• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

3. Analisis Hasil respon Siswa

Untuk mempermudah respon dari siswa terhadap perangkat pembelajran dan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan langkah polya dalam model Problem Based Learning pada materi sistem persamaan linear dua variabel, maka peneliti memberikan angket espon siswa yang diisi oleh 24 orang siswa setelah pembelajaran berlansung. Adapun hasil respon siswa dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.17 Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Penerapan Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning

No Pernyataan Pendapat Persentase

%

Respon Siswa Ya Tidak

1 Apakah Anda menyukai pelajaran matematika dengan model pembelajaran ini?

24 - 100 Sangat

Positif

2 Apakah Anda menyukai proses pembelajaran dengan cara belajar kelompok?

24 - 100 Sangat

Positif

3 Apakah dengan model

pembelajaran ini dapat membantu dan mempermudah Anda memahami materi pelajaran matematika?

24 - 100 Sangat

4 Apakah bahan ajar yang yang disajikan oleh guru memudahkan Anda dalam memahami materi?

24 - 100 Sangat

Positif

5 Apakah belajar matematika dengan model seperti ini membuat anda senang dan tertarik terhadap pembelajaran matematika?

24 - 100 Sangat

Positif

6 Apakah rasa percaya diri Anda meningkat dalam mengeluarkan ide/pendapat menggunakan model pembelajaran ini?

24 - 100 Sangat

Positif

7 Apakah Anda termotivasi belajar matematika setelah mendapatkan pembelajaran ini?

24 - 100 Sangat

Positif

8 Apakah Anda merasakan ada kemajuan setelah diterapkan pembelajaran ini? 24 - 100 Sangat Positif Jumlah 800 Sangat positif Skor total 100 B. Pembahasan

Hasil observasi awal sebelum tindakan menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas belum sepenuhya optimal. Pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru, aktivitas siswa dikelas menjadi kurang dan juga matematika masih dianggap sulit. Kesulitan yang dirasakan oleh siswa adalah saat diberikan soal cerita matematika. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dimaksud dari soal dan mengubah soal cerita matematika ke dalam bentuk model

matematika. Bentuk solusi dari permasalahan ini adalah melalui penerapan langkah polya dalam Model Problem Based Learning.

Berdasarkan analisis hasil tes siklus I dan siklus II kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika melalui penerapan langkah polya dalam model Problem Based Learning mengalami peningkatan pada setiap aspeknya. 1. Siklus I

1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Guru

Pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran dilakukan oleh Ibu Rahma Apriyanti, S.Pd yang merupakan guru bidang studi matematika di SMPN 2 Labakkang. Berdasarkan pengamatan beliau dalam mengelola pembelajaran menggunakan penerapan langkah polya dalam model Problem Based Learning pada setiap pertemuan bernilai baik. Hal ini dapat dilihat pada bab IV tabel 4.1. Pada RPP siklus I keterlaksanaan pembelajaran guru dalam mengelola pembelajaran dengan nilai 3 termasuk dalam kategori baik. Tetapi masih ada beberapa aspek yang berada pada kategori kurang baik, yaitu 1) kemampuan guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil pekerjaan tersebut. 2) Kemampuan guru merefleksi kegiatan yang telah di lakukan. Hal tersebut akan menjadi perbaikan untuk siklus selanjutnya, dalam hal ini guru harus bisa mendorong siswa untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya agar bisa dijadikan perbandingan dengan jawaban kelompoknya, selain itu guru harus bisa merefleksi kegiatan pembelajaran dikelas agar dapat dijadikan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya.

1.2 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat pada RPP siklus I menunjukkan nilai 2,9 dengan baik, namun ada 3 poin aktivitas siswa yang belum efektif selama pembelajaran berlansung yaitu (1) masuk kelas tepat waktu, pada aspek ini masih tergolong tidak baik, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang terlambat pada saat jam pembelajaran matematika di kelas. (2) Memberikan tanggapan terhadap apa pertanyaan/jawaban dari kelompok lain, aspek ini masih tergolong tidak baik dikarenakan siswa masih sulit untuk memberikan tanggapan karena merasa tidak yakin dengan jawaban yang diperolehnya, selain itu masih banyak siswa yang belum mampu mengemukakan pendapatnya, hal ini terjadi karena proses pembelajaran sebelumnya hanya berpusat pada guru, sehingga aktivitas siswa di kelas hanya menerima materi yang disampaikan oleh gurunya dan (3) bekerja dalam memecahkan masalah dalam kelompoknya, pada aspek ini juga masih tergolong tidak baik, hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa dalam bekerja secara kelompok. Hal tersebut akan menjadi perbaikan pada pertemuan selanjutnya.

1.3 Deskripsi hasil Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan nilai hasil tes siklus I yang terlihat dalam tabel 4.3 skor rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siklus I sebesar 17,8. Siswa yang berada pada kategori kemampuan sangat baik sebanyak 18 orang, siswa dengan kategori kemampuan baik sebanyak 3 orang, kategori kemampuan cukup sebanyak 3 orang.

Kemudian skor rata-rata tersebut dimasukkan pada tabel 4.4 maka skor rata-rata berada pada kategori sangat baik. Selanjutnya pada Tabel 4.7 Terdapat 6 orang siswa atau 25% siswa yang belum mencapai nilai KKM (tidak tuntas) dan 18 orang siswa atau 75% siswa yang telah mencapai KKM (tuntas). Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar masih kurang dari 85%.

Mengingat masih banyak siswa yang belum tuntas atau dengan kata lain masih memiliki kemampuan yang cukup, dalam hal ini masih banyak siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam memecahkan masalah terutama pada indikator 3 yaitu melaksanakan rencana dan indikator 4 yaitu memeriksa kembali guru berinisiatif memberikan penekanan dan lebih menuntun mereka dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan langkah-langkah polya. Hal tersebut akan menjadi perbaikan untuk siklus selanjutnya.

2. Siklus II

2.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Guru

Hasil observasi terhadap keterlaksaan pembelajaran guru dengan menerapkan langkah polya dalam model Problem Based Learning pada siklus II setelah dilakukan refleksi menunjukkan skor rata-rata yang diperoleh guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus II yang terlihat pada tabel 4.7 dengan nilai3,4 termasuk dalam kategori sangat baik. Dari siklus I dan siklus II keterlaksanaan pembelajaran guru mengalami peningkatan sebesar 0,4.

Adapun faktor yang mendukung keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran antara lain adalah tersedianya alat-alat yang mendukung dan fasilitas yang memadai yang dapat membantu siswa menemukan sendiri

penyelesaian masalah yang ada di LKS. Guru hanya memberikan pengetahuan terbatas kepada siswa sedangkan yang berperan aktif adalah siswa dan suasana belajarpun menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa keberhasilan guru dalam mengajar bukan hanya pada penguasaan materi semata tetapi juga didukung oleh sarana dan prasarana lainnya yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar.

2.2. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan mengacu pada pengaktegorian aktivitas siswa pada RPP 4,5 dan 6 adalah sesuai dengan rencana pembelajaran, yaitu pada siklus 1 masih banyak siswa masuk kelas tidak tepat waktu, tetapi setelah dilakukan refleksi dengan cara menekankan pada siswa bahwa yang terlambat untuk pertemuan selanjutnya tidak diperbolehkan untuk mengikuti pembelajaran, hal tersebut tidak terjadi lagi pada siklus II kategori yang diperoleh untuk aspek ini sudah tergolong baik.

Pada siklus I masih banyak siswa yang tidak memberikan tangapan terhadap pertanyaan/ jawaban dari kelompok lain dengan kategori tidak baik, tetapi setelah guru melakukan refleksi dan perencanaan kembali dengan cara memberikan hadiah kecil dan nilai tambahan pada kelompok yang paling aktif, pada siklus II aktivitas siswa di kelas menjadi aktif dengan kategori baik. Kemudian pada aspek ketiga yang dijadikan refleksi yaitu bekerja dalam memecahkan masalah, pada siklus II telah terjadi peningkatan yang sebelumya kategorinya tidak baik di siklus II sudah berada pada kategori baik.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwaaktivitas siswa sudah tergolong aktif denan kategori baik. Pada siklus I dan siklus II observasi

aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 0,4.Skor akhir aktivitas siswa berada pada kategori baik dengan nilai 3,3. Hal ini sejalan dengan indikator keberhasilan yang telah diutarakan pada bab III bahwa aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila persentase nilai rata-rata berada pada kategori minimal baik dengan nilai ≥ 2,5, karena persentase rata-rata aktivitas siswa sudah melebihi dari persentase nilai rata-rata yang dikemukan sebelumnya.

4. 3 Deskripsi hasil Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Setelah kegiatan pembelajaran siklus II berlansung, guru memberikan tes siklus II yang diikuti oleh 24 orang siswa. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I dengan menekankan dan lebih menuntun siswa dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan langkah polya, siswa yang sebelumnya memiliki kemampuan rendah daam hal melaksanakan rencana dan memeriksa kembali jawaban setelah siklus II siswa sudah mampu melakukan kedua indikator tersebut. Skor rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) sebesar 20. Siswa yang berada pada kategori kemampuan sangat baik sebanyak 22 orang, siswa dengan kategori kemampuan baik sebanyak 1 orang dan memiliki kategori kemampuan cukup sebanyak 1 orang.

Berdasarkan tabel 4.15 tampak bahwa persentase siswa yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) telah memenuhi syarat ketuntasan belajar karena telah mencapai 91,7% sehingga kelas dianggap tuntas secara klasikal.

Untuk melihat secara jelas perbandingan tingkat penguasaan siswa kelas VIII.3 SMPN 2 labakkang berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.11 dalam

menyelesaikan soal cerita matematika pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel yang diberikan siklus I dan siklus II, perhatikan tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.18 Perbandingan Skor Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada tes siklus I dan siklus II

No Tahapan Skor

Tertinggi Terendah Rata-rata Std. Deviasi

1 Siklus I 22 7 17,88 2,621

2 Siklus II 22 10 20 19,25

Dari tabel 4.18 di atas, terlihat dengan jelas bahwa rata-rata skor kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel meningkat dari skor rata-rata tes hasil belajar siklus I yaitu 17,88 dengan standar deviasi 2,621 dari skor ideal 22 menjadi 20 dengan standar deviasi 19,25 dari skor ideal pada tes hasil belajar siklus II.

Tabel 4.19 Persentase Ketuntasan belajar Siswa Sikus I dan siklus II

No Kategori Siklus

I II

1 Jumlah Siswa yang Tuntas 18 22

2 Jumlah siswa yang Tidak Tuntas 6 2

3 Persentase Siswa yang Tidak Tuntas 25 8,3

4 Persentase Siswa yang Tuntas 75 91,7

Berdasarkan tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah diterapkan langkah polya dalam

model Problem Based Learning pada materi sistem persamaan linear dua variabel secara klasikal mengalami peningkatan.

Dokumen terkait