• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. Analisis Data

Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji asumsi atau uji prasyarat. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Apabila hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal dan memiliki hubungan linier antara variabel bebas dan tergantung, maka uji parametrik dengan korelasi product momentPearson’sdapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak normal dan tidak linier maka uji analisis yang dipilih adalah uji non-parametrik Spearman’s. Uji normalitas dan linieritas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 17.0. Berikut dijelaskan hasil uji prasyarat:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing sebaran data yaitu sebaran data kecemasan menghadapi UN dan sebaran data religiusitas, baik secara deskriptif maupun analitik. Uji normalitas secara deskriptif dapat dilihat dari stem-and-leaf plot, histogram, box plot dan normal Q-Q plot seperti yang terdapat pada Lampiran 6. Uji normalitas secara analitik dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Testkarena jumlah sampel > 50, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Normalitas dengan TesKolmogorov-Smirnov

Variabel nilaip Keterangan

Kecemasan 0.20 Sebaran normal

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4, variabel religiusitas memiliki sebaran data yang normal (p>0.05). Hasil uji normalitas terhadap data kecemasan menunjukkan adanya sebaran yang juga terdistribusi normal (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data kedua variabel penelitian terdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Grafik liniearitas pada Gambar 2 menunjukan adanya hubungan linier antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional, yang ditandai dengan tren menurun yang bisa ditarik garis linier.

Gambar 2. Grafik Linieritas Antara Religiusitas dan Kecemasan

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linieritas sehingga semua prasyarat uji parametrik terpenuhi, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik

Tabel 5.Uji Korelasi Pearson Antara Kecemasan dan Religiusitas

Korelasi Nilaip Koefisien korelasi (r)

Religiusitas terhadap kecemasan 0.000 -0.504

Kecemasan terhadap religiusitas 0.000 -0.504

Interpetasi hasil dari uji korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 5 dalam menilai kemaknaan korelasi antar dua variabel, digunakan nilai p. Terdapat korelasi yang bermakna antar dua variabel jika nilaip<0.05 (Dahlan, 2005). Hasil uji korelasi Pearson pada penelitian ini dengan nilaip<0.001 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara skor religiusitas dan skor kecemasan .

Sedangkan nilai korelasi Pearson (r) sebesar -0.504 menunjukkan dua hal, yaitu arah korelasi dan kekuatan korelasi. Nilai korelasinya adalah negatif, menandakan hubungan yang berlawanan. Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel yang lain (Dahlan, 2005). Nilai koefisien korelasi sebesar 0.504 mengindikasikan bahwa kekuatan korelasinya lemah (Sarwono, 2006; Nugroho, 2005). Nilai rditafsirkan baik (r> 0.8), sedang (0.6 –0.79), lemah (0.4 –0.59), sangat lemah (<0.4) (Sastroasmoro, 2008). Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh adalah 0.254, artinya sumbangan variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) sebesar 25.4%.

Dari analisis data dengan menggunakan uji korelasi Pearson dapat disimpulkan bahwa Ho (r  0) ditolak, dan H1 diterima. Dengan kata lain, ada

hubungan negatif yang lemah namun secara statistik bermakna antara religiusitas dengan kecemasan siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN).

Selain uji hipotesis korelasional antara variabel dependen dan independen, peneliti sekaligus meninjau lebih detail lagi hubungan masing-masing dimensi dari religiusitas terhadap tingkat kecemasan dalam mengadapi Ujian Nasional (UN). Setelah dilakukan uji korelasional diperoleh hasil yang disajikan dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Uji Korelasi antara Kecemasan dengan Dimensi-dimensi Religiusitas Variabel dependen Variabel independen Koefisien korelasi (r) Nilaip

Kecemasan Idiologikal -0.378 0.003 * Ritual -0.394 0.006 * Intelektual -0.399 0.002 * Konsekuensial -0.447 0.001 * Eksperensial -0.120 0.360 * signifikan padap< 0.05

Dari Tabel 6 didapatkan empat dimensi dari variabel religiusitas memiliki hubungan negatif yang bermakna dengan kecemasan secara statistik (p<0.05), yaitu dimensi idiologikal, dimensi ritual, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial. Dimensi eksperensial mempunyai korelasi terlemah dengan kecemasan yang tidak menunjukkan adanya kebermaknaan secara statistik dengan nilaip>0.05 yaitu 0.360.

BAB V PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan nilai rerata skor religiusitas (mean SD)

adalah 167.08  13.56. Sedangkan nilai rerata skor kecemasan sampel (mean

SD) adalah 26.26  6.13. Pada pengambilan sampel secara random didapatkan

sampel laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang berbeda, yaitu 38 perempuan (63.33%) dan 22 laki-laki (36.67%). Hal ini dikarenakan jumlah sampel eligibel dari siswa perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki dimana siswa perempuan sebanyak 154 atau 62.6% sedangkan siswa laki-laki sebanyak 92 atau 37.4% Meski teknik pencuplikan random dilakukan secara sederhana (non-proporsional), persentase sampel penelitian menurut rasio jenis kelamin proporsional dengan populasi target.

Berdasarkan cut off point skala kecemasan dengan TMAS yaitu skor 21

dinyatakan cemas, maka 85% dari seluruh responden mengalami kecemasan. Responden perempuan yang mengalami kecemasan jumlahnya lebih banyak yaitu 89.94% sedangkan responden pria yang cemas sebanyak 77.27%. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Durand et al. (2007) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang adalah faktor biologis. Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, Trismiati (2004) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Trismiati (2004) menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. Maccoby dan Jacklin (2001) menyatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga dinilai lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Berbagai studi kecemasan secara umum menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki.

Berdasarkan hasil analisis data dengan uji korelasi product moment dari Pearson, didapatkan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UN dengan nilai r = -0.504, sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan siswa muslim kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Akhir (UN) dapat diterima. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi.

Kecemasan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu emosi yang ditandai dengan keadaan yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran dan kegelisahan yang penyebab timbulnya tidak jelas atau tidak kelihatan (Trismiati, 2004). Kecemasan yang berhubungan dengan ujian merupakan pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami individu baik di saat persiapan tes, menjelang dan selama pelaksanaan tes. Seseorang yang menderita kecemasan yang tinggi dalam menghadapi tes menyebabkan seseorang terhambat atau kurang bisa memproses informasi dan tidak dapat menemukan cara pemecahan masalah yang

tepat. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) pada siswa SMU kelas XII adalah emosi yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan siswa mengalami perasaan tidak berdaya dalam tingkat yang berbeda-beda karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri pada situasi saat akan menghadapi UN. Gejala klinis yang muncul akibat kecemasan dapat berupa gejala psikis maupun gejala somatis. Penderita cenderung tegang terus menerus, tidak mau santai dan pemikirannya penuh tentang kekhawatiran (Maramis, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan. Religiusitas dalam penelitian ini diartikan sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Rosyidah, 2006).

Hubungan antara religiusitas dan kecemasan menghadapi UN dapat dilihat dari usaha siswa dan guru yang berupaya untuk mendekatkan diri lagi dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Siswa di SMU N 5 Surakarta melakukan upaya-upaya nyata yang berupa kegiatan keagamaan untuk mengurangi atau mengatasi kecemasannya, misalnya pada waktu istirahat melakukan ibadah sholat sunnah, guru bimbingan konseling dan guru agama memberikan dorongan, semangat untuk lebih giat beribadah serta saran-saran agar para siswa bisa lebih tenang dalam menghadapi UN nanti. Pada hari menjelang Ujian Nasional (UN) dilakukan doa bersama dan pemberian nasihat kepada siswa kelas XII.

Hasil penelitian ini selaras dengan apa yang diungkapkan Hawari (2006) bahwa ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjauhkan manusia dari perasaan cemas, tegang dan depresi. Keyakinan, idealisasi dan keimanan membuat manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik sekaligus mencapai suatu hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Cara pandang positif dan keyakinan terhadap kehidupan yang terbangun dengan religiusitas dapat memunculkan daya tahan dan kemampuan menghadapi permasalahan yang sekiranya dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat muncul karena beberapa kondisi eksternal seperti konflik keluarga, tekanan sosial maupun terlalu kuatnya ikatan individu pada lingkungannya.

Keyakinan dan keimanan yang biasa disebut juga sebagai religiusitas tersusun atas beberapa dimensi atau keterlibatan, antara lain keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektual, keterlibatan konsekuensial dan keterlibatan eksperensial (Jalaludin, 2004). Penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi ideologikal, dimensi ritual, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial memiliki hubungan yang bermakna dengan kecemasan. Akan tetapi dimensi eksperiensial tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p=0.360 yang tidak sesuai dengan teori yang telah diungkapkan sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi karena responden kurang memahami pertanyaan-pertanyaan pada dimensi eksperiensial yang memang saling mirip dan kurangnya pengalaman spiritual yang kuat dan berkesan yang umumnya terjadi pada usia dewasa pertengahan.

Daradjat (2000) menyatakan bahwa agama dapat memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut, atau rasa cemas menghadapi persoalan hidup. Agama dapat memantapkan kembali jiwa yang sedang mengalami kebimbangan-kebimbangan. Hidup keagamaan akan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan. Pemecahan masalah-masalah kehidupan melalui nilai-nilai religiusitas akan meningkatkan kehidupan seseorang ke nilai spiritual. Seseorang akan memperoleh keseimbangan mental bila ia mampu melakukan transendensi melalui nilai-nilai religius yang diyakininya.

Terkait dengan manfaat kesehatan mental dari religiusitas, terdapat beberapa mekanisme keagamaan dalam mempengaruhi kesehatan antara lain: (1) mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat, (2) memperbaiki persepsi ke arah positif, (3) memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, (4) mengembangkan emosi positif, dan (5) mendorong kepada kondisi yang lebih sehat. Menurut Culliford (2002), pribadi/individu dengan komitmen agama yang tinggi akan meningkatkan kualitas ketahanan mentalnya karena memiliki self control,self esteemdanconfidenceyang tinggi

Analisis dan rancangan penelitian ini tidak bisa digunakan untuk menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat bahwa tingkat religiusitas rendah menyebabkan kecemasan atau sebaliknya, melainkan hanya menunjukkan korelasi antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan. Untuk mengetahui bahwa

hubungan antara keduanya adalah bersifat kausal, atau variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain, maka diperlukan rancangan penelitian yang lebih baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan sumbangan variabel religiusitas terhadap tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi UN sebesar 25.4%. Hal ini menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada siswa selain religiusitas sebesar 74.6%. Faktor-faktor lain tersebut meliputi sikap pribadi, jenis kelamin (perempuan lebih rentan mengalami kecemasan apabila dibandingkan dengan pria), serta status ekonomi (individu yang mengalami kesulitan ekonomi berpotensi mengalami kecemasan). Faktor harga diri, kepercayaan diri, dukungan sosial, dan persiapan diri yang rendah juga berpotensi menimbulkan kecemasan pada siswa (Durandet al., 2007).

Faktor lain yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah kemungkinan subjek penelitian tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang ditanyakan ketika mengisi kuesioner, sehingga jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan kenyataan yang dialaminya. Jumlah item pertanyaan yang terlalu banyak membuat subjek penelitian bosan dan malas untuk berpikir. Hal ini dapat menyebabkan bias pengukuran sehingga mengurangi validitas hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang bermakna (r=-0.504, p<0.001) antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan siswa kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Jadi Semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Melihat adanya hubungan antara religiusitas dengan kecemasan, maka sebaiknya pihak SMU Negeri 5 Surakarta selain mempersiapkan materi pelajaran siswa dalam menghadapi Ujian Nasional juga memperhatikan sisi psikologisnya, salah satunya dengan dengan meningkatkan religiusitas siswa.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas untuk memperluas generalisasi hasil penelitian.

akibat antara religiusitas dan kecemasan, dengan memperhitungkan faktor perancu lainnya

4. Mungkin diperlukan pengembangan instrumen religiusitas yang lebih sederhana berikut uji validitasnya sehingga responden dapat memahami kuesioner dengan lebih mudah dan lebih cepat.

5. Diperlukan pengembangan dan uji validitas instrumen religiusitas yang bersifat lebih umum atau instrument spesifik untuk penganut agama lain sehingga bisa diaplikasikan pada sampel non-muslim.

Dokumen terkait