• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Analisis Indeks Vegetasi

Indeks vegetasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Difference Vegetation Index (DVI), Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Ratio Vegetation Index (RVI), Transformed Ratio Vegetation Index (TRVI), dan Transformed Normalized Vegetation Index (TNDVI). Dari kelima indeks vegetasi tersebut akan dipilih salah satu indeks vegetasi yang memiliki koefisien

determinasi dan koefisien korelasi terbaik.

Nilai kerapatan mangrove dan nilai indeks vegetasinya dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari lima indeks vegetasi yang digunakan menghasilkan koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) yang dibedakan antara Rhizophora dan Avicennia (Tabel 5).

Tabel 5. Hubungan Antara Indeks Vegetasi dengan Kerapatan Rhizophora dan Avicennia Rhizophora Avicennia Indeks Vegetasi R2 (%) r R2 (%) r DVI 21,95 0,47 20,03 0,45 NDVI 31,23 0,56 66,45 0,81 RVI 54,02 0,73 56,90 0,75 TRVI 48,27 0,69 59,47 0,77 TNDVI 29,62 0,54 66,82 0,82

Dari indeks vegetasi tersebut yang memiliki koefisien determinasi terbesar untuk Rhizophora adalah RVI dengan koefisien determinasi (R2) = 54,02% dan korelasi (r) = 0,73. Untuk Avicennia koefisien determinasi terbesar (R2) = 54,02% dan korelasi (r) = 0,73 dengan TNDVI.

Sebagai contoh nilai R2 RVI untuk Rhizophora adalah 54,02%, ini menunjukkan bahwa hubungan antara kerapatan Rhizophora dan RVI dapat dijelaskan sebesar 54,02%, nilai r sebesar 0,73 menunjukkan hubungan kerapatan Rhizophora dan RVI erat (Gambar 12).

y = 0.0015x + 7.4196 R2 = 0.5402 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Kerapatan (ind/ha) R V I

Sumber : Diolah dari Lampiran 7

Persamaan yang dihasilkan adalah :

y = 0,0015x + 7,4196 Keterangan : y = nilai indeks vegetasi

x = kerapatan mangrove

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi bernilai positif. Ini berarti kerapatan Rhizophora dengan RVI berbanding lurus, yaitu semakin besar kerapatan Rhizophora maka semakin besar pula nilai RVI dan begitu pula sebaliknya.

4.5. Overlay Klasifikasi Citra Komposit dan Indeks Vegetasi

Untuk menentukan jumlah kelas yang pada citra digunakan beberapa acuan, antara lain : visualisasi citra, data lapang dan histogram (Gambar 13). Banyaknya puncak yang terdapat pada histogram dapat dianalogikan sebagai jumlah kelas yang dapat diklasifikasikan.

Gambar 13. Histogram Citra Dengan Indeks Vegetasinya

(a) TNDVI untuk Avicennia dan (b) RVI untuk Rhizophora

Tiap kelas mempunyai selang nilai digital tertentu, untuk kerapatan Avicennia dengan algoritma TNDVI yaitu : kelas Avicennia sangat jarang < 1,1358,

Avicennia jarang 1,1359 – 1,1425, Avicennia sedang 1,1426 – 1,1529, Avicennia rapat 1,1530 – 1,1634, dan Avicennia sangat rapat > 1,1634.

Untuk selang nilai digital kerapatan Rhizophora dengan algoritma RVI yaitu : kelas Rhizophora sangat jarang < 6,02, Rhizophora jarang 6,03 – 7,91,

Rhizophora sedang 7,92 – 10,14, Rhizophora rapat 10,15 – 13,19, dan Rhizophora sangat rapat > 13,20.

Klasifikasi citra komposit 423 menghasilkan kelas penutupan lahan dengan dua kelas mangrove, yaitu Avicennia dan Rhizophora. Citra algoritma TNDVI menghasilkan beberapa tingkat kerapatan Avicennia, dan citra algoritma RVI menghasilkan beberapa tingkat kerapatan Rhizophora.

Overlay antara hasil klasifikasi citra komposit, kerapatan Avicennia dan kerapatan Rhizophora akan menghasilkan kelas mangrove berdasarkan

kerapatannya (Gambar 14). Luas tiap kelas genus mangrove dan kerapatannya ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luasan Genus dan Kerapatan Mangrove

Kelas Jumlah Piksel Luas (ha)

Avicennia sangat jarang 5.497 0,55

Avicennia jarang 6.188 0,62

Avicennia sedang 14.399 1 ,44

Avicennia rapat 9.786 0,98

Avicennia sangat rapat 2.876 0,29

Rhizophora sangat jarang 21.534 2,15

Rhizophora jarang 47.396 4,74

Rhizophora sedang 68.781 6,88

Rhizophora rapat 49.626 4,96

Gambar 14. Peta Distribusi dan Kerapatan Mangrove di P. Karimunjawa

Dari gambar dan tabel di atas dapat dilihat bahwa luasan terbesar ada pada kelas Rhizophora dengan kerapatan sedang, sedangkan luasan terkecil terdapat pada kelas Avicennia sangat rapat. Hal ini sangat dimungkinkan karena Rhizophora banyak terdapat di sepanjang pesisir pulau sedangkan Avicennia hanya banyak terdapat pada pesisir utara saja.

Avicennia merupakan tumbuhan pionir bagi mangrove, sedangkan Rhizophora tumbuh setelah mangrove mengalami suksesi. Di P. Karimunjawa ekosistem mangrovenya bukanlah suksesi primer, hal ini mengakibatkan Rhizophora terdapat jauh lebih banyak dibandingkan Avicennia.

PETA DISTIBUSI DAN KERAPATAN MANGROVE DI

P. KARIMUNJAWA

Dibuat oleh :

Suseno Wangsit Wijaya / C06400040 Di Lab. Geomatic and Natural Resources BIOTROP

Sumber :

Citra Satelit QuickBird 3 Juli 2003

S 5 0 51’ 45” S 5 0 51’ 45” E110025’45” E110026’00”

4.6. Hubungan INP dan Indeks Vegetasi

Pada penelitian - penelitian sebelumnya, penginderaaan jauh yang

memanfaatkan citra satelit hanya dapat melihat distribusi, luasan dan kerapatan mangrove. Hal ini mengakibatkan belum diketahuinya apakah penginderaan jauh dengan satelit mampu mendeteksi suatu INP jenis mangrove.

Sama halnya dengan kerapatan, untuk melihat INP dari citra satelit digunakan indeks vegetasi. Nilai INP mangrove dan nilai indeks vegetasinya dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari lima indeks vegetasi yang digunakan menghasilkan koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) yang dibedakan antara Rhizophora dan Avicennia (Tabel 7).

Tabel 7. Hubungan Antara Indeks Vegetasi dengan INP Rhizophora dan Avicennia Rhizophora Avicennia Indeks Vegetasi R2 r R2 r DVI 24,78 4,98 17,08 4,13 NDVI 29,08 5,39 12,82 3,58 RVI 30,11 5,49 7,17 2,68 TRVI 30,80 5,55 8,47 2,91 TNDVI 28,63 5,35 12,83 3,58

Indeks nilai penting suatu jenis mangrove ditentukan oleh kerapatan jenis, frekuensi jenis dan penutupan jenis. Nilai ini biasanya dihitung berdasarkan data survei lapang, untuk menghitung INP dengan citra satelit cukup sulit. Kesulitan ini disebabkan INP merupakan indeks ekologi yang memberikan gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.

Satelit belum mampu mendeteksi hubungan antara suatu spesies dengan lingkungannya. Ini tercermin dari kecilnya koefisien determinasi dan koefisien korelasi antara INP dan nilai spektral satelit. Untuk Rhizophora koefisien determinasi terbesar R2 = 30,80 dengan r = 5,55, sedangkan untuk Avicennia koefisien determinasi terbesar R2 = 17,08 dengan r = 4,13.

4.7. Kondisi Ekosistem Mangrove

Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis mangrove memberikan gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam

komunitas mangrove. Indeks nilai penting ini berkisar antara 0 -300 untuk pohon serta anakan dan berkisar antara 0 – 200 untuk semai (Lampiran 9).

Vegetasi mangrove yang ditemukan pada saat pengamatan dibedakan antara pohon, anakan dan semai. Jenis mangrove yang ditemukan mempunyai kerapatan dan luas penutupan jenis yang berbeda.

Berdasarkan survei lapang hutan mangrove di P. Karimunjawa ditemukan delapan spesies mangrove, yaitu : Acanthus ilicifolius, Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Excoecaria agallocha, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba.

Pada tingkat pohon hanya jenis Acanthus ilicifolius yang tidak ditemukan. Jenis ini hanya ditemukan di Stasiun 21 pada tingkat anakan dengan nilai INP sebesar 145. Jenis tumbuhan ini merupakan tumbuhan berduri dan dapat menjadi dominan di hutan mangrove yang rusak.

Aegiceras corniculatum ditemukan pada tingkat pohon di Stasiun 10 dan 11, serta pada tingkat anakan di Stasiun 10 dan 12. Jenis ini berperan penting pada

tingkat semai di Stasiun 12 dengan nilai INP sebesar 156. Jenis tumbuhan ini sering tumbuh serempak membentuk semak belukar.

Jenis Avicennia alba ditemukan pada tingkat pohon dan anakan di Stasiun 21, 22, 23, 24. Keempat staiun ini terletak di pesisir utara P. Karimunjawa yang letaknya relatif terlindung dari hempasan gelombang secara langsung. Jenis ini berperan penting di keempat stasiun tersebut.

Excoecaria agallocha hanya terdapat pada tingkat pohon di Stasiun 2, 8, 11, 12. Jenis ini memiliki INP terendah di Stasiun 12 dengan nilai INP 52, dan memiliki INP tertinggi senilai 98 di Stasiun 11. Jenis ini memiliki getah yang berwarna putih susu dan dapat merusak mata.

Jenis mangrove yang paling sering ditemukan adalah Rhizophora apiculata. Spesies ini ditemukan baik pada tingkat pohon, anakan maupun semai.

Rhizophora apiculata berperan penting di beberapa stasiun, dengan nilai INP terendah sebesar 61 dan nilai INP tertinggi sebesar 300 untuk tingkat pohon. Rhizophora mucronata ditemukan pada tingkat pohon di Stasiun 2, 4 , 13, 14, 15, 16, 19, 20 dan pada tingkat anakan pada Stasiun 2, 4, 8, 14, 20. Jenis ini berperan penting pada tingkat pohon di Stasiun 13, 14, 15, 16 dengan nilai INP tertinginya sebesar 239. Pada tingkat anakan Rhizophora mucronata juga berperan penting di Stasiun 14 dengan INP sebesar 205.

Jenis Rhizophora stylosa ditemukan pada tingkat pohon di Stasiun 6, 8, 10, 12, 16, 17, 18, pada tingkat anakan di Stasiun 5, 6, 7, 8, 10, 14, 18 dan semai di Stasiun 6. Spesies ini berperan penting pada tingkat pohon dan semai di Stasiun 6 dengan INP sebesar 192 dan 200. Untuk tingkat anakan Rhizophora stylosa berperan penting di Stasiun 6, 8, 10.

Sonneratia alba hanya dijumpai pada tingkat pohon di Stasiun 5, 20 dan 21, dengan nilai INP berkisar antara 77 – 187. Jenis ini merupakan vegetasi yang berperan penting di Stasiun 5.

Masyarakat setempat banyak yang mengambil kayu dari hutan mangrove sehingga terjadi kerusakan di beberapa tempat. Luasan hutan mangrove di P. Karimunjawa semakin berkurang karena banyak dikonversi menjadi lahan tambak dan pemukiman.

Dokumen terkait