• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPALA DINAS

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Penelitian

1) Struktur Birokrasi

10.2.2 Analisis hubungan antar variabel

Pada tahun 2014 Lembaga Negara Pengawas Pelayanan Publik, Ombudsman Republik Indonesia, menganugerahi predikat kepatuhan terhadap Undang-Undang Pelayanan Publik kepada Pemerintah Kota Medan. Dengan diberikannya predikat tersebut tentu pelayanan yang diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat sudah sangat baik, cepat, mudah, murah dan tidak berbelit. Tetapi apa yang terjadi dilapangan jauh berbeda dengan apa yang diharapkan. Proses yang sangat panjang, berbelit, lama dan mahal.

Pelayanan publik yang berkualitas, sangat diperlukan guna mengimbangi peningkatan kondisi sosial, ekonomi serta kesadaran masyarakat dalam bernegara. Izin termasuk layanan publik karena orang yang memanfaatkan layanan tersebut harus membayar sesuai tarif yang ditetapkan oleh pemerintah. Izin atau perizinan yang merupakan jasa publik harus sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan selaku penyelenggara pemerintahan. Sehingga apa yang akan dilaksanakan menjadi legal/resmi dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Pelayanan publik izin reklame yang dimaksud dengan reklame disini bentuknya berupa iklan diluar ruangan. Iklan atau reklame yang dimaksud adalah reklame papan/billboard/bando, reklame megatron/videotron/large electronic display (LED), reklame neon box, reklame neon sign, reklame baliho, reklame kain/banner/umbul-umbul, melekat/poster/stiker/rombong, reklame selebaran, reklame berjalan/kendaraan, reklame apung, reklame film/slide dan sebagainya.

180 Dengan diberlakukannya tiga tempat yang berbeda dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan tentu membuat masyarakat megalami kebingungan. Karena setiap jenis dan ukuran reklame berbeda tempat penerbitan izin reklamenya. Jika masyarakat atau para pengusaha advertising tidak memahami peraturan yang terbaru tentang petunjuk teknis penerbitan reklame maka tentu mereka akan mengalami kesulitan. Dengan begitu tentu saja tidak dipungkiri akan terjadinya proses penerbitan izin yang lama, mahal dan berbelit karena tidak hanya satu dinas saja yang menangani proses penerbitan izin reklame tersebut.

Permasalahan tersebut ternyata dipengaruhi oleh struktur birokrasi, komunikasi, sumberdaya dan disposisi antar dinas yang menaungi izin reklame di Kota Medan. Jika dilihat dari hasil penelitian per variabel, maka dari keempatkan yang paling mempengaruhi adalah variabel struktur birokrasi. Karena kurang tepatnya wewenang yang diberikan kepada dinas atau badan tersebut dan adanya ketidak sesuaiannya tugas penerbitan izin reklame ini kepada dinas terkait dengan tupoksi dinas tersebut. Seperti tampak jelas pada Dinas Pendapatan yang tidak memiliki tupoksi untuk menangani penerbitan izin reklame serta tidak adanya sub bagian khusus menangani penerbitan izin reklame tersebut. Saat ini proses penerbitan izin reklame di Dispenda masih adanya pembagian tugas, seperti untuk proses pendaftaran dilakukan di sub bagian pendataan, dan proses penerbitan izin reklame dilakukan pada sub bagian penagihan. Dengan tidak adanya sub bagian khusus yang menangani izin reklame ini, maka proses penerbitan izin reklame di Dispenda terbilang sangat panjang dan lama. Yang tentu saja hal tersebut akan

181 mempersulit para pengguna jasa penerbitan izin reklame tersebut, karena tidak adanya waktu yang ditetapkan atau batas waktu proses penerbitan izin reklame yang mereka kerjakan.

Hal yang sangat jauh berbeda dengan proses penerbitan izin reklame di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa sudah tepatnya wewenang yang diberikan kepada badan tersebut. Karena sesuai dengan tupoksi yang ada dan sesuai dengan nama SKPD yang ada. Dalam pelaksanaan proses penerbitan izin reklame pada badan ini cukup terbilang cepat, mudah dan dapat dipantau langsung oleh para pengguna jasa. Karena badan ini sudah menggunakan sistem online yang canggih serta ditetapkannya batas waktu maksimal pengerjaan proses penerbitan izin reklame tersebut sehingga masyarakat mendapatkan kepastian waktu. Badan pelayanan terpadu seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah kota medan dengan melakukan proses penerbitan izin reklame satu pintu seperti yang sudah dilakukan di daerah-daerah yang berada di Pulau Jawa.

Tetapi jika melihat kembali Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014, maka ada beberapa reklame yang memerlukannya Izin Mendirikan Bangunan. Izin tersebut hanya diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan belum ada di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu. Sehingga dilibatkanlah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam proses penerbitan izin reklame di Kota Medan.

182 Tetapi jika menghubungkan antar variabel, ternyata peneliti melihat sangat berpengaruhnya variabel struktur birokrasi dalam penerbitan izin reklame dipengaruhi dan mempengaruhi variabel lainnya.

Jika dihubungkan kepada seluruh variabel yang ada ternyata variabel sumberdayalah yang mempengaruhi variabel struktur birokrasi, dan struktur birokrasi tersebut mempengaruhi variabel komunikasi dan variabel disposisi. Karena pada variabel struktur birokrasi yang diberikan wewenang dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapatan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Walaupun tampak terlihat tidak efesien karena tidak dilakukan dalam satu pintu ternyata dipengaruhi oleh beberapa hal yang ada pada variabel sumberdaya. Yaitu

pertama, seluruh izin tidak dapat dilakukan seluruhnya di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dikarekan badan tersebut tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan yang masih diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan belum di BPPT. Serta jenis reklame yang diterbitkan oleh badan tersebut adalah jenis reklame yang bersifat isidental atau sementara. Kedua, meskipun tidak sesuai dengan tupoksi yang ada pada Dinas Pendapatan tetapi dinas tersebut memiliki aparat yang banyak untuk melakukan pengecekan lapangan serta reklame yang dilimpahkan kepada dinas ini berhungan dengan pajak. Ketiga, jenis reklame yang diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan adalah jenis reklame yang memiliki bangunan kontruksi sehingga memerlukan IMB. Selain memiliki fungsi penerbitan izin reklame, dinas ini juga memiliki fungsi pengawasan terhadap reklame yang ada di Kota Medan. Karena pada Pemerintah

183 Kota Medan yang memiliki tim teknis hanyalah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.

Meskipun variabel struktur birokrasi tersebut dipengaruhi oleh variabel sumberdaya, ternyata variabel struktur birokrasi mempengaruhi variabel komunikasi dan variabel disposisi. Hal tersebut terjadi karena pembagian wewenang yang dirasa tidak pas oleh informan maka timbullah rasa siapa yang lebih pantas dalam penerbitan izin reklame seluruhnya. Sehingga membuat komunikasi diantaranya kurang baik. Jarangnya pertemuan khusus untuk membahasas permasalahan reklame yang terjadi di Kota Medan. Hal tersebutpun juga mempengaruhi hubungan koordinasi diantaranya. Sejak keluarnya kebijakan penerbitan izin reklame, ketiga SKPD tersebut hanya sebatas berkoordinasi secara administrasi saja yang berhungan tentang pengawasan reklame pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan selebihnya tidak ada. Dengan kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara tiga SKPD tersebut maka setiap SKPD tidak memahami dan tidak mengetahui secara pasti bagaimana dan apa yang terjadi pada SKPD tersebut. Sehingga terjadinya kesimpangsiuran kabar diantaranyaa. Serta para advertising berpendapat bahwa masih adanya kerancuan terhadapa perwal tersebut.

Contohnya seperti pada permasalahan yang terjadi pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan selama tahun 2014 tidak mengeluarkan izin reklame. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Dinas Pendapatan berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dirasa kurang tepat. Karena mereka menganggap banyaknya reklame yang berdiri tanpa izin tetapi pada saat

184 adanya pemohon izin reklame secara resmi justru ditolak sehingga hal tersebut menurut mereka tidak cocok dan merugikan Pemerintah Kota Medan karena tidak adanya PAD yang disumbangkan.

Tetapi dari hasil penelitian yang diperoleh peniliti, apa yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan memiliki alasan yang kuat. Diantaranya adalah tidak adanya calon pemohon izin reklame yang memenuhi persyaratan yang sesuai dengan kebijakan yang ada serta hal tersebut dilakukan bertujuan untuk penataan reklame di Kota Medan yang semangkin seperti hutan reklame.

Variabel struktur birokrasi ini juga mempengaruhi variabel disposisi. Karena dengan ditempatkannya penerbitan izin reklame di tiga tempat yang berbeda maka para pengguna jasa atau para advertising merasa lebih nyaman dengan penerbitan izin reklame yang dahulu dilaksanakan di Dinas Pertamanan. Hal tersebut dikarenakan, para advertising berpendapat bahwa proses penerbitan yang dilakukan pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan lebih banyak persyaratan yang harus dipenuhi serta sulitnya mengeluarkan izin reklame membuat pada advertising khawatir. Tetapi jika peneliti melihat selama penelitian, justru hal tersebut adalah langkah awal pemerintah untu menangani maraknya reklame di Kota Medan. Meskipun dalam pengawasan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan masih belum terlaksana dengan baik karena terlihat masih banyaknya reklame yang melakukan pelanggaran tetapi belum dilakukan penindakan.

185

BAB VI PENUTUP

Pada bagian penutup ini peneliti akan menyampaikan apa yang menjadi kesimpulan penelitian serta rekomendasi atau saran-saran atas implementasi kebijakan, sehingga rekomendasi tersebut dapat menjadi solusi atas tindakantindakan implementasi di masa yang akan datang. Kesimpulan merupakan inti pokok yang ditarik oleh peneliti dari hasil interpretasi dan analisis yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Bagian kesimpulan dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam perumusan masalah. bagian kesimpulan juga harus selaras dan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan peneliti pada bagian sebelumnya.

6.1 Kesimpulan

a. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011

Tentang Pajak Reklame bahwa proses pelaksanaan kebijakan pelayanan dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan belum berjalan optimal.

Dengan diberlakukannya peraturan daerah ini, kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena daerah dapat menyesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar di Kota Medan adalah Pajak Reklame. Bahwa perkembangan

Dokumen terkait