• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara kualitatif. Pengertian analisis secara kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan yang perilaku yang nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan analisis kualitatif adalah penyorotan upaya-upaya yang banyak didasarkan pada pengukuran yang memecahkan objek-objek penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu, untuk kemudian ditarik generalisasinya yang seluas mungkin terhadap ruang lingkup yang telah ditetapkan.50

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif, hal ini didasarkan pada teori bahwa penelitian normatif dimana perolehan datanya lebih dominan dengan studi kepustakaan/data sekunder (meliputi hokum primer, sekunder, dan tersier) metode yang ditetapkan lebih tepat analisis kualitatif , sedangkan data perimer hasil pengamatan dan wawancara dikualitatifkan.

50

V. PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis mengadkan penelitian baik melalui pendekatan yuridis normatif maupun yuridis empiris guna memperoleh data yang cukup untuk mengungkapkan dan menjawab permasalahan, maka berikut ini penulis mencoba menyimpulkan hasil pembahasan terhadap permasalahan yang telah diuraikan di atas yaitu:

1. Bagaimanakah Praktik Penyelenggaraan administrasi pengadilan tindak pidana korupsi pada tingkat banding.

Penyebab belum optimalnya upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia melalui lembaga pengadilan, adalah karena tidak berjalannya fungsi pengawasan dan pembinaan dalam lingkungan pengadilan Tinggi Tanjung Karang, sehingga praktik penyelenggaraan administerasi pengadilan, serta praktik persidangan di Pengadilan Tinggi Tanjung Karang masih berjalan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang lama, yang nyata-nyata tidak sejalan dengan tuntutan reformasi. Hal ini membuktikan, komunitas pengadilan; baik komunitas yang menggerakkan administerasi pengadilan, maupun para hakim pada Pengadilan tinggi tanjung Karang, disatu sisi

masih ingin mempertahankan cara-cara lama dalam menggerakkan administerasi pengadilan (status quo).

2. Apakah pengaruh praktik penyelenggaraan administrasi pengadilan terhadap putusan hakim dalam penangannan perkara tindak pidana korupsi pada tingkat banding.

Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang tidak mencerminkan implementasi dari tujuan pemidanaan, hal ini terjadi dikarnakan proses administrasi pengadilan yang tidak berjalan sesuai dengan rancang bangunnya dimana berdampak pada putusan hakim. Dalam lembaga pengadilan terdiri dari subsistem yang saling berkaitan, dimana apabila muncul suatu penyimpangan dalam sistem administrasi pengadilan maka dengan sendirinya akan berdampak terhadap kinerja hakim dalam menangani perkara korupsi. Dengan kata lain berhasil tidaknya upaya pemberantasan korupsi pada tahap ini adalah bergantung pada kerja sama antar kelompok-kelompok dalam komunitas pengadilan itu sendiri, yaitu kelompok komunitas yang menggerakkan mesin administrasi pengadilan dengan kelompok komunitas para hakim itu sendiri.

B. Saran

Studi ini telah berhasil mendiskripsikan praktik penanganan perkara tindak pidana korupsi di pengadilan Tinggi Tanjung Karang, maka untuk memperbaiki praktik pengadilan agar sejalan dengan tuntutan reformasi, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya pengawasan Mahkamah Agung terhadap para pejabat di lingkungan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang lebih ditingkatkan, sehingga bagi para pejabat yang berkerja tidak sejalan dengan tuntutan reformasi dalam upaya peningkatan pemberantasan tindak pidana korupsi harus diberi sanksi administerasi, diantaranya dipindah tugaskan ke daerah lain yang dapat dirasakan sebagai sebuah sanksi administrative.

2. Hendaknya keberadaan para Hakim Ad Hoc lebih diperkuat di antaranya dengan memenuhi hak-haknya sebagaimana telah dituangkan dalam perundang-undangan. Apabila pemenuhan hak-haknya tidak jelas maka keberadaan Hakim Ad hoc Tipikor semakin mudah ditekan oleh ketua pengadilan serta mesin administerasi pengadilan. Keadaan ini akan membuat Hakim Ad Hoc Tipikor semakin tidak mampu menjalankan perannya bagi peningkatan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di wilayah hukum kerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta.

Bisri, Cik Hasan, 2000, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Fatah, Eep Saefulloh, 1999, Kelas Menengah Bukan Ratu Adil (dalam kumpulan karangan), Yogyakarta, PT Tiara Wancana.

Fukuyama, Francis, 2005, Memperkuat Negara Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Gunaryo, Ahmad, 2000, Wajah Hukum di era Reformasi, Kumpulan Karya Ilmiah menyambut 70 tahun Prof. Dr. Satjipto Raharjo, S,H., Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Gultom, Samuel, 2003, Mengadili Korban – Peraktek Pembenaran Terhadap Kekerasan Negara, Jakarta, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam).

Harahap, Yahya, 1993, Kedudukan Kewenangan dan Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta, PT Garuda Metro Politan Press.

Jamin, Moh, 2000, Wajah Hukum Di Era Reformasi, (kumpulan karya ilmiah) Dalam rangka menyambut 70 tahun Prof. Dr. Satjipto Raharjo, S,H., Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Jaya, Nyoman serikat Putra, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di Indonesia, Semarang, Universitas Dipoenogoro. Sahetapy, J.E, 1995, Pengamatan Keritis Terhadap Penyalahgunaan

Kekuasaan (Bunga Rampai Viktimisasi), Bandung, PT Eresco. Muhajidin, Ahmad, 2007, Peradilan Satu Atap di Indonesia, Bandung,

di Indonesia, Jakarta, The Habibie Center.

Mahendra, Yusril Ihza, 2002, Catatan dan Gagasan – Mewujutkan Supremasi Hukum Di Indonesia, Jakarta, Tim Pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI bersama Sekretariat Jenderal Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Nugroho, Susanti Adi, 2003, Eksaminasi Publik: Partisipasi Masyarakat Mengawasi Peradilan, Jakarta, Indonesia Carruption Watch (ICW).

Pope, Jeremy, 2007, Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Panggabean, Henry P, 2001, Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-hari: Upaya Penanggulangan Tunggakan Perkara dan Pemberdayaan Fungsi Pengawasan Mahkamah Agung, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Priyanto, Eddy Yusuf, 2003, Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi, Makassar, Tiem Dosen Pancasila Universitas Hasanuddin.

Purnomo, Bambang, 1993, Pole Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Yogyakarta, Liberty. Reksodiputro, Marjono, 1997, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana,

Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Masyarakat, Jakarta, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia.

……….. 1997, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Jakarta, Pusat Pelayanan keadilan dan Pengabdian Hukum (d/h Lembaga Kriminologi) Universitas Indonesia.

Rahardjo, Satjipto, 2009, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan sosiologis, Yogyakarta, Genta Publishing.

Simorangkir, 2000, Kamus Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

Sasmito, Eko, 2004, Buku Panduan Pemantauan Penyimpangan Praktik Peradilan, Surabaya, Yayasan Pengembangan Sumber Daya Indonesia (YPSDI).

Soemitro, Roni Hanitijo, 1982, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia.

B. Undang-Undang dan Peraturan Lainnya

UU No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dokumen terkait