• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian

Tuntang

Wanprestasi atau pembiayaan bermasalah seringkali terjadi pada

lembaga-lembaga keuangan syariah. Faktor penyebabnya pun berbeda-beda, seperti faktor intern dari lembaga keuangan syariah itu sendiri maupun faktor ekstern seperti dari nasabah dari lembaga keuangan syariah tersebut. Faktor intern dapat berupa kurang telitinya pemberian pembiayaan sedangkan faktor ekstern dapat berupa kelalaian nasabah dalam memenuhi prestasi atau kewajibannya terhadap lembaga keuangan syariah tersebut. Wanprestasi

nasabah dapat dikategorikan kepada 2 golongan nasabah wanprestasi yaitu: 1. Nasabah tidak mampu membayar. Keadaan nasabah tidak memungkinkan

untuk membayarkan kewajibannya karena berbagai hal, seperti keadaan usaha nasabah menurun mengalami kebangkrutan. Keadaan seperti ini nasabah tidak sanggup memenuhi kewajibannya namun masih memiliki

i‟tikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya. Proses penyelesaian

pembiayaan seperti ini dapat dilakukan dengan rescheduling (penjadwalan ulang, reconditioning (persyaratan ulang) dan restructuring (penataan ulang).

2. Nasabah mampu membayar namun tidak mau membayar. Kondisi nasabah memiliki harta atau kondisi keuangan nasabah sedang baik namun nasabah

tidak mau memenuhi kewajiban prestasinya karena tidak memiliki i‟tikad

baik untuk membayarkan kewajibannya dengan berbagai alasan. Pembiayaan bermasalah seperti ini dapat diselesaikan dengan cara

Liquidation (Liquidasi) yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan

jaminan dalam rangka pelunasan utang.

Dari hasil penelitian di lapangan, diperoleh data yang dapat memberikan banyak informasi berkaitan dengan penyelesaian wanprestasi anggota KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dalam pembiayaan murabahah

(pembiayaan manfaat). Dari hasil observasi dan wawancara kemudian dokumentasi yang telah peneliti lakukan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anggota BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terjadi wanprestasi dalam pembiayaan manfaat serta analisis tentang penyelesaian wanprestasi anggota dalam pembiayaan manfaat di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang.

Pembiayaan Manfaat pada BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yang menggunakan akad murabahah yaitu fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara halal sesuai syariah dengan keuntungan yang disepakati di awal akad. Jika anggota tidak memenuhi akad yang disepakati maka anggota tersebut melakukan kelalaian dalam perjanjian, yang biasa disebut dengan wanprestasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi pada pembiayaan manfaat pada KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang adalah:

1. Account Officer (AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah

sebanyak-banyaknya. Sehingga dalam proses penilaian calon nasabah kurang teliti; 2. Kondisi usaha anggota sedang menurun sehingga tidak dapat membayar

angsuran saat waktu yang dijadwalkan;

3. Adanya i‟tikad kurang baik dari anggota pembiayaan dengan menunda -nunda pembayaran dengan memberikan berbagai alasan, misalnya uang sedang digunakan untuk membayar keperluan lain seperti biaya sekolah dan lain-lain;

4. Berhutang ditempat lain. Anggota memiliki hutang yang harus dibayarkan dengan cara mengangsur setiap minggu misalnya. Dengan alasan tersebut anggota pada saat jatuh waktu angsuran pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten, Tuntang beralasan uang sedang digunakan untuk membayar angsuran ditempat lain.

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa dalam penyelesaian anggota

wanprestasi atau melalaikan kewajiban anggota dapat diberikan tindakan yang

pertama yaitu memberikan peringatan baik secara lisan kepada anggota agar segera membayar kewajibannya. Hal ini dilakukan oleh Account Officer (AO) BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terhadap anggota yang lalai dalam membayar angsuran.

1. Penyelesaian wanprestasi dilakukan secara kekeluargaan, yaitu dengan memberikan perpanjangan waktu pembayaran kewajiban anggota maksimal sampai akhir bulan. Dengan memberikan perpanjangan waktu kepada anggota dengan cara menawarkan berapa hari yang dibutuhkan untuk dapat membayar angsuran. Cara ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi dari anggota seperti kondisi keuangan, keluarga dan disesuaikan dengan keperluan lain yang dimiliki anggota.

Upaya penyelesaian wanprestasi ini merupakan upaya penjadwalan kembali (rescheduling) yakni perubahan jadwal pembayaran kewajiban anggota atau jangka waktunya. Cara ini dilakukan kepada anggota (berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh Account

Officer (AO) BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang) tidak mampu

memenuhi kewajibannya dalam hal angsuran pada saat tiba waktu pembayaran.

Dari penerapan penyelesaian pembiayaan bermasalah diatas sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 48/2005 point tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah dapat dilakukan dengan mengubah jangka waktu pembiayaan, jadwal pembayaran (penanggalan, tenggang waktu) dan jumlah angsuran yakni dengan ketentuan tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa dan perpanjangan tenggang waktu berdasarkan kesepakatan kedua pihak. Hal ini dilakukan apabila terjadi ketidak cocokan jadwal angsuran yang dibuat account officer dengan kemampuan dan kondisi anggota.

2. Upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah selanjutnya dilakukan setelah jangka 1 bulan waktu pembayaran, namun anggota tetap belum melakukan kewajibannya, maka teguran atau peringatan secara lisan akan diberikan kepada anggota yang terlambat membayar kewajibannya. Upaya ini dilakukan dengan harapan anggota segera dapat membayarkan kewajibannya kepada BMT.

Jika anggota masih saja belum membayar akan diberikan lagi surat peringatan agar segera membayar karena anggota sudah terlambat membayar selama 2 bulan tunggakan. Surat peringatan diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 1 minggu dalam sebulan selama anggota belum memenuhi kewajiban pembayaran.

Pada penerapan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah ini pihak KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sesuai dengan aturan yang dianjurkan oleh Islam, yaitu dengan memberikan kesempatan dengan cara memperingatkan anggota untuk membayarkan hutangnya. 3. Upaya penyelesaian wanprestasi selanjutnya adalah akad ulang atau

penataan ulang (restructuring). Upaya ini dilakukan ketika anggota benar-benar tidak mampu membayar angsuran. Proses akad ulang pembiayaan anggota dilakukan melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat. Upaya ini diberikan oleh pihak BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang kepada anggota dengan sebelumnya melakukan survey ke rumah, toko atau pasar dimana anggota bertempat tinggal maupun melakukan usaha sebagai

bukti bahwa anggota benar-benar tidak mampu membayar namun masih

memiliki i‟tikad baik untuk membayar.

Strategi penyelesaian wanprestasi lainnya yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yaitu Akad ulang atau penataan ulang (restructuring). Upaya ini dilakukan ketika anggota benar-benar tidak mampu membayar angsuran. Upaya ini diberikan kepada anggota oleh pihak BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dengan sebelumnya melakukan survey ke rumah, toko atau pasar dimana anggota bertempat tinggal maupun melakukan usaha sebagai bukti bahwa anggota benar-benar tidak mampu membayar namun masih memiliki i‟tikad baik

untuk membayar. Upaya penyelesaian wanprestasi dengan akad ulang ini dilakukan oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang melalui KJKS BMT Taruna Sejahtera pusat.

Proses penyelesaian wanprestasi dengan cara restructuring

(penataan ulang) yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah. Penyelesaian dilakukan dengan membuat akad baru yang disesuaikan dengan keadaan anggota dengan ketentuan:

a. Akad murabahah dihentikan dengan cara:

1) Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar;

3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah;

4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah.

b. LKS dan nasabah ex-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad:

1) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSNMUI/III/2002 tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik;

2) Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau 3) Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.

08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah

Namun, upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terdapat perbedaan antara pembiayaan manfaat non jaminan dan jaminan. Dalam pembiayaan manfaat non jaminan terdapat jaminan yang berupa simpanan anggota. Ketika sewaktu-waktu anggota mengalami keterlambatan pembayaran angsuran, penyelesaiaanya dengan mengambil sejumlah uang dari simpanan anggota sesuai dengan berapa jumlah angsuran pembiayaan yang harus dipenuhi anggota. Pengambilan sejumlah uang dari simpanan tersebut dilakukan

berdasarkan musyawarah dengan anggota yang menghasilkan persetujuan pengambilan dari simpanannya.

Pembiayaan Manfaat non Jaminan merupakan pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara syariah yang diberikan dengan tanpa syarat adanya jaminan. Pembiayaan ini ditawarkan dan atau diutamakan kepada nasabah yang sudah menjadi anggota tetap. Anggota yang dimaksudkan adalah nasabah dari produk simpanan di BMT Taruna Sejahtera, yaitu Simpanan Amanah, Simpanan Berkah dan Simpanan Berkah Bonus.

Pembiayaan Manfaat non Jaminan memberikan pembiayaan dengan tanpa jaminan yang harus dijaminkan terhadap BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten, Tuntang. Namun pembiayaan ini secara tidak langsung menjadikan Simpanan yang dimiliki anggota sebagai jaminan bila terjadi masalah kemudian hari.

Pelaksanaannya dilakukan ketika jatuh waktu membayar namun anggota tidak dapat membayar. Cara penyelesaian ini dilaksanakan dengan adanya musyawarah antara account officer (AO) dengan anggota yang menghasilkan persetujuan anggota untuk mengambil sejumlah uang dari simpanan anggota untuk digunakan sebagai pembayaran angsuran dari anggota tersebut.

Waktu pelaksanaan pengambilan dari simpanan dilakukan tidak menunggu waktu keterlambatan lebih lama lagi, namun ketika account officer

(AO) datang ke rumah, toko atau pasar dimana anggota berada untuk mengambil angsuran, jika anggota tidak memiliki uang untuk membayar maka

dapat langsung dilakukan musyawarah untuk pengambilan uang dari simpanan. Jumlah pengambilan simpanan adalah sebanyak kewajiban yang harus dibayarkan oleh anggota. Hal ini dilakukan karena simpanan yang dimiliki anggota dijadikan sebagai jaminan dari pembiayaan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang.

Pelaksanaan penyelesaian wanprestasi melalui pengambilan dari simpanan yang dimiliki oleh anggota di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang telah sesuai dengan Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar, tetapi dilakukan pada obyek yang berbeda yakni dengan mengambil sebesar hutang yang dimiliki anggota tetap dengan tujuan melindungi pembiayaan dari anggota juga menguntungkan kedua belah pihak.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian pada bab sebelumnya maka penulis dalam bab ini akan memaparkan kesimpulan dan implikasi yang diperlukan. Maka dengan analisa pada bab IV penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi pada pembiayaan manfaat (murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yaitu:

a. Account Officer (AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah

sebanyak-banyaknya.

b. Kondisi usaha anggota sedang menurun; c. Adanya i‟tikad kurang baik dari anggota;

d. Berhutang ditempat lain.

2. Prosedur penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan manfaat

(murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang

yaitu:

a. Memberikan peringatan secara lisan.

b. Memberikan jangka waktu pembayaran maksimal sampai akhir bulan. c. Pemberian peringatan secara lisan ketika anggota terlambat membayar

d. Pemberian surat peringatan karena anggota sudah terlambat membayar selama 2 bulan tunggakan.

e. Akad ulang atau penataan ulang (restructuring) dilakukan ketika anggota benar-benar tidak mampu membayar angsuran. Proses akad ulang pembiayaan anggota dilakukan melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat.

f. Penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan manfaat non jaminan dengan mengambil dari simpanan anggota karena tidak dapat membayar pada saat jatuh waktu membayar.

3. Penyelesaian wanprestasi nasabah yang dilakukan oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah dan Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

Dokumen terkait