• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Bahan Abu Sekam Padi Pada Campuran Beton Aspal Panas

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Tipe 1 Aspal

C. Abu Sekam Padi sebagai bahan Filler

4.5. Pembuatan Benda Uji KAO ( Kadar Aspal Optimum ) Dengan Variasi Abu Sekam Padi

4.5.3. Analisis Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Bahan Abu Sekam Padi Pada Campuran Beton Aspal Panas

AC-WC.

Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter marshall sebagai berikut :

a. Kepadatan

Nilai density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan density tinggi dalam batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan campuran yang mempunyai density yang rendah.

Nilai density suatu campuran dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi bahan susun serta cara pemadatan, suatu campuran akan memiliki density yang tinggi apabila mempunyai bentuk butir yang tidak seragam dan porositas butiran rendah . Nilai kepadatan campuran beton aspal lapis aus AC-WC dengan kapur sebagai bahan abu sekam padi 3%,5%,7%,9%,10% dapat dilihat pada gambar 4.4. untuk campuran beton aspal lapis aus AC-WC pada kondisi kadar aspal optimum.

IV-23

Gambar 4.4. Diagram hubungan variasi abu sekam padi terhadap kepadatan pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar abu sekam padi yang di tambahkan maka nilai kepadatan (density) semakin meningkat hal ini dikarenakan rongga antar agregat pada campuran menjadi lebih kecil yang mengakibatkan campuran menjadi rapat.

b. Stabilitas Minimum 800 (Kg)

Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan beban tanpa mengalami perubahan bentuk ( deformasi ) tetap, dinyatakan dalam satuan beban lalu lintas, perkerasan yang memiliki nilai stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas besar, akan tetapi stabilitas yang terlalu rendah akan mengakibatkan perkerasan akan mudah mengalami alur ( rutting ) oleh beban lalu lintas. Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi abu sekam padi pada kadar aspal optimum diperlihatkan pada gambar 4.5.

IV-24

Gambar 4.5. Diagram hubungan variasi abu sekam padi terhadap Stabilitas pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.5. diatas menunjukkan bahwa Stabilitas campuran yang menggunakan variasi abu sekam padi cenderung mengalami peningkatan. Nilai stabilitas mengalami peningkatan pada kadar abu sekam padi 3%,5%,7% hal ini disebabkan pengikatan antara abu sekam padi dan lapisan aspal yang baik, semakin bertambahnya kadar abu sekam padi dalam campuran maka akan semakin rendah kaku dan kembali menurun pada kadar abu sekam padi 9% dan 10%. Hal ini disebabkan penambahan abu sekam padi membuat daya rekat aspal berkurang karena abu sekam padi mengandung mineral sehingga nilai stabilitas menurun apabila terlalu banyak kandungan abu sekam padi yang terdapat dalam campuran.

c. Pelelehan (Flow) Minimum 2 - 4 (mm).

IV-25

Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai Flow tinggi akan cenderung lembek sehingga akan menyebabkan deformasi permanen apabila menerima beban. Sebaliknya jika nilai Flow rendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang mengalami daya dukungnya.

Grafik nilai Flow campuran AC-WC untuk berbagai variasi abu sekam padi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6. Diagram hubungan variasi abu sekam padi terhadap Flow pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.6. menunjukkan bahwa penambahan variasi abu sekam padi kedalam campuran menyebabkan nilai Flow menurun hal ini dikarenakan abu sekam padi yang tambahkan ke dalam campuran mempengaruhi aspal sehingga membuat campuran mengeras dan titik lembek meningkat, dan abu sekam padi yang di tambahkan akan

IV-26

bergabung dengan filler sehingga kemampuan aspal menyelimuti agregat menurun.

d. Marshall Questient

Hasil bagi marshall atau marshall questient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan. Namun nilai MQ juga tidak boleh terlalu rendah karena hal tersebut akan menyebabkan campuran rentan terhadap deformasi plastis. Nilai MQ pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Diagram hubungan variasi abu sekam padi terhadap nilai VIM pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.7. di atas terlihat semakin bertambahnya kadar abu sekam padi kedalam campuran membuat nilai marshall quotient semakin meningkat dan turun pada kadar kapur 9%-10%.

IV-27

e. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 3,0%– 5,0%

VIM ( void in mixture ) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran.

Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan.

Grafik nilai VIM campuran AC-WC untuk berbagai variasi kadar abu sekam padi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Diagram hubungan variasi abu sekam padi terhadap VIM pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.8 menunjukkan bahwa penambahan variasi abu sekam padi ke dalam campuran menyebabkan nilai VIM yang di peroleh semakin rendah karena abu sekam padi masuk pada rongga dalam campuran.

f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 65 (%)

IV-28

Nilai VFB memperlihatkan presentase rongga terisi aspal. Apabila VFB besar maka banyak rongga yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap udara dan air menjadi lebih tnggi. Hal ini disebabkan aspal yang berjumlah besar apabila menerima beban dan panas akan mencari rongga yang kosong. Jika rongga yang tersedia sedikit dan semua telah terisi, aspal akan naik kepermukaan yang kemudian terjadi bleeding.

Gambar 4.9. Diagram hubungan variasi abu sekam padi terhadap VFB pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gambar 4.9. menunjukkan bahwa penambahan abu sekam padi ke dalam campuran cenderung menyebabkan nilai VFB meningkat.

Hal ini disebabkan karena penambahan abu sekam padi membuat rongga yang ada semakin kecil dan kebutuhan rongga yang terisi aspal juga semakin sedikit.

g. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 15%

IV-29

VMA adalah presentase rongga antar butir agregat, termasuk di dalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga terisi aspal efektif.

Nilai VMA yang terlalu kecil dapat menyebabkan lapisan aspal yang dapat menyelimuti agregat menjadi tipis dan mudah teroksidasi, akan tetapi bila kadar aspalnya terlalu banyak akan menyebabkan bleeding.

Nilai minimum rongga dalam mineral agregat adalah untuk menghindari banyaknya rongga udara yang menyebabkan material menjadi berpori. Rongga pori dalam agregat tergantung pada ukurann butir, susunan, bentuk, dan metode pemadatan.

Grafik nilai VMA campuran AC-WC untuk berbagai variasi abu sekam padi pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10. Diagram hubungan varisi abu sekam padi terhadap VMA pada kondisi kadar aspal optimum Dengan Waktu Perendaman 30 Menit Dengan Suhu 60°C.

Dari gamabar 4.10 menunjukkan bahwa penambahan variasi abu sekam padi ke dalam campuran cenderung menurun. Hal ini di sebabkan karena penambahan abu sekam padi membuat ruang yang tersedia untuk

IV-30

menampung volume aspal dan volume rongga udara yang diperlukan dalam campuran semakin sedikit.

4.6. Pembahasan Pengaruh Penggunaaan Variasi Abu Sekam Padi

Dokumen terkait