• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSAN HAKIM DAN ANALISIS HUKUM

C. Analisis Hukum

Dalam menganalisa tentang putusan perkara Nomor: 1300/Pdt.G/2012/PA Dpk. Penulis memandang bahwa keputusan Majelis Hakim yang berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang telah ada dikemukakan di Pengadilan Agama, pada umumnya Pengadilan mengabulkan

48

gugatan perceraian disebabkan keduanya sudah tidak dapat lagi hidup rukun, berdasarkan pertimbangan hukum yaitu sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan sehingga untuk membina rumah tangga bahagia dan sakinah sebagaimana yang dikehendaki oleh pasa 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan jo pasal 3 Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam tidak tercapai, kemudian atas pertimbangan tersebut berdasarkan pasal 19 (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan talak yang dijatuhkan adalah talak satu bain sughra sesuai yang diatur dalam pasal 119 ayat (2) huruf c KHI.7

Dari segi pendekatan konsep, tujuan perkawinan ialah menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dalam mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Selain itu ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya di dunia ini, juga mencegah perzinahan agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.

Dari definisi perkawinan menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

7

perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah bahwa perkawinan bertujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.8

Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapatkan pemenuhan, pemenuhan naluri itu yang antara lain adalah keperluan biologisnya. Yang dengan ini, tujuan dari pernikahan bisa terlaksana, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Imran ayat 14 yang berbunyi :



















































Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu : Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)”. (Al-Imran: 14) Dari ayat diatas jelas bahwa kecintaan seseorangmerupakan sebuah perhiasan yang diberi Allah SWT yang dengan kecintaan tersebut, maka rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah dapat terjadi.

Dalam menjalani perkawinan suatu keluarga harus dijalani dengan konsep mawaddah wa rahmah, saling mencintai, saling mengasihi, saling memberi dan menerima, salin terbuka. Sehingga dikiyaskan dalam QS An-Nisa:21, bahwa tali perkawinan sebagai ikatan yang kuat.

8

M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dari Segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Indo-Hill-co, 1990), cet. Ke-2. h. 26.

50

Terkadang, dalam menjalankan bahtera rumah tangga itu tidak selalu mulus, pasti ada kesalahfahaman, kekhilafan, dan pertentangan. Percecokan dalam menangani permasalahan keluarga ini ada pasangan yang dapat mengatasinya. Terkadang, percecokan itu perlu ada ditengah dinamika keluarga sebagai bumbu keharmonisan dan variasi rumah tangga, tentunya dalam porsi yang tidak terlalu banyak.

Seperti yang terjadi pada seorang istri yang mengeluhkan masalahnya ke Pengadilan Agama Depok tentang persoalan yang terjadi dalam rumah tangga yang dikarenakan suaminya mengalami kelainan seksual, selain itu sering terjadi percecokan yang terus menerus antara keduanya sehingga rumah tangga yang diidamkan tidak bisa hidup rukun kembali. Dengan keadaan suami yang seperti ini, istri menjadi korban karena suaminya tidak bisa dan atau tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai suami, sehingga istrinya hidup tanpa ketenangan dan kasih sayang. Dan akhirnya rumah tangga yang diidamkan seperti yang tercantum pada pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan yaitu rumah tangga yang bahagia dan kekal tidak terwujud. Dalam putusan Majelis Hakim memutuskan perkara tersebut sudah terdapat alasan-alasan yang menyebabkan putusnya perkawinan.

Mengenai penetapan putungan pengadilan dalam perkara perdata ini khususnya pada cerai gugat yang disebabkan facktor penyimpangan seksual umumnya mengandung putusan yang berupa :

2. Menjatuhkan talak satu bain sughra dari Tergugat (YONI ANDONO Bin SUWONDO HP) terhadap Penggugat (ASPRIATI Binti WAGIMIN). Di hadapan sidang Pengadilan Agama Depok.

3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.9

Sudah kita ketahui diatas bahwa gugatan penggugat dikabulkan oleh Majelis Hakim maka kita dapat tafsirkan mengenai pertimbangan alasan majelis hakim menjatuhkan talak bain sughra dari tergugat (Yoni Andono Bin Suwondo HP) ke Penggugat (Aspriati Bin Wagimin) adalah sesuai dengan ketentuan hukum islam maka telah jelas dan jatuh talak bain sughra yakni talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan mantan suaminya meskipun dalam iddah.

Penulis setuju apa yang sudah menjadi ketetapan pertimbangan dari majelis hakim Pengadilan Agama Depok karena alasan-alasan yang sudah didalilkan oleh penggugat, maka majelis hakim pun dapat menerapkan putusan yang sudah dipertimbangkan, kemudian kita dapat menafsirkan bahwasanya gugatan yang sudah dilayangkan oleh penggugat untuk tergugat di Pengadilan Agama Depok telah cukup jelas bagi pengadilan mengenai penyimpangan seksual dan perselisihan itu dan juga sudah mendengar pendapat-pendapat dari pihak penggugat saja karena pihak tergugat tidak hadir dalam persidangan sampai putusan dibacakan oleh majelis hakim.

Dengan telah diperoleh suatu fakta yang berkaitan dengan duduk perkara antara penggugat dengan tergugat telah terjadi perselisihan yang tidak

9

52

mungkin lagi dirukunkan. Dinilai telah memenuhi alasan hukum baik berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana yang tersebut pada pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 maupun berdasarkan ketentuan hukum islam sebagaimana tersebut pada pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.

Dalam pertimbangan Majelis Hakim sudah tepat mendalikan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yang mengisyaratkan adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dapat dibuktikan oleh Penggugat dipersidangan.

Dengan demikian dijatuhkan amar terhadap putusan ini berarti Pengadilan Agama Depok telah memberikan pengabulan gugatan penggugat untuk menceraikan suaminya (tergugat) dalam nomor perkara 1300/Pdt.G/2012/PA. Dpk pada hari selasa tanggal 04 September 2012 M, bertepatan dengan tanggal 17 syawwal 1433 H, oleh Umar Faruq, S.Ag., MSI sebagai Hakim Ketua, Hj. Suciati, S.H dan E. Kurniati Imron, S.Ag. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga dibacakan oleh Hakim Ketua tersebut dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum dengan didampingi Hakim-hakim Anggota tersebut.

53 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pertimbangan Majelis Hakim sudah tepat mendalikan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yang mengisyaratkan adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dapat dibuktikan oleh Penggugat dipersidangan.

Dalam Putusan Pengadilan Agama Depok Nomor: 662/Pdt.G/2008/PA.Dpk. dalam putusan tersebut memiliki permasalahan yang sama dengan Putusan Pengadilan Agama Depok Nomor: 1300/Pdt.G/2012/PA.Dpk.

Berdasarkan pembahasan dan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hakim dalam memutuskan perkara perceraian yang disebabkan penyimpangan seksual memiliki beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:

a. Pertimbangan pertama adalah bahwa antar Penggugat dan Tergugat adalah pasangan suami istri yang sah hal ini dibuktikan dengan Akta Nikah Nomor: 5807/60/I/1996, sehingga perkaranya dapat diputus di Pengadilan Agama.

54

b. Pertimbangan kedua adalah antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi selisih faham bahkan sering terjadi percecokan yang alasannya disebabkan Tergugat berselingkuh dengan wanita lain dan Tergugat mengalami penyimpangan seksual.

c. Pertimbangan ketiga berdasarkan alasan-alasan tersebut telah memutuskan perkara yang disebabkan cerai gugat yang terjadi karena penyimpangan seksual pada pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.

2. Hakim mendasarkan putusan ini pada Pasal 19 huruf (f) No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Memang kedua pasal ini tidak menyebutkan secara rinci bahwa penyimpangan seks suami dalam rumah tangga dapat dijadikan alasan dalam perceraian. Akan tetapi, akibat dari penyimpangan seksual suami tersebut menyebabkan ketidak harmonisan dalam membina rumah tangga sehingga menyebabkan cekcok yang terus menerus, dan ini yang menjadi penekanan Majelis Hakim dalam memutuskan perkara tersebut. Dan kedua pasal tersebut sudah cukup untuk memutus cerai hubungan suami istri.

B. Saran-saran

1. Bagi para orang tua, harus memulai pendidikan seks pada anak sejak dini, sehingga penyimpangan seksual bisa dicegah karena sudah ada pengetahuan tentang seks sejak usia dini. Dan jaga pola asuh keluarga sejak si anak masih kecil, karena pembentukan kepribadian dimulai sejak balita. Selain orang tua pun ulama juga berperan aktif dikehidupan masyarakat dalam mebina atau membimbing serta membekali putra-putrinya dengan pengetahuan ilmu agama yang disertai penjelasan-penjelasan mengenai prilaku seksual yang menyimpang sehingga masyarakat mengerti mana perbuatan yang dilarang oleh Allah seperti kaum Nabi Luth A.S agar tidak terjadi hal tidak diinginkan.

2. Dalam memutuskan perkara cerai gugat yang dalam masalah penyimpangan seks Majelis Hakim harus berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan itu tujuannya untuk menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah, didalam Kompilasi Hukum Islam Memang dijelaskan. Jika didalam rumah tangganya tidak tercapai semuah yang sudah diatur dalam KHI, maka dijatuhkan talak satu bain sughra, sesuai yang telah diatur dalam pasal 119 ayat (2) huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.

3. Dalam mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakina, mawadah, dan rahmah, kepada calon suami dan istri yang hendak melaksanakan perkawinan harus memilih pasangan hidup dengan selektif, sehingga perkawinannya dapat terhindar dari perceraian.

56

4. Untuk seorang istri yang suaminya mengalami penyimpangan seksual, harus lebih bersabar, karena dengan bersabar Allah SWT akan memberikan jalan keluar yang terbaik.

5. Bagi Majelis Hakim agar dapat lebih teliti dan bijaksana dalam menangani perkara sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Dan juga mampu menekan angka perceraian.

57

Dokumen terkait