• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN LANGKAH POLYA DALAM MODEL PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN LANGKAH POLYA DALAM MODEL PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS VIII"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISWA KELAS VIII.3 SMPN 2 LABAKKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ANGGITA ASTRIA NUR NIM. 10536 5068 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2019

(2)
(3)
(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANGGITA ASTRIA NUR

Nim : 105 36 506815

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui Penerapan Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning Siswa Kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2019 Yang Membuat Pernyataan

(5)

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anggita Astria Nur

Nim : 105 36 5068 15

Program Studi : Pendidikan Matematika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2019 Yang Membuat Perjanjian

(6)

vi

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

Kupersembahkan karya ini buat : Kedua orang tuaku, saudaraku dan sahabatku, Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis Mewujudkan harapan menjadi kenyataan

(7)

vii

Learning Siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Krguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Djadir, dan Pembimbing II Andi Alim Syahri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika melalui penerapan langkah polya dalam model Problem Based Learning Siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Search) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan dan satu kali tes. Tahapan pelaksanaan penelitian pada kedua siklus tersebut yaitu: (a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan (Action), (c) Observasi dan evaluasi (d) Refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang sebanyak 24 orang. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa (1) kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan nilai rata-rata tes siklus I sebesar 17,88 dengan kategori cukup dan siklus II sebesar 20 dengan kategori sangat baik, (2) Ketuntasan belajar siswa secara individual dengan nilai 80 secara klasikal 91,7%, (3) keterlaksanaan pembelajaran guru untuk setiap siklusnya berada pada kategori baik, (4) Aktivitas siswa berada pada kategori baik, (5) Respon siswa berada pada kategori positif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika mengalami peningkatan melalui penerapan langkah polya dalam model Problem based learning siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang.

Kata Kunci: Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Langkah Polya, model Problem based Learning

(8)

viii

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik serta koreksi dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan akan penulis terima dengan lapang dada.

Terimah kasih yang sedalam-dalamnya Ananda berikan kepada Ayahanda Muhammad Nur Halik dan Ibunda Rusliah yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta keikhalasan dalam mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu serta doa restu yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini maish jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun penyempurnaan penulis. Melalui kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada, Dr. H. Djadir, M.Pd dan Andi Alim Syahri, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

(9)

ix

M.Pd.,Ph.D, Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Mukhlis, S.Pd., M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan matematika FKIP Unismuh Makassar.

Ucapan Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala sekolah, guru, staf SMPN 2 Labakkang, dan ibu Rahma Apriyanti, S.Pd., selaku guru matematika di sekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku tercinta atas segala bantuan dan kebersamaanya selama masa perkuliahan berlansung dan seluruh teman-teman angkatan 2015 jurusan Pendidikan Matematika khususnya kelas C yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya semoga segala jerih payah kita bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin.

Makassar, September 2019

(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 5 B. Masalah Penelitian ... 5 C. Rumusan Masalah ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika ... 8

B. Langkah Polya ... 10

C. Model Problem Based Learning ... 13

D. Penelitian Yang Relevan ... 19

E. Kerangka Pikir... 21

F. Hipotesis Tindakan... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24

C. Faktor yang Diselidiki ... 24

D. Prosedur Penelitian... 25

E. Instrumen Penelitian... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

(11)

xi

A. Hasil penelitian... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 47

3. Analisis Hasil Respon Siswa... 59

B. Pembahasan ... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

A..Simpulan... 67

B. Saran... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

2.1 Indikator Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah Polya ... 12

2.2 Sintaks atau Langkah-langkah PBM ... 15

2.3 Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning ... 17

3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah berdasarkan Langkah polya... 28

3.2 Pengkategorian Aktivitas Siswa ... 32

3.3 Kategori Respon Siswa ... 33

3.4 Kategorisasi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 34

3.5 Tingkat Hasil Belajar ... 35

3.6 Ketuntasan Belajar Matematika ... 35

4.1 Observasi keterlaksaan Pembelajaran Siklus I ... 40

4.2 Observasi Aktivitas siswa Siklus I... 42

4.3 Statistik Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Langkah Polya pada Siklus I ... 44

4.4 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasakan Langkah Polya Pada Siklus I ... 44

4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I ... 45

4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I... 46

4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I ... 46

4.8 Hasil Temuan dan Revisi selama Proses Pembelajaran Siklus I... 47

4.9 Keterlaksanaan Pembelajaran Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan pada siklus II ... 51

4.10 Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran pada siklus II ... 53 4.11 Statistik Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

(13)

xiii

4.13 Statistik Tingkat Hasil Belajar Matematika ... 56

4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II... 57

4.15 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II ... 57

4.16 Hasil Temuan dan Revisi Selama Proses Pembelajaran Siklus II... 58

4.17 Hasil Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Penerapan Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning... 59

4.18 Perbandingan Skor Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada tes siklus I dan siklus II ... 65

(14)

xiv

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Konseptual... 21 3.1 Model PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 23

(15)

xv

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan siklus II 3. Materi Ajar

4. Lembar kerja siswa (LKS) dan kunci jawaban siklus I dan siklus II 5. Kisi-kisi soal siklus I dan siklus II

6. Tes siklus dan Kunci Jawaban siklus I dan siklus II 7. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

9. Angket Respon Siswa

10. Data Hasil Tes Belajar Siswa Kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang Siklus I dan siklus II

11. Uji SPSS 12. Dokumentasi 13. Powerpoint (PPT) 14. Lembar Validasi 15. Lembar Persuratan

(16)

1 A. Latar Belakang

Masalah pendidikan merupakan masalah kehidupan. Sebaliknya, masalah kehidupan merupakan masalah pendidikan yang senantiasa berproses sesuai dengan dinamikaa kehidupan itu sendiri. Proses pendidikan itu sendiri mengkristalkan dan merefleksikan dinamika kehidupan umat manusia, khususnya dalam rangka memanusiakan manusia menjadi manusia yang terpelajar, beriman dan berakhlak mulia, serta mampu mengapliaksikan disiplin ilmu yang dimilikinya. Dengan demikian, proses pendidikan bertumpu pada proses pembelajaran yang mendidik dan memfokuskan pada hakikat sasaran pendidikan dan proses pendidikan itu sendiri.

Kegiatan pembelajaran disekolah adalah interaksi pendidik dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran para guru disamping menguasai bahan atau materi ajar, tentu perlu pula mengetahui bagaimana cara materi ajar itu disampaikan dan bagaimana pula karakteristik siswa yang menerima pelajaran tersebut. Kegagalan guru dalam menyampaikan materi ajar selalu bukan karena ia kurang menguasai bahan, tetapi karena ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan juga mengasikkan. Agar siswa dapat belajar dengan suasana menyenangkan dan juga mengasikkan, maka perlu guru memiliki pengetahuan tentang pendekatan dan

(17)

teknik pembelajaran dengan memahami teori-teori belajar dan teknik-teknik mengajar yang tepat dan baik pada pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, memegang peranan penting dalm mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menumbuhkembangkan cara berpikir logis, sistematis dan kritis. Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika itu perlu dikuasai oleh setiap orang, khususnya dikalangan pendidikan baik dalam ham penerapannya maupun pola pikirnya.

Sujono mengemukakan beberapa pengertian matematika. Diantaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika meruapan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.

Peranan matematika dalam pembentukan pola pikir yang logis, sistematis dan kritis akan membantu seseorang dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, permasalahan yang sering muncul dalam dunia pendidikan adalah lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya untuk pemecahan masalah. Salah satu kemampuan yang dianggap masih rendah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. (Zaidun, 2015: 2).

Pemberian soal matematika berbentuk soal cerita memberikan pengalaman bagi siswa untuk dapat memecahkan masalah matematika dan juga memberikan gambaran hubungan masalah tesebut dalam kehidupan sehari-harinya. Namun,

(18)

pada umumnya soal cerita dalam matematika sulit untuk di selesaikan. Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa.

Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki kemampuan intelektual yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari cara siswa menyelesaikan soal cerita yang diberikan. Siswa yang bermasalah dalam menyelesaikan soal cerita, dapat dipengaruhi juga dari kemampuan berpikirnya. Dengan kata lain, siswa belum mampu mengelola cara berpikirnya apa yang seharusnya ia lakukan jika diberikan soal cerita.

Hal itu juga dialami oleh siswa SMPN 2 Labakkang. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2018 di kelas VIII.3 diperoleh gambaran bahwa secara umum pembelajaran yang dilaksanakan dalam kesehariannya dilakukan dengan metode ceramah dan latihan soal. Hal ini mengakibatkan pembelajaran dikelas hanya berpusat pada guru, sehingga siswa merasa tidak semangat dalam mengikuti pelajaran. Aktivitas siswa di kelas menjadi kurang. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa diperoleh bahwa matematika itu sangat sulit untuk dipahami apalagi penjelasan yang diberikan oleh guru sulit untuk dimengerti. Dengan demikian masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Kesulitan yang dirasakan oleh siswa adalah saat diberikan soal matematika yang berbentuk cerita. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dimaksud dari soal dan mengubah soal cerita matematika ke dalam bentuk model matematika.

(19)

Menindaklanjuti masalah di atas, maka peneliti menerapkan langkah polya. Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Polya (Gawe, 2018:25-26) disebutkan bahwa solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.

Dalam penerapannya, langkah-langkah Polya tidak berdiri sendiri dalam kegiatan pembelajaran di kelas, melainkan merupakan bagian dari suatu kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yakni model problem based learning.

Problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dalam materi pelajaran. Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, membangkitkan keingitahuan siswa, perhatian siswa terpusat pada masalah serta dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir kritis.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui Penerapan Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning Siswa Kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang”.

(20)

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan masih berpusat pada guru

b. Siswa tidak semangat sehingga aktivitas siswa berkurang

c. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Soal cerita matematika

d. Kesulitan dalam memahami apa yang dimaksud dari soal

e. Kesulitan dalam mengubah soal cerita matematika ke dalam bentuk model matematika

2. Allternatif Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan langkah polya dalam model Problem Based Learning, dengan menerapkan model ini diharapkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika meningkat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “ Apakah penerapan langkah polya dalam model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang”.

(21)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Kemampuan siswa dalam menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui Penerapan Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang”.

E. Manfaat Penelitian

Apabila berhasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi lembaga pendidikan yaitu dapat menjadi literatur dalam pengembangan proses belajar mengajar dan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

b. Bagi peneliti yaitu dapat menjadi referensi atau bahan pembanding untuk penelitian yang relevan dengan variabel yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penerapan Langkah Polya dalam model Problem Based Learning merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

b. Bagi siswa khususnya kelas VIII.3, melalui penerapan langkah polya dalam model Problem Based Learning dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih aktif dan menyenangkan.

(22)

c. Bagi sekolah yaitu dapat memberikan masukan positif dalam perbaikan proses dan hasil pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika 1. Pengertian Soal Cerita Matematika

Abidia (Yudharina, 2015: 7) mengungkapkan soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Soal cerita wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang makna dari konsep ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika.

Soal cerita menurut Ashlock (Yudharina, 2015:8) merupakan soal yang dapat disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, soal cerita yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat yang mengilustrasikan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Rahardjo dan Astuti (Hidayah, 2016:183) soal cerita adalah soal matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung dan relasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa soal cerita dalam penelitian ini adalah merupakan soal yang membahas tentang kehidupan sehari-hari untuk mencari penyelesaiannya dengan menggunakan kalimat matematika

2. Menyelesaikan Soal Cerita

Muklis (Yudharina, 2015:10) menyatakan bahwa setiap soal cerita di selesaikan dengan rencana sebagai berikut:

(24)

a. Membaca soal itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang dalam pada soal tersebut.

b. Menuliskan apa yang diketahui dari soal tersebut. c. Menuliskan apa yang ditanyakan.

d. Menuliskan kalimat matematika yang selanjutnya menyelesaikan sesuai dengan ketentuan.

e. Menuliskan kalimat jawabannya.

Menurut Sukarno (Kaprinaputri, 2013:11) Penyelesaian soal cerita juga menggunakan bahasa yang dikenal dalam dunia matematika. Untuk menyelesaikan soal cerita diperlukan kemampuan sebagai berikut:

a. Menentukan hal yang di ketahui dalam soal b. Menentukan hal yang di tanyakan dalam soal c. Membuat model matematika

d. Melakukan komputasi (perhitungan dan menginterpretasi jawaban model ke permasalahan soal semula.

Mencermati beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menyelesaikan soal cerita adalah:

a. Membaca soal dengan cermat. b. Menentukan hal yang diketahui. c. Menentukan hal yang ditanyakan. d. Membuat model/ kalimat matematika

e. Melakukan perhitungan (menyelesaikan kalimat matematika). f. Menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal cerita.

(25)

3. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Menurut Mardjuki (Yudharina, 2015:12), beberapa kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan melakukan pengerjaan hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

b. Kemampuan bahasa, yaitu kemampuan mengubah bahasa sehari-hari sesuai soal cerita ke dalam bahasa matematika atau kalimat matematika. c. Kemampuan penalaran yaitu kemampuan menjawab pertanyaan sesuai

konteks masalah pada soal cerita.

Saleh (Zaidun, 2015: 53) mengemukakan bahwa untuk pemecahan masalah soal cerita matematika diperlukan kemampuan awal, yaitu

a. Kemampuan menentukan hal yang diketahui dalam soal. b. Kemampuan menentukan hal yang ditanyakan dalam soal. c. Kemampuan membentuk model matematika.

d. Kemampuan melakukan komputasi.

e. Kemampuan mengiterpretasi jawaban model permasalahan soal semula.

B. Langkah Polya

Menurut Polya (Gawe, 2018:25-26) disebutkan bahwa solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian yaitu : memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah sesuai rencana. Fase kedua adalah menyelesaikan masalah sesuai

(26)

rencana. Kemampuan menyelesaiakan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah, dilanjutkan penyelesaian masalah sesuai rencana yang dianggap paling tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilaksanakan mulai dari fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan tabel dibawah ini.

Tabel 2.1Indikator Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah Polya

No. Langkah-langkah Penjelasan

1 Memahami masalah

Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan

2 Membuat rencana penyelesaian

Membuat strategi penyelesaian atau kalimat (model) matematika dari sesuatu yang dicari dengan menggunakan makna dan hubungan dalam masalah matematika

3 Menyelesaikan rencana

penyelesaian

Melakukan perhitungan dan menyelesaiakan kalimat matematika berdasarkan rencana penyelesaian,

4 Memeriksa kembali

Mengecek setiap langkah yang digunakan, mengoreksi atau memperbaiki kesalahan jika ada, menyimpulkan hasil akhir sebagai jawaban terhadap apa yang ditanyakan, mengecek kebenaran hasil dan hasil yang diperoleh dengan permasalahan yang ada.

Selanjutnya Polya (Wahyuni, 2015:36) juga menjelaskan bahwa kemampuan-kemampuan awal tersebut merupakan penunjang dalam proses

(27)

pemecahan masalah yang tercantum dalam langkah-langkah penyelesaian masalah matematika berikut:

a. Memahami masalah

Untuk memahami persoalan perlu dijawab seperti: apa yang diketahui? Apa ketentuannya? Bagaimana bunyi persyaratan? Apakah itu sudah cukup, atau terlalu diarahkan? Dapatkan beberapa bagian dari persyaratan itu dipisah-pisahkan? Adakah bentuk-bentuk maupun tanda-tanda sesuai dengan bantuan atau perantaranya?.

b. Penyusun rencana penyelesaian

Yang terpenting dalam memikirkan suatu rencana adalah mencari masalah atau unsur pengetahuan lain yang berhubungan dan dengan persoalan yang diajukan terdapat kaitan yang dapat dinyatakan (persyaratan serupa, hal tidak diketahui serupa, soal-soal yang dapat membantu).

c. Pelaksanaan rencana penyelesaian

Pembentukan secara sistematis masalah yang lebih baru dari bahan yang tersedia, dengan sedikit perubahan mengenai persyaratan atau tujuannya atau mengubah-ubah data. Bila rangka rencana telah dilaksanakan, mungkin kebenaran kejadiannya dibuktikan.

d. Peninjauan kembali

Mengoreksi hasil pendapat yang diperoleh dan dapatkah hasil tersebut atau metode itu digunakan untuk masalah lain.

(28)

C. Model Problem Based Learning 1. Pengertian Problem Based Learning

Menurut Rusman (Fathurohman, 2017: 112-113) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru.

Problem Based Learning menurut Taufiq (Fatturohman, 2017: 112-113) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Problem based learning menurut (Utami, 2013:87) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dalam materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar

Problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan untuk memecahkan masalah.

(29)

2. Tujuan Problem BasedLearning

Tujuan pembelajaran (Achmad, 2015:37) adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa. Dalam rangka mencapai tujuan kurikuler, lembaga menyelenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Setiap kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu tuntutan agar subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan isi proses pembelajaran tersebut.

Tujuan utama Problem Based Learning bukanlah menyampaikan sejumlah besar pengetahuan kepada siswa, melainkan pada pengembangan kemampuan berrpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika siswa berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Tujuan Problem Based Learning menurut Ricards (Fatturohman, 2017: 112-113) adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Selain itu

(30)

tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan pembelajaran dalam pola pemecahan masalah

3. Langkah-langkah Problem Based Learning

Menurut Nurhadi (Khalidah, 2016: 27-28) pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa sengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2 sintaks atau langkah-langkah PBM

Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Fase 1

Orientasi masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

Siswa mendengarkan tujuan belajar yang disampaikan oleh guru dan mempersiapkan

logistik yang

diperlukan. Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang di angkat. Fase 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, dan berusaha menemukan jawaban atas masalah yang di angkat.

(31)

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

siswa merencanakan dan menyiapkan karya,

video, dan

menyampaikannya pada teman lain.

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan .

Siswa melakukan refleksi kegiatan penyelidikannya dan proses yang dilakukan

4. Kelebihan dan kekurangan Problem Based Learning

Menurut muslim (Nisak, 2016: 48-49) Setiap model pembelajaran tentunya tidak mungkin ada yang sempurna, disamping banyak kelebihannya tentunya tidak sedikit pula terdapat kelemahannya. Begitu juga dengan PBL model ini juga mempunyai beberapa kelebihan dan juga kelemahannya antara lain:

a. Kelebihan

 Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar materi

matematika secara bermakna dengan belajar dan berfikir.

 Orientasi pembelajaran adalah investasi dan penemuan yang pada

dasarnya adalah pemecahan masalah, sehingga perhatian siswa terpusat pada masalah.

(32)

 Pengetahuan bertahan lama, dapat diingat, bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang diperoleh dengan sebagian model pembelajaran lain.  Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir

kritis.

 Dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi untuk bekerja

terus sampai menemukan jawaban. b. Kelemahan

 Kapasitas siswa yang banyak sulit bagi guru menerapkan model ini  Waktu kurang efektif dan efisien

 Tidak semua siswa bisa memahami pelajaran dengan model ini

5. Langkah polya dalam Model Problem Based Learning

Dalam penerapannya Langkah polya tidak berdiri sendiri dalam suatu pembelajaran, tetapi merupakan suatu kesatuan dalam proses pembelajaran maka model yang digunakan adalah model Problem Based Learning.

Tabel 2.3 Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning.

Fase Problem Based Learning Langkah Polya 1 Orientasi siswa pada masalah Memahami masalah 2 Mengoorganisasikan siswa

untuk belajar

Membuat rencana penyelesaian

3 Membimbing pengalaman individu dan kelompok

Menyelesaikan rencana penyelesaian

4 Mengembangkan dan

menghasilkan karya

Memeriksa kembali

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(33)

a. Orientasi siswa pada masalah

Pada tahap ini, kegiatan yang peneliti lakukan adalah membuka pelajaran dengan salam dan berdoa. Kemudian menyampaikan informasi materi dan tujuan pembelajaran, peneliti juga memberikan motivasi kepada siswa. Selanjutnya adalah apersepsi yang berkaitan dengan tes prasyarat yang telah diberikan.

b. Mengoorganisasikan siswa untuk belajar

Pada tahap ini peneliti membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar, memperkenalkan kepada siswa 4 langkah polya, menyajikan contoh masalah yang berbentuk soal cerita beserta penyelesaiannya dengan menggunakan langkah-langkah polya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Peneliti yang lakukan adalah memberikan masalah dalm bentuk soal cerita berupa LKS kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya dalam menyelesaikan LKS, siswa menggunakan langkah-langkah polya yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, menyelesaikan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali

1. Memahami masalah

Pada langkah ini, peneliti meminta setiap siswa memahami masalah dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal

2. Membuat rencana penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah meminta siswa berdiskusi dalam kelompoknya dalam mencari kemungkinan rencana seperti

(34)

apa yang akan dituliskan untuk menyelesaikan masalah yang berbentuk soal cerita

3. Menyelesaikan rencana penyelsaian

Pada langkah ini peneliti meminta siswa untuk melaksanakan rencana yang telah disusun. Kemudian peneliti berjalan mengamati siswa. 4. Memeriksa kembali

Pada langkah keempat ini peneliti meminta siswa untuk mengecek dan mengoreksi kembali jawaban yang telah mereka peroleh dan membuat kesimpulan dari jawaban yang sudah diperoleh.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini peneliti memanggil perwakilan dari beberapa kelompok untuk menuliskan jawaban kelompoknya dipapan tulis, dan siswa atau kelompok yang lain menanggapi hasil pekerjaan tersebut. Jika ada jawaban siswa yang masih salah, maka peneliti bertugas untuk memperbaiki.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Kegiatan yang peneliti lakukan adaalah mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian Nikmatul Vikriyah yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model PBL pada pokok bahasan Trigonometri” menyatakan bahwa hasil penelitian terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas X MIA 2 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta melalui model pembelajaran PBL merupakan salah

(35)

satu solusi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Karena model PBL merupakan pembelajaran yang melatih kreativitas dan daya pikir siswa tingkat tinggi.

Penelitian Novita Cahyaningsih yang berjudul “Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan strategi PBL melalui pendekatan scientific pada pokok bahasan bangun ruang”. Menyatakan bahwa hasil penelitian setelah diterapkan startegi PBL melalui pendekatan Scientific, ada peningkatan kualitas baik bagi guru maupun siswa.Kualitas guru yang meningkat yaitu guru sudah melibatkan siswa untuk aktif dan mengembangkan startegi yang ada dalam pembelajaran matematika.Kualitas siswa yang meningkat yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Sambi. (Nisak, 2016).

(36)

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan kerangka kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti.Adapun kerangka pikir penelitian ini secara garis besar dapat dilihat pada bagan di bawah ini

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual Langkah Polya Dalam

Model PBL

Keunggulan :

A.Siswa yang aktif

B. Perhatian siswa terpusat C. Berpikir kritis

D. Rasa ingin tahu siswa yang

tinggi

E. Pengetahuan bertahan lama

Terlaksana dengan baik

Kemampuan menyelesaikan soal meningkat Aktivitas siswa baik Respon siswa positif

(37)

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika melalui penerapan langkah polya dalam Model Problem based Learning pada siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan upaya perbaikan yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat atau ditemukan di kelas. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain yang mengarah pada model Kemmis dan Mc. Taggart yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tindakan, peng pengamatan serta refleksi. (Rudtin: 2013).

Keterangan: Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I Siklus II: 1. Perencanaan II 2. Tindakan II 3. Observasi II 4. Refleksi II

Gambar 3.1. Model PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart

(39)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Labakkang Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlansungnya penelitian atau saat penelitian ini dilansungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam peneitian ini adalah siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang tahun 2019/2020 sebanyak 24 siswa., terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

C. Faktor yang Diselidiki

Untuk menjawab permasalahan di bab 1, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki, yaitu:

1. Faktor Proses

Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Faktor hasil belajar

a. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika menggunakan langkah Polya dalam model problem based learning

b. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan langkah Polya dalam model Problem Based Learning.

(40)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan serta refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dirinci seperti sebagai berikut.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan awal yang dilakukan setelah diketahui bagaimana situasi dan kondisi pembelajaran di kelas. Dalam tahap ini yang akan dilakukan adalah

a. Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan langkah Polya dalam model Problem Based Learning.

c. Menyusun LKS

d. Menyusun lembar tes dan lembar observasi

e. Menyusun tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika f. Menyusun angket respon siswa

2. Pelaksanaan (Action)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah mempraktikkan skenario pembelajaran yang telah direncanakan yang berisi tentang tindakan yang ditetapkan yaitu dengan langkah Polya dalam model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.

(41)

b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengoorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

f. Guru mencatat semua aktivitas dalam proses pembelajaran pada lembar observasi

g. Guru memberi soal ulangan kepada siswa diakhir siklus.

h. Pengajaran melakukan evaluasi diri atau refleksi untuk mengamati keberhasilan penerapan model pembelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktivitas kegiatan siswa dengan guru selama pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh pengamat. Hasil pelaksanaan tindakan selanjutnya di evaluasi dengan memberikan tes diakhir siklus dan pemberian angket, untuk selanjutnya direfleksikan dalam rangka persiapan perencanaan siklus II.

4. Refleksi

Hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap siswa baik individu maupun kelompok dikumpulkan serta dianalisis, baik berupa hasil evaluasi yang diperoleh pada saat melakukan pembelajaran sebagai acuan untuk melaksanakan

(42)

siklus II, sehingga yang dicapai pada siklus berikutnya (siklus II) hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya (siklus 1)

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, angket dan tes kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam menerapkan langkah polya dalam model Problem Based Learning.

1. Lembar Observasi (Pengamatan) a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan langkah Polya dalam model Problem Based Learning.

b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar obsevasi keterlaksanaan pembelajaran guru dalam mengelola pembelajaran.

2. Angket Respon Siswa

Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Lembar angket yang digunakan disini berupa pertanyaan-pertanyaan positif dan negatif yang berhubungan dengan model pembelajaran berbasis masalah yang akan dijawab oleh siswa.

3. Tes kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian yang disusun berdasarkan indikator-indikator dari langkah polya itu sendiri, soal tes yang dibuat juga memperhatikan aspek dari model pembelajaran

(43)

Problem based Learning. Adapun indikator-indikator dari langkah polya adalah sebagai berikut:

a. Memahami masalah b. Merencanakan masalah

c. Melaksanakan rencana masalah d. Memeriksa kembali

Untuk memberi skor terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, peneliti menggunakan pedoman penskoran. Berikut adalah tabel pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah menurut (Nisak, 2016)

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah berdasarkan Langkah Polya

Skor Memahami Masalah Membuat Rencana Pemecahan Masalah Melaksanakan Rencana Permasalahan Memeriksa kembali 0 Tidak menuliskan diketahui dan ditanya/ menuliskan jawaban tapi salah Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan Tidak melakukan perhitungan Tidak ada pememriksaan atau tidak ada keterangan lain 1 Hanya menuliskan diketahui saja atau ditanya saja Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan Melakukan prosedur yang salah dan menghasilkan jawaban yang salah Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas 2 Memahami masalah soal selengkapnya Membuat rencana yang benar tetapi Melakukan prosedur yang benar dan mungkin Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran soal

(44)

salah dalam hasil/tidak ada hasil menghasilkan jawaban benar tetapi salah perhitungan 3 Membuat rencana yang benar tetapi belum lengkap Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar

4 Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarahkan pada solusi yang benar Skor maksimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 3 Skor maksimal 2

Khusus Instrumen pengumpulan data tes sebelum kelapangan harus dilakukan uji terlebih dahulu . instrumen yang digunakan diukur oleh uji validitas isi dan validitas butir soal. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang arus diukur, artinya alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Pengujian validitas isi ini dilakukan dengan meminta pertimbangan beberapa ahli . Adapun kriteria soal tes yang perlu ditelaah adalah sebagai berikut:

a. Ketepatan penggunaan bahasa

b. Kesesuaian antara pertanyaan dengan materi

c. Pertanyaan yang diberikan tidak menimbulkan penafsiran ganda d. Kejelasan yang diketahui dan ditanyakan dari pertanyaan

(45)

Instrumen dinyatakan valid jika validator telah menyatakan kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan data atau fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, angket dan tes hasil belajar.

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati objek yang akan diteliti. Adapun lembar observasi yang digunakan yaitu:

a. Observasi Aktivitas Siswa

Data proses aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh melalui pengamatan oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Lembar ini diisi oleh pengamat dengan cara memberi skor berdasarkan deskriptor yang muncul pada aktivitas siswa, kemudian skor yang diperoleh dikategorisasikan ke dalam pengkategorian aktivitas siswa.

b. Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Data observasi keterlaksanaan diperoleh dari pengamatan observer selama proses pembelajaran berlansung. Lembar ini diisi oleh pengamat dengan cara memberi skor berdasarkan deskriptor yang muncul pada keterlaksanaan pembelajaran guru dalam mengelola pembelajaran, selanjutnya skor yang diperoleh dikategorisasikan ke dalam pengkategorian keterlaksanaan pembelajaran guru.

(46)

2. Data Angket Respon siswa

Data respons siswa menggunakan angket yang merupakan kumpulan dari pertanyaan yang digunakan secara tertulis kepada responden dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning digunakan angket yang dibagikan kepada siswa setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Peneliti mengumpulkan data sesuai dengan yang di isi siswa pada angket yang telah dibagikan kemudian dikategorisasikan ke dalam pengkategorian respon siswa

3. Data Tes kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Tes yaitu sejumlah soal yang diberikan kepada siswa yang dijadikan sebagai subjek. Tes diberikan kepada siswa dengan maksud untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah pembelajaran dilakukan dengan menerapkan langkah polya dalam model Problem Based Learning. Tes tersebut berupa soal uraian yang disusun oleh peneliti sendiri dengan bimbingan dosen. Adapun pelaksanaan tes dilakukan setelah pembelajaran tiap siklus selesai

G. Teknik Analisis Data

Teknik data tentang hasil observasi siswa dianalisis secara kualitatif yaitu dengan menggunakan lembar observasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Adapun hasil tes kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Kemudian menggunakan pengekategorian seperti di bawah ini

(47)

1. Data Hasil observasi aktivitas siswa dan keterlaksanaan Pembelajaran

Data hasil aktifitas siswa dan guru diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer yang mengamati seluruh kegiatan. aktivitas siswa dan guru mulai awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.. Menurut Ardin (Achmad, 2015:76) tingkat aktivitas siswa terbagi atas empat kategori yaitu

Tabel 3.2 Pengkategorian aktivitas siswa

Nilai Kategori

1,0 – 1,4 Sangat tidak baik

1,5 – 2,4 Tidak Baik

2,5 – 3,4 baik

3,5 – 4,0 Sangat Baik

Aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan aktif apabila berada pada nilai 2,5 – 3,4 dengan kategori baik. 2. Data Respons Siswa

Data respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan langkah polya dalam model problem Based Learning yang diperoleh dengan menggunakan lembar angket respons siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung banyaknya siswa yang memberi respons positif terhadap setiap aspek

b. Menghitung persentase banyaknya siswa yang memberi respons positif terhadap setiap aspek

c. Menentukan kategori untuk setiap respons positif siswa dengan cara mencocokan hasil persentase dengan kriteria yang ditetapkan.

(48)

d. Respons positif peserta didik terhadap pembelajaran terpenuhi.

Analsis untuk menghitung persentase banyak siswa yang memberikan respon pada setiap kategori menurut Trianto (Jumati, 2015:63) yang ditanyakan dalam lembar angket menggunakan rumus sebagai berikut:

= ∑ 100 % Keterangan :

PRS = Persentase banyak peserta didik yang memberikan respon positif terhadap kategori yang ditanyakan

∑ = Banyaknya peserta didik yang memberikan respon positif terhadap setiap kategori yang ditanyakan dalam angket

∑ = banyaknya peserta didik

Sedangkan kriteria penilaiaannya adalah

Tabel 3.3 Kategori Respon Siswa

Nilai Kategori 81≤ ≤ 100 Sangat Positif (SP) 61≤ ≤ 80 Positif (P) 41≤ ≤ 60 Cukup Positif (CP) 21≤ ≤ 40 Tidak Positif (TP) < 20 Sangat

Respon siswa dikatakan postif apabila memperoleh persentase nilai 61 ≤ ≤ 80 dengan kategori positif.

(49)

3. Data Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Data kemampuan menyelesaikan soal cerita diperoleh dari hasil tes pada akhir pelaksanaan tindakan setiap siklus. Analisis hasil belajar siswa secara individual dan secara klasikal, dengan ketemtuan bahwa seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan minimal secara individual jika ia memperoleh nilai tes kemampuan belajar sebesar 80. Dan Pembelajaran dikatakan tuntas secara klasikal, jika minimal 85% siswa mencapai ketuntasan minimal.

Secara lebih rinci, kriteria Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa menurut Setya (Suryana, 2016: 12) sebagai berikut

Tabel 3.4 Kategorisasi Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Rentangan Skor Nilai akhir siswa Kategori

16,8 - 22 76,3 – 100 Sangat Baik

11,2 - 16,7 50,9 – 75 Baik

5,6 - 11,1 25,45 – 50 Cukup

0 – 5,5 0 – 25 Kurang Baik

Tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dikatakan baik apabila skor yang diperoleh siswa melalui tes berada pada tingkat kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan kategori baik.

(50)

Tabel 3.5 Tingkat Hasil Belajar

Skor Hasil Kategori

0 – 79 Perlu dimaksimalkan

80 – 86 Cukup

87 – 93 Baik

94 – 100 Sangat Baik

(Sumber : Data Sekolah) 4. Hasil Belajar

Tabel 3.6 Ketuntasan Belajar Matematika

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 – 79 Tidak Tuntas 6 25

80 – 100 Tuntas 18 75

Jumlah 25 100

H. Indikator Keberhasilan

Dari penelitian di atas yang menjadi indikator ketercapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dalam kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam kategori baik

2. Ketuntasan siswa minimal mencapai nilai 80 secara individual dan 85% secara klasikal.

3. Keterlaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil jika persentase nilai rata-rata berada pada kategori minimal Baik yakni≥ 2, 5

(51)

4. Aktivitas siswa dikatakan berhasil jika persentase nilai rata-rata berada pada kategori minimal Baik yakni≥ 2, 5

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Adapun yang dianalisis adalah deskriptif mengenai perubahan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika setelah diterapkan langkah polya dalam model Problem based Learning dengan membandingkan hasil tes akhir siklus I dan siklus II. Selain itu, akan dianalisis data tentang keterlaksanaan pembelajaran guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar di kelas berlansung, selain itu akan dianalisis pula data tentang angket respon siswa terhadap pembelajaran.

1. Siklus I

Materi yang diajarkan pada siklus I yaitu memahami konsep persamaan linear dua variabel, membuat model matematika, menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggambar grafik dan menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan cara subtitusi. Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Soal Tes Siklus I, lembaran observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa.

(53)

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan)

Tahap Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan digunakan sebagai proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes siklus 1. Waktu pelaksanaan proses pembelajaran siklus I pada tanggal 21, 22 dan 28 Agustus 2019. Pada penelitian ini peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru bidang studi matematika. Kegiatan pembelajaran dibagi dalam tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Tahap-tahap tersebut sesuai dengan RPP dan sintak model Problem Based Learning.

Kegiatan pembelajaran tahap awal diawali dengan fase 1 (orientasi siswa pada masalah) yaitu guru membuka pelajaran dengan salam pembuka, memeriksa kehadiran siswa dan siswa diingatkan dengan materi yang pernah diajarkan sebelumnya. Kemudian guru memberitahukan materi yang akan dibahas serta menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang ingin dicapai.

Kegiatan selanjutnya yaitu fase 2 (mengorganisasikan peserta didik). Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri dari 5- 6 orang siswa. Guru menjelaskan dengan singkat materi yang diajarkan dengan menggunakan langkah-langkah polya. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Dilanjutkan dengan fase 3 (membimbing penyelidikan individu maupun kelompok), selama proses diskusi kelompok berlangsung, jika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS, guru membimbingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah agar siswa bisa memecahkan permasalahan, dan menuntun mereka dalam mengerjakan LKS sesuai dengan

(54)

langkah-langkah pemecahan masalah yaitu: memahami masalah, merencanakan strategi pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan mengecek kembali hasil. Setiap kelompok yang sudah yakin dengan jawaban yang mereka dapatkan, mereka diarahkan untuk menuliskan jawaban pada lembar LKS. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan hasil kerja kelompok. Salah satu kelompok tampil mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya (fase 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya).

Pada akhir pembelajaran (fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah mempersentasekan hasil kerjanya, mengumpulkan hasil kerja, dan guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.

Selanjutnya pada kegiatan penutup, siswa bersama-sama dengan guru merefleksi kegiatan yang telah dilakukan. Guru menyampaikan pada pertemuan berikutnya akan diadakan tes siklus I, dan guru menutup pelajaran dengan memberi salam.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

1. Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran dilakukan pada setiap silus. Fokus pengamatan dikelompokan menjadi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I disajikan dalam table 4.1 berikut:

(55)

Table 4.1. Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I

No Aspek yang diamati RPP

I RPP II RPP III Rata-rata Pendahuluan

1 Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran

4 4 4 4

2 Guru memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap di siplin

4 4 4 4

3 Guru memberitahukan materi yang akan di bahas 4 4 4 4 4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada

pertemuan yang ingin di capai

2 3 4 3,6

Kegiatan Inti

5 Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar

3 4 4 3

6 Guru memperkenalkan kepada siswa 4 tahapan langkah polya

3 4 4 3

7 Guru menjelaskan dengan singkat materi yang akan diajarkan mengunakan langkah-langkah polya

3 4 4 3,6

9 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

1 3 4 2,6

10 Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok

2 4 4 3,3

11 Guru meminta siswa memahami masalah 3 3 4 4

12 Guru meminta siswa untuk membuat rencana penyelesaian masalah

2 3 3 2,6

13 Guru meminta siswa untuk melaksanakan rencana penyelesaian

2 3 4 2,6

14 Guru meminta siswa untuk mengecek setiap langkah yang telah digunakan

(56)

15 Guru memanggil perwakilan dari beberapa kelompok untuk menuliskan jawaban kelompoknya

3 3 4 2,6

16 Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil pekerjaan tersebut

1 2 3 2

17 Guru memberikan pengarahan kepada siswa 2 4 4 3,3

18 Mengumpulkan hasil kerja 1 2 4 4

19 Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi

2 3 4 3

Kegiatan Penutup

20 Siswa bersama-sama dengan guru merefleksi kegiatan yang telah di lakukan

1 2 4 2,3

21 Guru menyampaikan materi berikutnya 2 3 4 3

22 Guru menutup pelajaran dengan memberi salam 2 3 4 3 Skor Total

Skor Maksimal 66,8

Skor Akhir 3 Baik

Dari analisis data yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dan berdasarkan kriteria yang ditetapkan, tercatat bahwa observasi keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan nilai 3 berada pada kategori baik. Tetapi masih ada beberapa aspek yang berada pada kategori tidak baik, (1) Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil pekerjaan tersebut dan (2) Siswa bersama-sama dengan guru merefleksi kegiatan yang telah di lakukan. Hal ini dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk mencapai kategori sangat tinggi.

2. Observasi Aktivitas Siswa

Pada siklus I tercatat aktivitas yang terjadi pada setiap siswa terhadap pembelajaran matematika. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar observasi

(57)

siswa selama pembelajaran berlansung di kelas. Adapun hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Table 4.2. Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek yang diamati

RPP 1 RPP 2 RPP 3 RATA-RATA 1 Kesiapan siswa untuk menerima

materi pelajaran

a. Masuk kelas tepat waktu

b. Menyiapkan perlengkapan belajar c. Tidak melakukan pekerjaan lain

yang akan menganggu proses belajar 1 3 2 3 4 2 3 3 4 2,3 3.3 2,6

2 Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

a. Menyimak informasi yang disampaikan oleh guru

2 2 4 2,6

b. Memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan oleh guru

2 3 4 3

c. Menanyakan hal-hal yang belum jelas kepada guru

2 4 4 3,3

3 Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok

a. Mengajukan pertanyaan pada saat diskusi kelompok

b. Memberikan tanggapan terhadap apa pertanyaan/jawaban dari kelompok lain 1 2 3 1 4 4 2,6 2,3

4 Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah

(58)

a. Membaca (LKS) 2 4 4 3,3 b. Bekerja dalam memecahkan masalah

dalam kelompoknya

1 2 3 2

c. Menyajikan hasil pemecahan masalah 2 4 4 3,3 d. Mengkaji kembali proses pemecahan

masalah

2 4 4 3,3

5 a. Membuat kesimpulan materi yang diberikan

b. Memperbaiki atau menambahkan kesimpulan temannya jika kesimpulan temannya masih kurang lengkap

3 3 4 3 3 4 3,3 3,3 Skor Total 2 3,2 3,6 40,9 Skor Maksimal 56

Skor Akhir 2,9 Baik

Pada siklus I tercatat aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar berlansung. Aktivitas siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dengan nilai 2,9 dengan kategori baik. Akan tetapi masih ada beberapa aspek yang tidak baik, yaitu (1) masuk kelas tepat waktu, (2) Memberikan tanggapan terhadap apa pertanyaan/jawaban dari kelompok lain dan (3) bekerja dalam memecahkan masalah dalam kelompoknya. Ini akan menjadi refleksi pada pertemuan selanjutnya.

3. Deskripsi hasil Tes Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Setelah pelaksanaan siklus I berlansung, guru memberikan tes siklus I yang diikuti oleh 24 siswa dengan bentuk tes uraian. Tes hasil belajar tersebut dilaksanakan setelah penyajian beberapa pokok bahasan. Adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

(59)

Tabel 4.3 Statistik Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasakan Langkah Polya Pada Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 24

Skor Maksimum Ideal 22

Skor Tertinggi Skor Terendah 22 7 Rentang Skor Rata-rata Skor 15 17,88 Median 20 Modus 21 Standar Deviasi 4,637

Dari tabel di atas terlihat bahwa skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diadakan tindakan pada siklus I adalah 17,88 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 22. skor tertinggi yang dicapai yaitu 22 dan skor terendah adalah 7 dengan standar deviasi 4,637

Jika skor hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa dikelompokkan ke dalam empat kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut

Tabel 4.4 Distribusi Skor Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasakan Langkah Polya Pada Siklus I

Rentang an Skor Nilai akhir siswa Kategori Frekuensi Persentase

16,8 – 22 76,3 – 100 Sangat Baik 18 75

11,2 - 16,7 50,9 – 75 Baik 3 12,5

5,6 - 11,1 25,45 – 50 Cukup 3 12,5

0 – 5,5 0 – 25 Kurang 0 0

(60)

Berdasarkan hasil analisis data tabel 4.3 diperoleh skor rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siklus I sebesar 17,88. Jika skor rata-rata tersebut dimasukkan pada Tabel 4.4, maka skor rata-rata berada pada kategori sangat baik

Tabel 4.5 Statistik Tingkat Hasil Belajar Siklus I

Statistik Nilai Statistik

Subjek 24

Skor Maksimum Ideal 100

Skor Tertinggi Skor Terendah 100 31 Rentang Skor Rata-rata Skor 69 80 Median 90 Modus 95 Standar Deviasi 21,10

Dari tabel di atas terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan pada siklus I adalah 80 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. skor tertinggi yang dicapai yaitu 100dan skor terendah adalah 31 dengan standar deviasi 21,10.

Jika skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam empat kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut

(61)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Hasil Belajar Siklus I

Skor Hasil Kategori Frekuensi Persentase

0 – 79 Perlu dimaksimalkan 6 25

80 – 86 Cukup 5 20,8

87 – 93 Baik 4 16,7

94 – 100 Sangat Baik 9 37,5

Jumlah 24 100

Setelah digunakan kategorisasi pada tabel 4.6 terlihat bahwa dari 24 siswa yang disajikan subjek, 6 siswa (25%) berada dalam kategori Perlu dimaksimalkan, 5 siswa (20,8%) berada dalam kategori cukup, 4 siswa (16,7%) berada dalam kategori baik dan 9 siswa (37,5%). Berdasarkan hasil analisis data tabel 4.6 diperoleh skor rata-rata 80. Jika skor rata-rata tersebut dimasukkan pada tabel 4.7, maka skor rata-rata berada pada kategori cukup.

Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika pada siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0 – 79 Tidak Tuntas 6 25

80 – 100 Tuntas 18 75

Jumlah 24 100

Berdasarkan pada Tabel 4.7 di atas tampak bahwa dari 24 siswa kelas VIII.3 SMPN 2 Labakkang yang dites pada siklus I, terdapat 6 orang siswa atau 25% siswa yang belum mencapai nilai KKM (tidak tuntas) dan 18 orang siswa atau 75% siswa yang telah mencapai KKM (tuntas). Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar masih kurang dari 85%.

(62)

d. Refleksi

Pada tahap ini, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat baik, namun ada beberapa aspek yang masih dinyatakan kurang. Pada pertemuan selanjutnya guru perlu meningkatkan lagi kemampuan mengajarnya agar proses pembelajaran berlansung lebih optimal.

Secara umum, penjelasan tentang hasil temuan untuk aspek-aspek yang perlu diperbaiki selama proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat dalam Tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Hasil Temuan dan Revisi selama Proses Pembelajaran Siklus I

No Refleksi Hasil Temuan Revisi

1 Keterlaksanaan pembelajaran guru

Kemampuan guru

meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil pekerjaan tersebut

Guru harus bisa mendorong siswa untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya agar bisa dijadikan perbandingan dengan jawaban kelompoknya

Kemampuan guru

merefleksi kegiatan yang telah di lakukan

Guru harus bisa merefleksi kegiatan pembelajaran agar bisa dijadikan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya. 2 Aktivitas siswa Masuk kelas tepat waktu Siswa harus masuk kelas tepat

waktu, agar tidak tertinggal dalam materi pembelajaran Memberikan tanggapan

pada kelompok lain

Siswa harus lebih aktif dalam memberikan tanggapan kepada kelompok lain, agar kegiatan diskusi lebih aktif

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 2.1Indikator Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah Polya
Tabel 2.2 sintaks atau langkah-langkah PBM
Tabel 2.3 Langkah Polya dalam Model Problem Based Learning.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

(2) Proses pembelajaran menggunakan model Polya pada materi menyelesaikan soal cerita di kelas III SDN09 Padagi sudah terlaksana dengan baik .Keterlaksanaan proses

Jadi secara keseluruhan dari pra siklus, siklus I dan siklus II, pelaksanaan proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan dalil pythagors menunjukan

Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas belajar peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II mata pelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan

Arends (2012) menjelaskan bahwa ada lima tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu 1) mengenalkan siswa pada masalah; guru menyampaikan tujuan pembe- lajaran yang

strategi pemecahan masalah dari masalah soal cerita, 4) kemampuan melaksanakan rencana yang telah dibuat untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, 5) kemampuan

ARTS208S: saya pikir kak kalo tidak menulis satuannya tidak masalah kak. ARTS209P: satuan itu sangat penting! Lain kali harus teliti yah. Berdasarkan hasil wawancara siklus II