram, pemberian keterampilan yang bersifat mendidik, serta penerapan aturan dan norma didalam pelaksanaannya. Pola bina anak asuh melalui berbagai macam pola diantaranya yaitu:

1. Kegiatan jangka pendek yang diadakan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi ( PSAA ) yaitu dengan memperhatikan berupa pemenuhan kebutuhan kesejahteraan anak asuh, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, rekreasi dan sebagainya.

2. Program operasional jangka menengah terdiri atas pengembangan fasilitas dan kebutuhan Panti, dimana sarana yang akan dibangun akan dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan Panti, dan program operasional jangka menengah lainnya yaitu menyelesaikan studi mereka ( anak asuh ) setidaknya sampai Sekolah menengah Atas (SMA ), sedangkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi haruslah anak asuh yang benar-benar mempunyai prestasi belajar yang bagus.

3. program jangka panjangnya ialah pemberdayaan anak asuh, dimana anak asuh yang ada di Panti ini, mereka disekolahkan di sekolah menengah kejuruan agar mereka memiliki keahlian dan keterampilan yang kedepannya mampu

hidup layak ke arah jiwa interpreneuship yang mandiri. Selain itu, mereka dibekali pula keterampilan-keterampilan yang di selenggarakan oleh Panti ini yaitu unit usaha kerajinan kaligrafi arab, merangkai bunga dari bahan plastik ( kerajinan tangan ), rental komputer, menyewakan alat-alat pernikahan, juga menerima panggilan untuk upacara adat pernikahan, sablon.

Pembinaan disiplin melalui kegiatan dan keterampilan ini dilakukan oleh sebagian besar anak asuh atas kesadaran diri sendiri serta kewajibannya sebagai warga Panti. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah mampu membiasakan diri berdisiplin dalam mengikuti bimbingan serta aturan Panti. Kendati demikian, tidak menutup fakta bahwa masih ada sebagian kecil anak asuh yang belum mampu memahami makna pentingnya dari setiap kegiatan yang diberikan, dalam hal ini mereka terbilang masih bersifat mengikuti saja. Walaupun hal semacam ini merupakan proses awal menerapkan disiplin diri tetapi perlu adanya bimbingan personal maupun kelompok yang sifatnya mendidik dalam arti memberi penjelasan, bukan sekedar mengajari atau bersifat mengatur dan menyuruh anak.

Sebagaimana hasil wawancara, dijelaskan bahwa pola pembinaan disiplin didalam Panti adalah dengan menerapkan peraturan atau tata tertib, dan pemberian sanksi bagi yang melanggarnya, dimana peraturan merupakan alat bagi anak asuh untuk memiliki kebiasaan yang baik, mandiri dan melaksanakan kewajibannya sebagai individu yang bertanggung jawab. Seperti yang terdapat pada tabel 3 lebih dari setengahnya anak asuh menyetujui dalam tata tertib terdapat sanksi atau hukuman bagi yang melanggarnya untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kesalahan yang pernah dibuat tidak terulang lagi.

Dengan adanya pola pembinaan disiplin melalui penerapan aturan serta sanksi yang tegas, akan membantu mereka dapat menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas, dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri, karena itu Pembina haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha untuk memainkan peranannya, dengan secara bertahap mengembangkan pengendalian dan pengarahan diri sendiri pada anak-anak yakni dengan pendekatan tauladan, pemberitahuan serta peringatan.

Sasaran utama dari program pembinaan dan bimbingan anak binaan ini adalah agar anak dapat diarahkan kepada sikap dan perilaku yang baik dengan tetap membina potensi belajarnya agar lebih baik prestasinya. Pembinaan dan bimbingan tersebut agar dapat diarahkan dan diaplikasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang menjadi rutinitas anak yang bersifat fisik, mental, spiritual, sosial, etika atau budi pekerti, kepribadian, intelektual dan sebagainya.

Pola pembinaan dan bimbingan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi selain membina anak asuh pihak Panti juga dalam pola pembinaan dan bimbingan mengundang pada orang tua/ keluarga anak asuh. Pola pembinaan dan bimbingan bagi orang tua/ keluarga ini diberikan melalui penyuluhan dan pengarahan, serta konsultasi mengenai pemantapan fungsi keluarga, bimbingan, rawatan, asuhan anak, pentingnya pendidikan dan pembentukan sikap dan kepibadian anak yang baik sejak dini yang dilaksanakan pada saat kegiatan motivasi dan pada saat kunjungan orang tua/ keluarga anak asuh ke Panti. Pola pembinaan dan bimbingan bagi orang tua/ keluarga anak asuh tersebut bertujuan supaya orang tua/ keluarga dapat mengerti dalam membina dan mendidik

anaknya, karena dilihat dari latar belakang masalah keluarganya kebanyakan yang kurang mendapatkan perhatian orang tua/ keluarganya yang bisa menyebabkan anak mengalami kekecewaan, dan sebagai wujud dari perasaan kekecewaannya itu dilampiaskan dengan perilaku anak yang bisa beraneka ragam misalnya dengan sifat pendiamnya, tidak disiplin, dan perilaku menyimpang lainnya.

Prioritas yang lebih didahulukan dalam pembinaan disiplin anak asuh adalah lebih memperhatikan anak-anak seoptimal mungkin, dengan peningkatan gizi dan kesehatan anak melalui perbaikan menu dan pemberian ekstra fooding, pemeriksaan kesehatan badan dan gizi, bimbingan olah raga, kerapihan dalam berpakaian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Prioritas yang dilakukan dalam pembinaan disiplin bersifat persuasif yaitu pendekatan pencegahan sebelum anak melalaikan kewajibannya.

Kendala pembinaan disiplin selama ini ialah latar belakang anak asuh, lingkungan dimana mereka tinggal sebelumnya, dan faktor genitas atau pembawaan watak orang tua, yang menjadikan faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian anak, sehingga segala peraturan dan tata tertib sering diabaikan, akan tetapi hal itu masih bisa diatasi. Dan juga faktor lain yaitu adanya anak asuh yang keluarga atau rumahnya dekat dengan Panti, sehingga mereka harus pulang pergi kerumahnya hanya untuk membantu orang tuanya untuk bekerja, serta kurangnya kesadaran keluarga atau orang tua anak asuh untuk melaksanakan program-program Panti yaitu salah satunya membina mereka berdisiplin. Maka dari itu Panti selalu mengadakan silaturahmi dengan pihak keluarga anak asuh untuk memberikan pengarahan terhadap orang tua atau keluarga anak asuh dalam

membina mereka berdisiplin.

Strategi atau upaya yang dilakukan pembina dalam membentuk kedisiplinan anak-anak asuh ialah dengan memberikan contoh atau tauladan, pemberian nasihat, peringatan, hingga pada akhirnya pemberian hukuman secara fisik ( menampar anak asuh yang memang kesalahannya sangat fatal ), juga hukuman lain seperti membersihkan semua ruangan yang ada di Panti, dan tidak diberi uang trasportasi untuk pergi ke sekolah sehingga mereka harus berjalan kaki sampai di sekolah. Hukuman yang diberikan disesuaikan dengan usia anak yang melakukan pelanggaran.

Dampak positif dari pemberian hukuman seperti : membereskan semua ruangan Panti, atau tidak diberi uang transportasi untuk pergi ke sekolah sehingga mereka harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah adalah agar anak berolahraga/ sehat dan ada juga dampak negatifnya ialah dari lingkungan sekitar atau pihak luar Panti adalah sanksi sosial terhadap nama baik Panti. Akan tetapi sanksi atau hukuman yang diberikan dari setiap pelanggaran dimaksudkan agar mereka menyadari, mau berpikir dan jera. Juga dampak negatif dari pemberian hukuman fisik seperti menampar yaitu tidak sesuai dengan HAM, atau bisa juga disebut dengan penganiyayaan, akan tetapi pemberian hukuman fisik itu dilakukan karena pihak pengurus Panti sudah tidak mempunyai cara lagi untuk menyadarkan anak tersebut akan kesalahan yang diperbuatnya seperti melawan pengurus Panti.

Salah satu faktor yang mendorong anak asuh dalam melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya adalah dengan melihat kondisi anak yang bersangkutan. Fakta yang ditunjukkan oleh angket, mengindikasikan adanya sebagian besar anak asuh selalu membicarakan permasalahannya secara langsung kepada Pembina. Salah satu upaya yang dilakukan Pembina dalam membantu anak memecahkan masalahnya ialah dengan menelusuri permasalahan anak tersebut melalui teman dekatnya, kemudian Pembina selalu mengusahakan mencari, membantu menemukan solusi terbaik bagi mereka, dimana anak asuh pun ikut dalam memberikan menentukan dan memilih keputusan yang dikehendakinya, namun tetap dalam pertimbangan Pembina.

Tertuju pada masalah perkembangan sosial anak, menjadi kendala bagi anak asuh untuk belajar dan beradaptasi secara sosial, baik di luar lingkungan Panti maupun di dalam Panti sendiri. Untuk itu, upaya yang dilakukan Pembina dalam membantu mereka adalah dengan cara memberikan pengarahan dan melibatkan secara langsung dalam kegiatan supaya mereka memiliki tugas dan tanggung jawab bersama dan memberikan respon atas setiap tugas dan tingkah laku mereka.

Berdasarkan hasil observasi penulis, keadaan semacam ini tidak selalu berjalan sesuai dengan diharapkan anak asuh, karena antar sesama anak asuh sendiri hanya saling memperhatikan dalam hal mengerjakan tugas, tanpa memberikan respon yang baik yang memungkinkan mereka merasa terdorong atau termotivasi oleh temannya sendiri.

Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pertama kali oleh Pembina apabila anak asuh melanggar peraturan ialah dengan cara menegurnya secara baik-baik dengan menghindari hukuman yang sifatnya fisik. Pembina tidak selalu menimpakan hukuman begitu saja jika kesalahan yang diperbuat anak masih bisa ditolerir dengan nasihat, sindiran, atau peringatan.

Bentuk penghargaan yang paling tinggi adalah memberikan gelar penghormatan seperti “kakak teladan” terutama bagi mereka yang telah dewasa untuk menjadi teladan dan pemimpin bagi adik-adiknya, dengan tujuan agar mereka dapat belajar bertanggung jawab dalam mendidik dan membimbing adik-adiknya. Bentuk penghargaan lainnya adalah berupa pujian maupun materi, dimana ketiga bentuk penghargaan tersebut memberikan pengakuan, motivasi dan semangat kepada mereka dalam berperilaku sesuai aturan. Setiap bentuk penghargaan diberikan untuk suatu hasil yang lebih baik.

Adapun fungsi dari penghargaan diantaranya mempunyai nilai mendidik, yang artinya bila suatu tindakan disetujui maka hal tersebut dapat dirasakan bahwa hal tersebut adalah baik, dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial.

Segala upaya yang dilakukan Pembina dalam membentuk kedisiplinan anak asuh ini tidak terlepas dari tujuan disiplin itu sendiri, yakni mengontrol tindakan mereka ke arah yang lebih baik, membantu mereka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan mendidik mereka agar mampu bertanggung jawab atas segala tindakan-tindakannya.

Cara pembina melakukan evalusi termasuk dalam pembinaan disiplin adalah dengan cara memberikan penilaian terhadap anak asuh untuk melihat hasil perkembangan selama ini, dan pada akhirnya melakukan pembahasan untuk menindaklanjutinya. Dengan kata lain merupakan bimbingan dan konseling bagi perkembangan kemajuan anak secara pribadi maupun sosialnya.

Kerjasama antar pembina di Panti ini umumnya terjalin dengan baik, setiap satu minggu sekali, khususnya hari jum'at diadakan evaluasi untuk sharing, atau membahas perkembangan dan hambatan apa yang dihadapi pembina dalam membimbing dan mendidik anak asuh. Tidak luput juga pemecahan yang harus dilakukan. Secara susunan kepengurusan Panti, pembina memiliki tugas masing-masing, tetapi di luar itu hubungan saling bantu, membantu antar tugas pembina tersebut secara umum.

Hasil akhir dari angket menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh anak asuh dalam mematuhi dan mengikuti segala peraturan dan kegiatan diantaranya adalah mereka mampu membina diri, belajar untuk membiasakan diri, dan mengatur perilaku ke arah yang lebih baik dan disetujui lingkungannya. Walaupun tingkatan mereka berbeda-beda, namun ketiganya merupakan hasil yang diperoleh dari pola pembinaan disiplin yang diterapkan di dalam panti Asuhan. Dengan demikian, penegakan disiplin di Panti berhasil mengontrol tindakan anak asuh kea rah yang lebih pantas dilakukan.

Pembinaan yang dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi, pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan secara berencana dan teratur untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dengan

pengendalian dan pengembangan dan tingkah laku anak ke arah yang baik dan positif. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam pola Dasar pembinaan dan pengembangan Generasi Muda yang di kutif oleh Nurlina (1994:44)dikatakan bahwa:

“Pembinaan sebagai upaya pendidikan baik formal maupun non formal

yang dilaksanakan secara sadar, bertanggung jawab dalam

memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian secara seimbang dan selaras”.

Sedangkan disiplin menurut Soegeng Prijodarminto, S.H, (1994:23) dalam Tulus Tu’u, (2004:31) menjelaskan bahwa:

“Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman”.

Berdasarkan dua kutipan di atas mengisyaratkan bahwa pembinaan disiplin bagi anak asuh dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diberikan agar mereka memiliki sikap, pengetahuan serta keterampilan. Program pembinaan disiplin tersebut dilakukan melalui kegiatan yang bersifat mental spiritual dan sosial, kegiatan-kegiatan tersebut ditopang oleh tata aturan atau norma yang ditetapkan di dalam Panti, kesadaran serta tanggung jawab dalam melaksanakannya.

Program keterampilan yang diberikan bagi anak asuh terbilang bervariasi, walaupun sarana dan prasarana dapat dikatakan masih belum memadai, tetapi setiap anak diharuskan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Panti. Berbeda dengan bunyi pasal 9 dalam Undang-undang No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, bahwa: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Walaupun terdapat kesenjangan antara kebebasan memilih bagi anak dengan kondisi yang memaksa mereka mengikuti program atau kegiatan yang diberikan, menurut penulis kondisi semacam ini merupakan tahap awal bagi anak untuk belajar semua hal, mengenai bakat dan minatnya, anak dapat menentukan setelah mereka beranjak dewasa, dengan kontrol, bimbingan dan pengawasan Pembina.

Langkah penerapan disiplin menurut Ngalim Purwanto (1980:224) salah satunya adalah dengan “Pembiasaan”, misalnya kebiasaan berpakaian rapi, berbicara santun, makan dan tidur pada waktunya. Seperti halnya waktu bangun tidur, menunjukkan bahwa sebagian besar anak asuh bangun pada pukul 04.00 pagi yang kemudian melaksanakan shalat subuh berjamaah.

Upaya yang dilakukan Pembina dalam mengatasi permasalahan disiplin anak asuh, sebagaimana yang dikemukakan oleh Amier Daein Indra Kusuma (1973:55), ialah dengan menggunakan alat pendidikan disiplin, diantaranya:

1) Pemberitahuan

2) Contoh dan tauladan

3) Pengawasan

4) Teguran

5) Hukuman.

Kelima alat pendidikan disiplin ini sebetulnya telah diterapkan oleh Pembina, namun frekuensi yang diberikan dari masing-masingnya tidaklah seimbang, karena hasil angket membuktikan bahwa pemberitahuan memiliki frekuensi yang sering dibandingkan pemberian contoh. Tetapi dalam hal pengawasan, anak asuh telah mematuhi peraturan atau tata tertib dan

melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, hal ini tercermin dan menjadi tauladan dari anak asuh yang lebih dewasa dalam membimbing adik-adiknya yang masih muda. Walaupun begitu, menurut penulis pengawasan harus tetap dilakukan oleh Pembina untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan muncul pada perilaku anak.

Penulis mengindikasikan bahwa tata tertib Panti sebagai alat pembiasaan disiplin sudah terefeksi dengan baik. Seperti cara anak berinteraksi dengan sesama warga Panti menunjukkan adanya cara bersikap dan berbicara dengan sopan, terutama dengan antar sesama anak asuh, dan prestasi mereka yang bagus baik di sekolah maupun di dalam Panti menunjukkan bahwa dengan adanya pembinaan disiplin dapat menghasilkan nilai yang baik.

Untuk itu dengan adanya peraturan, merupakan pola yang diterapkan dalam bertingkah laku maupun dalam berinteraksi yang mempunyai nilai mendidik dalam mengenalkan perilaku yang disetujui/ berlaku dalam lingkungannya, juga mengekang perilaku yang tidak dikehendaki untuk mencegah perbuatan yang menyimpang akibat pengaruh dari luar.

Disiplin diri menurut Maman Rachman, (1999:168) dalam Tulus Tu’u (2004:32) mengemukakan bahwa:

“Disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya”.

Dalam tata tertib Panti, setiap anak asuh diwajibkan mengikuti kegiatan dan piket yang telah ditentukan pengasuh, serta bersedia menerima hukuman bila melanggar peraturan tata tertib yang ada di Panti. Begitu pula hasil angket pada

tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruh anak asuh menerima dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam menerima segala tata tertib Panti, dan mereka mengakui kesalahan serta berusaha tanggung jawab apabila melanggar peraturan Panti.

Hukuman dalam disiplin menurut Syamsu Yusuf (2005:161) bahwa: “…Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement (faktor penguat) bagi anak, untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik itu”.

Adapun jenis hukuman yang ditimpakan pada anak asuh bersifat fisik dan mental, seperti menjewer telinga, membersihkan kamar mandi, halaman dan seluruh ruangan Panti ataupun berlari mengelilingi Panti.

Menurut penulis, hukuman fisik ini dapat diberikan selama tidak melukai anak. Tetapi hukuman yang bersifat mental seperti ejekan/ sindiran, tentunya menjadikan anak merasa ‘down’, rendah diri dan selalu merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri. Bagi penulis, hukuman yang bersifat melukai anak secara mental ini sebaiknya tidak terlalu sering ditimpakan. Seperti yang terdapat pada tabel 25 dengan adanya hukuman fisik yang diberikan kepada anak tersebut, terlihat diberikan Pembina sesuai dengan kesalahan/ pelanggaran yang dilakukan anak, dan sesuai dengan usia anak bersangkutan.

Dampak positif yang ditimbulkan dari pemberian sanksi itu sendiri terhadap anak ialah memberikan penyadaran kepada mereka dan jera untuk mengulangi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan sebelumnya. Disamping adanya pembisaan dan teladan pada anak yang sudah mulai kritis pikirannya, Pembina harus memberikan penjelasan tentang arti pentingnya suatu

peraturan tata laku, yang tujuannya agar anak menyadari nilai dan fungsi peraturan tersebut.

Secara garis besarnya tujuan pembinaan di Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi adalah untuk membentuk sikap dan kepribadian yang mantap dan mandiri. Sehubungan dengan tujuan ini, maka kegiatan pembinaan dan bimbingan Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi yang diberikan kepada anak binaan ini diantaranya berupa:

1. Pelayanan fisik,

2. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan, 3. Pembinaan mental.

Karena memang pada dasarnya pembinaan dan bimbingan tersebut memiliki dimensi-dimensi yang memiliki pengembangan segenap kemampuan manusia yaitu akal, budi, kemampuan/ motivasi, estetika dan kemampuan mengerjakan sesuatu.

Disamping itu, pembinaan yang dilaksanakan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi termasuk pembinaan moral bagi pembinaan anak-anaknya. Karena kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk sikap dan perilaku anak seperti yang diharapkan yaitu beriman, berbudi, disiplin dan bertanggung jawab. Penggunaan moral itu sendiri mengandung arti sebagai usaha dalam mengembangkan anak-anak menjadi pribadi yang baik serta memiliki kematangan jiwa sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Sehingga pada akhirnya nanti mampu mewujudkan tanggung jawab hidup terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta terhadap sesama manusia.

Upaya pembinaan moral oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi dilaksanakan melalui kegiatan pembiasaan hidup teratur dan disiplin terhadap berbagai cara untuk melaksanakan pembinaan moral antara lain dengan pendidikan agama, penerapan nilai-nilai Pancasila, bimbingan pengisian waktu luang dan penanaman disiplin.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 60-74)

Dokumen terkait