• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KHASIAT DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70 D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UJI KHASIAT DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70 D"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah penyakit degeneratif akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Salah satu penyakit yang menjadi perhatian adalah penyakit kardiovaskuler. Dr. Rustika, peneliti Balitbang Departemen Kesehatan, dalam disertasi doktornya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan bahwa penyakit kardiovaskuler saat ini telah menjadi pembunuh yang cukup signifikan (www.lapilaboratories.com). Salah satu penyakit kardiovaskuler adalah hipertensi. Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas dan stres psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai.

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia (www.majalah-farmacia.com).

(2)

diantaranya yang berkhasiat diuretik. Oleh karena itu, alternatif obat alam yang berkhasiat diuretik dapat dikembangkan dari alam Indonesia sebagai salah satu obat tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Selain itu, obat tradisional banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak menyebabkan efek samping (www.indonesiaherbal.com).

Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat tradisional dan belum dibuktikan secara ilmiah adalah markisa. Markisa (Passiflora quadrangularis) adalah tanaman yang berupa semak, menjalar, panjang ± 10 m.

Daun markisa secara empiris berkhasiat sebagai peluruh air seni. Untuk peluruh air seni dipakai ± 10 gram daun segar Passiflora quadrangularis, dicuci, direbus dengan 2 gelas air selama 25 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum dua kali sama banyak pagi dan sore (Hutapea, 1994 : 187).

Salah satu senyawa yang diduga berkhasiat diuretik dalam daun markisa adalah saponin yang dapat meningkatkan absorbsi senyawa-senyawa diuretikum (terutama yang berbentuk garam) dan tampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif (Gunawan, 2004 : 89).

(3)

diuretik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemakaian tanaman obat tradisional untuk pengobatan hipertensi pada khususnya dan pengembangan tanaman obat tradisional pada umumnya.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol 70% daun markisa berkhasiat diuretik ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui khasiat diuretik dari ekstrak etanol 70% daun markisa terhadap mencit putih jantan DDY.

1.3.1 Tujuan Khusus

A. Mengetahui pada dosis berapa ekstrak etanol 70% daun markisa berkhasiat sebagai diuretik.

B. Membandingkan onset ekstrak etanol 70% daun markisa dengan furosemid.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi penulis

(4)

1.4.2. Bagi masyarakat

Dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi penyakit hipertensi.

1.4.3. Bagi kampus

A. Menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang membacanya dan dapat dijadikan referensi untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Markisa ( Passiflora quadrangularis L. ) A. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Parietales Suku : Passifloraceae Marga : Passiflora

Jenis : Passiflora quadrangularis L

B. Sinonim dan nama daerah

Nama latin markisa adalah : Passiflora quadrangularis L dan beberapa nama daerahnya adalah Rubis (Palembang), Belewa (Melayu), Markusa (Sunda), Markisah (Jawa).

C. Morfologi tanaman markisa

Habitus : Semak, menjalar, panjang ±10 m.

(6)

Daun : Tunggal, lonjong, tersebar, panjang 7-20 cm , lebar 5-14 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip, permukaan licin, tangkai bersegi, panjang 2-6 cm, hijau.

Bunga : Tunggal, bulat, berkelamin dua, di ketiak daun, tangkai bergerigi, panjang 3-4 cm, hijau, mahkota lonjong, permukaan beralur, ungu, kelopak lonjong, hijau, benang sari bertangkai, bentuk tabung, panjang ± 6 cm, kepala sari silindris, panjang ± 0.6 cm, putih, putih pendek, kuning, mahkota lonjong, permukaan beralur, ungu.

Buah : Lonjong, panjang ± 20 cm, diameter ± 15 cm, hijau keputih-putihan.

Biji : Bulat pipih, panjang ± 0.3 cm, putih. Akar : Tunggang, putih kotor.

D. Khasiat

(7)

E. Kandungan kimia

Daun, batang buah Passiflora quadrangularis mengandung saponin dan polifenol, disamping itu batang dan buahnya juga mengandung flavonoida (Hutapea, 1994 : 187).

2.1.2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995 : 7).

2.1.3. Pengertian diuretik

Diuretik adalah zat – zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay, 2007 : 519). Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Nafrialdi, 2007 : 389 ).

(8)

secara aktif kurang lebih 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan

ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Dari tubula proksimal filtrat disalurkan ke lengkungan Henle. Di bagian menaik Henle’s loop ini 25% dari semua ion Cl- yang telah direabsorbsi secara aktif, disusul dengan reabsorbsi pasif

dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Filtrat kemudian

dialirkan ke tubula distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi secara

aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan K+ atau NH

4+, proses ini

dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofise bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini. Filtrat disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun di sini sebagai urin (Tjay, 2007 : 519-521).

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Nafrialdi, 2007 : 389 ).

(9)

2.1.4. Penggolongan diuretik, mekanisme kerja dan tempat kerjanya di tubulus

Secara umum, diuretik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu : (1) diuretik osmotik (2) penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal. Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal adalah : (1) benzotiazid (2) diuretik kuat (3) diuretik hemat kalium dan (4) penghambat karbonik anhidrase.

Tabel 2.1 Penggolongan, tempat dan cara kerja diuretik Golongan diuretic Tempat kerja utama Cara kerja Diuretik osmotic 1. Tubuli proksimal hipertonisitas daerah medula menurun

Tiazid Hulu tubuli distal Penghambatan terhadap reabsorpsi natrium klorida

Diuretik hemat kalium

Hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks

Penghambatan antiport Na+/K+

(reabsorbsi natrium dan sekresi kalium) dengan jalan antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorid)

Diuretik kuat Ansa henle bagian ascenden pada bagian dengan epitel tebal

Penghambatan terhadap kotransport Na+ / K+ / Cl

(10)

2.1.4. Furosemid

Gambar 2.1 Rumus bangun furosemid Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat

Furosemid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H11ClN2O5S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir kuning, tidak berbau. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton,

dalam dimetilformamida dan dalam larutan alkali

hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam kloroform (Anonim, 1995 : 400- 401).

Mekanisme : Furosemid merupakan turunan sulfonamide yang berdaya

Kerja diuretik kuat dan bertitik kerja di lengkung henle bagian

menaik. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam, dan

bertahan 4-6 jam.

Dosis : Pada udema : oral 40-80 mg pagi p.c. (post coenam), jika

perlu atau pada insufisiensi ginjal sampai 250-2.000 mg

sehari dalam 2-3 dosis (Tjay, 2007 : 523).

(11)

2.1.6. Natrium klorida

Natrium klorida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101, 0 % NaCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air

mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol

(Anonim, 1995 : 584-585).

Penggunaan : Sebagai induktor dalam uji diuretik.

2.1.7. Tragakan

Tragakan adalah eksudat kering gom dari Astragalus gummifer Labillardiere atau spesies Asiatic lain dari Astragalus (Familia Leguminosae). Tanaman Astragalus gummifer berupa semak-semak bercabang, berduri, dan tinggi 1 m.

Tragakan mengandung 60-70% basorin, suatu kompleks dari asam-asam dengan polimetoksil yang mengembang dalam air, tetapi tidak larut. Basorin mempunyai bentuk molekul memanjang dan membentuk larutan yang kental.

Pemerian : Tidak berbau; mempunyai rasa tawar; seperti lender (Anonim, 1995 : 799).

Kelarutan : Dalam air agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi masa homogen, lengket, dan seperti gelatin (Anonim, 1979 : 612).

(12)

2.1.8. Mencit (Mus muculus)

Mencit hewan yang bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul dengan sesamanya, dan lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari. Cara pemberian dapat dilakukan secara oral, intravena, subkutan, intramuskular, intraperitoneal, dan intradermal.

Pemberian secara oral dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum atau kanula berujung tumpul dan berbentuk bola dengan maksimal volume 1 ml/20 g berat badan. Jarum atau kanula dimasukkan ke dalam mulut perlahan– lahan diluncurkan melalui langit–langit kebelakang sampai esophagus. Pemberian tanda dapat dilakukan dengan cara memberi garis atau titik dengan menggunakan larutan 10% pikrat, tinta cina, atau pewarnaan lain pada punggung atau ekor

(13)

2.3. Definisi Operasional

A. Efek diuretik adalah efek yang ditimbulkan pada mencit setelah diberi perlakuan yang dihitung dengan rumus :

VUT : Volume urin yang tertampung VCB : Volume cairan yang diberikan

B. Onset adalah waktu pertama kali menimbulkan efek diuretik pada mencit setelah diberi perlakuan (selisih antara waktu mulai berkemih dengan waktu saat sonde perlakuan dicabut dari mulut mencit).

C. Kelompok kontrol positif adalah kelompok hewan (mencit) yang diberikan perlakuan dengan furosemid dosis 40 mg/tab dan NaCl.

D. Kelompok kontrol negatif adalah kelompok hewan (mencit) yang diberikan perlakuan dengan tragakan 0,5% dan NaCl.

E. Kelompok uji 1 adalah kelompok hewan (mencit) yang diberikan perlakuan dengan zat uji dosis ½ x dan NaCl.

F. Kelompok uji 2 adalah kelompok hewan (mencit) yang diberikan perlakuan dengan zat uji dosis 1 x dan NaCl.

G. Kelompok uji 3 adalah kelompok hewan (mencit) yang diberikan perlakuan dengan zat uji dosis 2 x dan NaCl.

(14)

H. Zat Uji adalah zat yang diberikan kepada hewan uji berupa ekstrak etanol 70 % daun markisa.

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Farmasi pada bulan Juni 2010.

3.2. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental. Sumber data penelitian ini adalah :

A. Studi pustaka : Teori dari literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

B. Studi lapangan : Data di tempat penelitian yang diperoleh dalam bentuk data primer melalui pengamatan langsung di lapangan.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian Alat :

A. Timbangan hewan digital merek accurate.

B. Timbangan analitik merek boeco germany dan sartorius. C.Kaca arloji.

D.Sonde oral.

E. Beaker glass, gelas ukur, vial, lumpang, alu, sudip, dan serbet.

F. Stopwatch.

(16)

Bahan :

A. Aquades.

B. Furosemid generik 40 mg/tablet (PT. Indofarma Tbk.). C. Tragakan (PT. Brataco).

D. Zat uji ; ekstrak etanol 70% daun markisa dosis ½ x, 1x, dan 2x (Dideterminasi oleh LIPI dan dibuat oleh Balitro).

E. NaCl (PT. Brataco).

F. Mencit putih jantan DDY (Deutch Democratic Yokohama) dengan berat badan (BB) antara 18-22 g.

3.4. Rancangan Penelitian

3.4.1. Hewan percobaan

Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan BB antara 18-22 g yang berasal dari Laboratorium Hewan Percobaan Badan POM.

3.4.2. Jumlah hewan percobaan

Penentuan jumlah sampel mencit yang akan diberi perlakuan pada penelitian ini berdasarkan rumus yang terdapat dalam buku karangan Hanafiah :

(t-1) (r-1) ≥ 15

t = jumlah perlakuan

(17)

Perhitungan untuk menentukan jumlah setiap kelompok adalah sebagai berikut:

t = 5

(5-1) (r-1) ≥ 15

4t – 4 ≥ 15

4r ≥ 19

r ≥ 4,75

4,75 ≈ 5

Hasil dari perhitungan tersebut dibutuhkan mencit minimal sebanyak lima ekor per kelompok untuk lima perlakuan.

3.4.3. Rancangan volume per oral

Volume maksimal per oral mencit menurut Harmita adalah 1 ml/20 g BB. Volume oral mencit untuk larutan NaCl 1,8% sebanyak 1 ml/20 g BB diubah menjadi larutan NaCl 3,6% dengan volume oral sebanyak 0,5 ml/20 g BB dan volume oral untuk perlakuan sebanyak 0,5 ml/20 g BB.

Dosis yang digunakan untuk tiap kelompok perlakuan :

(18)

Kelompok 2 : Kelompok kontrol positif (diberikan suspensi furosemid sebanyak 0,5 ml/20 g BB dan larutan NaCl 3,6% sebanyak 0,5 ml/20 g BB).

Kelompok 3 : Kelompok uji 1 (diberikan suspensi zat uji dosis ½ x sebanyak 0,5 ml/20 g BB dan larutan NaCl 3,6% sebanyak 0,5 ml/20 g BB).

Kelompok 4 : Kelompok uji 2 (diberikan suspensi zat uji dosis 1 x sebanyak 0,5 ml/20 g BB dan larutan NaCl 3,6% sebanyak 0,5 ml/20 g BB).

Kelompok 5 : Kelompok uji 3 (diberikan suspensi zat uji dosis 2 x sebanyak 0,5 ml/20 g BB dan larutan NaCl 3,6% sebanyak 0,5 ml/20 g BB).

3.4.4. Perhitungan dosis dan pembuatan sediaan

A. Suspensi tragakan 0,5% Perhitungan :

Pembuatan :

1.) Tragakan ditimbang sebanyak 0,75 g

2.) Tragakan digerus didalam lumpang lalu ditambahkan aquades sebanyak 5,3 ml (7 x tragakan = 7 x 0,75 = 5,25 ≈ 5,3 ) dan digerus cepat sampai menjadi suspensi yang bagus.

3.) Ditambahkan aquades ± 50 ml, lalu digerus sampai homogen.

4.) Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquades sampai 150 ml, lalu diaduk sampai homogen.

0,5 g x 150ml = 0,75 g

(19)

B. Larutan NaCl 3,6%

Pembuatan :

1.) NaCl ditimbang sebanyak 3,6 g .

2.) NaCl digerus dan ditambahkan aquades sedikit demi sedikit sebanyak 50 ml, lalu diaduk sampai homogen. 3.) Larutan dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquades sampai

100 ml, lalu diaduk sampai homogen. C. Suspensi furosemid

Dosis pada manusia adalah 1 tablet sekali pakai (1 tablet = 40 mg)

Konversi dosis pada mencit dengan berat badan 20 g adalah 40 mg x 0,0026 = 0,104 mg.

Volume suspensi yang diberikan secara oral pada mencit dengan berat badan 20 g adalah 0,5 ml.

Perhitungan :

Pembuatan :

1.) Vial dikalibrasi.

2.) Tablet furosemid 40 mg digerus sampai homogen.

3.) Disuspensikan dalam 10 ml tragakan 0,5% sehingga konsentrasinya 4 mg/ml. 4.) Larutan tersebut diambil 1 ml dan dimasukkan ke vial yang telah dikalibrasi,

(20)

lalu ditambahkan tragakan 0,5% sampai 19,2 ml, lalu dikocok sampai homogen.

D. Suspensi zat uji

Dosis daun markisa segar untuk manusia adalah 10 g (dua kali pakai) atau 5 g (satu kali pakai). Berat daun markisa kering yang dihasilkan dari 3 kg daun markisa segar adalah 0,6 kg. Jadi berat daun markisa kering yang dihasilkan dari 5 g daun markisa segar adalah 1 g.

Berat serbuk simplisia daun markisa untuk penyarian adalah 250 g. Ekstrak kental daun markisa yang diperoleh dari penyarian adalah 42,3 g. Jadi ekstrak daun markisa untuk manusia adalah

250 g = 42,3 g

1 g = x g

x = 0,1692 g

Dosis ekstrak daun markisa :

Dosis ½ x : 0,1692 g x 0,0026 x ½ = 0,00021996 g/20 g BB = 0,2200 mg/20 g BB.

Dosis 1 x : 0,1692 g x 0,0026 x 1 = 0,00043992 g/20 g BB = 0,4399 mg/20 g BB.

(21)

Pembuatan sediaan uji :

1.) Suspensi zat uji induk

Pembuatan :

a. Zat uji ditimbang sebanyak 1 g dengan menggunakan kaca arloji dan timbangan analitik.

b. Zat uji disuspensikan dalam 100 ml tragakan 0,5% sehingga konsentrasinya 10 mg/ml.

2.) Suspensi zat uji dosis ½ x

Volume suspensi yang diberikan secara oral pada mencit dengan berat badan 20 g adalah 0,5 ml.

Perhitungan :

Pembuatan : a. Vial dikalibrasi.

b. Suspensi zat uji induk diambil ½ ml dengan menggunakan sonde, lalu dimasukkan ke vial yang telah dikalibrasi.

c. Tragakan 0,5% ditambahkan ke dalam vial sampai 11,4 ml, lalu dikocok sampai homogen.

3.) Suspensi zat uji dosis 1 x

Volume suspensi yang diberikan secara oral pada mencit dengan berat badan 20 g adalah 0,5 ml.

5 mg = 0,2200 mg x ml 0,5 ml

(22)

Perhitungan :

Pembuatan : a. Vial dikalibrasi.

b. Suspensi zat uji induk diambil 1 ml dengan menggunakan sonde, lalu dimasukkan ke vial yang telah dikalibrasi.

c. Tragakan 0,5% ditambahkan ke dalam vial sampai 11,4 ml, lalu dikocok sampai homogen.

4.) Suspensi zat uji dosis 2 x

Volume suspensi yang diberikan secara oral pada mencit dengan berat 20 g adalah 0,5 ml.

Perhitungan :

Pembuatan : a. Vial dikalibrasi.

b. Suspensi zat uji induk diambil 2 ml dengan menggunakan sonde, lalu dimasukkan ke vial yang telah dikalibrasi.

c. Tragakan 0,5% ditambahkan ke dalam vial sampai 11,4 ml, lalu dikocok sampai homogen.

10 mg = 0,4399 mg x ml 0,5 ml

x = 11,37 ml ≈ 11,4 ml

20 mg = 0,8798 mg x ml 0,5 ml

(23)

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Aklimatisasi hewan percobaan

Aklimatisasi hewan percobaan dilakukan dengan cara mendiamkan mencit putih jantan dalam kandang selama 1 minggu, dipelihara dengan perlakuan dan nutrisi yang sama. Tujuan aklimatisasi hewan percobaan adalah untuk memberikan waktu kepada mencit untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.

3.5.2. Prosedur kerja

A. Beberapa hari sebelum percobaan dimulai, dilakukan seleksi untuk menentukan mencit yang memenuhi syarat untuk mengikuti protokol penapisan terarah (Anonim, 1993) dengan prosedur sebagai berikut :

1.) Mencit dipuasakan selama 18 jam.

2.) Mencit diberi nomor dengan spidol kemudian ditimbang menggunakan timbangan hewan.

3.) Mencit diberi volume oral larutan NaCl 1,8% 1ml/20 g BB.

4.) Masing-masing mencit ditempatkan dalam kandang metabolisme individual dan urin yang dieksresikan ditampung.

5.) Volume urin tiap jam selama 4 jam dicatat.

(24)

VUT = Volume urin yang tertampung VCB = Volume cairan yang diberikan

B. Setelah dilakukan seleksi pada mencit sesuai dengan protokol penapisan, mencit diberi perlakuan dengan prosedur sebagai berikut :

1.) Semua mencit dipuasakan makan dan minum selama 18 jam.

2.) Mencit diberi nomor dengan spidol kemudian ditimbang menggunakan timbangan hewan.

3.) Dilakukan penghitungan, pencatatan dan pengukuran volume perlakuan untuk kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan uji.

4.) Semua mencit diberi volume oral larutan NaCl 3,6% sebanyak 0,5 ml/20 g BB dan perlakuan sebanyak 0,5 ml/20 g BB mencit.

5.) Jam perlakuan dicatat.

6.) Masing-masing mencit ditempatkan dalam kandang metabolisme individual dan urin yang dieksresikan ditampung.

7.) Waktu pertama kali mencit berkemih dan volume urin tiap jam selama 4 jam dicatat.

3.6. Analisis Data

A. Seluruh data hasil penelitian ditabulasikan.

B. Efek diuretik dihitung menggunakan rumus : VUT X 100 % = 20-40%

VCB

(25)

VUT : Volume urin yang tertampung VCB : Volume cairan yang diberikan

C. Data dinormalkan dengan menetapkan batas penyimpangan berdasarkan nilai SD (standar deviasi) terbesar diantara 5 kelompok perlakuan.

D. Data dihitung secara statistik dengan program SPSS 12.0.

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian disusun dari bulan Juni-Juli 2010.

4.1.1. Hasil seleksi

Hasil seleksi menunjukkan bahwa dari 71 mencit, yang lolos seleksi ada 21 ekor. Data seleksi dapat dilihat pada tabel lampiran 1.

4.1.2. Hasil perlakuan A. Kelompok normal

(27)

Tabel 4.1 Data kelompok normal

No. Berat VCB Onset VUT (ml) tiap jam Diuretik Efek

Mencit (g) (ml) (menit) 1 2 3 4 (%)

1 17.50 0.88 54 0.15 0.15 0.25 0.30 34.09

2 19.00 0.96 57 0.10 0.10 0.40 0.40 41.67

3 18.00 0.90 58 0.05 0.10 0.40 0.40 44.44

4 17.50 0.88 129 0.00 0.00 0.30 0.40 45.45

5 17.50 0.88 134 0.00 0.00 0.10 0.40 45.45

6 19.00 0.96 68 0.00 0.20 0.50 0.50 52.08

7 19.00 0.96 69 0.00 0.50 0.50 0.50 52.08

8 18.50 0.92 105 0.00 0.30 0.30 0.50 54.35

9 16.50 0.82 54 0.05 0.25 0.35 0.50 60.98

10 16.00 0.80 64 0.00 0.25 0.50 0.50 62.50

11 17.50 0.88 86 0.00 0.40 0.50 0.55 62.50

12 20.50 1.02 54 0.20 0.50 0.70 0.70 68.63

Rata-rata onset 77.67 Rata-rata efek diuretik 52.02

Standar deviasi 10.24

B. Kelompok furosemid

(28)

Tabel 4.2 Data kelompok furosemid

No. Berat VCB Onset VUT (ml) tiap jam Diuretik Efek

Mencit (g) (ml) (menit) 1 2 3 4 (%)

1 18.00 0.90 28 0.70 0.85 0.85 0.85 94.44

2 18.00 0.80 51 0.50 0.60 0.80 0.85 106.25

3 20.00 0.82 42 0.35 0.45 0.60 0.90 109.76

4 18.00 0.90 38 0.20 0.65 0.90 1.00 111.11

5 17.00 0.86 30 0.80 0.85 1.10 1.15 133.72

6 16.00 0.80 41 1.00 1.00 1.10 1.10 137.50

7 18.50 0.92 42 0.30 0.30 1.30 1.30 141.30

8 18.00 0.90 23 1.00 1.00 1.25 1.35 150.00

9 18.50 0.92 45 0.50 1.00 1.40 1.40 152.17

10 18.50 0.92 43 1.10 1.40 1.40 1.40 152.17

11 16.50 0.82 48 0.90 1.05 1.20 1.25 152.44

12 16.50 0.82 23 1.20 1.25 1.25 1.30 158.54

13 20.50 1.02 43 1.50 1.70 1.70 1.80 176.47

14 20.00 1.00 46 1.20 1.50 1.90 1.90 190.00

15 19.00 0.96 42 1.55 1.85 1.95 1.95 203.13

Rata-rata onset 39 Rata-rata efek diuretik 144.60

Standar deviasi 30.94

C. Kelompok uji 1

(29)

Tabel 4.3 Data kelompok uji 1

No. Berat VCB Onset VUT (ml) tiap jam Diuretik Efek

Mencit (g) (ml) (menit) 1 2 3 4 (%)

1 24.00 1.20 168 0.00 0.00 0.60 0.60 50.00

2 21.50 1.08 47 0.30 0.55 0.55 0.55 50.93

3 23.50 1.18 38 0.50 0.75 0.80 0.80 67.80

4 24.50 1.22 76 0.00 0.40 0.60 1.25 102.46

5 22.00 1.10 102 0.20 0.40 0.90 1.15 104.55

6 26.50 1.32 58 0.35 0.75 0.75 1.40 106.06

7 28.00 1.40 59 0.60 1.70 1.70 1.70 121.43

Rata-rata onset 78.29 Rata-rata efek diuretik 86.17

Standar deviasi 29.24

D. Kelompok uji 2

Hasil persentase rata-rata efek diuretik yang dihasilkan dari kelompok uji 2 dari 5 mencit adalah 41,46%. Data perlakuan kelompok uji 2 dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data kelompok uji 2

No. Berat VCB Onset VUT (ml) tiap jam Diuretik Efek

Mencit (g) (ml) (menit) 1 2 3 4 (%)

1 24.00 1.20 89 0.00 0.45 0.45 0.45 37.50

2 21.00 1.06 227 0.00 0.00 0.00 0.40 37.74

3 26.00 1.30 141 0.00 0.00 0.50 0.50 38.46

4 24.00 1.20 182 0.00 0.00 0.00 0.55 45.83

5 27.00 1.36 89 0.00 0.65 0.65 0.65 47.79

Rata-rata onset 145.60 Rata-rata efek diuretik 41.46

Standar deviasi 4.94

E. Kelompok uji 3

(30)

Tabel 4.5 Data kelompok uji 3

No. Berat VCB Onset VUT (ml) tiap jam Diuretik Efek

Mencit (g) (ml) (menit) 1 2 3 4 (%)

1 27.00 1.36 53 0.00 0.00 0.00 0.80 58.82

2 20.50 1.02 234 0.00 0.00 0.00 0.60 58.82

3 24.00 1.20 60 0.40 0.40 0.80 0.80 66.67

4 26.50 1.32 98 0.00 0.45 0.85 0.90 68.18

5 26.50 1.36 37 0.45 0.80 1.00 1.00 73.53

6 22.50 1.12 97 0.00 0.45 0.00 1.00 89.29

7 25.50 1.28 44 0.45 1.10 1.10 1.25 97.66

8 22.50 1.12 36 0.20 0.70 1.20 1.20 107.14

Rata-rata onset 82.38 Rata-rata efek diuretik 77.51

Standar deviasi 18.29

4.1.3. Efek diuretik tiap kelompok perlakuan

Persentasi rata-rata efek diuretik terbesar dihasilkan oleh kelompok furosemid yaitu sebesar 144,60% sedangkan persentasi rata-rata efek diuretik terendah dihasilkan oleh kelompok uji 2 yaitu 41,46%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 dan gambar 4.1.

Tabel 4.6 Data rekapitulasi persentase rata-rata efek diuretik tiap kelompok perlakuan

Kelompok perlakuan Rata - rata efek diuretik (%)

Normal 52.02

Furosemid 144.60

Uji 1 86.17

Uji 2 41.46

(31)

Gambar 4.1 Grafik persentase rata-rata efek diuretik tiap kelompok perlakuan

4.1.4. Waktu mulai berefek (onset)

Waktu mulai berefek (onset) dinyatakan dalam satuan menit. Kelompok furosemid memiliki onset tercepat (39,00 menit) sedangkan kelompok uji 2 memiliki onset terlama (145,60 menit). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 dan gambar 4.2.

Tabel 4.7 Data rekapitulasi rata-rata onset tiap kelompok perlakuan

Kelompok perlakuan Rata - rata onset (menit)

Normal 77.67

Furosemid 39.00

Uji 1 78.29

Uji 2 145.60

(32)

Gambar 4.2 Grafik rata – rata onset tiap kelompok perlakuan

4.1.5. Analisis hasil penelitian secara statistiik

Setelah semua data diperoleh dan ditabulasikan dalam bentuk tabel kemudian data dihitung secara statistik dengan program SPSS 12.0. Data persentase efek dan onset diuretik yang didapat terdistribusi normal tetapi variasinya tidak homogen sehingga data diuji dengan Kruskal-Wallis dengan alfa 5%. Hasil dari uji Kruskal-Wallis untuk efek diuretik menyatakan bahwa ada perbedaan khasiat

diuretik diantara kelima kelompok perlakuan sehingga analisis dilanjutkan dengan analisis T-Test yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Hasil dari uji Kruskal-Wallis untuk onset diuretik menyatakan bahwa ada perbedaan onset diuretik

diantara kelima kelompok perlakuan sehingga analisis dilanjutkan dengan analisis T-Test yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Hasil perhitungan statistik

(33)

Tabel 4.8 Hasil statistik uji T-Test untuk khasiat diuretik

Kelompok Kelompok Sig. Hasil Kesimpulan

1. Furosemid Normal 0,000 Sig. < α Ada perbedaan Uji 1 0,000 Sig. < α Ada perbedaan

Uji 3 0,514 Sig. > α Tidak ada perbedaan 4. Uji 2 Uji 3 0,001 Sig. < α Ada perbedaan

Tabel 4.9 Hasil statistik uji T-Test untuk onset diuretik

Kelompok Kelompok Sig. Hasil Kesimpulan

1. Furosemid Normal 0,001 Sig. < α Ada perbedaan Uji 1 0,059 Sig. > α Tidak ada perbedaan Uji 2 0,016 Sig. < α Ada perbedaan Uji 3 0,106 Sig. > α Tidak ada perbedaan 5. Normal Uji 1 0,971 Sig. > α Tidak ada perbedaan Uji 2 0,062 Sig. > α Tidak ada perbedaan Uji 3 0,829 Sig. > α Tidak ada perbedaan 7. Uji 1 Uji 2 0,049 Sig. < α Ada perbedaan

Uji 3 0,892 Sig. > α Tidak ada perbedaan 9. Uji 2 Uji 3 0,108 Sig. > α Tidak ada perbedaan

Keterangan : Sig. = nilai signifikan α = 0,05

4.2. Pembahasan

(34)

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995 : 7). Daun markisa secara empiris berkhasiat sebagai peluruh air seni (Hutapea, 1994 : 187). Salah satu senyawa yang diduga terdapat dalam daun markisa adalah saponin yang dapat meningkatkan absorbsi senyawa-senyawa diuretikum (terutama yang berbentuk garam) dan tampaknya juga merangsang ginjal untuk lebih aktif (Gunawan, 2004 : 89). Etanol merupakan pelarut yang bersifat semipolar. Ekstraksi menggunakan pelarut etanol dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar. Kemungkinan senyawa saponin dapat tersari dalam pelarut etanol. Etanol dipilih sebagai pelarut karena mempunyai kelebihan dibandingkan air yaitu tidak menyebabkan pembengkakan sel saat penyarian, menghambat kerja enzim yang dapat menyebabkan reaksi fermentatif pada zat aktif dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut.

Berdasarkan kandungan kimia yang dimilikinya diharapkan ekstrak etanol 70% daun markisa memiliki khasiat diuretik terhadap mencit putih jantan galur DDY.

(35)

ekor. Oleh karena itu penulis tidak sanggup menyediakan mencit yang terseleksi sehingga menggunakan seluruh mencit yang telah diseleksi. Data hasil seleksi dapat dilihat pada lampiran 1.

Setelah seluruh mencit diseleksi, penelitian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok uji 1, kelompok uji 2, kelompok uji 3 dan furosemid. Sesaat sebelum diberikan zat uji, seluruh kelompok perlakuan diberikan NaCl 3,6% 0,5 ml/20 g BB sebagai penginduksi pengeluaran urin. Data hasil penelitian 15 ekor mencit dapat dilihat pada lampiran 2 sampai dengan lampiran 6.

Dalam penelitian ini terdapat 12 ekor mencit dari kelompok uji yang datanya dihilangkan karena tidak memberikan efek diuretik sama sekali. Data yang didapat dinormalkan dengan menetapkan persen simpangan berdasarkan nilai standar deviasi terbesar dintara 5 kelompok perlakuan. Data yang diambil adalah data yang memiliki persen simpangan ± 42,54%. Standar deviasi terbesar terdapat pada kelompok uji 1. Persentase efek diuretik yang tidak termasuk dalam kisaran batas penyimpangan tidak dipakai atau dihilangkan karena dianggap sebagai data ekstrim yang akan menyebabkan persentase rata-rata efek diuretik memiliki standar deviasi lebih besar.

(36)

efek diuretiknya 77,51% dan kelompok furosemid tetap memiliki 15 data dengan rata-rata efek diuretik 144,6%. Hasil perlakuan yang sudah dihitung berdasarkan persen penyimpangan dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai 4.5.

Pemberian perlakuan sangat mempengaruhi hasil yang akan didapat. Pada kelompok normal mencit diberikan tragakan 0,5%/20 g BB. Pemberian tragakan pada kelompok normal dimaksudkan untuk menyamakan perlakuan karena tragakan 0,5% digunakan sebagai suspending agent pada ekstrak etanol 70% daun markisa dan furosemid.

Dari hasil yang didapat penulis melanjutkan analisis secara statistik. Analisis statistik yang digunakan yaitu analisis Kruskal-Wallis dan analisis T-Test. Analisis Kruskal-Wallis dipilih karena syarat pada uji Oneway Anova tidak terpenuhi yaitu

variasi data antara kelima kelompok perlakuan tidak homogen. Analisis Kruskal-Wallis digunakan untuk menunjukan apakah ada perbedaan antara kelima

kelompok perlakuan menggunakan alfa 5%. Setelah dianalisis ternyata baik efek maupun onset diuretik ada perbedaan di antara kelima kelompok perlakuan sehingga analisis dilanjutkan dengan analisis T-Test.

(37)
(38)

direabsorbsi di segmen akhir tubulus distal dan tubulus kolingentes jumlahnya sedikit, sehingga urin yang dihasilkan lebih encer dan lebih banyak (C, Arthur : 449-450). Kelompok furosemid sebagai pembanding terbukti memiliki khasiat diuretik yang paling tinggi diantara kelompok lainnya karena furosemid telah terbukti secara klinis memiliki khasiat diuretik dan termasuk golongan diuretik kuat. Keseluruhan rata-rata persentase efek diuretik dapat dilihat pada tabel 4.6 dan grafik 4.1.

Onset tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.7 dan grafik 4.2. Secara statistik ternyata onset diuretik furosemid tidak ada perbedaan secara bermakna dengan zat uji dosis ½ x dan 2 x. Jika dilihat nilai onsetnya, onset zat uji tidak secepat onset furosemid hal tersebut dikarenakan kandungan kimia dari ekstrak etanol 70% daun markisa belum diketahui dimana tempat kerjanya dalam ginjal, tidak seperti furosemid yang sudah diketahui tempat kerjanya di lengkung Henle bagian menaik.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

A. Ekstrak etanol 70% daun markisa terbukti secara statistik berkhasiat sebagai diuretik pada mencit putih jantan DDY yaitu pada dosis ½ x dan 2 x.

B. Onset furosemid yaitu 39 menit secara statistik tidak ada perbedaan secara bermakna dengan onset ekstrak etanol 70% daun markisa dosis ½ x yaitu 78,29 menit dan onset ekstrak etanol 70% daun markisa dosis 2 x yaitu 82,38 menit.

5.2. Saran

A. Perlu dilakukan penelitian menggunakan 40 mencit per kelompok dan lebih banyak kelompok zat uji agar data yang didapat lebih memuaskan.

Gambar

Tabel 2.1 Penggolongan, tempat dan cara kerja diuretik
Gambar 2.1 Rumus bangun furosemid
Gambar 2.2 Bagan kerangka konsep
Tabel 4.1 Data kelompok normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

The second thing is the theories of personality and child development, these theories will help the writer to relate and show the influence of childhood experience upon

Dengan diimplementasikannya router sistem di Universitas Islam 1945, maka berbagai perubahan dapat langsung dirasakan oleh para pengguna jaringan dengan meningkatnya kecepatan

Sehubungan dengan hasil prakualifikasi untuk seleksi umum PENGADAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN LANJUTAN BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN BELITUNG

Penulisan ini membahas tentang website dan pembuatannya dengan tujuan dapat dijadikan sebagai media informasi, yang ditujukan untuk user yang membutuhkan kemudahan dalam melihat

Sehubungan dengan hasil prakualifikasi untuk seleksi umum PENGADAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN LANJUTAN BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN SIDOARJO

Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk memudahkan mahasiswa yang ingin mempelajari memory cache sehingga materi tersebut menarik untuk dipelajari dengan cara membuat suatu

Jalan PemDda No.411 Telp..

Berdasarkan pembahasan dan pengujian sistem aplikasi pengelolaan jurnal berbasis online ini, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sistem aplikasi pengelolaan