• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP PENYELESAIAN WANPRESTASI NASABAH DALAM AKAD MURABAHAH DI KJKS BMT TARUNA SEJAHTERA CABANG SRATEN KEC. TUNTANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS TERHADAP PENYELESAIAN WANPRESTASI NASABAH DALAM AKAD MURABAHAH DI KJKS BMT TARUNA SEJAHTERA CABANG SRATEN KEC. TUNTANG - Test Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERHADAP PENYELESAIAN WANPRESTASI

NASABAH DALAM AKAD MURABAHAH DI KJKS BMT

TARUNA SEJAHTERA CABANG SRATEN KEC. TUNTANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Munziroh

NIM 21411010

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI

AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Senantiasa Bersabar dalam menghadapi

Tantangan maupun Cobaan Hidup

Sabar Itu Susah Sabar Itu Cape Sabar Itu Sakit Sabar Itu Streess Tetapiiii... Sabar Itu INDAH

(7)

PERSEMBAHAN

Alkhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT dengan

izin-Nya Skripsi ini dapat terselesaiakan dengan baik. Skripsi ini

penulis persembahkan untuk orang-orang yang mendukung

penulis dalam menuntut ilmu.

1.

Bapak Suriyanto dan ibu Sutimah yang telah bersusah

payah menuntun perjalanan kaki saya agar tetap berada

pada jalan yang di Ridloi Allah SWT.

2.

Kang Mas Ahmad Syafi’i yang selalu memberikan

dukungan moral maupun material.

3.

Bapak Kyai Chalim AS dan Bapak Kyai Chazim AS yang

senantiasa men-Charge perjalan hidupku.

4.

Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang

senantiasa memberikan petuah dan doanya.

5.

Mas Abdul Aziz yang selalu bersabar dalam memberikan

semangat kepadaku dalam perjalanan menuntut ilmu.

6.

Keluarga Besar Ya Bismillah (Youth assosiation of Bidik

Misi limardhotillah) IAIN Salatiga.

7.

Kawan-kawan Hukum Ekonomi Syari’ah 2011 IAIN

Salatiga.

8.

Seluruh sahabat-sahabat santri PP. Edi Mancoro.

(8)

KATA PENGANTAR

َتبكربّ ّاللّ ةوحرّ نك٘لع ملاّسلا

دِٗ يَه بٌلبوعا ةئّ٘س يهّ بٌسفًأ رّرس يه ّللّبب ذْعًّ ٍرفغتسًّ ٌَ٘عتسًّ ٍدوحً ّللّ دوحلا ّىإ

َل ٓدبُ لاف للضٗ يَه ّ َل ّلضه لاف ّاللّ

.

ٍدبع ادّوحه ىأ دِشأّ ّاللّّلاإ َلإ لا ىأ دِشأ

َلْسرّ

.

ي٘عوجا َبحصّ َلا ٔلعّ دّوحه بًدّ٘س ٔلع نلسّ لص نِّللا

.

دعب بهأ

Puju syukur kehadhirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun dalam mengarungi

proses pembelajaran akademik di Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Syariah IAIN Salatiga.

دٍدمَّوَحهُه دِآ َٔلَعَّ دٍدمَّوَحهُه َبًدِدلَِّ٘س َٔلَع لِّلَص مَّنهُِّللا

semoga senantiasa tercurahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dari dari

alam kegelapan menuju ke alam terang benderang yang penuh ilmu pengetahuan.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah Dalam Akad

Murabahah Di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang

sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I dalam Hukum

Ekonomi Syari‟ah, pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

(9)

yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan dengan segala kekurangannya. Karenanya patutlah penyusun

mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, baik secara

langsung maupun tidak langsung, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah.

3. Bapak Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syariah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H. selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah.

5. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak Qi Mangku Bahjatullah, Lc. M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam membimbing penulis skripsi ini.

7. Pengelola BIDIKMISI IAIN Salatiga yang telah membimbing kami serta

memberikan kesempatan mendapatkan beasiswa Bidikmisi.

8. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak Muhammad Muhir selaku Manager BMT Taruna Sejahtera Cabang

Sraten Kec. Tuntang beserta stafnya yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian

(10)

10.Bapak dan ibu serta saudara dan seluruh kelurga di rumah yang telah

mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN

Salatiga dan penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

11.Keluarga Besar Ya Bismillah IAIN Salatiga sebagai sahabat senasib

seperjuangan dalam mengarungi bahtera tholabul ilmi, kebersamaan kita akan

menjadi sebuah cerita yang indah kelak.

12.Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2011 di IAIN

Salatiga.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.

Penyusun menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan

saran dari pembaca sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan

penyempurnaan karya ilmiah ini. Penyusun berharap skripsi ini bermanfaat

khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya. Atas bantuan yang

diberikan kepada penyusun, semoga Allah SWT memberikan balasan yang layak,

Aamin.

َتبكربّ ّاللّ ةوحرّ نك٘لع ملاّسلاّ

Salatiga, 26 Agustus 2015

Penulis

Munziroh

(11)

ABSTRAK

Munziroh. 2015. Analisis Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah dalam Akad Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec.

Tuntang kab. Semarang. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum

Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:

Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.Si.

Kata Kunci: Wanprestasi Nasabah, Akad Murabahah

KJKS BMT Taruna Sejahtera merupakan lembaga koperasi yang fokus terhadap simpan pinjam dengan sistem syariah. Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

wanprestasi nasabah dan prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad

murabahah serta apakah penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad

murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang sudah

sesuai dengan Fatwa DSN MUI.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Yaitu penelitian dengan mengumpulkan data mengenai penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera ditinjau dari hukum Islam. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer yang berupa data hasil dari wawancara pada obyek yang diteliti dan data sekunder yang berupa

Al-Qur‟an, Hadits, buku, internet dan dokumen resmi yang berkait dengan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya

wanprestasi nasabah pada KJKS BMT Taruna Sejahtera adalah Account Officer

(AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya, kondisi usaha anggota sedang menurun, adanya i‟tikad kurang baik dari anggota, berhutang ditempat lain dan proses penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan dilakukan dengan memberikan peringatan secara lisan dengan memberikan jangka waktu sampai akhir bulan, pemberian surat peringatan, akad ulang melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat dan dengan cara mengambil dari simpanan anggota dengan persetujuan anggota. Proses penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah dan Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

(12)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORI

A. TELAAH PUSTAKA...……….

B. KERANGKA TEORI...

1. Gambaran Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)…...

(13)

5. Penyelesaian Wanprestasi Nasabah ... 35

E.Prosedur Pengumpulan Data ...

F. Analisis Data ...

G.Pengecekan Keabsahan Data ...

H.Tahap-tahap Penelitian ... PENYELESAIAN WANPRESTASI NASABAH DALAM AKAD MURABAHAH DI KJKS BMT TARUNA SEJAHTERA CABANG SRATEN KEC. TUNTANG

A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Hasil Penelitian ...

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penyelesaian

Wanprestasi pada Pembiayaan Murabahah di KJKS

BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kecamatan

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Keanggotaan KJKS BMT Taruna Sejahtera

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur organisasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Gambar 4.1 Struktur organisasi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang

Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

B. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang

Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah.

C. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi

Akad Murabahah.

D. Contoh Permohonan Pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera, berupa:

1. Formulir permohonan pembiayaan

2. Foto copy KTP (Suami/ Istri)

3. Foto copy Kartu Keluarga

4. Foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah PKB/ BBN-KB dan SWDKLLJ

5. Foto copy Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

6. Foto copy BPKB

7. Foto copy Data Realisasi

8. Foto copy Slip Pencairan Pembiayaan

9. Foto copy Putusan Pembiayaan

10.Foto copy Akad Murabahah

11.Foto copy Surat Pernyataan Penyerahan Jaminan BPKB

E. Kebijaksanaan dan Ketentuan Pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera

F. Pedoman Wawancara

G. Biografi Penulis

H. Nota Pembimbing Skripsi

I. Lembar Konsultasi

J. Surat Keterangan Kegiatan

K. Surat Keterangan Lulus Ujian Kopmprehensif

(17)
(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah

pada akhir-akhir ini tergolong cepat. Salah satu keyakinannya adalah

keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa perbankan

maupun lembaga keuangan konvensional itu mengandung unsur riba yang

dilarang agama Islam. Selain itu terbukti dengan banyaknya lembaga keuangan

syariah termasuk “Baitul Mal Wat Tamwil” yang biasa disebut BMT,

sesungguhnya dilatar belakangi oleh pelarangan riba secara tegas dalam

al-Qur‟an. Sementara disisi lain haramnya riba bersifat mutlak dan disepakati

oleh setiap pribadi muslim berdasarkan ayat-ayat al-Qur‟an danijma‟.

Munculnya BMT sebagai lembaga keuangan mikro Islam yang bergerak

pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah sejalan dengan lahirnya Bank

Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI sendiri secara operasional tidak dapat

menyentuh masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu lembaga yang

dapat mengantarkan masyarakat yang berada di daerah-daerah untuk terhindar

dari sistem bunga yang diterapkan pada bank konvensional (Sumiyanto,

2008:23). Sejalan dengan itu, BMT mulai berdiri dan berkembang sampai

daerah-daerah masyarakat menengah ke bawah, sehingga menghindarkannya

(19)

BMT merupakan lembaga keuangan syariah bukan bank yang bergerak

dalam upaya memberdayakan umat. Dilihat dari namanya Baitul Maal berarti lembaga sosial yang bergerak dalam bidang penggalangan dana sosial, baik itu

zakat, infaq, shodaqoh dan dana sosial lainnya serta menyalurkan dana tersebut

untuk kepentingan sosial secara terpola, berkesinambungan dan tentunya sesuai

dengan Syariah Islam. Sedangkan Baitul Tamwil berarti lembaga bisnis yang menjadi penyangga operasional BMT. Baitul Tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan, serta menyalurkannya

dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan usaha atau yang lebih dikenal dengan

kredit, dengan system bagi hasil maupun jasa (Ridwan, 2005:126). Dari

pengertian tersebut, Baitul Maal Wat Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro Islam sebagai lembaga sosial yang bergerak dalam bidang penggalangan

dana sosial dan menyalurkannya pada kepentingan-kepentingan sosial, dan

juga bergerak dalam bidang penggalangan dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman ataupun pembiayaan.

BMT dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah harus

menggunakan prinsip kehati-hatian agar terhindar dari pembiayaan bermasalah

atau pembiayaan macet. Sekiranya untuk menghindari hal tersebut maka BMT

harus menerapkannya secara maksimal. Agar tidak terjadi dengan hal-hal yang

tidak diinginkan.

Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah dibuatlah

suatu akad atau perjanjian dimana dalam akad tersebut terdapat beberapa

(20)

fakta menunjukkan bahwa pembiayaan yang sering dilakukan dengan akad

murabahah lebih banyak diminati oleh nasabah karena system dan teknik

perhitungannya lebih mudah dipahami, namun dalam kenyataannya pada

praktek akad murabahah antara BMT dan nasabah masih juga menimbulkan masalah-masalah.

Pada Implementasinya dalam melakukan transaksi pembiayaan,

sebelumnya antara pihak BMT dan nasabah selalu membuat kesepakatan yang

disetujui oleh kedua belah pihak dan kesepakatan tersebut tertuang dalam

sebuah akad pembiayaan, baik itu untuk pembiayaan murabahah, musyarakah

atau mudharabah. Dengan demikian keduanya secara otomatis telah terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah dibuat bersama. Akan tetapi dalam

praktiknya, kadang dijumpai cedera janji yang dilakukan oleh pihak nasabah

dikarenakan tidak melakukan kewajibannya terhadap BMT sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, entah karena keadaan memaksa,

secara sengaja ataupun tidak sengaja (Subekti, 1996:1).

Kasus pembiayaan bermasalah tersebut terjadinya secara tiba-tiba, karena

pada umumnya sebelum mengalami pembiayaan bermasalah, terlebih dahulu

akan mengalami tahap bermasalah. Lebih lanjut, apabila pembiayaan

memasuki tahap kemacetan maka pihak debitur dianggap telah melakukan

wanprestasi atau ingkar janji, dan tentunya hal tersebut merupakan tindakan

melawan hukum.

Hal tersebut juga dialami oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT

(21)

lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat banyak kasus dimana nasabah

lalai dalam memenuhi kewajibannya. Baik itu karena disengaja maupun tidak

disengaja. Nasabah yang sering melakukan hal tersebut diatas kebanyakan dari

produk pembiayaan multi barang dengan menggunakan akad murabahah.

Dengan adanya kasus tersebut maka nasabah dikatakan telah melakukan

wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak

memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan

dalam perjanjian yang dibuat antara pihak KJKS BMT Taruna Sejahtera

Cabang Sraten Kec. Tuntang dengan anggotanya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

membahasnya lebih mendalam, karena untuk dapat bertahan dan memperoleh

kepercayaan ditengah-tengah persaingan lembaga keuangan Islam khususnya

BMT, perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh KJKS BMT

Taruna Sejahtera Cab Sraten Kec. Tuntang dalam mengatasi pembiayaan

bermasalah atau wanprestasi nasabah, upaya tersebut berupa tindakan penanganan terhadap nasabahnya sebagai debitur, apabila melakukan

wanprestasi atas perjanjian yang telah disepakati ditinjau dari sudut pandang

hukum Islam. Dari uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah dalam Akad

Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec.

(22)

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera cabang Sraten Kec. Tuntang?

2. Bagaimana prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad

murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang?

3. Apakah penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang sudah sesuai

dengan Fatwa DSN MUI?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

wanprestasi dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera

Cabang Sraten Kec. Tuntang.

2. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah dalam

wanprestasi nasabah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec.

Tuntang.

3. Untuk mengetahui apakah penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad

murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang

sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI.

D. Kegunaan Penelitian

Untuk memberikan hasil yang bermanfaat, serta diharapkan mampu

(23)

secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini sekiranya dapat berguna

diantaranya:

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

yang berkaitan dengan hukum perjanjian di masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai rujukan bagi

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang penyelesaian

wanprestasi nasabah di BMT.

b. Bagi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang

Dapat menjadi referensi dalam meningkatkan kinerja manajemen,

dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan terhadap nasabah.

c. Bagi Masyarakat adalah untuk memberikan wawasan dan pengetahuan

kepada masyarakat luas mengenai prosedur penyelesaian wanprestasi

nasabah pada BMT.

E. Penegasan Istilah

Adapun dalam penulisan ini agar tidak terjadi kekurangjelasan atau

pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti dalam menafsirkan

maksud dari judul maka penulis memberi pengertian sebagai berikut.

1. Wanprestasi

Wanprestasi sebagaimana diamanahkan dalam pasal 1238

(24)

perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau

demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menerapkan, bahwa si berutang

harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Menurut

Ariyani (2012:19) wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan

suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi.

Dalam penelitian yang akan peneliti teliti wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana nasabah KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang

Sraten Kec. Tuntang tidak bisa melaksanakan kewajibannya karena

kesalahan atau kelalaiannya dengan sengaja atau tidak sengaja sebagai

nasabah dalam akad yang sudah disetujui nasabah dan KJKS BMT Taruna

Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang.

2. Baitul Maal Wat Tamwil

Baitul Maal Wat Tamwil secara etimologis, istilah “Baitul Maal”

berarti “rumah uang”, sedangkan “Baitut Tamwil” mengandung pengertian

“rumah pembiayaan” (Yunus, 2009:5). BMT memiliki dua fungsi yaitu:

pertama, Baitul Maal menjalankan fungsi untuk memberi santunan kepada kaum miskin dengan menyalurkan dana ZIS (zakat, infaq, shodaqoh)

kepada yang berhak; kedua, Baitul Tamwil menjalankan fungsi menghimpun simpanan dan membiayai kegiatan ekonomi rakyat dengan

menggunakan sistem syariah (Putra, 2008).

3. Nasabah yaitu orang yang biasa berhubungan dengan Bank atau menjadi

(25)

yang dimaksudkan diatas adalah nasabah di KJKS BMT Taruna Sejahtera

cabang Sraten Kec. Tuntang.

4. Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan oleh syara‟

yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Dewi, 2006:47).

Sedangkan akad menurut Anwar (2010:68) yaitu pertemuan ijab dan qabul

sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu

akibat hukum pada objeknya.

Jadi maksud akad dalam pembahasan ini adalah suatu perjanjian

antara nasabah dengan KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec.

Tuntang yang telah disepakati bersama dimana dengan akad tersebut

menimbulkan akibat hukum terhadap objek yang diperjanjikan.

5. Murabahah adalah istilah dalam Fikih yang berarti suatu bentuk jual beli

tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga

barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang

tersebut dan tingkat keuntungan yang diinginkan (Ascarya, 2011:81).

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Penegasan Istilah

(26)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

B. Kerangka Teori

1. Gambaran Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)

2. Bai’ Al-Murabahah

3. Akad/ Sighat

4. Wanprestasi

5. Penyelesaian Wanprestasi Nasabah

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

B. Jenis Penelitian

C. Lokasi Penelitian

D. Sumber Data

E. Prosedur Pengumpulan Data

F. Analisis Data

G. Pengecekan Keabsahan Data

H. Tahap-tahap Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA

A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Hasil Penelitian

(27)

1. Analisis Terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi

Wanprestasi pada Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT

Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kecamatan Tuntang

2. Analisis Terhadap Model-Model Penyelesaian Wanprestasi

pada Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kecamatan Tuntang

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(28)
(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TELAAH PUSTAKA

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan

bagi penelitian ini yaitu terdapat beberapa penelitian terkait tentang penelitian

BMT pada umumnya dan tentang pembiayaan bermasalah pada khususnya

sudah banyak dilakukan sebelumnya. Upaya untuk melihat posisi penelitian

dalam penelitian ini, menjadi penting untuk dideskripsikan

penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian-penelitian ini.

1. Apriya Rukmala Sari. Skripsi. 2011. Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Judul kajian Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit

Kendaraan Bermotor dengan Jaminan Fidusia (Studi kasus di PT. Mandiri

Tunas Finance). Skripsi tersebut membahas tentang bentuk dan isi

perjanjian kredit, cara penyelesaian wanprestasi dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan

Fidusia di PT. Mandiri Tunas Finance.

Hasil dari penelitian tersebut adalah:

a. Bentuk perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan Fidusia di

PT. Mandiri Tunas Finance merupakan perjanjian tertulis yang dibuat

(30)

b. Dari wanprestasi yang ditemukan, upaya penyelesaian wanprestasi

didasarkan pada beberapa keadaan, diantaranya:

1) Keterlambatan pembayaran (over due)

2) Penarikan obyek pembiayaan

3) Pengajuan gugatan perdata ataupun pelaporan tindak pidana.

c. Hambatan-hambatan yang dialami oleh PT. Mandiri Tunas Finance

dalam penyelesaian wanprestai dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan Fidusia adalah:

1) Obyek jaminan telah dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa

sepengetahuan PT. Mandiri Tunas Finance.

2) Obyek jaminan hilang atau musnah.

2. Heri Saputra. Skripsi. 2013. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul

Srategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Syariah

Sejahtera Boyolali. Skripsi tersebut membahas tentang faktor penyebab

pembiayaan bermasalah, strategi pihak BMT Syariah Sejahtera Boyolali

dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dan upaya yang dilakukan

oleh KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali untuk menanggulangi

pembiayaan bermasalah supaya tidak terjadi lagi.

Hasil dari penelitian tersebut adalah:

a. Faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah dari pihak nasabah

diantaranya tidak adanya i‟tikad baik dari nasabah. Sedangkan dari

pihak KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali diantaranya kurang teliti

(31)

b. Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Syari‟ah

Sejahtera Boyolali adalah

1) Strategi administrative (peringatan, pemanggilan kemudian

mendatangi rumah nasabah).

2) Strategi rescheduling (penjadwalan kembali). 3) Srategi penyitaan/ atau eksekusi jaminan.

4) Strategi penghapus bukuan/ write off

c. Upaya pencegahan supaya tidak terjadi lagi pembiayaan yang

bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali diantaranya yaitu

tidak memberikan pembiayaan lagi bagi nasabah yang kena blacklist

dan meningkatkan pengawasan internal.

3. M. Irham. Skripsi. 2013. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Judul Tinjauan

Hukum Islam terhadap Penyelesaian Kredit Macet di BMT Kube Sejahtera

020 Tlogoadi Mlati Sleman Yogyakarta. Skripsi tersebut membahas

tentang tinjauan hukum Islam terhadap bagaimana cara penyelesaian kredit

macet yang diterapkan oleh BMT Kube Sejahtera 020 Tlogoadi Mlati

Sleman Yogyakarta.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah menurut hukum Islam

cara penyelesaian kredit macet yang diterapkan oleh pihak BMT dengan

cara pemutihan atau penghapusan hutang tidak sah, karena tidak sesuai

dengan hukum Islam, karena dalam hukum Islam hutang diwajibkan untuk

dibayar dan pada pelaksanaan cara penyelesaian tersebut merugikan salah

(32)

dari pihak BMT sebagai pemilik modal mengijinkan untuk adanya

pemutihan dan penghapusan dalam daftar hutang piutang.

4. Paramitha Try Andini. Skripsi. 2011. Universitas Andalas Padang. Judul

Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan berdasarkan Prinsip

Murabahah pada Bank Nagari Unit Syariah Padang. Skripsi tersebut

membahas tentang langkah-langkah, bentuk penyelesaian dan

kendala-kendala dalam menghadapi pembiayaan murabahah yang bermasalah di Bank Nagari Unit Syariah Padang.

Hasil atau kesimpulan dari penelitian tersebut adalah:

a. Upaya yang ditempuh oleh bank dalam menghadapi pembiayaan

bermasalah adalah dengan melakukan perubahan syarat-syarat

perjanjian pembiayaan (restructuring) berupa perpanjangan waktu pembiayaan (rescheduling).

b. Upaya penyelesaian sengketa oleh bank adalah melalui dua jalur, yaitu

jalur litigasi (penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan) dan

jalur non litigasi (penyelesaian sengketa yang dilakukan diluar

pengadilan).

c. Kendala yang dihadapi bank diantaranya pembiayaan bermasalah akan

diselesaikan jika ada i‟tikad baik dari nasabah.

5. Riyanti. Skripsi. 2010. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul

Penyelamatan Wanprestasi dalam Pembiayaan Murabahah Study Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta. Skripsi tersebut membahas

(33)

dan penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta.

Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian

yang ada. Karena dari penelusuran karya ilmiah yang dilakukan oleh peneliti

belum ditemukan yang secara spesifik membahas tentang analisis terhadap

penyelesaian nasabah wanprestasi di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang.

B. KERANGKA TEORI

1. Gambaran Umum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) a. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu

baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada

usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti;

zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha

pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono, 2003:84).

Secara kelembagaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Pusat

Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga primer karena

mengemban misi yang lebih luas, yakni menetapkan usaha kecil. Dalam

prakteknya, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menetapkan

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan pada gilirannya Baitul Maal wat

(34)

Tamwil (BMT) merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana Baitul Maal wat Tamwil (BMT) itu berada, dengan jalan ini

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) mampu mengakomodir kepentingan

ekonomi masyarakat (Sumiyanto, 2008:24-25).

b. Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Berdirinya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sangat dibutuhkan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah, maka dari itu

berdirinya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) memiliki beberapa tujuan seperti:

1) Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya

dikalangan usaha mikro, kecil menengah dan koperasi melalui

sistem syariah.

2) Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha

mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada

umumnya.

3) Meningkatkan semangat dan peran anggota masyarakat dalam

kegiatan koperasi jasa keuangan syariah.

Selain beberapa tujuan tersebut, menurut Sudarsono (2003:85)

keberadaan BMT mempunyai beberapa peran:

1) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah.

(35)

3) Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih

tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi

keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.

4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang

merata.

c. Keanggotaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, BMT memerlukan

struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh

personil yang ada di dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT

meliputi:

1) Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro

BMT.

2) Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi

BMT.

3) Pembina Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam

merealisasikan programnya.

4) Manajer, bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT

dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.

5) Pemasaran, bertugas mensosialisasikan dan mengelola

produk-produk BMT.

(36)

7) Pembukuan, bertugas melakukan pembukuan atas aset dan omset

BMT.

Bentuk struktur organisasi BMT diilustrasikan sebagai berikut.

Gambar 2.1

d. Prinsip Operasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Sudarsono (2003:89-90) dalam bukunya mengatakan, dalam

menjalan usaha BMT menggunakan 3 prinsip:

(37)

b) Al-Musyarakah

c) Al-Muzara’ah

d) Al-Musaqah

2) Sistem jual beli. Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang

dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen

yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT,

dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang

yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.

a) Bai’ al-Murabahah

b) Bai’ as-Salam

c) Bai’ al-Istishna

d) Bai’ al-Bitsaman Ajil

3) Sistem non profit. Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan

kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non

komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja.

a) Al-Qordhul Hasan

4) Akad bersyarikat. Akad bersyarikat adalah kerja sama antara dua

pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikutsertakan modal

(dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian

keuntungan/kerugian yang disepakati.

a) Al-Musyarakah

(38)

5) Produk pembiayaan. Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam diantara BMT

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu.

a) Pembiayaan al-Murabahah (MBA) b) Pembiayaan al-Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) c) Pembayaan al-Mudharabah (MDA) d) Pembiayaan al-Musyarakah (MSA)

2. Bai’ Al-Murabahah

a. Pengertian Bai’ Al-Murabahah

Dalam kamus Arab-Indonesia karangan Yunus (2010: 75) Bai’

Al-Murabahah berasal dari kata Bai’ (عَْ٘ب) yang berasal dari – هُعْ٘دِبَٗ – َعَبب

اًبعَْ٘ب yang berarti menjual atau dengan kata lain jual beli dan kata ribhun

( حٌ ْبدِر) yang berasal dari اًبحْبدِر – هُ َبْرَٗ – َ دِبَر yang berarti berlaba atau

beruntung (Yunus 2010: 136). Jadi Bai’ Al-Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli dimana harga kulakan keuntungan yang diambil

atau diperoleh penjual disampaikan kepada pembeli.

Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas oleh para ulama

terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bentuk akad

jual beli. Dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah

banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan

modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu bai’ al-

(39)

Bai’ al- Murabahah termasuk dalam jual beli. Menurut Muslich (2010:174) jual beli adalah tukar menukar apa saja, baik antara barang

dengan barang, barang dengan uang, atau uang dengan uang. Menurut

istilah syara‟ jual beli terdapat beberapa definisi yang dikemukakan

oleh ulama mazhab.

1) Hanafiah, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti:

a) Arti khusus. Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata

uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar menukar

barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang

khusus.

b) Arti umum. Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta

menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau

uang.

2) Malikiyah, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti:

a) Arti umum. Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati

kesenangan.

b) Arti khusus. Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati

kesenangan, bersifat mengalahkan salah satu imbalannya bukan

emas dan bukan perak, objeknya jelas dan bukan utang.

3) Syafi‟iyah. Jual beli menurut syara‟ adalah suatu akad yang

(40)

akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda

atau manfaat untuk waktu selamanya.

4) Hanabilah. Jual beli menurut syara‟ adalah tukar menukar harta

dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan

manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan

utang (Muslich, 2010:175-177).

Bai’ al- Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Bai’ al-

Murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan

menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Antonio,

2001:101). Misalnya, pedagang eceran membeli handphone dari penjual grosir dengan harga Rp 900.000,00, kemudian ia menambahkan

keuntungan sebesar Rp 199.000,00. Pada umumnya, si pedangan eceran

tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli

dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar

keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya

angsuran kalau memang akan dibayar secara angsuran.

b. Dasar Hukum Bai’ Al-Murabahah

Dasar hukum Bai’ Al-Murabahah terdapat didalam al- Qu‟ran,

sunnah dan ijma‟ para ulama‟.

(41)

a) Q.S. al-Baqarah: 275.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan; dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Al-Qu‟ran dan memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya

(42)

2) Dasar hukum dari sunnah antara lain:

“Dari Rifa‟ah ibnu Rafi‟ bahwa Nabi SAW ditanya usaha apakah

yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan

tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”

(Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim).

b) Hadits Ibnu „Umar

beserta para syuhada pada hari kiamat” (HR. Ibnu Majah).

3) Dasar hukum dari ijma‟ para ulama‟

Para ulama dan seluruh umat Islam sepakat tentang

dibolehkannya jual beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh

manusia pada umumnya (Muslich, 2010:179).

Ayat tersebut jelas disampaikan bahwa Allah menghalalkan jual

beli. Pada ayat tersebut ayat dihalalkannya jual beli diiringi dengan

diharamkannya riba, sangat jelas bahwa dalam jual beli sangat rentan

sekali dengan riba. Oleh karena itu jual beli akan menjadi haram ketika

terdapat riba di dalamnya. Riba merupakan pengambilan tambahan dari

(43)

c. Rukun dan Syarat Sah Bai’ Al-Murabahah

Dalam praktek perbankan syariah, bai’ al- Murabahah disamakan dengan jual beli. Sehingga rukun dan syaratnya sama dengan jual beli.

Menurut Wahbah Zuhaili sebagaimana dikuti oleh Muslich

(2010:180) rukun jual beli menurut jumhur ulama yaitu:

1) Penjual,

2) Pembeli,

3) Shighat, dan

4) Ma’qud ’alaih (objek akad).

Adapun syarat-syarat jual beli yaitu sebagai berikut.

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi,

pembeli memiliki pilihan:

1) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,

2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas

barang yang dijual,

(44)

d. Beberapa Ketentuan Umum dalamBai’ Al-Murabahah

Menurut Antonio (2001:105-106), terdapat beberapa ketentuan di

luar syarat dan rukun bai’ al- Murabahah namun berhubungan dengan pelaksanaan bai’ al- Murabahah pada praktiknya.

1) Jaminan

Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak

main-main dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan/

bank) dapat meminta si pemesan (pemohon/ nasabah) suatu

jaminan (rahn) untuk dipegangnya. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang

bisa diterima untuk pembayaran utang. Misalnya, bai’ al-

murabahah dengan objek sepeda motor beserta kelengkapannya,

maka BPKB dari motor tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan.

2) Penundaan Pembayaran oleh Debitor Mampu

Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis

dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam bai’ al-

murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang

tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan: mengambil prosedur

hukum untuk mendapatkan kembali utang itu dan mengklaim

kerugian finansial yang terjadi akibat penundaan.

Rasulullah SAW. pernah mengingatkan pengutang yang

mampu tapi lalai dalam membayar, yakni dalam salah satu

(45)

هَُهُتَبْْهُ هُعَّ هَُهُضْردِع ُّلَحهُٗ حٌنْلهُظ لِّٖدٌَِغْلا هُلْطَه

“Yang melalaikan pembayaran utang (padahal ia mampu) maka

dapat dikenakan sanksi dan dicemarkan nama baiknya (semacam

black list-pen)”.

3) Bangkrut

Jika pemesan yang berutang dianggap pailit dan gagal

menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara

ekonomi dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor

harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali.

Firman Allah SWT. Q.S. al-Baqarah: 280.

tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” (Al-Qur‟an dan terjemahnya).

e. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah 1) Alat yang digunakan

a) Aplikasi Permohonan Pembiayaan (APP)

b) Form pendapatan dan pengeluaran keluarga (PPK)

c) Foto copy KTP anggota dan atau istri dan suami

d) Foto copy KK anggota

2) Pihak yang terlibat

a) Customer Service

(46)

c) Anggota Pembiayaan

3) Prosedur

a) Customer Service

(1) Menyampaikan salam kepada anggota dan menanyakan

maksud kedatangannya.

(2) Menanyakan beberapa informasi kepada anggota yang

berkaitan dengan kebijakan pembiayaan di BMT (wilayah,

jangka waktu, plafond, jenis pekerjaan dan jenis usaha).

(3) Bila data nomor 2 tidak terpenuhi, maka pengajuan

pembiayaan tidak dapat dipenuhi.

(4) Bila data nomor 2 masih memenuhi kebijakan, maka

anggota dipersilahkan untuk mengisi APP dan PPK dan

menandatanganinya.

(5) Menerangkan proses pembiayaan di BMT serta beberapa

kebijakan yang ada.

(6) Membubuhkan tanggal penerimaan dan nama serta paraf

Customer Service pada lembar APP dan mengisi kolom

rekomendasi jika dibutuhkan.

(7) Meminta denah rumah/ lokasi usaha.

(8) Bila yang menerima Manager lanjutkan ke prosedur

wawancara.

(9) Fotocopy identitas bila ada (minimal KTP dan atau KK/

(47)

(10)Menyampaikan pada anggota agar 3 hari lagi

menghubungi BMT lewat telepon (untuk anggota yang

tidak berkelompok di pasar/ non-pasar).

(11)Mengucapkan salam dan terima kasih sebagai penutup.

(12)Menulis data pengajuan anggota pada buku registrasi

pengajuan pembiayaan.

(13)Menyampaikan APP pada Manager.

(14)Meminta agar Manager membuat komitmen mulai proses.

(15)Menulis pesan pada buku pengajuan.

(16)Menyampaikan pesan Manager kepada anggota saat

anggota menghubungi.

b) Manager

(1)Menerima APP dan PPK serta kelengkapan lainnya dari CS.

(2)Memerikasa kelengkapan APP, isi APP dan berkas yang

ada: minimal foto copy KTP.

(3)Menanyakan hal-hal yang penting: lokasi, jenis usaha.

(4)Membubuhkan tanggal penerimaan pada kolom tanggal

penerimaan.

(5)Menyampaikan pesan untuk anggota yang mengajukan

kepada yang menyerahkan APP (Sumiyanto,

(48)

f. Penilaian Permohonan Pembiayaan

Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan, menurut

Sumiyanto (2008:165-167) seorang petugas bagian pembiayaan pada

BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang dikenal

dengan unsur 5C, 7P dan 3R.

1) Unsur 5C terdiri dari:

a) Character. Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon

debitur, untuk memperkirakan debitur mampu atau tidak dalam

memenuhi kewajibannya.

b) Capacity. Penilaian secara subyektif tentang kemampuan debitur

untuk melakukan pembayaran.

c) Capital. Penilaian terhadap kemampuan modal atau usaha yang

dimiliki debitur.

d) Collateral. Collateral adalah jaminan milik debitur. Penilaian

terhadap barang yang dgunakan sebagai jaminan untuk lebih

meyakinkan jika terjadi suatu resiko.

e) Conditions. Penilaian terhadap kondisi calon debitur secara

umum, khususnya terkait jenis usaha calon debitur.

2) Sedangkan 7P terdiri dari:

a) Personality. Penilaian calon debitur dari kepribadian atau

tingkah lakunya.

b) Party. Penilaian dengan mengklasifikasiakan anggota tertentu

(49)

c) Purpose. Penilaian dengan mengetahui tujuan penggunaan pembiayaan.

d) Prospect. Penilaian terhadap ukuran prospek usaha calon

debitur.

e) Payment. Penilaian terhadap ukuran cara calon debitur

mengembalikan pembiayaan.

f) Profitability. Penilaian terhadap kemampuan debitur dalam

mencari laba.

g) Protection. Penilaian terhadap kemampuan calon debitur dalam

memberikan perlindungan usaha dan jaminan yang ada.

3) Adapun 3R terdiri dari:

a) Return. Pengembalian dalam bentuk keuntungan atas

penggunaan pembiayaan yang diberikan.

b) Repayment. Kemampuan dan kesanggupan anggota untuk

membayar kembali semua pembiayaan yang diterima.

c) Risk. Kemampuan untuk mengantisipasi risiko kegagalan.

3. Akad/ Sighat

a. Pengertian Akad/ Sighat

Dalam bahasa Arab lafal akad berasal dari kata: ‘aqada- ya‘qidu

-‘aqdan. Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan

oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Dewi,

(50)

ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk

melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.

b. Rukun dan Syarat Sah Akad/ Sighat

Terbentuknya suatu akad (perjanjian) yang sah dan mengikat

haruslah dipenuhi rukun dan syarat akad. Rukun terbentuknya akad

yaitu:

1) Para pihak yang membuat akad

2) Pernyataan kehendak para pihak

3) Obyek akad

4) Tujuan akad

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak

yang melakukan perjanjian. Pasal 1320 KUHPerdata telah diatur syarat

sahnya perjanjian, yaitu:

1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat

perjanjian (sepakat).

2) Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian.

3) Ada sesuatu hal tertentu.

4) Ada sesuatu sebab yang halal.

c. Hak dan Kewajiban yang timbul dari Akad Murabahah

Pasal 1473 KUHPerdata menyebutkan bahwa seorang penjual

wajib menyatakan dengan tegas untuk apa ia mengikatkan dirinya, dan

segala janji yang tidak terang dan dapat diberikan berbagai pengertian,

(51)

syarat bai’ al-Murabahah dalam hukum Islam. Menurut Ariyani (2012: 34) hak seorang penjual adalah menerima pembayaran atas harga

barang yang diperjualbelikan. Sedangkan menurut Salim H.S yang

dikutip oleh Ariyani (2012: 32-34) kewajiban seorang penjual yaitu:

1) Menyatakan dengan tegas tentang perjanjian jual beli tersebut

2) Menyerahkan barang

3) Kewajiban menanggung pembeli

4) Wajib mengembalikan kepada si pembeli atau menyuruh

mengembalikan oleh orang yang mengajukan tuntutan barang, segala

apa yang telah dikeluarkan pembeli, segala biaya yang telah

dikeluarkan untuk barangnya

5) Wajib menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun ia sendiri

tidak mengetahui adanya cacat tersebut, kecuali telah diperjanjikan

6) Wajib mengembalikan harga pembelian yang diterimanya, jika

penjual mengetahui barang yang telah dijual mengandung cacat,

serta mengganti segala biaya, kerugian

7) Wajib mengembalikan harga pembelian, apabila ia sendiri

mengetahui adanya cacat tersembunyi

8) Jika barang yang dijual musnah disebabkan karena cacat

tersembunyi, maka kerugian dipikul oleh si penjual dan diwajibkan

(52)

4. Wanprestasi

a. Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi sebagaimana diamanahkan dalam pasal 1238

KUHPerdata yang isinya “si berutang adalah lalai, apabila ia dengan

surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai,

atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menerapkan, bahwa si

berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

Menurut Ariyani (2012:19) wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam

melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi.

Menurut Miru (2013a:95) wanprestasi dapat berupa: 1) Sama sekali tidak memenuhi prestasi;

2) Prestasi yang dilakukan tidak sempurna;

3) Terlambat memenuhi prestasi;

4) Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.

b. Akibat Wanprestasi

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan dari pihak yang wanprestasi) dirugikan. Oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, maka pihak yang wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa:

1) Pembatalan kontrak saja;

2) Pembatalan kontrak disertai tuntutan ganti kerugian;

(53)

4) Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti kerugian (Miru,

2013a:96).

5. Penyelesaian Wanprestasi Nasabah

Menurut Siamat (1993:222-223) untuk menyelesaikan dan

menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh

usaha-usaha sebagai berikut:

a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang), yaitu perubahan syarat kredit hanya

menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa

tenggang grace period dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh bank,

melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan i‟tikad dan karakter

yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi

kredit. Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan

dana atau likuiditas.

Mengacu pada Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang

Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah, yang menetapkan: LKS

boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan

murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi

pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan

ketentuan:

1) Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa;

2) Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya

(54)

3) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak.

b. Reconditioning (Persyaratan Ulang), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal

pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran

sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat

kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan

konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan.

Debitur yang bersifat jujur, terbuka dan cooperative yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan dan diperkirakan masih dapat

beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan

untuk dilakukan persyaratan ulang (Siamat, 1993: 222-223).

c. Restructuring (Penataan Ulang), yaitu perubahan persyaratan

pembiayaan yang antara lain meliputi:

1) Penambahan dana Bank

2) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok

kredit baru, dan atau

3) Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan

bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah

penyertaan (Siamat, 1993: 222-223).

Mengacu pada Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang

Konversi Akad Murabahah, yang menetapkan: LKS boleh melakukan

(55)

yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaan murabahahnya

sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, tapi ia masih prospektif,

dengan ketentuan:

1) Akad murabahah dihentikan dengan cara:

a) Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan

harga pasar;

b) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil

penjualan;

c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu

dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal

dari mudharabah dan musyarakah;

d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa

hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya

disepakati antara LKS dan nasabah.

2) LKS dan nasabah ex-murabahah tersebut dapat membuat akad baru

dengan akad:

a) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut di atas

dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSNMUI/III/2002

tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik;

b) Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN

No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau

c) Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.

(56)

d. Liquidation (Liquidasi), yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi ini

dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut

bank sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau

usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk

dikembangkan. Proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan

menyerahkan penjualan barang tersebut kepada nasabah yang

bersangkutan. Sedang bagi bank-bank umum milik negara, proses

penjualan barang jaminan dan aset bank dapat diserahkan kepada

BPPN, untuk selanjutnya dilakukan eksekusi atau pelelangan (Siamat,

1993: 222-223). Penyelesaian wanprestasi dengan Liquidation

(liquidasi) dilakukan ketika nasabah sudah benar-benar tidak mampu

membayar hutang dan sudah tidak bisa diselesaikan dengan cara

penyelesaian Rescheduling (Penjadwalan Ulang), Reconditioning

(Persyaratan Ulang) maupun Restructuring (Penataan Ulang).

Mengacu pada Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang

Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu

Membayar, yang menetapkan: LKS boleh melakukan penyelesaian

(settlement) murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/

melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah

disepakati, dengan ketentuan:

1) Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada

(57)

2) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan;

3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka LKS

mengembalikan sisanya kepada nasabah;

4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang

tetap menjadi utang nasabah;

5) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS

dapat membebaskannya.

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan diantara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Syari‟ah Arbitrase Nasional setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

Penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan melalui dua bentuk

alternatif penyelesaian sengketa. Proses penyelesaian sengketa tertua

melalui proses litigasi di dalam pengadilan, kemudian berkembang proses

penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar pengadilan.

a. Litigasi

Menurut Salim H.S. (2014: 141-142) litigasi merupakan suatu

proses gugatan, suatu sengketa diritualisasikan yang menggantikan sengketa sesungguhnya, yaitu para pihak dengan memberikan kepada

seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan. Jadi,

(58)

Penggunaan sistem litigasi mempunyai keuntungan dan

kekurangannya dalam penyelesaian suatu sengketa. Keuntungannya

yaitu:

1) Dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, litigasi

sekurang-kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak

dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin ketentraman sosial;

2) Litigasi sangat baik sekali untuk menemukan berbagai kesalahan

dan masalah dalam posisi pihak lawan;

3) Litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan

memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar

keterangannya sebelum mengambil keputusan;

4) Litigasi membawa nilai-nilai masyarakat untuk penyelesaian

sengketa pribadi;

5) Dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai masyarakat

yang terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa.

Sedangkan kekurangan litigasi yaitu:

1) Memaksa para pihak pada posisi yang ekstrem;

2) Memerlukan pembelaan (advocasy) atas setiap maksud yang dapat mempengaruhi putusan;

3) Litigasi benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu

perkara, apakah persoalan materi (substantive) atau prosedur, untuk persamaan kepentingan dan mendorong para pihak melakukan

(59)

4) Menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan;

5) Fakta-fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoalan,

para pihak tidak selalu mampu mengungkapkan kekhawatiran

mereka yang sebenarnya;

6) Litigasi tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkan

hubungan para pihak yang bersengketa;

7) Litigasi tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu

sengketa yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan

beberapa kemungkinan alternatif penyelesaian (Salim H.S., 2014:

141-142).

b. Non Litigasi

Non litigasi merupakan bentuk penyelesaian sengketa di luar

pengadilan. Jalur ini lebih aman dibandingkan jalur pengadilan.

Artinya, lebih memiliki banyak keuntungan dan kemudahan

dibandingkan dengan proses sidang di pengadilan. Penyelesaian

sengketa di luar pengadilan ini melalui 4 jenis, yaitu:

1) Negosiasi

Negosisai merupakan upaya penyelesaian sengketa para

pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan mencapai

kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan

(60)

2) Mediasi

Menurut Salim H.S. (2014: 154-155) salah satu variasi dari

mediasi adalah suatu prosedur di mana sengketa pertama kali

diselesaikan dengan mediasi dan berikutnya bilamana perlu

terhadap isu-isu yang tidak terselesaikan dilakukan melalui

arbitrase. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui

proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak

dengan dibantu oleh mediator.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

mediasi adalah pengikutsertaan pihak ketiga dalam proses

penyelesaian sengketa. Dalam proses itu pihak ketiga bertindak

sebagai penasihat.

3) Konsiliasi

Konsiliasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian

sengketa yang juga dapat ditempuh di luar pengadilan. Penyelesaian

sengketa ini memiliki banyak kesamaan dengan arbitrase, dan juga

menyerahkan kepada pihak ketiga untuk memberikan pendapatnya

tentang sengketa yang disampaikan oleh para pihak (Miru, 2013b:

117).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan

pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan

(61)

4) Arbitrase

Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dikutip oleh

Miru (2013b: 114) Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu

sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada

perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa.

Kelebiahan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini

karena putusannya langsung final dan mempunyai kekuatan hukum

tetap dan mengikat para pihak. Namun penyelesaian sengketa

melalui arbitrase juga memiliki kekurangan, yaitu:

a) Biaya mahal, pada kenyataannya biaya penyelesaian sengketa

melalui arbitrase hampir sama dengan biaya litigasi;

b) Penyelesaiannya lambat, walaupun banyak sengketa yang dapat

diselesaikan dalam jangka waktu 60-90 hari, namun banyak

juga penyelesaian yang memakan waktu panjang atau lebih dari

(62)
(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Penelitian ini merupakan field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Maslikhah (2013:319) field research atau penelitian lapangan adalah penelitian yang didasarkan pada pengumpulan data

empiris di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke KJKS

BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang untuk menggali informasi yang

dibutuhkan peneliti. Menurut McMillan & Schumacher (2003) dalam

tulisannya Siti Apipah (2012) yang dikutip oleh Maslikhah (2013:319)

pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan

investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap

muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.

Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian kualitatif akan

mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari

deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang

proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Peneliti dapat memahami

alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran

orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan

bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga

(64)

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang bersifat deskriptif

analitik, yaitu dimana memaparkan dimana memaparkan serta menggambarkan

keadaan dan fenomena yang lebih jelas mengenai situasi yang terjadi

(Nasution, 1996: 24). Peneliti menggambarkan dan meneliti tentang keadaan

yang terjadi pada KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang,

kemudian mendeskripsikan tentang strategi KJKS BMT Taruna Sejahtera

Cabang Sraten Kec. Tuntang dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah atau

wanprestasi anggota.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh peneliti yaitu Koperasi Jasa

Keuangan Syariah BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang yang

berada di Pertigaan Patung Gajah Sraten Jl. Raya Salatiga-Muncul, Desa

Sraten.

D. Sumber Data

Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata, tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis,

foto dll) (Moleong, 1989: 157). Sumber data utama dicatat melalui catatan

tertulis dan atau melalui perekaman video/ video tapes, pengambilan foto, atau film.

Ada dua macam sumber data dalam penelitian ini untuk mendukung

Gambar

Gambar 2.1 RAT
Gambar 4.1 General Manager

Referensi

Dokumen terkait

The Mastery of English Vocabulary of the Seventh Grade Students of SMP Negeri 2 Jepara in Academic Year 2014/2015 Taught by Using PECEL Media (Positive, Effective, and Creative

Umat Tuhan yang percaya sepenuhnya dan beriman kepada Yesus dan hakikat bahawa Dia telah menanggung pengadilan Allah atas diri-Nya bagi segala dosa kita, akan didapati tidak

Dalam beberapa kajian, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat seorang investor dalam berinvestasi seperti Norma Subjektif, dimana menurut (Baron &

Secara umum hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas dengan menggunakan bangun datar melalui metode

Skripsi dengan judul “ Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Fungi Endofit dari Daun Tanaman Kedondong Hutan (Spondias pinnata (L.f.) Kurz) terhadap.. Salmonella

hamzah yang terletak di awal kalimat ditulis alif.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah media pembelajaran berbasis visualisasi yang menarik, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan layak digunakan