• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV IMPLIKATUR DALAM WACANA KAMPANYE POLITIK

4.2 Analisis Implikatur dan Tindak Tutur

2015.

Setelah data terkumpul, tuturan dalam wacana akan dianalisis melalui kaidah pertuturan yang dikemukakan Grace, yaitu menentukan implikatur yang terdiri dari penganutan prinsip koperatifnya dan empat maksim percakapan serta menentukan tindak tutur apa yang terdapat dalam tuturan tersebut.

Contoh 1, wacana 1

1. Wujudkan….Medan Sehat Dalam Semua Bidang

Dengan kerukunan dan kebersamaan Pilihanku: 1

Menentukan implikatur dalam data 1 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan

Medan harus diwujudkan dalam semua bidang dengan kerukunan dan kebersamaan. Tujuan dasar dari percakapan itu adalah untuk mengajak masyarakat/pembaca agar memilih pasangan tersebut sebagai Walikota dan Wakil Walikota Medan. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace, dapat diputuskan bahwa tuturan data 1 mengandung implikatur karena terbukti melanggar satu dari empat maksim tersebut yaitu maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 1 tidak diungkapkan secara langsung, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan tersebut mengandung makna lain dari makna dasarnya atau mengandung unsur ketaksaan/ambigu. Oleh karena itu, ketika membaca teks wacana tersebut muncul dua pemahaman yang berbeda apabila salah satunya dikaitkan dengan konteks yang ada dan dikaji secara pragmatik. Tuturan data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas untuk memengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama, jika dikaitkan dengan makna dasarnya adalah sebuah pernyataan, yaitu wujudkan

Medan dalam semua bidang dengan kerukunan dan kebersamaan, pilihanku nomor satu. Penafsiran kedua, jika dikaitkan dengan konteks pada saat si penutur

menuturkan teks tersebut adalah suatu bentuk ajakan atau himbauan kepada masyarakat supaya ikut berpartisipasi memilih pasangan tersebut sebagai pasangan Walikota dan Wakil Walikota nantinya. Penutur berusaha menarik

simpatik pembaca dengan kalimat yang menarik dan menyelipkan keinginan di balik tuturan itu dengan menggunakan kata-kata wujudkan Medan sehat dalam

semua bidang dengan kerukunan dan kebersamaan, pilihanku nomor satu.

Dengan demikian, tuturan data di atas tidak menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data 1 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Situasi yang digambarkan dalam data 1 lekat dengan suasana pemilihan partai politik yang terkait dengan dukung-mendukung yang memperebutkan satu kursi calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015.

Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: (1) tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. (2) tindak ‘ilokusi’ yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. Dan (3) tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.

Demikian pula halnya dengan data 1, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah “Wujudkan medan sehat dalam semua bidang dengan

ilokusi yaitu memberi janji dan mengajak. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya memberikan janji dan mengajak, perlokusinya adalah (seharusnya) kesadaran dari masyarakat untuk memilih calon yang dapat bekerja sama dengan mereka untuk mewujudkan Medan sehat dalam semua bidang. Dengan demikian, setelah membaca tuturan data1 pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak hati- hati dalam menentukan hak suaranya dalam pemilihan nantinya, yaitu memilih pasangan calon yang tekun dan mampu mempunyai hubungan atau kerja sama yang baik dengan sesamanya, baik walikota dengan atasannya, dengan wakilnya, dengan bawahannya, khususnya dengan masyarakat..

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni: (1) Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. (3) Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan.

(4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. (5) Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 1 mencakup kelima tindak ilokusi di atas karena tuturan tersebut merujuk kepada sebuah tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan (representatif) yaitu dalam

mewujudkan Medan yang sehat dalam semua bidang sangat dibutuhkan sikap kerja sama yang baik dan sikap kepedulian terhadap sesama tanpa memandang suku, agama, dan ras. Memerintah atau menasihati (direktif), yaitu Medan harus diwujudkan menjadi kota yang sehat dalam semua bidang dengan kerukunan dan kebersamaan. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan yang terikat di masa

depan (komisatif), yaitu bersama pasangan calon akan mewujudkan Medan sehat

dalam semua bidang dengan kerukunan dan kebersamaan. Mengungkapkan atau

mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi (ekspresif), dan menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan (deklaratif), wujudkan Medan yang sehat dengan kerja sama yang baik.

Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 1 memiliki implikatur dan tindak tutur.

Contoh 3. Data 3

Kita Peduli

Indra Sakti Harahap, S.T., M.Si. – Delyuzar, S.P. P.A. (k) Membangun Kota Medan Berjaya dan Berkeadilan

Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan Periode 2010 – 2015

Menentukan implikatur dalam data 3 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”. Dalam wacana tersebut dituturkan “Kita

peduli membangun kota Medan berjaya dan berkeadilan“ dengan memegang

tujuan dari tuturan tersebut yaitu untuk mengajak masyarakat/pembaca. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar, maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace dapat diputuskan bahwa tuturan data 3 mengandung implikatur karena terbukti melanggar dua dari empat maksim tersebut yaitu maksim pelaksanaan dan maksim kualitas. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan

berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 3 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaan/ambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Kalimat-kalimat data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas bertujuan untuk memengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama jika dikaitkan dengan makna dasarnya dapat berupa pernyataan bahwa kita peduli membangun kota Medan berjaya dan berkeadilan. Penafsiran yang kedua (implikasinya) adalah pernyataan yang dituturkan itu merupakan suatu bentuk ajakan agar masyarakat memilih pasangan tersebut. Hal ini terlihat pada kalimat “kita peduli”. Kalimat tersebut acuannya bisa kepada kedua pasangan yang peduli terhadap kota Medan dan dapat juga antara pasangan dengan masyarakat/pembaca yang peduli terhadap kota Medan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Konstribusi peserta percakapan di atas tidak didasarkan pada bukti-bukti yang memadai karena pada kenyataannya belum dapat dilihat hasil tuturan tersebut. Dengan demikian, tuturan data di atas tidak menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data 3 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Situasi yang digambarkan

dukung-mendukung yang memperebutkan satu kursi calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010 - 2015.

Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: (1) tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. (2) tindak ‘ilokusi’ yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. (3) tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.

Demikian pula halnya dengan data 3, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah kita peduli membangun kota Medan berjaya dan berkeadilan. Secara kultural, tuturan data 3 mempunyai daya ilokusi yaitu memberi janji. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan memberikan janji maka daya perlokusinya adalah (seharusnya) kesadaran dari masyarakat untuk memilih calon yang dapat bekerja sama dengan mereka. Dengan demikian, setelah membaca tuturan data 3, pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak hati-hati dalam menentukan hak suaranya dalam pemilihan nantinya, yaitu memilih pasangan calon yang tekun dan mampu mempunyai hubungan atau kerja sama yang baik dengan sesamanya, baik walikota dengan atasannya, dengan wakilnya, dengan bawahannya, khususnya dengan masyarakat..

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud kedalam lima kategori, yakni: (1) Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. (3) Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan.

(4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. (5) Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 3 mencakup kelima tindak ilokusi di atas karena tuturan tersebut merujuk kepada sebuah tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan (representatif), yaitu sifat

kepedulian sangat dibutuhkan untuk membangun Medan berjaya dan berkeadilan.

Memerintah/menasihati (direktif), yaitu “kita” yang maksudnya bisa mengarah

kepada penutur dan kepada pembaca, harus peduli membangun Medan berjaya dan berkeadilan. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan yang terikat di

terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi (ekspresif), yaitu kita perduli

membangun kota Medan berjaya dan berkeadilan dan menggambarkan perubahan

dalam suatu keadaan hubungan (deklaratif), yaitu membangun kota Medan

dibutuhkan kepedulian dari sesama.

Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 3 memiliki implikatur dan tindak tutur.

Contoh 4, wacana 4

Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan 2010-2015 Bergandeng Tangan Membangun Medan

Bahdin – Kasim Siyo Program Prioritas:

- Pendidikan bermutu dan bebas biaya sampai tingkat SMU

- KTP tanpa biaya

- Berobat gratis tanpa surat miskin cukup dengan KTP atau kartu keluarga

Menentukan implikatur data 4 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.” Dalam wacana tersebut dituturkan bahwa “Bergandeng tangan membangun Medan. Dengan program prioritas: pendidikan

bermutu dan bebas biaya sampai tingkat SMU, KTP tanpa biaya, berobat gratis tanpa surat miskin cukup dengan KTP atau kartu keluarga, perbaikan ekonomi pedagang kecil dan menengah “ dengan memegang tujuan dari tuturan tersebut

yaitu untuk mengajak masyarakat/pembaca. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace dapat diputuskan bahwa tuturan data 4 mengandung implikatur karena terbukti melanggar dua dari empat maksim tersebut yaitu maksim pelaksanaan dan maksim kualitas. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 4 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaan/ambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas untuk mempengaruhi lawan tuturnya agar memilih pasangan

pernyataan yaitu bergandeng tangan membangun Medan. Penafsiran yang kedua (implikasinya) adalah pernyataan yang dituturkan itu merupakan suatu bentuk ajakan untuk memilih. Kata “bergandengan tangan berarti bersama-sama bekerja,” kata tersebut acuannya bisa antara masyarakat dengan pasangan calon untuk membangun Medan, dapat juga antara kedua pasangan calon yang secara sama- sama membangun Medan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Konstribusi peserta percakapan tidak didasarkan pada bukti-bukti yang lengkap dan tuturan berupa prioritas tersebut tidak dapat dibuktikan. Dengan demikian, tuturan data 4 di atas tidak menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data 4 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Situasi yang digambarkan dalam data 4 lekat dengan suasana pemilihan partai politik yang terkait dengan dukung-mendukung yang memperebutkan satu kursi Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015.

Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: (1) tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. (2) tindak ‘ilokusi’ yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. (3) tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang

ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu.

Demikian pula halnya dengan data 4, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah bergandeng tangan membangun Medan. Secara kultural, tuturan data 4 mempunyai daya ilokusi yaitu memberi janji dan mengajak. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan memberikan janji dan dapat juga berupa ajakan maka daya perlokusinya adalah (seharusnya) kesadaran dari masyarakat untuk memilih calon yang dapat dapat diajak bekerja sama dengan mereka. Dengan demikian, setelah membaca tuturan data 4, pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak hati-hati dalam menentukan hak suaranya dalam pemilihan nantinya, yaitu memilih pasangan calon yang tekun dan mampu mempunyai hubungan atau kerja sama yang baik dengan sesamanya, baik walikota dengan atasannya, dengan wakilnya, dengan bawahannya, khususnya dengan masyarakat.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud kedalam lima kategori, yakni: (1) Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan memberi nasihat. (3) Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, dan menawarkan.

(4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. (5) Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 3 mencakup kelima tindak ilokusi di atas karena tuturan tersebut merujuk kepada sebuah tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan (representatif), yaitu bersama-

sama membangun Medan. Memerintah atau menasihati (direktif), yaitu contreng No. 4. Hal ini terlihat pada gambar, sebuah paku diarahkan pada angka 4 sebagai simbol untuk memilih. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan

yang terikat di masa depan (komisatif), yaitu mewujudkan pendidikan bermutu

dan bebas biaya sampai tingkat SMU, KTP tanpa biaya, berobat gratis tanpa surat miskin cukup dengan KTP atau kartu keluarga, perbaikan ekonomi lemah dan menengah. Mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur

terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi (ekspresif), yaitu membangun Medan

dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, dan menggambarkan perubahan dalam

suatu keadaan hubungan (deklaratif), yaitu membangun Medan sesuai dengan

misi yang telah diutarakan.

Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 4 memiliki implikatur dan tindak tutur.

Contoh 5, wacana 5

Pilihlah Pemimpin yang Muda dan nasionalis Membangun Kota Medan dengan Pasti Ayo Coblos nomor 5 pasti satu putaran Independen pasti milik rakyat

Menentukan implikatur dalam data 5 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.” Dalam wacana tersebut dituturkan “Pilihlah pemimpin yang muda dan nasionali membangun kota Medan dengan

pasti. Ayo coblos nomor 5 pasti satu putaran. Independen pasti milik rakyat“

tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace maka dapat diputuskan bahwa tuturan data 5 mengandung implikatur karena terbukti melanggar tiga dari empat maksim tersebut yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan data 5 tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya dan tidak dapat dipastikan kebenaran dari tuturan tersebut. Adalah kenyataan dilapangan bahwa tidak hanya yang muda yang mampu membangun Medan dengan pasti. Hal ini dapat dibuktikan bahwa orang yang sudah tua pun masih banyak dijumpai duduk di kursi pemerintahan untuk ikut memperjuangkan daerahnya. Kaum yang lebih tua dianggap lebih berpengalaman, dan biasanya sebagai contoh untuk ditiru oleh kaum yang lebih muda. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan data 5 tidak memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah karena tidak hanya kaum muda yang dapat membangun Medan dengan pasti, tetapi harus ada sokongan dari kaum yang tua.

Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 5 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaan/ambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan data 5 diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan

sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama jika dikaitkan dengan makna dasarnya tuturan itu hanyalah sebuah pernyataan saja yaitu pilihlah pemimpin yang muda dan

nasionalis membangun Medan dengan pasti. Ayo coblos nomor 5. Independen pasti milik rakyat. Penafsiran yang kedua (implikasinya) adalah pernyataan yang

dituturkan itu merupakan suatu bentuk ajakan untuk memilih. Di mana penutur menghimbau agar masyarakat tidak salah memilih, yakni harus memilih pasangan yang muda dan nasionalis (hal ini ditekankan kepada pasangan calon dengan memunculkan kalimat “Ayo coblos No. 5). Dengan demikian, tuturan data 5 tidak menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan

Dokumen terkait