• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hasil penelitian secara statistiik

Dalam dokumen UJI KHASIAT DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70 D (Halaman 32-39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.5. Analisis hasil penelitian secara statistiik

Setelah semua data diperoleh dan ditabulasikan dalam bentuk tabel kemudian data dihitung secara statistik dengan program SPSS 12.0. Data persentase efek dan onset diuretik yang didapat terdistribusi normal tetapi variasinya tidak homogen sehingga data diuji dengan Kruskal-Wallis dengan alfa 5%. Hasil dari uji Kruskal-Wallis untuk efek diuretik menyatakan bahwa ada perbedaan khasiat diuretik diantara kelima kelompok perlakuan sehingga analisis dilanjutkan dengan analisis T-Test yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Hasil dari uji Kruskal-Wallis untuk onset diuretik menyatakan bahwa ada perbedaan onset diuretik diantara kelima kelompok perlakuan sehingga analisis dilanjutkan dengan analisis T-Test yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Hasil perhitungan statistik dengan program SPSS 12.0 dapat dilihat pada lampiran 7.

Tabel 4.8 Hasil statistik uji T-Test untuk khasiat diuretik

Kelompok Kelompok Sig. Hasil Kesimpulan

1. Furosemid Normal 0,000 Sig. < α Ada perbedaan Uji 1 0,000 Sig. < α Ada perbedaan Uji 2 0,000 Sig. < α Ada perbedaan Uji 3 0,000 Sig. < α Ada perbedaan 2. Normal Uji 1 0,021 Sig. < α Ada perbedaan Uji 2 0,046 Sig. < α Ada perbedaan Uji 3 0,005 Sig. < α Ada perbedaan 3. Uji 1 Uji 2 0,006 Sig. < α Ada perbedaan

Uji 3 0,514 Sig. > α Tidak ada perbedaan 4. Uji 2 Uji 3 0,001 Sig. < α Ada perbedaan

Tabel 4.9 Hasil statistik uji T-Test untuk onset diuretik

Kelompok Kelompok Sig. Hasil Kesimpulan

1. Furosemid Normal 0,001 Sig. < α Ada perbedaan Uji 1 0,059 Sig. > α Tidak ada perbedaan Uji 2 0,016 Sig. < α Ada perbedaan Uji 3 0,106 Sig. > α Tidak ada perbedaan 5. Normal Uji 1 0,971 Sig. > α Tidak ada perbedaan Uji 2 0,062 Sig. > α Tidak ada perbedaan Uji 3 0,829 Sig. > α Tidak ada perbedaan 7. Uji 1 Uji 2 0,049 Sig. < α Ada perbedaan

Uji 3 0,892 Sig. > α Tidak ada perbedaan 9. Uji 2 Uji 3 0,108 Sig. > α Tidak ada perbedaan

Keterangan : Sig. = nilai signifikan α = 0,05

4.2. Pembahasan

Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan– bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman yang digunakan. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995 : 7). Daun markisa secara empiris berkhasiat sebagai peluruh air seni (Hutapea, 1994 : 187). Salah satu senyawa yang diduga terdapat dalam daun markisa adalah saponin yang dapat meningkatkan absorbsi senyawa-senyawa diuretikum (terutama yang berbentuk garam) dan tampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif (Gunawan, 2004 : 89). Etanol merupakan pelarut yang bersifat semipolar. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar. Kemungkinan senyawa saponin dapat tersari dalam pelarut etanol. Etanol dipilih sebagai pelarut karena mempunyai kelebihan dibandingkan air yaitu tidak menyebabkan pembengkakan sel saat penyarian, menghambat kerja enzim yang dapat menyebabkan reaksi fermentatif pada zat aktif dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut.

Berdasarkan kandungan kimia yang dimilikinya diharapkan ekstrak etanol 70% daun markisa memiliki khasiat diuretik terhadap mencit putih jantan galur DDY.

Dalam menentukan jumlah mencit yang akan digunakan, penulis menentukan berdasarkan rumus yang terdapat dalam buku karangan Hanafiah. Hasil dari perhitungan rumus tersebut menyatakan bahwa untuk setiap kelompok dibutuhkan minimal 5 ekor mencit. Pada penelitian ini penulis melakukan tiga kali curah percobaan sehingga masing-masing kelompok membutuhkan 15 ekor mencit. Sebelum dilakukan penelitian uji khasiat diuretik ekstrak etanol 70% daun markisa terlebih dahulu dilakukan proses seleksi menggunakan NaCl 1,8% sebanyak 1 ml/20 g BB terhadap 71 ekor mencit. Mencit yang lolos seleksi adalah mencit dengan persentase efek diuretik 20-40%. Mencit yang lolos seleksi ada 21

ekor. Oleh karena itu penulis tidak sanggup menyediakan mencit yang terseleksi sehingga menggunakan seluruh mencit yang telah diseleksi. Data hasil seleksi dapat dilihat pada lampiran 1.

Setelah seluruh mencit diseleksi, penelitian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok uji 1, kelompok uji 2, kelompok uji 3 dan furosemid. Sesaat sebelum diberikan zat uji, seluruh kelompok perlakuan diberikan NaCl 3,6% 0,5 ml/20 g BB sebagai penginduksi pengeluaran urin. Data hasil penelitian 15 ekor mencit dapat dilihat pada lampiran 2 sampai dengan lampiran 6.

Dalam penelitian ini terdapat 12 ekor mencit dari kelompok uji yang datanya dihilangkan karena tidak memberikan efek diuretik sama sekali. Data yang didapat dinormalkan dengan menetapkan persen simpangan berdasarkan nilai standar deviasi terbesar dintara 5 kelompok perlakuan. Data yang diambil adalah data yang memiliki persen simpangan ± 42,54%. Standar deviasi terbesar terdapat pada kelompok uji 1. Persentase efek diuretik yang tidak termasuk dalam kisaran batas penyimpangan tidak dipakai atau dihilangkan karena dianggap sebagai data ekstrim yang akan menyebabkan persentase rata-rata efek diuretik memiliki standar deviasi lebih besar.

Jumlah data kelompok perlakuan dan rata–rata efek diuretiknya setelah dihitung berdasarkan persen penyimpangan adalah sebagai berikut jumlah data kelompok normal menjadi 12 data sehingga rata-rata efek diuretiknya menjadi 52,02%, kelompok uji 1 menjadi 7 data sehingga rata-rata efek diuretiknya menjadi 86,17%, kelompok uji 2 menjadi 5 data sehingga rata–rata efek diuretiknya menjadi 41,46%, kelompok uji 3 menjadi 8 data sehingga rata–rata

efek diuretiknya 77,51% dan kelompok furosemid tetap memiliki 15 data dengan rata-rata efek diuretik 144,6%. Hasil perlakuan yang sudah dihitung berdasarkan persen penyimpangan dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai 4.5.

Pemberian perlakuan sangat mempengaruhi hasil yang akan didapat. Pada kelompok normal mencit diberikan tragakan 0,5%/20 g BB. Pemberian tragakan pada kelompok normal dimaksudkan untuk menyamakan perlakuan karena tragakan 0,5% digunakan sebagai suspending agent pada ekstrak etanol 70% daun markisa dan furosemid.

Dari hasil yang didapat penulis melanjutkan analisis secara statistik. Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis Kruskal-Wallis dan analisis T-Test. Analisis Kruskal-Wallis dipilih karena syarat pada uji Oneway Anova tidak terpenuhi yaitu variasi data antara kelima kelompok perlakuan tidak homogen. Analisis Kruskal-Wallis digunakan untuk menunjukan apakah ada perbedaan antara kelima kelompok perlakuan menggunakan alfa 5%. Setelah dianalisis ternyata baik efek maupun onset diuretik ada perbedaan di antara kelima kelompok perlakuan sehingga analisis dilanjutkan dengan analisis T-Test.

Analisis T-Test digunakan untuk mengetahui lebih spesifik kelompok mana saja yang berbeda secara bermakna. Setelah dianalisis ternyata khasiat diuretik ketiga zat uji ada perbedaan secara bermakna dengan furosemid dan tragakan 0,5%. Selain itu khasiat diuretik zat uji dosis 1 x ada perbedaan secara bermakna dengan zat uji dosis ½ x dan 2 x. Hasil analisis T-Test untuk khasiat diuretik dapat dilihat pada tabel 4.8. Setelah dianalisis ternyata onset diuretik furosemid tidak ada perbedaan secara bermakna dengan zat uji dosis ½ x dan 2 x. Selain itu onset

diuretik zat uji dosis 1 x ada perbedaan secara bermakna dengan zat uji dosis ½ x dan 2 x. Hasil analisis T-Test untuk onset diuretik dapat dilihat pada tabel 4.9. Zat uji yaitu ekstrak etanol 70% daun markisa dibagi dalam tiga dosis dengan tujuan untuk mengetahui pada dosis berapa zat uji dapat menunjukkan efek diuretik yang paling optimal. Dosis daun markisa yang digunakan merupakan hasil konversi dari ½ x, 1 x dan 2 x pakai pada manusia. Zat uji dosis 1 x adalah dosis empiris yang digunakan sebagai obat tradisional untuk peluruh seni, tetapi pada penelitian ini zat uji dosis ½ x menunjukkan persentase efek diuretik paling tinggi dibandingkan dengan zat uji lainya. Kelompok uji 2 (zat uji dosis 1 x) rata– rata efek diuretiknya paling rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya. Seharusnya berdasarkan perhitungan khasiat secara empiris zat uji dosis 1 x memiliki khasiat lebih kuat dari zat uji dosis ½ kali. Dalam penelitian ini hasil yang didapat belum tentu sama dengan yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya hewan coba memiliki variasi biologis dan terdapat kandungan kimia lain dari daun markisa yang dapat mempengaruhi efek diuretik, kandungan kimia lain itu dapat berkhasiat anti diuretik yang menyebabkan turunnya efek diuretik pada zat uji dosis 1 x. Zat uji dosis ½ x memiliki persentase efek diuretik paling tinggi. Hal ini dapat dikarenakan zat uji dosis ½ x adalah suspensi yang paling encer dibandingkan dengan suspensi pada dosis yang lain sehingga zat uji dosis ½ x memiliki kandungan air yang lebih banyak dibandingkan dengan zat uji lainnya. Peneliti menduga senyawa saponin yang ada di dalam daun markisa berkhasiat sebagai diuretik pada dosis ½ x. Peneliti menduga khasiat saponin yang dapat merangsang ginjal untuk lebih aktif berpengaruh pada sekresi ADH sehingga bila tidak ada ADH, air yang

direabsorbsi di segmen akhir tubulus distal dan tubulus kolingentes jumlahnya sedikit, sehingga urin yang dihasilkan lebih encer dan lebih banyak (C, Arthur : 449-450). Kelompok furosemid sebagai pembanding terbukti memiliki khasiat diuretik yang paling tinggi diantara kelompok lainnya karena furosemid telah terbukti secara klinis memiliki khasiat diuretik dan termasuk golongan diuretik kuat. Keseluruhan rata-rata persentase efek diuretik dapat dilihat pada tabel 4.6 dan grafik 4.1.

Onset tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.7 dan grafik 4.2. Secara statistik ternyata onset diuretik furosemid tidak ada perbedaan secara bermakna dengan zat uji dosis ½ x dan 2 x. Jika dilihat nilai onsetnya, onset zat uji tidak secepat onset furosemid hal tersebut dikarenakan kandungan kimia dari ekstrak etanol 70% daun markisa belum diketahui dimana tempat kerjanya dalam ginjal, tidak seperti furosemid yang sudah diketahui tempat kerjanya di lengkung Henle bagian menaik.

Hasil penelitian kali ini masih dianggap kurang optimal karena menggunakan mencit yang tidak terseleksi serta jumlahnya kurang dari 40 ekor. Sehingga data kelompok uji yang dihasilkan belum dapat menunjukan dosis ekstrak etanol 70% daun markisa yang paling optimal dalam menghasilkan efek diuretik. Pada penelitian ini juga terdapat kendala yaitu menurut penapisan farmakologi seharusnya setiap kelompok perlakuan adalah 40 ekor mencit, tetapi karena keterbatasan biaya menyebabkan penulis hanya menggunakan 5 ekor/kelompok dengan tiga kali curah percobaan, sehingga digunakan 15 ekor/kelompok. Melihat banyaknya mencit yang tidak berkemih, dapat disimpulkan bahwa peneliti belum terampil memperlakukan hewan coba.

BAB V

Dalam dokumen UJI KHASIAT DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70 D (Halaman 32-39)

Dokumen terkait