• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, penulis memberikan saran yang ditujukan kepada semua pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Kepada orangtua tunggal agar selalu memberikan perhatian juga motivasi kepada anak-anaknya yang tidak lagi memiliki orangtua yang lengkap dan hidup bersama. Sehingga, anak yang mengalami trauma setelah perceraian kedua orangtuanya dapat tetap menjadi anak yang berjalan sesuai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak baik yang bisa saja terjadi sebagai salah satu akibat dirinya berasal dari keluarga yang broken home.

2. Kepada anak agar selalu memberikan perhatiannya juga kepada orangtuanya yang telah berstatus sebagai orangtua tunggal atau single parent, yang mana orangtua menjalankan peran gandanya sendiri tanpa ada dampingan dari

3. Kepada pihak instansi/lembaga pernikahan perlu melakukan peningkatan kesadaran untuk masyarakat dalam melakukan pembinaan bagi keluarga yang ingin memutuskan untuk talak dalam upaya mengurangi angka perceraian. 4. Kepada pihak masyarakat agar semakin menciptakan suasana lingkungan

tetap nyaman, aman, damai dan tentram. Tidak menciptakan kondisi yang menciptakan konflik akibat isu perceraian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Didalam kehidupan bahwa setiap manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak manusia dilahirkan, pada hakekatnya secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya secara sadar atau tidak sadar menerima stimulus dari luar dirinya. (Walgito, 2002:87)

Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. (Sobur, 2003:445) Persepsi seseorang bisa diartikan sebagai proses, pemahaman terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang saling berkomunikasi, berhubungan atau kerjasama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari persepsi. Stimulus yang diinderakan itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang sedang diindera, dan proses tersebut disebut dengan persepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indra, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan. (Walgito, 2010:99)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang dilakukan oleh tubuh terhadap stimulus yang diterima tubuh melalui alat penginderaan atau juga bisa disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak terhenti begitu saja, melainkan diteruskan menjadi proses pengamatan seseorang terhadap objek yang ada disekitarnya. Pengamatan seseorang terhadap stimulus atau objek

pemahaman dan pengetahuan terhadap objek tersebut. Semakin baik pemahaman seseorang terhadap suatu objek maka semakin baik juga persepsi yang akan ditimbulkan begitu pula sebaliknya. (Walgito, 2003:88)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005:807) persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Jadi secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devito, persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Yusuf menyebut persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Rakhmat menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas yaitu, persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data (Sobur, 2003:446)

Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai

konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. (Mulyana, 2000:167)

Menurut (Adi Rukminto, 2004:17) didalam membicarakan persepsi maka ada beberapa hal yang penting yaitu :

A.Impression Formation

Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan/pemikiran yang relatif menetap pada orang tersebut.

Sedangkan Impression Formation ini terbentuk melalui :

a. Pengkategorian (klasifikasi) berdasarkan teori kepribadian yang implisit (Implicit Personality Theory)

b. Mempertimbangkan/kombinasi segi positif dan negatif c. Praduga (stereotip)

B.Attribution

Morgan King, Weisz dan Schopler melibatkan bahwa Attribution dan Inferences terjadi karena manusia tidak mempunyai akses untuk mengetahui pikiran, motif maupun perasaan seseorang. Dengan membuat atribusi berdasarkan perilaku tertentu yang dilakukan seseorang, kita dapat meningkatkan kemampuan yang akan dilakukan orang tertentu pada saat yang lain.

C.Social Relationship

Kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku. Bentuk tingkah laku dapat terbentuk karena :

a. Imitasi (peniruan)

b. Konformitas (mirip imitasi tetapi ada sanksi jika tidak ditiru)

d. Perhatian yaitu suatu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas ditentukan kepada sesuatu atau sekelompok objek.

Dengan demikian tingkah laku yang terjadi bisa dikarenakan dalam diri manusia maupun karena adanya faktor diluar dari individu tersebut.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu. Persepsi adalah merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengalaman. Menurut Stephen P. Robins (2000:50) ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang :

1. Diri orang yang bersangkutan (Individu)

Individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatarbelakangi oleh kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu (attitude), motivasi individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut. Apabila seseorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2. Sasaran persepsi tersebut (Target)

Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam menentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akan dipersepsikan merupakan perihal yang benar-benar baru (novelty), adanya gambaran hidup yang mempengaruhi dalam membentuk persepsi (motion), suara–suara yang timbul pada

saat membentuk persepsi (sounds), ukuran dari bentuk persepsi (size), yang melatarbelakangi pembentuk persepsi tersebut (background), dan kedekatan persepsi dengan objek lain yang dapat membentuk persepsi yang hampir sama (proximity), serta kesamaan (similarity) dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain. Sasaran persepsi tersebut bisa berupa orang, benda ataupun peristiwa. Sifat-sifatnya biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang melihatnya, dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain sasaran persepsi turut menentukan cara pandang melihatnya.

3. Faktor situasi

Persepsi dilihat secara kontekstual yang dalam situasi mana persepsi itu timbul, perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berpesan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Situasi dalam menyusun suatu persepsi ditentukan momen yang tepat, bangunan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi.

Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan. Persepsi dipengaruhi beberapa faktor (Arikunto 2004:19), yaitu :

1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang.

2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku.

Sedangkan menurut Walgito (2003:89), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Faktor – faktor yang melatarbelakangi persepsi seseorang terhadap sesuatu hal (Bimo Walgito, 2010), yaitu berdasarkan :

1. Faktor Intern, meliputi :

a. Perasaan, merupakan suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang dipersepsinya.

b. Pengalaman, merupakan kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman bisa berupa pengalaman menyenangkan, mengejutkan ataupun memalukan

c. Kemampuan berpikir, merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis,

dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep

(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan.

2. Faktor Ekstern, meliputi :

a. Pendidikan, adalah pembelajara

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, ata Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

b. Latar belakang keluarga, yaitu bagaimana karakteristik dan tingkatan kehidupan kelompok yang terdiri dari sekumpulan orang dalam satu kesatuan yang terikat hubungan darah

c. Norma agama, petunjuk hidup yang berasal dari

melalui utusan-Nya yang berisi perintah, larangan dan anjuran-anjuran. d. Sosial budaya, merupakan segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku

2.1.3 Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. (Walgito, 2002:90)

Seorang individu tidak hanya dikenal oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenal berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya, namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi.

Secara skematis hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : St St St St RESPON Fi Fi Fi Fi St = Stimulus

SP = Struktur Pribadi individu Fi = Faktor intern

Gambaran tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. (Walgito, 2002:91)

Adapun proses persepsi menurut Udai Pareek (Sobur, 2003:451-455), antara lain : 1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi – segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan – rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lanjut. Ada dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu :

a. Faktor – Faktor Intern 1) Kebutuhan psikologis

Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya. Kadang–kadang, ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis. Misalnya, seseorang yang haus bisa melihat air di banyak tempat; fatamorgana seperti itu biasa sekali terjadi di padang pesisir. Jika seseorang kehilangan hal tertentu yang dibutuhkan, mereka lebih sering melihat barang itu.

2) Latar belakang

Latar belakang mempengaruhi hal – hal yang dipilih dalam persepsi. Orang–orang dengan latar belakang tertentu mencari orang – orang dengan latar belakang yang sama.

3) Pengalaman

Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang–orang, hal– hal, dan gejala–gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam bekerja dengan jenis orang tertentu, mungkin akan menyeleksi orang–orang ini untuk jenis persepsi tertentu.

Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang–orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi.

5) Sikap dan kepercayaan umum

Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi, orang–orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap wanita atau pria yang termasuk kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.

6) Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya. Untuk yang terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi. Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan dengan membantu orang–orang untuk lebih menerima diri mereka sendiri.

b. Faktor – Faktor Ekstern 1) Intensitas

Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens.

2) Ukuran

Pada umumnya, benda–benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. Barang yang lebih besar lebih cepat dilihat.

Hal–hal lain dari biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Jika orang biasa mendengar suara tertentu dan sekonyong–sekonyongnya ada perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. Banyak orang secara sadar atau tidak, melakukan hal–hal yang aneh untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena prinsip-prinsip perbedaan itu.

4) Gerakan

Hal–hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal yang diam. 5) Ulangan

Biasanya hal–hal yang terulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perseptif.

6) Keakraban

Hal–hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.

7) Sesuatu yang baru

Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tetapi, hal–hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian.

3. Proses Pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian ransangan (Sobur, 2003:462-464), yaitu:

a. Pengelompokan

Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu, antara lain :

1) Kesamaan, rangsangan–rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok. 2) Kedekatan, hal–hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga

dikelompokkan menjadi satu.

3) Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal–hal yang dianggap belum lengkap.

b. Bentuk timbul dan latar

Prinsip lain dari dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan latar. Hal ini merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling pokok. Dalam melihat rangsangan atau gejala ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala–gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berasa di latar belakang.

c. Kemampuan persepsi

Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut prinsip kemantapan. Dalam persepsi dunia tiga dimensional, faktor ketetapan memainkan peranan yang penting.

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan

5. Proses pengecekan

Sesudah data diterima dan ditafsirkan, sipenerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini mengklaim terlalu cepat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru. Data atau kesan–kesan itu dicek dengan menanyakan kepada orang–orang lain mengenai persepsi mereka.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Lingkaran persepsi ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang telah menarik perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah “pembentukan kesan”. Pembentukan kesan ialah cara seorang pencerap membentuk kesan tertentu atas suatu obyek atau atas seseorang menurut ciri–ciri yang diserapnya, atau data yang ia terima dari berbagai sumber.

2.1.4 Objek Persepsi

Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yakni persepsi objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi manusia lebih sulit dan

kompleks karena manusia bersifat dinamis. Persepsi objek berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

Perbedaan persepsi terhadap objek dengan persepsi sosial

a. Persepsi terhadap objek melalui lambing-lambang fisik sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.

b. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya). Kebanyakan objek tidak mempersepsi kita ketika kita mempersepsi objek. Akan tetapi manusia mempersepsi kita pada saat kita mempersepsi mereka. Dengan kata lain persepsi terhadap manusia lebih interaktif.

c. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat statis sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek. Oleh karena itu juga, persepsi terhadap manusia lebih beresiko daripada terhadap objek (Walgito, 2002:96).

1. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)

Dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Kondisi mempengaruhi kita terhadap suatu benda. Misalnya ketika merasa kepanasan di tengah gurun. Kita tidak jarang akan melihat fatamorgana. Ketika kita disuruh mencicipi suatu masakan, mungkin pendapat kita akan berbeda dengan orang lain karena kita memiliki persepsi yang berbeda. Latar belakang pengalaman, budaya

dan suasana psikologis yang berbeda membuat persepsi kita juga berbeda atas suatu objek.

2. Persepsi terhadap manusia (persepsi sosial)

Proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai orang lain itu dan seterusnya ( R.D Laing ). Kita mempersepsi orang melalui:

a. Proxemics : Jarak ketika orang berkomunikasi b. Kinesis : Gerakan, isyarat

c. Petunjuk wajah : Sedih, senang

d. Paralinguistik : Dialek, bahasa, intonasi e. Artifaktual

2.1.5 Bentuk-Bentuk Persepsi

Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek yang dilihat. Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan yang berdasarkan penilaian terhadap suatu objek yang terjadi, kapan saja dan dimana saja jika stimulus mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif.

1. Persepsi Positif

Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya.

2. Persepsi Negatif

Persepsi negatif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya (Bimo Walgito, 2010:103).

2.2 Orangtua Tunggal

2.2.1 Pengertian Orangtua Tunggal

Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu

Dokumen terkait