• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Pada Siswa Kelas Xii Smu Negeri 5 Surakarta Yang Akan Menghadapi Ujian Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Pada Siswa Kelas Xii Smu Negeri 5 Surakarta Yang Akan Menghadapi Ujian Nasional"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN PADA SISWA KELAS XII SMU NEGERI 5 SURAKARTA YANG AKAN

MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KIRANA MUSTIKASARI G 0007095

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecemasan akrab sekali dengan kehidupan manusia yang melukiskan kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan, dan rasa tidak tentram yang biasanya dihubungkan dengan ancaman bahaya baik dalam maupun dari luar individu. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar. Kecemasan juga ditandai dengan gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

Kecemasan juga memiliki manfaat yaitu memperingatkan adanya ancaman eksternal ataupun internal dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup seperti ancaman cidera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, atau frustasi dari kebutuhan sosial (Kaplan dan Sadock, 2005).

(3)

pemerintah. Departemen Pendidikan Nasional melalui Peraturan Mendiknas Nomor 75 Tahun 2009, menentukan syarat kelulusan yang jauh lebih berat dibanding tahun lalu. Seandainya syarat kelulusan itu benar-benar dilaksanakan secara konsisten di lapangan, diperkirakan akan banyak sekali siswa yang akan tidak lulus ujian. Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN yaitu memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya (Depdiknas, 2009).

Syarat kelulusan yang cukup tinggi tersebut menimbulkan beban tersendiri bagi siswa apabila tidak lulus. Kecemasan akan hal-hal buruk yang mungkin terjadi jika tidak lulus UN menjadi beban mental bagi siswa. Dampak yang dapat timbul akibat tidak lulus UN antara lain tertundanya siswa SMU untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang diinginkan, harus mengikuti program Kelompok Belajar (Kejar) Paket C bila ingin mendapat ijazah dan rugi waktu serta biaya bila mengulang UN tahun berikutnya. Siswa juga bisa mengalami frustasi akibat rasa malu dan bersalah dengan teman ataupun keluarga karena telah mengecewakan mereka (Dodi, 2010).

(4)

menjadi depresi dan hal ini diperparah oleh tekanan orang tua yang panik (Setyaningsih, 2007).

Setiap manusia memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah termasuk kecemasan. Menurut Rahayu (1997), dalam keadaan sehat ataupun sakit seseorang harus memandang dirinya tidak hanya sebagai makhuk bio-psiko-sosial saja melainkan juga memandang sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual. Seperti yang diungkapkan sebelumnya dapat diketahui bahwa spiritual sebagai bagian dari religiusitas memegang peranan yang besar dalam menghadapi masalah, supaya kecemasan tidak berlanjut.

Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Bustanuddin, 2006).

Religiusitas bukan berarti penghayatan terhadap nilai-nilai agama semata namun juga mensyaratkan adanya pengamalan nilai-nilai tersebut. Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti dalam hidupnya. Religiusitas yang dimiliki seseorang dapat memunculkan perasaan tenang, aman sehingga rasa cemas dapat dihindari

(5)

yang berlebihan, dan di sisi lain keterlibatan religiuisitas secara teoritis dapat menciptakan rasa aman dan tenang sehingga kecemasan dapat dihindari, maka peneliti ingin membuktikan hubungan antara religiusitas dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII yang menghadapi Ujian Nasional (UN).

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada siswa kelas XII SMUN 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai acuan di dalam penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Aplikatif

(6)
(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan

a. Pengertian

Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatis terutama sistem saraf otonom yang menjadi hiperaktif (Kaplan dan Sadock, 2000). Kecemasan merupakan ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan manifesti kecemasan dapat melibatkan somatik dan psikologis (Maramis, 2005).

Menurut Hawari (2006), kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal.

b. Etiologi

(8)

1). Biologi

a) Reaksi otonom yang berlebih dengan naiknya tonus simpatis b) Naiknya pelepasan katekolamin

c) Naiknya metabolit norepinefrin, misalnya 3-metoksi-4-hidroksifenil-glikol (MHPG)

d) Turunnya masa laten tidur rapid eye movement (REM) dan stadium 4

e) Turunnya gamma amino butyric acid (GABA) menyebabkan hiperaktivitas susunan saraf pusat (GABA menghambat aktivitas susunan saraf pusat)

f) Serotonin menyebabkan kecemasan, naiknya aktivitas dopaminergik berkaitan dengan kecemasan

g) Pusat hiperaktif di korteks serebral bagian temporal

h) Lokus seruleus, pusat neuron norandrenergik, hiperaktif pada keadaan kecemasan

2). Psikoanalitik

a) Impuls tak sadar (misalnya seksual, agresivitas) mengancam muncul ke dalam alam sadar dan menimbulkan kecemasan b) Mekanisme pertahanan dipakai untuk mengatasi kecemasan c) Displacementdapat menimbulkan fobia

(9)

e) Menghilangnya depresi dapat menimbulkan gejala panik atau gangguan kecemasan menyeluruh

f) Agrofobia berkaitan dengan hubungan bergantung-bermusuhan (hostile) dengan teman serta takut impuls agresif/seksual dari diri ke orang lain atau sebaliknya

3). Teori belajar

a) Cemas timbul akibat frustasi atau stres. Begitu dirasakan, cemas menjadi respon terkondisi terhadap situasi lain, yang kurang serius, frustasi atau stres

b) Dapat dipelajari lewat identifikasi dan imitasi pola cemas pada orang tua (teori belajar sosial)

c) Cemas terkait stimulus mengagetkan alamiah (misalnya kecelakaan) dipindahkan ke stimulus lain melalui pengkondisian dan menimbulkan fobia

Menurut Trismiati (2004) sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan bersifat lebih umum, dapat berasal dari berbagai kejadian dalam kehidupan atau dalam diri seseorang itu sendiri.

(10)

perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun ekstremitas (Redi, 2003).

c. Fisiologi

Fisiologi dari kecemasan dimulai dari adanya bahaya yang dianggap mengancam dirinya, kemudian otak mengirim pesan tersebut kepada sistem saraf otonom yang diikuti dengan aktifnya sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis yang melepaskan adrenalin dan noradrenalin (dari kelenjar adrenal pada ginjal). Zat kimia ini merupakan pesan untuk melakukan tindakan menangani kecemasan (Syamsulhadi, 2008).

d. Gejala Klinis

Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Mudjaddid, 2006), yaitu:

1). Gejala Psikis

Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mudah marah, cepat tersinggung, gelisah, tak bisa diam, atau timbul rasa sakit. 2). Gejala Somatis

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, sulit tidur dan lain-lain.

(11)

terdapat reaksi yang sedikit lebih cepat (kadang-kadang hiperventilasi dengan keluhan yang menyertainya). Gejala-gejala lain berupa depresi, amarah, perasaan tidak mampu dan gangguan psikosomatik (Maramis, 2005).

e. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Durand et al. (2007) membagi faktor-faktor kecemasan tersebut atas empat faktor, yaitu :

1). Faktor biologis a) Predisposisi genetis

b) Iregularitas dalam fungsi neurotransmiter

c) Abnormalitas dalam jalur otak yang memberi sinyal bahaya atau yang menghambat tingkah laku repetitif.

2). Faktor sosial lingkungan

a) Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis

b) Mengamati respon takut pada orang lain c) Kurangnya dukungan sosial

d) Tidak mantapnya nilai hidup yang diajarkan (termasuk religiusitas)

3). Faktor perilaku

(12)

b) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif atau menghindari stimuli fobik(operant conditioning). c) Kurangnya kesempatan untuk pemunahan (extinction)

karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti. 4). Faktor kognitif dan emosional

a) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan

b) Faktor-faktor kognitif, seperti prediksi yang berlebihan tentang ketakutan, keyakinan yang self defeating atau irasional, sensitivitas berlebih terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self efficacyyang rendah.

f. Diagnosis

Diagnosis kecemasan dapat ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang muncul sesuai dengan kriteria Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi III atau dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA), The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) dan instrumen lainnya (Hawari, 2006).

g. Penatalaksanaan

(13)

Terapi psikofarmaka juga bisa digunakan. Obat yang biasa digunakan oleh psikiater adalah obat anti cemas (anxyolitic) dan obat anti depresi (antidepressant) yang juga berkhasiat sebagai obat anti stres. Cara kerja psikofarmaka ini adalah dengan jalan memutuskan sirkuit psikoneuroimunologi sehingga stresor psikososial yang dialami seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotorik dan organ-organ tubuh (Hawari, 2006).

2. Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan. Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agama. Dalam perspektif Islam, religiusitas dapat diketahui melalui beberapa aspek penting yaitu: aspek keyakinan terhadap ajaran agama (akidah), aspek ketaatan terhadap ajaran agama (syari’ah atau ibadah), aspek penghayatan terhadap

(14)

Religiusitas bukan hanya penghayatan terhadap nilai-nilai agama saja namun juga perlu adanya pengamalan nilai-nilai tersebut. Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti dalam hidupnya (Rosyidah, 2006).

b. Aspek-Aspek Religiusitas

Glock dan Stark dalam Jalaludin (2004) mengatakan bahwa terdapat 5 aspek dalam religiusitas yaitu :

1). Ideological Involvement(Keterlibatan Ideologikal)

Ideological involvement (keterlibatan ideologikal) adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi yang paling dasar. Setiap agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya. Pada dasarnya setiap agama juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya (Jalaludin, 2004).

(15)

bersifat fundamental yang diwujudkan dengan membaca dua kalimat syahadat (Ancoket al, 2001).

2). Ritual Involvement (Keterlibatan Ritual)

Ritual involvement (keterlibatan ritual) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritual yang berkaitan dengan agama (Jalaludin, 2004).

Dimensi praktek dalam agama Islam disebut sebagai ibadah yang harus dilakukan setiap orang sebagai tanda penghambaan kepada Allah. Ibadah dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek amalan lainnya (Ancoket al., 2001).

3). Experential Involvement(Keterlibatan Eksperensial)

(16)

dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan dan sebagainya (Jalaludin, 2004).

Keterlibatan eksperensial dalam perspektif Islam terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal yang positif) kepada Allah, perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat

peringatan atau pertolongan dari Allah (Ancoket al.,2001).. 4). Intelectual Involvement(Keterlibatan Intelektual)

Intelectual involvement (keterlibatan intelektual) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci manapun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi keyakinan dan pengetahuan berkaitan erat karena kepercayaan tidak akan kuat tanpa pengetahuan. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya yang termuat di dalam kitab sucinya (Jalaludin, 2004).

(17)

Consequential involvement (keterlibatan konsekuensial) yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah seseorang itu mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya (Jalaludin, 2004).

Dalam Islam, dimensi ini dikenal dengan akhlak yaitu setiap manusia berelasi dengan Tuhannya, manusia lain dan alam sekitar. Hubungan manusia dengan Tuhannya menimbulkan kepasrahan dan rasa berserah diri kepadaNya. Hubungan manusia dengan manusia dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau perilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuh-kembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat dan sebagainya. Hubungan manusia dengan alam sekitar diwujudkan dengan memelihara, melestarikan, memakmurkan alam sekitarnya (Ancoket a.l,2001).

(18)

1). Akidah (ideologi)

Dimensi Aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadar. Jadi inti dari dimensi akidah (keyakinan) dalam ajaran Islam adalah tauhid atau peng-Esa-an Tuhan.

2) Ibadah (ritual)

Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagai mana yang diperintahkan ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang. Ibadah khusus dipahami sebagai ibadah yang aturan dan tata caranya, syarat, rukunnya telah diatur secara pasti oleh ajaran Islam. Yang termasuk dalam dimensi ibadah dalam Islam adalah shalat, puasa, zakat, haji, doa, dzikir, membaca Al Qur’an dan sebagainya.

3) Ihsan (penghayatan)

(19)

Dimensi ini mencakup pengalaman-pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam hatinya timbul perasaan-perasaan tenang dan tentram dalam hidupnya, takut melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima pembalasan, perasaan dekat dengan Tuahan dan dorongan untuk melaksanakan perintah agama. Dimensi ihsan dalam Islam mencakup perasaan-perasaan dekat dengan Allah, merasa nikmat dalam menjalankan ibadah, merasa diselamatkan Allah, merasa bersyukur atas nikmat Allah dan merasa tenang hatinya saat mendengar asma Allah.

4) Ilmu (pengetahuan)

Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agamanya, terutama dalam kitab suci. Seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual serta kitab lainnya. Dimensi ini dalam Islam menyangkut pengetahuan tentang isi Al Qur’an, di

antaranya pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan. 5) Amal dan Akhlak

(20)

berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia satu dengan hubungan manusia dengan lingkungannya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Menurut Jalaludin (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas berdasarkan analisis psikososial adalah:

1). Faktor kepribadian

Secara fitrah manusia memang terdorong untuk melakukan sesuatu yang baik, benar dan indah. Namun naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita.

2.) Faktor usia

Pada masa kanak-kanak perkembangan religiusitas masih meniru-niru ketergantungan pada yang mengajak dan berubah-ubah. Pada masa remaja, religiusitas ditentukan oleh pertumbuhan dan kemampuan mental, perasaan dan pertimbangan sosial dan moral serta sikap dan minat. Pada masa dewasa mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari norma-norma lain. Pada usia lanjut terdapat kecenderungan yang semakin meningkat untuk menerima pendapat keagamaan.

(21)

Pada pria lebih cenderung mengutamakan dimensi keagamaan. Sedang pada wanita mereka sering mendapat halangan fisik, sehingga berakibat pada pola ibadah yang tidak teratur.

4). Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan membuat orang lebih terkontrol perilakunya sesuai dengan norma agama.

5). Faktor stratifikasi sosial ekonomi

Seseorang yang berpenghasilan sangat terbatas, cenderung berkurang perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agama. Hal ini dapat disebabkan seluruh waktu dihabiskan untuk mencari nafkah agar terpenuhi kehidupannya, tetapi faktor ini tidak mutlak mempengaruhi religiusitas seseorang.

(22)

3. Hubungan Kecemasan dengan Religiusitas

Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat (Trismiati, 2004). Jadi kecemasan menghadapi UN merupakan suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan di mana siswa merasa ada tekanan perasaan, ancaman, kekhawatiran, hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan kecewa, rasa tidak puas dan tidak aman. Kecemasan ini muncul karena rasa takut bila tidak dapat lulus UN sesuai syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah sehingga membawa dampak yang lebih berat lagi.

(23)

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: mempengaruhi : meliputi

: variabel perancu (tidak dikendalikan) : variabel yang diteliti

: subjek

Siswa Kelas XII SMU Menghadapi UN

Religiusitas

Tingkat Kecemasan Faktor perilaku

Faktor biologis Faktor kognitif emosional

Faktor sosial lingkungan

(24)

C. Hipotesis

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMU Negeri 5 Surakarta.

C. Subjek Penelitian

(26)

D. Ukuran Sampel

Menurut patokan umum, setiap penelitian yang datanya akan dianalisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006). Pada penelitian ini, untuk meningkatkan presisi estimasi yang akan diperoleh serta untuk mengurangi kesalahan pencuplikan (sampling error), maka ukuran sampel diperbesar hingga dua kali lipat menjadi 60 subjek.

Setiap penelitian yang menyangkut subjek manusia secara etis perlu mendapatkan persetujuan dari yang bersangkutan (informed consent). Dalam mencuplik sampel, terdapat kemungkinan (calon) responden menolak partisipasi (non response) atau tidak memberikan persetujuan untuk pengolahan data lebih lanjut (non consenter). Selain itu, ada pula kemungkinan responden tidak mengisi kuesioner dengan lengkap (non item response) atau memiliki skor L-MMPI  10 (data tidak valid karena responden tidak jujur), sehingga menyebabkan missing value dan berkurangnya jumlah sampel. Kemungkinan berkurangnya sampel perlu diantisipasi dengan cara memperbesar taksiran ukuran sampel asli agar presisi tetap terjaga. Rumus untuk mengantisipasi berkurangnya subjek penelitian sebagai berikut :

N = _ n___ 1-L

N = Ukuran sampel setelah revisi n = Ukuran sampel asli

(27)

Jika diasumsikan nilai L sebesar 5%, maka: N = __60__ = 63,1564

1-0.05

Jadi sampel yang dicuplik sebanyak 64 siswa.

E. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Dari populasi sumber sebanyak 246 siswa, diambil secara acak menggunakan tabel random sebanyak 64 siswa. Dari 64 sampel tersebut, responden dieksklusikan dari penelitian ini jika memiliki skor L-MMPI10, tidak mengisi lembar persetujuan atau tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : tingkat religiusitas 2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan

3. Variabel luar (tidak dikendalikan) : tingkat pendidikan orang tua, tingkat sosial ekonomi

G. Definisi Operasional Variabel 1. Religiusitas

(28)

kemudian diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Religiusitas dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala religiusitas yang diadaptasi dari teori Glock dan Stark (Jalaludin, 2004).

Dimensi atau keterlibatan yang diukur dengan instrumen religiusitas mencerminkan aspek religiusitas seseorang, meliputi keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektelekual, keterlibatan konsekuensial dan keterlibatan eksperensial (Ancok et al., 2001). Skala pengukuran religusitas adalah rasio.

2. Kecemasan

Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan psikis pada subyek penelitian yang diukur dengan The Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS). Meskipun lazimnya skor TMAS 21 digunakan sebagai cut off point untuk menentukan kecemasan, namun dalam penelitian ini kecemasan diukur dalam skala rasio.

H. Instrumen Penelitian

1. Lembar Biodata &Informed Consent

Pada bagian ini juga terdapat petunjuk pengisian kuesioner dan informasi jaminan kerahasiaan data responden (Lampiran 1).

2. Kuesioner L-MMPI

(29)

ketidakjujuran subjek penelitian (Lampiran 2). Tes ini bertujuan untuk menguji kejujuran responden. Responden harus menjawab “ya” bila pernyataan tersebut sesuai dengan dirinya dan “tidak” bila sebaliknya. Menurut Handi (2004), nilai batas skala adalah 10, sehingga jika responden memiliki skor 10, maka data yang diukur dari responden tersebut dinyatakan invalid dan tidak diolah diikutkan dalam penelitian (kriteria eksklusi).

3. Kuesioner TMAS(The Taylor Minnesota Anxiety Scale)

Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukuran kecemasan. TMAS berisi 50 butir pertanyaan, di mana responden menjawab keadaan ”ya” atau ”tidak” sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberi tanda () pada kolom jawaban ”ya” atau tanda (X) pada kolom jawaban “tidak”.

Kuesoner TMAS terdiri atas 13 pertanyaan unfavourable dan 37 pertanyaanfavourable.Setiap jawaban dari pertanyaanfavuorablebernilai 1 untuk jawaban ”ya” dan 0 untuk jawaban ”tidak”. Pada pertanyaan unfavourable bernilai 1 untuk jawaban ”tidak” dan bernilai 0 untuk jawaban ”ya”(Lampiran 3). Sebagaicut off pointadalah sebagai berikut : a. Skor <21 berarti tidak cemas

b. Skor21 berarti cemas

(30)

dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar, 2007).

4. Skala Religiusitas

Penelitian ini menggunakan angket/skala religiusitas yang disusun oleh Jatiningsih (2007) berdasarkan teori religiusitas Glosk dan Stark. Angket tersebut meliputi keterlibatan ideologikal, keterlibatan ritual, keterlibatan intelektelekual, keterlibatan konsekuensial serta keterlibatan eksperensial (Lampiran 4).

Validitas angket tersebut sudah diukur dengan uji coba kuesioner terhadap 10 siswa SMU. Validitas diuji dengan uji Pearson’s product

moment, pertanyaan dinyatakan valid jika signifikasi <0,05. Butir pertanyaan yang validitasnya kurang dari 0,3 diganti, butir pertanyaan yang validitasnya antara 0,3-0,7 diperbaiki, sedangkan pertanyaan yang validitasnya lebih dari 0,7 dapat dipakai.

Pemberian skor pada angket religiusitas menggunakan skala Likert dengan pernyataan positif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 4; S: sesuai, nilai 3; TS: tidak sesuai, nilai 2; STS: sangat tidak sesuai, nilai 1) serta pernyataan negatif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 1; S: sesuai, nilai 2; TS: tidak sesuai, nilai 3; STS: sangat tidak sesuai, nilai 4).

I. Teknik Pengambilan Data

(31)

J. Skema Penelitian

(32)

K. Prosedur Penelitian

1. Responden mengisi formulir biodata dan lembar persetujuan

2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI sehingga bisa dinilai kejujurannya dalam mengisi kuesioner selanjutnya

3. Responden mengisi kuesioner religiusitas yang telah divalidasi

4. Responden mengisi kuesioner TMAS sehingga bisa diketahui tingkat kecemasannya.

5. Semua data primer dianalisis

L. Analisis Statistik

Variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini berskala rasio sehingga analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson (r) (Murti, 2006). Asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis korelasi Pearson adalah:

1. Minimal salah satu variabel mempunyai distribusi normal 2. Kedua variabel menunjukkan hubungan linear

Analisis dilakukan baik dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel

Jumlah sampel yang dicuplik pada penelitian ini adalah 64 siswa terdiri atas 38 wanita dan 22 laki-laki. Dari jumlah tersebut, sebanyak satu sampel mempunyai skor L-MMPI >10 dan tiga sampel lainnya tidak mengisi seluruh pertanyaan kuesioner yang diberikan, sehingga keempatnya dieksklusikan dari penelitian.

Tabel 1. Frekuensi Distribusi Data Besar Sampel Berdasar Jenis Kelamin

Jenis kelamin n %

Laki-laki 22 36.67

Perempuan 38 63.33

Jumlah 60 100

Tabel 1 menunjukkan proporsi sampel yang berbeda berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu 63.33% perempuan dan 36.67% laki-laki. Pencuplikan sampel diambil dari siswa yang eligibel yang terdiri atas 154 siswa perempuan dan 92 siswa laki-laki. Hal ini dikarenakan jumlah siswa perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki.

(34)

Tabel 2. Karasteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Religiusitas dan Kecemasan

Variabel Mean Median Standar Deviasi Minimal Maksimal

Religiusitas 167.08 167 13.56 134 194

Kecemasn 26.26 26 6.13 12 40

Tabel 2 menunjukkan rerata skor religiusitas sebesar 167.08, dengan rentang skor 134 hingga 194 dan nilai mediannya 167. Pada variabel kecemasan didapatkan rerata skor sebesar 26.26, dengan rentang skor 12 hingga 40 dan nilai mediannya 26.

(35)

0%

Gambar 1. Persentase Kecemasan Berdasarkan Nilai Cut-off Point pada Responden Menurut Jenis Kelamin

Skor masing-masing dimensi religiusitas pada sampel disajikan dalam Tabel 3. Nilai rerata keterlibatan idiologikal dari seluruh responden sebesar 36.21, yang berkisar antara 27 hingga 40. Nilai rerata keterlibatan ritual sebesar 48.95, dari kisaran nilai responden antara 17 hingga 62. Nilai rerata keterlibatan intelektual sebesar 32.53, dari kisaran 26 hingga 40, dan nilai rerata untuk keterlibatan eksperensial sebesar 14.85 dari kisaran nilai responden antara 8 hingga 20.

Tabel 3. Skor Religiusitas Sampel pada Tiap Dimensi

Dimensi Mean Median Standar Deviasi Minimal Maksimal

Idiologikal 36.21 37.00 3.13 27 40

Ritual 48.95 49.00 6.79 17 62

Intelektual 32.53 32.00 3.26 25 39

Konsekuensial 34.58 35.00 3.64 26 40

(36)

B. Analisis Data

Sebelum dilakukan uji hipotesis, data penelitian harus memenuhi uji asumsi atau uji prasyarat. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Apabila hasil uji normalitas dan linieritas menunjukkan bahwa data penelitian telah terdistribusi normal dan memiliki hubungan linier antara variabel bebas dan tergantung, maka uji parametrik dengan korelasi product momentPearson’sdapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak normal dan tidak linier maka uji analisis yang dipilih adalah uji non-parametrik Spearman’s. Uji normalitas dan linieritas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS for Windows 17.0. Berikut dijelaskan hasil uji prasyarat:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing sebaran data yaitu sebaran data kecemasan menghadapi UN dan sebaran data religiusitas, baik secara deskriptif maupun analitik. Uji normalitas secara deskriptif dapat dilihat dari stem-and-leaf plot, histogram, box plot dan normal Q-Q plot seperti yang terdapat pada Lampiran 6. Uji normalitas secara analitik dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Testkarena jumlah sampel > 50, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Normalitas dengan TesKolmogorov-Smirnov

Variabel nilaip Keterangan

(37)

Kecemasan 0.20 Sebaran normal

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4, variabel religiusitas memiliki sebaran data yang normal (p>0.05). Hasil uji normalitas terhadap data kecemasan menunjukkan adanya sebaran yang juga terdistribusi normal (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data kedua variabel penelitian terdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Grafik liniearitas pada Gambar 2 menunjukan adanya hubungan linier antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional, yang ditandai dengan tren menurun yang bisa ditarik garis linier.

Gambar 2. Grafik Linieritas Antara Religiusitas dan Kecemasan

(38)

Tabel 5.Uji Korelasi Pearson Antara Kecemasan dan Religiusitas

Korelasi Nilaip Koefisien korelasi (r)

Religiusitas terhadap kecemasan 0.000 -0.504

Kecemasan terhadap religiusitas 0.000 -0.504

Interpetasi hasil dari uji korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 5 dalam menilai kemaknaan korelasi antar dua variabel, digunakan nilai p. Terdapat korelasi yang bermakna antar dua variabel jika nilaip<0.05 (Dahlan, 2005). Hasil uji korelasi Pearson pada penelitian ini dengan nilaip<0.001 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara skor religiusitas dan skor kecemasan .

Sedangkan nilai korelasi Pearson (r) sebesar -0.504 menunjukkan dua hal, yaitu arah korelasi dan kekuatan korelasi. Nilai korelasinya adalah negatif, menandakan hubungan yang berlawanan. Hal itu menunjukkan bahwa semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel yang lain (Dahlan, 2005). Nilai koefisien korelasi sebesar 0.504 mengindikasikan bahwa kekuatan korelasinya lemah (Sarwono, 2006; Nugroho, 2005). Nilai rditafsirkan baik (r> 0.8), sedang (0.6 –0.79), lemah (0.4 –0.59), sangat lemah (<0.4) (Sastroasmoro, 2008). Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh adalah 0.254, artinya sumbangan variabel religiusitas terhadap penurunan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) sebesar 25.4%.

(39)

hubungan negatif yang lemah namun secara statistik bermakna antara religiusitas dengan kecemasan siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN).

Selain uji hipotesis korelasional antara variabel dependen dan independen, peneliti sekaligus meninjau lebih detail lagi hubungan masing-masing dimensi dari religiusitas terhadap tingkat kecemasan dalam mengadapi Ujian Nasional (UN). Setelah dilakukan uji korelasional diperoleh hasil yang disajikan dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Uji Korelasi antara Kecemasan dengan Dimensi-dimensi Religiusitas

Variabel dependen Variabel independen Koefisien korelasi (r) Nilaip

Kecemasan Idiologikal -0.378 0.003 *

Ritual -0.394 0.006 *

Intelektual -0.399 0.002 *

Konsekuensial -0.447 0.001 *

Eksperensial -0.120 0.360

* signifikan padap< 0.05

(40)

BAB V PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan nilai rerata skor religiusitas (mean SD) adalah 167.08  13.56. Sedangkan nilai rerata skor kecemasan sampel (mean  SD) adalah 26.26  6.13. Pada pengambilan sampel secara random didapatkan sampel laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang berbeda, yaitu 38 perempuan (63.33%) dan 22 laki-laki (36.67%). Hal ini dikarenakan jumlah sampel eligibel dari siswa perempuan lebih dominan daripada siswa laki-laki dimana siswa perempuan sebanyak 154 atau 62.6% sedangkan siswa laki-laki sebanyak 92 atau 37.4% Meski teknik pencuplikan random dilakukan secara sederhana (non-proporsional), persentase sampel penelitian menurut rasio jenis kelamin proporsional dengan populasi target.

(41)

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Trismiati (2004) menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. Maccoby dan Jacklin (2001) menyatakan bahwa perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga dinilai lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Berbagai studi kecemasan secara umum menyatakan bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki.

Berdasarkan hasil analisis data dengan uji korelasi product moment dari Pearson, didapatkan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UN dengan nilai r = -0.504, sehingga hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan siswa muslim kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Akhir (UN) dapat diterima. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi.

(42)

tepat. Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) pada siswa SMU kelas XII adalah emosi yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan siswa mengalami perasaan tidak berdaya dalam tingkat yang berbeda-beda karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri pada situasi saat akan menghadapi UN. Gejala klinis yang muncul akibat kecemasan dapat berupa gejala psikis maupun gejala somatis. Penderita cenderung tegang terus menerus, tidak mau santai dan pemikirannya penuh tentang kekhawatiran (Maramis, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan. Religiusitas dalam penelitian ini diartikan sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi di sini berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati maupun dalam ucapan. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan (Rosyidah, 2006).

(43)

Hasil penelitian ini selaras dengan apa yang diungkapkan Hawari (2006) bahwa ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjauhkan manusia dari perasaan cemas, tegang dan depresi. Keyakinan, idealisasi dan keimanan membuat manusia dapat menjalani kehidupan dengan baik sekaligus mencapai suatu hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban. Cara pandang positif dan keyakinan terhadap kehidupan yang terbangun dengan religiusitas dapat memunculkan daya tahan dan kemampuan menghadapi permasalahan yang sekiranya dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat muncul karena beberapa kondisi eksternal seperti konflik keluarga, tekanan sosial maupun terlalu kuatnya ikatan individu pada lingkungannya.

(44)

Daradjat (2000) menyatakan bahwa agama dapat memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut, atau rasa cemas menghadapi persoalan hidup. Agama dapat memantapkan kembali jiwa yang sedang mengalami kebimbangan-kebimbangan. Hidup keagamaan akan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan. Pemecahan masalah-masalah kehidupan melalui nilai-nilai religiusitas akan meningkatkan kehidupan seseorang ke nilai spiritual. Seseorang akan memperoleh keseimbangan mental bila ia mampu melakukan transendensi melalui nilai-nilai religius yang diyakininya.

Terkait dengan manfaat kesehatan mental dari religiusitas, terdapat beberapa mekanisme keagamaan dalam mempengaruhi kesehatan antara lain: (1) mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat, (2) memperbaiki persepsi ke arah positif, (3) memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, (4) mengembangkan emosi positif, dan (5) mendorong kepada kondisi yang lebih sehat. Menurut Culliford (2002), pribadi/individu dengan komitmen agama yang tinggi akan meningkatkan kualitas ketahanan mentalnya karena memiliki self control,self esteemdanconfidenceyang tinggi

(45)

hubungan antara keduanya adalah bersifat kausal, atau variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain, maka diperlukan rancangan penelitian yang lebih baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan sumbangan variabel religiusitas terhadap tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi UN sebesar 25.4%. Hal ini menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada siswa selain religiusitas sebesar 74.6%. Faktor-faktor lain tersebut meliputi sikap pribadi, jenis kelamin (perempuan lebih rentan mengalami kecemasan apabila dibandingkan dengan pria), serta status ekonomi (individu yang mengalami kesulitan ekonomi berpotensi mengalami kecemasan). Faktor harga diri, kepercayaan diri, dukungan sosial, dan persiapan diri yang rendah juga berpotensi menimbulkan kecemasan pada siswa (Durandet al., 2007).

Faktor lain yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah kemungkinan subjek penelitian tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang ditanyakan ketika mengisi kuesioner, sehingga jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan kenyataan yang dialaminya. Jumlah item pertanyaan yang terlalu banyak membuat subjek penelitian bosan dan malas untuk berpikir. Hal ini dapat menyebabkan bias pengukuran sehingga mengurangi validitas hasil penelitian.

(46)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang bermakna (r=-0.504, p<0.001) antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan siswa kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Jadi Semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecemasan siswa, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan dalam menghadapi Ujian Akhir (UN) semakin tinggi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Melihat adanya hubungan antara religiusitas dengan kecemasan, maka sebaiknya pihak SMU Negeri 5 Surakarta selain mempersiapkan materi pelajaran siswa dalam menghadapi Ujian Nasional juga memperhatikan sisi psikologisnya, salah satunya dengan dengan meningkatkan religiusitas siswa.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas untuk memperluas generalisasi hasil penelitian.

(47)

akibat antara religiusitas dan kecemasan, dengan memperhitungkan faktor perancu lainnya

4. Mungkin diperlukan pengembangan instrumen religiusitas yang lebih sederhana berikut uji validitasnya sehingga responden dapat memahami kuesioner dengan lebih mudah dan lebih cepat.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D, Suroso dan Nashori. 2001. Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar. 2007.Konsep Pengukuran Validitas.Jakarta:Gunawan Pres hal. 60 Budiarto, E.2004. Metodologi Penelitian Kedokteran.Jakarta : EGC

Bustaniddin, A. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Culliford L. 2002. Spiritual Care and Psychiatric Treatment Introduction in Advances in Psychuatric Treatmentpp 249-61

Dahlan MS (2005). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Arkans

Durand, W dan Bartow D. 2007.Intisari Psikologi Abnormal Buku Kedua Edisi Keempat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2009.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009.

www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_75_2009.pdf.(21

April 2010)

Dodi. 2010. Siswa Tidak Lulus UN Bisa Ikuti Ujian Ulang.

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/berita/362.html. (21 April

2010)

Daradjat, Z. 2000.Ilmu Jiwa Agama.Jakarta: Bulan Bintang

Hawari, D .2006.Managemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: Balai Penerbitan FK UI , hal :67

Handi, P. 2004.Depresi dan Solusinya.Yogyakarta: Tugu Publiser

Jalaludin, R. 2004.Psikologi Agama.Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal 16-51 Jamaluddin, M. 1995. Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi.Skripsi.

Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

(49)

Kaplan H.I, Sadock B.J, Made,W. (eds). 2000. Gangguan Kecemasan. Dalam: Sinopsis Psikiatri.Jakarta: Binarupa Aksara.

Kaplan HI and Sadock BJ. 2005.Mood Disorder. In Pocket Handbook of Clinical Psychiatry. Baltimore: William and Wilkins

Maramis, WE. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, p: 139

Maccoby, E. M. dan Jacklin, C. N. 2001. The psychology of Sex Differences. California: Standford University Press.

Mudjaddid, E. 2006.Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 903 Murti, B. 2006.Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : UGM Pres

Nugroho BA (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi, p: 35

Redi, M. 2003.Kenalilah Rasa Cemas yang Tidak Rasional.

www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/1114/kes.html (22 Maret 2010)

Rahayu, H.P. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Prilaku :Stres. Indonesian Psychologycal Journal Psikologika, hal. 61-7

Rosyidah, S. 2006. Hubungan Religiusitas dengan Kebermaknaan

Hidup pada Anak Yatim Panti Asuhan Mardhotilah. Skripsi. Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak Diterbitkan)

Setyaningsih, R. 2007. Mengtasi Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional. http://bempsychology-unissula.blog.friendster.com/(21 April 2010)

Sarwono J (2006). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi, p:8

Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta : Binarupa Aksara

(50)

Taufiqurohman, MA. 2004.Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan.Klaten: CGSF (The Community of Self Help Group Forum)

Gambar

Tabel 1. Frekuensi Distribusi Data Besar Sampel Berdasar Jenis Kelamin
Tabel 2 menunjukkan rerata skor religiusitas sebesar 167.08, dengan
Gambar 1. Persentase Kecemasan Berdasarkan Nilai Cut-off Point
Tabel  4. Uji Normalitas dengan Tes Kolmogorov-Smirnov
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerendahan hatiNya, Allah yang penuh kasih telah meninggalkan kemuliaan Sorga untuk menjadi serupa dengan manusia dalam diri Yesus Kristus.. Dengan penuh

Aspekefektivitas yang diamati dalam proses perkuliahan KPB 2 dengan menggunakan modul berbasis masalah di kelas uji coba adalah motivasi belajar

Rancang bangun web service sebagai media pembelajaran pada Program Studi Teknik Telekomunikasi berbasis android adalah suatu aplikasi berbasis web yang dirancang

pada tanaman disebabkan karenapupuk kandang ayam dan kompos tandan kososng kelapa sawit (TKKS) kaya bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mampu

BAB IV PEMBAGIAN YANG DILAKUKAN PENGADILAN DALAM PERMOHONAN KEBERATAN ATAS PEMBAGIAN BOEDEL PAILIT YANG DILAKUKAN KURATOR BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya” (pasal 1 angka 28). Perubahan sekaligus pergeseran sifat rahasia bank, seperti yang dirumuskan

Untuk mengatasi timbulan sampah diseluruh wilayah kecamatan agar tidak memunculkan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan lingkungan, pengelolaan

Untuk mengetahui pengaruh Require Leaner Participation Terhadap kedisiplinan peserta didik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMPIT AL Kautsar Jepang Mejobo