• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti mrupakan data asli dari penyebaran angket yang telah dilakukan dalam penelitian yang sesungguhnya. Data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis untuk mencari tahu suatu hubungan yang berarti melalui data yang telah dikumpulkan dan menggunakan rumus-rumus statistika untuk mengolah data hasil tes tersebut dan rumus yang

digunakan adalah kutipan dari buku “Metoda Statistika” (2005) yang disusun oleh

Sudjana. Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

42

Oki Arya Sakti, 2015

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN BOLA BASKET

1. Langkah pertama yaitu menguji normalitas data dari setiap data untuk mengetahui apakah data tersebut berdristibusi normal atau tidaknya suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan uji statistika non parametrik yang biasa dikenal dengan uji Lilliefors, untuk menguji hipotesis nol ditempuh dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1.1Melakukan pengamatan dari semua nilai yang akan digunakan sebagai bilangan baku Z dan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅

1.2Kemudian menghitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) tersebut dengan ketentuan jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan nilai (Fzi) nya adalah 0,5 luas dari daerah distribusi Z dalam tabel.

1.3Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel.

1.4Lalu menghitung selisih antara F (zi) dengan S (zi) dan menentukan harga mutlak.

1.5Lalu mengmbil harga mutlak dari yang paling besar diantara semua sampel, dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan α=

0,05 dan lihat pada daftar tabelnya.

2. Mencari gambaran tentang masalah yang akan di ungkapkan mengenai hubungan antara intelligence quotient dengan pemahaman peraturan pada cabang olahraga bola basket dengan menggunaka rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Jumlah atau besarnya persentase yang dicari

∑ = Jumlah skor berdasarkan alternative jawaban

∑ = Jumlah skor

3. Menghitung rata-rata nilai dari setiap variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ ∑

Keterangan:

̅ = rata-rata yang dicari

∑ = jumlah dari x1 = skor mentah = jumlah sampel

4. Mencari simpangan baku dari settiap kelompok data atau variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

√∑ ̅

43

Oki Arya Sakti, 2015

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN BOLA BASKET

S = Simpangan baku = Skor mentah

̅ = Rata-rata skor mentah = Jumlah sampel

5. Langkah selanjunya yaiu menghitung koefisien untuk mencari hubungan dari kdua variabel yang enggunakan rumus Product Moment yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ } ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien yang dicari

∑ = Jumlah perkalian skor X dan Y

∑ = Jumlah skor X2

∑ = Jumlah skor Y2 = Jumlah sampel

6. Setelah menghitung koefisien selanjutnya menghitung atau mencari

signifikan koefisien tunggal dengan menggunakan pendekatan uji-t dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t = t-hitung yang dicari r = koefisien yang dicari i = Jumlah sampel

Pengujian statistika pada uji-t bertujuan untuk mengetahui tingkat koefisien korelasi dari setiap variabel.

7. Mengitung detereminasi atau dukungan yang menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: D = Determinasi r = Koefisien 100% = Konstanta tetap K. Tes IQ (Intelligence Quotient)

Kata tes berasal dari bahasa latin “Testum” yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti tes menjadi lebih umum. Di dalam lapangan psikologi kata tes bermula

44

Oki Arya Sakti, 2015

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN BOLA BASKET

digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun1890, dan sejak itu, makin popular sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu daripada kepribadian. Sedangkan IQ atau inteligensi menurut David Wechsler adalah kemampuan bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Jadi tes IQ adalah untuk mengkur tingkat inteligensi seseorang untuk berfikir secara rasional, mengendalikan diri dengan efektif dan menghadapi lingkungan secara efektif.

Inteligensi adalah perwujudan dari suatu daya dalam diri manusia, yang mempengaruhi kemampuan seseorang di berbagai bidang. Spearman membuat

suatu rumusan yang dinamai “General Ability” yang berperan dalam menyimpan

dan mengikat kembali suatu informasi, menyusun kosep-konsep, menangkap adanya hubungan-hubungan dan membuat kesimpulan, mengolah bahan-bahan dan menyusun suatu kombinasi baru dari bahan-bahan tersebut. Menurut Vernon (1973) dalam web (http:digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-nuraenisps-1031-1-fulltek-u.pdf) ada tiga arti mengenai inteligensi, yaitu :

1. Inteligensi adalah kapasitas bawaan yang diterima oleh anak dari orang tuanya melalui gene yang nantinya akan menentukan perkembangan mentalnya.

2. Istilah inteligensi mengacu pada pandai, cepat dalam bertindak, bagus dalam penalaran dan pemahaman, serta efisien dalam aktifitas mental. 3. Inteligensi adalah umur mental atau IQ atau skor dari suatu tes inteligensi.

Sampai saat ini sudah banyak tes inteligensi yang disusun para ahli baik tes inteligensi untuk anak-anak maupun dewasa. Tes inteligensi yang disajikan secara individual maupun secara kelompok, tes verbal dan performansi, dan tes inteligensi untuk orang cacat khusus, misalnya, tuna rungu dan tuna netra. Ada beberapa bentuk tes inteligensi yaitu :

1. Tes inteligensi untuk anak-anak (Tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, CFIT skala 1 dan 2 atau TIKI dasar).

2. Tes inteligensi untuk remaja atau dewasa (TIKI menengah, TIKI tinggi, WAIS, SPM, APM, CFIT skala 3)

45

Oki Arya Sakti, 2015

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN BOLA BASKET

Hasli tes inteligensi pada umumnya berupa IQ (Intelligence Quotient). Istilah IQ pertama kali dikemukakan pada tahun 1912 oleh William Stern, seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman. Kemudian oleh Lewis Madison Terman istilah tersebut digunakan secara resmi untuk hasil tes inteligensi Stanford Binet Intelligence scale di Amerika Serikat pada tahun 1916. Perhitungan IQ menurut Williams Stern menggunakan rasio antara MA dan CA, dengan rumus IQ = (MA/CA) x 100. MA adalah mental age sedangan CA adalah chrontological age, 100 adalah angka konstan. Terman dan Merrill mengklasifikasikan inteligensi berdasarkan standarisasi tes inteligensi Stanford Binet tahun 1937 yaitu yang tertera pada halaman 23 :

Tabel 3. 7

Klasifikasi Tes IQ (Intelligence Quotient)

Klasifikasi IQ

Very Superior 140 ke atas

Superior 120-139 High Average 110-119 Normal or Average 100-109 Low Average 80-99 Borderline Defective 60-79 Mentally Defective 30-69

Pada tabel 3.6 menjelaskan tentang klasifikasi tes IQ (Intelligence Quotient) dimana hasil tes dengan tingkat IQ tinggi memperoleh angka 140 keatas dengan klasifikasi very superior sangat jenius sedangan hasil tes dengan tingkat IQ yang paling rendah memperoleh angka 30 sampai 69 dengan klasifikasi mentally defective atau mengalami keterbelakangan mental.

46

Oki Arya Sakti, 2015

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN BOLA BASKET

Dalam penelitian ini, penelti tidak membuat soal tes IQ, menghitung dan menjumlahkan hasil dari tes, peneliti hanya menunggu hasil tes IQ (Intelligence Quotient) dari tester. Tes IQ atau tes inteligensi tidak boleh dilakukan oleh peneliti atau sembarang orang, karena tes IQ atau inteligensi bersifat rahasia yang tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali orang yang bersangkutan atau tester. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan bantuan kepada pihak UC (University Center) Universitas pendidikan Indonesia yaitu bagian UPT lembaga Bimbingan Konseling sebagai tester untuk tes IQ atau inteligensi. Peneliti memilih UPT lembaga Bimbingan Konselingkarena mereka lebih mengerti dan lebih kompeten di bidang psikologi khususnya tes IQ atau inteligensi. Disisi lain, pihak Universitas Pendidikan Indonesia memfasilitasi mahasiswa yang ingin melakukan tes IQ atau inteligensi untuk bahan penelitian.

Dalam penelitian IQ (intelligence Quotient), instrument yang akan digunakan adalah APM (Advance Progressive Matrices). Instrumen APM (Advance Progressive Matrices) termasuk kategori instrument untuk remaja dan dewasa yang cocok digunakan untuk pelajar dan mahasiswa. Instrument APM (Advance Progressive Matrices) disusun untuk pertama kalinya oleh J. C Raven pada tahun 1943. Tes APM (Advance Progressive Matrices) bertujuan untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Selain itu, tes APM (Advance Progressive Matrices) bertujuan untuk mengukur kemampuan observasi dan clear thinking. Instrument APM (Advance Progressive Matrices) sudah teruji validitas dan realibilitasnya sehingga peneliti tidak perlu

Oki Arya Sakti, 2015

HUBUNGAN IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DENGAN PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN BOLA BASKET

BAB V

Dokumen terkait