• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pertimbangan Hukum

hakim dalam putusan Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia?

2. Bagaimana analisis Hukum Pidana Islam terhadap sanksi putusan

Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.13

Penelitian yang pernah dilakukan, di antaranya:

1. “Upaya Advokasi Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Jawa Timur dan

Tindak Kekerasan Terhadap Anak (dalam Perspektif Kriminologi dan Hukum Islam).” Yang ditulis oleh Tajus Subki mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Siyasah Jinayah, tahun 2006. Dalam penelitian tersebut membahas tentang upaya yang dilakukan PTT Jatim dalam mengatasi tindak kekerasan terhadap anak. Dan upaya yang dilakukan

sudah sesuai dengan pandangan hukum Islam.14

2. “Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2003

tentang Perlindungan Anak Mengenai tentang Kekerasan Anak dalam Rumah Tangga (Studi Penanganan Anak Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Pusat Pelayanan Terpadu/PPT Kabupaten Probolinggo).” Yang ditulis oleh Abd Rozak mahasiswa IAIN Sunan Ampel, tahun 2009. Skripsi tersebut menjelaskan tentang faktor-faktor

13 Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: t.p.,2015), 8.

14 Tajus Subki, “Upaya Advokasi Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Jawa Timur dan Tindak Kekerasan Terhadap Anak (dalam Perspektif Kriminologi dan Hukum Islam)”, (Skripsi--Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2006).

terjadinya kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga serta upaya

penanggulangannya, yaitu dengan sosialisasi Undang-Undang

perlindungan anak dan melalui pendidikan.15

3. “Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan PN Sidoarjo

No.202/Pid.B/2009/PN.Sidoarjo tentang Kekerasan Terhadap Anak

Dibawah Umur.” Yang ditulis oleh Faisol Amir mahasiswa IAIN Sunan

Ampel, tahun 2010. Skripsi ini membahas tentang pertimbangan hakim dalam memberikan putusan tentang kekerasan terhadap anak. Pelakunya dihukum dengan pidana penjara 6 bulan ditambah denda Rp.200.000. sedangkan dalam hukum Islam, tindakan kekerasan dijatuhi hukuman yang berupa ta’zi>r.16

4. “Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Tinjauan Hukum Islam

terhadap UU No. 23 Tahun 2002)” yang ditulis oleh Edwin Ristianto mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, tahun 2010. Skripsi tersebut mengkaji tentang bagaimana kekerasan terhadap anak menurut UU No. 23 Tahun 2002 dan hukum Islam. Islam sangat menekankan pentingnya pemberdayaan dan perlindungan terhadap anak-anak, serta mendukung sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut, kesimpulannya bahwa

15 Abd Rozak, “Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak Mengenai tentang Kekerasan Anak dalam Rumah Tangga (Studi Penanganan Anak Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Pusat Pelayanan Terpadu/PPT Kabupaten Probolinggo)”, (Skripsi--Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2009).

16 Faisol Amir, “Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan PN Sidoarjo No.202/Pid.B/2009/PN.Sidoarjo tentang Kekerasan Terhadap Anak Dibawah Umur”, (Skripsi--Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2010).

materi Undang-Undang Perlindungan Anak sejalan dengan maqa>s}id asy-sya>ri’ah.

5. Perlindungan Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga (Studi Kasus

Terhadap Penanganan Anank Korban Kekerasan dalam Keluarga di

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi DIY)” yang ditulis oleh

Dewi Fauziah Mahasisa UIN Sunan Kalijaga. Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor penyebab kekerasan terhadap anak serta penangan LPA provinsi DIY terhadap anak korban kekerasan dalam keluarga.

Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian-peilitian yang sudah dibahas sebelumnya mengenai kekerasan terhadap anak. Yang membedakan dalam penelitian ini yang pertama adalah analisis terhadap putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh yang sebelumnya belum ada yang meneliti. Kedua, tindakan kekerasan terhadap anak dalam putusan tersebut mengakibatkan anak meninggal dunia, dimana dalam putusan tersebut pertimbangan hukum hakim lebih menekankan pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku bukan pada pembunuhan. Penelitian ini akan menganalisis Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan hukum hakim dan sanksi dalam perkara tentang tindak kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia dalam putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh. Pelaku dipidana penjara 7 tahun, dalam Hukum Pidana Islam kekerasan terhadap

anak tergolong dalam tindak pidana atas selain jiwa, namun dalam kasus tersebut anak tersebut meninggal dunia, artinya tindakan tersebut dalam Hukum Pidana Islam termasuk dalam kategori pembunuhan menyerupai

sengaja, yang dihukum dengan diyat atau ta’zi>r, atau hukuman lainnya

sesuai dengan jenis pembunuhan yang dilakukan.

E. Tujuan Penelitian

Dari hasil perumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian, antara lain:

1. Untuk mengetahui analisis Hukum Pidana Islam terhadap

pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia.

2. Untuk mengetahui analisis Hukum Pidana Islam terhadap sanksi

putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor

163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Dari segi teoritis: dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran atau pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan berikutnya bila ada kesamaan masalah serta dapat bermanfaat memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang Hukum Pidana Islam, terutama tentang tindak pidana kekerasan terehadap anak yang mengakibatkan anak meninggal dunia dan penerapan sanksinya dalam pandangan hukum Islam.

2. Dari segi praktis: dapat dijadikan masyarakat, pemerintah maupun para

penegak hukum dalam menjaga dan melindungi hak-hak anak agar tidak terjadi kekerasan dalam bentuk apapun yang mengakibatkan kerugian fisik atau mental bagi anak serta bermanfaat pula bagi Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya untuk pengembangan ilmu khususnya dalam bidang Hukum Pidana Islam.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalapahaman maksud dari masalah yang dibahas, maka perlu dijelaskan sebagai berikut:

1. Hukum Pidana Islam adalah hukum yang bersumber dari al-Quran dan

al-Sunnah yang berkaitan dengan tindak kejahatan atau pidana, sering

juga disebut jina>yat yaitu suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang

oleh syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau lainnya.17

Dalam penelitian ini Hukum Pidana Islam yang digunakan adalah terkait

pembunuhan menyerupai sengaja yang dihukum dengan hukuman diyat

atau ta’zi>r.

2. Putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh

adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan, bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang. Dalam putusan tersebut yaitu pertimbangan hukum hakim dalam menyelesaikan kasus tindak kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia serta sanksi yang dijatuhkan kepada terdakwa.

3. Kekerasan Terhadap Anak adalah perilaku yang bersifat kekerasan yang

dilakukan orang yang sudah dewasa terhadap anak-anak usia 0-18 tahun yang dapat menimbulkan luka bahkan kematian. Dalam kasus ini anak masih berumur 14 tahun dan korban meninggal dunia.

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan digunakan beberapa metode yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang se-obyektif mungkin. Untuk mendapatkan hasil penelitian tersebut diperlukan informasi yang akurat dan data-data yang mendukung. Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Data mengenai putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor

163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan anak meninggal dunia.

b. Dasar putusan yang digunakan oleh Majelis Hakim yaitu

Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

2. Sumber data

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diambil dari dokumen-dokumen yaitu putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia. Selain itu peneliti juga menggunakan data primer berupa buku, yaitu at-Tashri>‘ al-Jina>’i> al-Isla>mi> Muqa>rana>n bi al-Qa>nu>n al-Wad}‘i> karangan Abd al-Qa>dir Audah.

b. Sumber data sekunder

Yaitu data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka dengan mencari data atau informasi berupa benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan dan catatan harian lainnya.18Adapun buku-buku literatur yang dipakai adalah:

1) A. Jazuli, Fiqh Jinayah, 2000.

2) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, 2005.

3) Masyrofah, Fiqh Jinayah, 2013.

4) Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, 2009.

5) Adami Chazami, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa,

2002.

6) UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

7) R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 1991.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku literatur, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Dalam hal ini dokumen atau arsip yang digunakan seperti data yang terkait dengan permasalahan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia.

4. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah teknik deskriptif analitis dengan metode berfikir deduktif.

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 115.

Teknik deskriptif analitis adalah metode yang menggambarkan dan menjelaskan data secara rinci dan sistematis sehingga diperoleh

pemaham yang mendalam dan menyeluruh,19 yaitu mendeskripsikan

putusan Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh dengan menguraikan kronologi kasus, pertimbangan hukum hakim dan sanksi yang diberikan. Selanjutnya dengan menggunakan metode berfikir deduktif yaitu analisis yang bersifat umum untuk menemukan kesimpulan yang bersifat khusus. Peneliti akan menguraikan secara deskriptif tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembunuhan dalam Hukum Pidana Islam, selanjutnya data yang bersifat umum tersebut akan ditarik pada data yang bersifat khusus yang berhubungan dengan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia dalam putusan Nomor 163/Pid.sus/2015/PN.Lbh dan relevansinya dengan Hukum Pidana Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran tentang skripsi, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan landasan teori tentang tindak pidana pembunuhan, khususnya pembunuhan menyerupai sengaja yang akan dijadikan landasan analisis masalah, yang meliputi: pengertian, macam-macam, dasar hukum, unsur-unsur dan sanksi.

Bab ketiga memuat gambaran singkat tentang kasus tindak pidana

kekerasan yang menyebabkan korban meningal dunia, pertimbangan hukum

hakim, dan sanksi tindak pidana kekerasan terhadap anak yang

mengakibatkan meninggal dunia dalam putusan Pengadilan Negeri Labuha Nomor 163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh

Bab keempat adalah memuat tentang analisis Hukum Pidana Islam terhadap petimbangan hukum hakim dan sanksi pada putusan Nomor

163/Pid.Sus/2015/PN.Lbh tentang kekerasan terhadap anak yang

mengakibatkan meninggal dunia.

20 BAB II

PEMBUNUHAN TERHADAP ANAK MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Pembunuhan

Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan atau cara membunuh. Sedangkan pengertian membunuh adalah mematikan,

menghilangkan (menghabisi; mencabut) nyawa.1

Dalam hukum pidana positif pembunuhan termasuk dalam kategori kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen bet leven). Kejahatan terhadap nyawa adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan telah diatur dalam perundang-undangan yaitu pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pasal yang mengaturnya yaitu pasal 338-350 KUHP yaitu tentang pembunuhan sengaja dan pasal 359 KUHP tentang

pembunuhan tidak sengaja.2 Artinya pembunuhan dalam hukum positif

dibagi menjadi dua macam, yaitu pembunuhan sengaja dan pembunuhan tidak sengaja.

1 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 136.

2 Adami Chazami, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), 55.

Dalam hukum pidana Islam juga diatur mengenai tindak pidana

pembunuhan. Dalam bahas Arab, pembunuhan disebut

ً لْت قْلً ا

berasal dari

kataً

ً ل ت ق

yang sinonimnya

ً ت م أً

yang artinya mematikan.3

Sedangkan Menurut Abd al-Qa>dir Audah pembunuhan adalah perbuatan seseorang yang menghilangkan kehidupan, yang berarti menghilangkan nyawa anak adam (manusia) oleh perbuatan anak adam yang lain. Menurut

sebagian fuqaha hukum pembunuhan dibagi menjadi 5, yaitu: 4

1. Wajib, yaitu membunuh orang murtad yang tidak mau bertobat dan

orang kafir harbi.

2. Haram, yaitu membunuh orang yang maksum (orang yang mendapatkan

jaminan keselamatan) tanpa ada alasan yang dibenarkan.

3. Makruh, yaitu pembunuhan yang dilakukan tentara terhadap

keluarganya yang kafir yang tidak menghina Allah dan Rasul-Nya.

4. Sunnah, yaitu pembunuhan yang dilakukan seorang tentara terhadap

keluarganya yang kafir dan menghina Allah dan Rasul-Nya.

5. Mubah, yaitu membunuh orang yang di qis}a>s} dan membunuh tawanan.

3 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, 136.

4 Abd al-Qa>dir Audah, at-Tashri> al-Jina>’i> al-Isla>mi> Muqa>rana>n bi al-Qa>nu>n al-Wad}i> , juz II, (Beirut : Mu’assasah Al-Risalah, 1997), 6.

B. Dasar Hukum Pembunuhan

Pembunuhan adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’, hal ini

didasarkan pada firman Allah dalam al-Quran, antara lain yaitu:

ً

ً ْن م و

ً ي

ً مًْل تْق

ًِ م ع تمًا ِمْ

ً ز ج فًا

آ

ً خً م جً ه

ً ب ِض غ وًا ْيِفًا ِل

ٱ

ً ه ع ل وًِهْي ل عً َ

ً و

ا مْيِ عًا ب عً ه لً ع أ

Dan barang siapa yang membunuh seorang mumin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar

baginya. (QS An-Nisaa’ ayat 93)5

ً و

ً نْيِ لا

ًِلً ع مً ْو عْ يً ا

ً لِ ً

ً وً ر خا ءًا

ً ا

ً

ًِ ق حْلاِبً ًَ ر حًىِتلاً سْف لاً ْو ل تْق ي

ً و

ً ا

ً

ًْف يً ْن م وً ْو ن ْز ي

ً ًْل ع

ا ما ث أً قْل يً كِل

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membuanuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).

(Qs Al-Furqan ayat 68)6

Dari beberapa ayat al-Quran tersebut di atas. Jelaslah bahwa

pembunuhan merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara’. Kecuali ada

5 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang, Cv Adi Grafika Semarang,1994), 136.

alasan yang dibenarkan oleh hukum syara’. Sedangkan sanksi untuk pembunuhan juga telah diatur dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 178:

ً ي

ًا ي

ٱ

ً م كْي ل عً بِت كًْاو ما ءً نْيِ ل

ٱ

ً صا صِقْل

ً

ى لْت قْلاًىِف

ًٱ

ًِبًر حْل

ٱ

ً ْب عْلا وً ِ ر حْل

ً ثْن ْْا وًِ ْب عْلاِب

ً ثْن ْْاِبًى

ًْن م فًى

ً

ً ِف ْو رْع مْلاِبًٌ ا بِ تا فًٌءْى شًِهْي ِخ أًْنِمً ه لً ىِف ع

ً أ و

آ

ً سْحِإِبًِهْي لِ ًٌء

ً ًن

ًْ تً كِل

ً تْعاًِن م فًٌة مْح وًْم كِ ب ًْنِ مً ٌفْيِف

ً

ً ً ْع ب

ً كِل

ً ه ل ف

ًٌمْيِل أًٌ ا ع

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qis}a>s} berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka

barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah

(yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah

(yang diberi ma’af) membayar (diya>t) kepada yang memberi ma’af

dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang

melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.7

Qis}a>s} ialah mengambil pembalasan yang sama. Qis}a>s} itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat maaf dari ahli waris yang

terbunuh yaitu dengan membayar diyat (ganti rugi). Pembayaran diyat

diminta dengan baik, misalnya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, yaitu dengan tidak menangguh-nangguhkannya.

C. Klasifikasi Pembunuhan

Pembunuhan secara garis besar dapat dibagi kepada dua bagian sebagai

berikut: 8

1. Pembunuhan yang dilarang, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan

melawan hukum.

2. Pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan

tidak melawan hukum, seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan oleh seorang algojo yang diberi tugas melakukan hukuman mati.

Pembunuhan yang dilarang dapat dibagi kepada beberapa bagian. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan pendapat dari para ulama sebagai berikut:

1. Ulama fiqh atau jumhur fuqaha membedakan jari>mah pembunuhan

menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Pembunuhan sengaja

b. Pembunuhan menyerupai sengaja

c. Pembunuhan tersalah

2. Imam Malik membedakan jari>mah pembunuhan menjadi 2 kategori,

yaitu:

a. Pembunuhan sengaja, dan

b. Pembunuhan tersalah

Ketiga macam pembunuhan di atas disepakati oleh jumhur ulama, kecuali Imam Malik. Menurut pendapat Imam Malik bahwa dalam al-Quran hanya ada jenis pembunuhan sengaja dan tersalah, sedangkan pembunuhan

menyerupai sengaja tidak disebutkan. 9

1. Pembunuhan Sengaja (Qatl al ‘Amd)

Pembunuhan sengaja adalah perbuatan yang mengakibatkan

hilangnya nyawa dengan disertai niat membunuh korban.10 Artinya

pembunuhan sengaja merupakan suatu pembunuhan dimana pelaku perbuatan tersebut sengaja melakukan suatu perbuatan dan dia menghendaki akibat dari perbuatannya, yaitu matinya orang yang menjadi korban. Sebagai indikator dari kesengajaan untuk membunuh tersebut dapat dilihat dari alat yang digunakannya. Dalam hal ini alat yang digunakan untuk membunuh adalah alat yang pada umumnya dapat mematikan korban, seperti senjata api, senjata tajam dan sebagainya.

Sedangkan menurut Hasbullah Bakri pembunuhan sengaja adalah suatu perbuatan yang disertai niat (direncanakan) sebelumnya untuk menghilangkan nyawa orang lain. Dengan menggunakan alat-alat yang dapat mematikan, seperti golok, kayu runcing, besi pemukul, dan

9 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 5-6. 10 Abd al-Qa>dir Audah, at-Tashri> al-Jina>’i> al-Isla>mi>, 7.

sebagainya, dengan sebab-sebab yang tidak dibenarkan oleh ketentuan

hukum.11

2. Pembunuhan Menyerupai Sengaja (Qatl Shibhu al’Amd)

Pengertian dari pembunuhan menyerupai sengaja ini memiliki beberapa perbedaan dari para ulama, yaitu:

a. Menurut Hanafiyah pembunuhan menyerupai sengaja adalah

sengaja memukul dengan menggunakan tongkat, cambuk, batu,

tangan, atau benda lainnya yang mengakibatkan kematian. 12

b. Menurut Syafi’iyah pembunuhan menyerupai sengaja yaitu sengaja

dalam melakukan perbuatan, tetapi keliru dalam pembunuhan. Maksudnya perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tidak diniatkan

untuk membunuh tetapi menyebabkan kematian.13

c. Menutut Hanabilah pembunuhan menyerupai sengaja adalah

melakukan perbuatan yang dilarang dengan alat yang pada umumnya tidak akan mematikan namun kenyatannya korban mati

karenanya.14

Dari definisi di atas dapat di ambil inti sari bahwa dalam pembunuhan menyerupai sengaja, perbuatan memang dilakukan dengan sengaja, tetapi tidak ada unsur atau niat dalam diri pelaku untuk

11 Rahmat Hakim, Hukum pidana Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), 118. 12 Abd al-Qa>dir Audah, at-Tashri> al-Jina>’i> al-Isla>mi>, 93.

13 Ibid, 94.

membunuh korban. Sebagai bukti tentang tidak adanya niat membunuh tersebut dapat dilihat dari alat yang digunakan. Apabila alat tersebut pada umumnya tidak akan mematikan, seperti tongkat, ranting kayu, batu kerikil, atau sapu lidi maka pembunuhan yang terjadi termasuk pembunuhan menyerupai sengaja, akan tetapi jika alat yang digunakan untuk membunuh pada umumnya mematikan, seperti senjata api, senjata tajam, atau racun, maka pembunuhan tersebut termasuk dalam

pembunuhan sengaja.15

3. Pembunuhan Tersalah (Qatl al-Khata’)

Pembunuhan tersalah adalah pembunuhan yang yang tidak disertai

niat atau maksud untuk membunuh atau menganiaya.16 Pembunuhan

tersalah dibagi menjadi dua kategori, yaitu pembunuhan karena kekeliruan semata-mata dan pembunuhan yang disamakan dengan kekeliruan.

Pembunuhan karena kekeliruan semata-mata adalah sutau pembunuhan dimana pelaku sengaja melakukan suatu perbuatan, tetapi tidak ada maksud untuk mengenai orang, melainkan terjadi kekeliruan,

baik dalam perbuatannya maupun dalam dugaannya.17 Sedangkan

15 Ibid.

16 Jaih Mubarok dan Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh Jinayah (Asas-Asas Hukum Pidana Islam), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 17.

pembunuhan yang disamakan dengan kekeliruan adalah suatu pembunuhan dimana pelaku tidak mempunyai maksud untuk melakukan

perbuatan dan tidak menghendaki akibatnya.18

Pembunuhan tersalah ini memiliki tiga kemungkinan bisa terjadi,

yaitu:19

a. Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan

dengan tanpa maksud melakukan suatu kejahatan, tetapi mengakibatkan kematian seseorang; kesalahan seperti ini disebut salah dalam percobaan (error in concrito).

b. Bila si pelaku melakukan perbuatan dan mempunyai niat membunuh

seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh namun kenyatannya orang tersebut tidak boleh dibunuh. Kesalahan seperti ini disebut salah dalam maksud (error in objecto).

c. Bila pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat

kelalaiannya dapat menimbulkan kematian seseorang.

D. Unsur-Unsur Pembunuhan

1. Unsur-Unsur Pembunuhan Sengaja

18 Ibid.

19 A. Jazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 123-124.

a. Korban yang dibunuh adalah manusia hidup

Salah satu unsur dari pembunuhan disengaja adalah korban harus berupa manusia yang hidup. Dengan demikian apabila korban bukan manusia atau manusia tetapi ia sudah meninggal lebih dahulu

maka pelaku bisa dibebaskan dari hukuman qis}a>s} atau dari

hukuman-hukuman yang lain, akan tetapi jika korban dibunuh dalam keadaan sekarat maka pelaku dapat dikenakan hukuman. Karena orang yang sedang sekarat termasuk orang yang masih hidup. Kalau korban itu merupakan janin yang masih dalam kandungan maka ia belum dianggap manusia yang hidup mandiri,

sehingga kasus ini dikelompokkan kedalam jari>mah tersendiri.20

b. Kematian adalah hasil dari perbuatan pelaku

Antara perbuatan dan kematian terdapat hubungan sebab akibat, yaitu bahwa kematian yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Apabila hubungan tersebut

Dokumen terkait